Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROGRAM INOVASI
3.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh penggunaan Gel Pillow for Saccrum (GPS) terhadap pasien
yang berisiko mengalami dekubitus
3. menganalisis pengaruh pemberian Gel Pillow for Saccrum (GPS) terhadap pasien
yang berisiko mengalami dekubitus
3.3.1 Pengertian
Prolonged immobilization terjadi karena luka, sakit atau penyebab lainnya
menyebabkan dampak pada psikologis dan biokimia pada setiap organ dan seluruh
sistem pada tubuh (Teasell & Dittmer, 1998).
3.3.2 Komplikasi
1. Sistem musculoskeletal:
Kejadian paling banyak yang disebabkan oleh imobilisasi terjadi pada
otot. Prolonged immobilization menimbulkan atrofi otot. Kehilangan massa otot
ini menyebabkan penurunan kekuatan dann ketahanan otot. Otot yang
terimobilisasi kehilangan sekitar 3% dari kekuatan normalnya per hari
imobilisasi. Otot yang terimobilisasi dan dalam posisi yang tetap atau sama akan
menjadi kontraktur. Prolonged immobilization juga dapat menimbulkan efek
langsung pada sendi. Kontraktur pada kapsul sendi dan sekitar otot dapat
menyebabkan restriksi dari range of motion (ROM) dari sendi. Menurunnya
pergerakan pada sendi mengakibatkan menurunya aliran cairan synovial yang
mana akan memicu untuk terjadinya perubahan degenerative pada cartilago sendi
((Teasell & Dittmer, 1998).
2. Sistem perkemihan
Terjadinya hipercalciuria dari perubahan tulang yang dipicu oleh
imobilisasi juga merupakan predisposisi adanya infeksi dan calculi dari sistem
perkemihan.
3. Kulit
Imobilisasi menyebabkan perubahan pada komposisi dari kulit dan
berhubungan dengan perkembangan dari ulserasi karena penekanan (dekubitus).
Ketika jaringan dipapar dengan tekanan yang lebih tinggi melebihi tekanan
intrakapiler (32mmHg) selama waktu prolonged immobilization, aliran darah ke
jaringan akan terhambat. Jaringan yang iskemik akan mengalami kerusakan pada
jaringan lunak dan kulit. Luka yang dihasilkan akan berupa dekubitus atau
pressure ulcers.
4. Sistem pernapasan:
Imoblisasi akan menyebabkan efek pada sistem pernapasan. Pada
posisi supine, pasien yang imobilisasi memiliki efek yang tidak baik pada
intercosta, diafragma atau otot abdominal untuk inspirasi maupun ekspirasi
maksimum. Atropi secara umum pada otot-otot tersebut dapat mempengaruhi
fungsi dan efisiensi pernapasan. Imobilisasi juga memiliki dampak signifikan
terhadap mekanisme batuk. batuk yang dihasilkan tidak dapat membersihkan
bronchial dari secret. Sehingga pada kondisi terjadinya penurunan kapasitas
respiratori dan stasis secret menyebabkan pasien mengalami pneumonia atau
atelektasis.
5. Sistem kardiovaskular:
Imobilisasi menyebabkan hipotensi orthostatik atau tekanan darah
rendah ketika bergerak/ berpindah dari posisi duduk ke berdiri. Setelah masa
imobilisasi, jika seseorang hendak berdiri ataupun duduk terdapat marked pooling
dari darah pada ekstremitas bawah yang menyebabkan penurunan pada sirkulasi
volume darah. Tekanan darah akan menurun cepat dan otak kekurangan darah dan
oksigen yang terkadang memicu terjadinya pingsan.
6. Sistem pencernaan:
Sistem pencernaan juga terpengaruh oleh prolonged immobilization.
Adanya penurunan secara umum pada aktivitas gastrointestinal, penurunan pada
mobilitas dan fungsi sekresi akan menimbulkan konstipasi (Teasell & Dittmer,
1998).
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang
kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi
dermis, epidermis, jaringan otot sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP
mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium:
1. Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya
reversibel dan dapat sembuh dalam 5-10 hari. Apabila dibandingkan dengan kulit
yang normal, maka akan tampak:
- Perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)
- Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)
- Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)
- Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna
merah yang menetap, biru atau ungu.
2. Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan adiposa.
Terlihat eritema dan indurasi. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi,
melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal. Stadium ini dapat sembuh
dalam 10-15 hari.
3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril.
Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis.
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat
seperti lubang yang dalam. Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik.
Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
4. Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat
terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh
dalam 3-6 bulan.
3.4.8 Komplikasi
1. Skin abscess
Terdapat nanah di bawah permukaan kulit, yang disebabkan oleh infeksi. Nanah
terdiri dari jaringan yang terinfeksi dan sel darah putih. Abses kulit disebabkan
oleh bakteri yang ada di permukaan kulit. Bakteri dapat masuk ke jaringan di
bawah kulit setelah cedera.
2. Cellulitis
Infeksi pada lapisan dangkal dan dalam kulit, yang disebabkan oleh bakteri.
Ketika kulit terluka, bakteri dapat menyebar di bawah permukaan dan mulai
berkembang biak. Banyak dari infeksi disebabkan oleh bakteri streptococcal dan
staphylococcal.
3. Gangren
4. Septic arthritis
Septic arthritis merupakan peradangan sendi yang parah, yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Bakteri dapat memasukkan gabungan dari luka, atau bakteri dapat
menyebar ke sendi melalui aliran darah dari lokasi lain dalam tubuh.
5. Osteomyelitis
Peradangan atau inflamasi sudah menyebar ke tulang.
6. Sepsis
Peradangan atau inflamasi sudah menyebar ke darah.
3.4.8 Prognosis
Luka akibat luka tekanan dan sudah terinfeksi dapat disembuhkan tapi tetap
meninggalkan bekas luka. Kekambuhan terjadi jika faktor pencetus tetap ada.
Tingkat kekambuhan sangat tinggi yaitu 90% (Revis). Penyembuhan orang-orang
yang berusia lanjut dan lemah lambat dan sulit. Sebaliknya orang yang muda dan
sehat pasca cedera akan sembuh lebih cepat. (www.mdguidelines.com, 2010).
Eritema : (-), Ulcerasi : (-), Eritema: (+), ulserasi: (-), nyeri: (-),
Nyeri : (-), Inflamasi : (-), Abrasi (-) inflamasi: (-), abrasi : (+)
H-12 : H-12 :
Eritema : (-), Ulcerasi : (-), Eritema: (+), ulserasi: (-), nyeri: (-),
Nyeri : (-), Inflamasi : (-), Abrasi (-) inflamasi: (-), abrasi: (+)