Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TIMBANG TERIMA

RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS dr.SOEBANDI

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Aisyah Helmiatul hafidah NIM. 20020002

Alfin Dwiky Muchlasin NIM. 20020003

Ayu Anggraeni NIM. 20020014

Citra Suci Kurnia NIM. 20020018

Dian Enggar Ardisya NIM. 20020024

Dita Aida Faradila NIM. 20020026

Dwi Cahya Wijayanto NIM. 20020027

Farham Rofiqi NIM. 20020034

Naning Sofiyatin Ningsih NIM. 20020064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)

2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 LATAR BELAKANG


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat di wujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifannya adalah saat pergantian sif
(timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malamsecara tertulis dan lisan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting mengenai pasien
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).

b. Menyampaikan hal yang sudah atau yang belum dilakukan dalam

asuhan keperawatan kepada pasien.

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.


d. Menyusun rencana kerja untuk perawat yang akan dinas berikutnya.

1.3 MANFAAT

a. Bagi Perawat

1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.


2) Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat 
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
b. Bagi Pasien

Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada masalah

yang belum terselesaikan

1.4 PROSEDUR TIMBANG TERIMA

Tahap kegiatan waktu tempat pelaksana


persiapan 1. Timbang terima 20 menit Nurse PP,PA
dilaksanakan setiap pergantian
stasion
sif atau operan
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang
Belum dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3.PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam timbang
terima;
a. Jumlah pasien;
b. Identitas pasien, diagnosis
medis, dimana pasien di
rawat/kamar
c. Data (keluhan/subjektif dan
objektif); yang di temukan
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul;
e. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum);
f. Intervensi kolaboratif dan
dependen; Rencana umum dan
persiapan
g. yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
program lainnya).
Pelaksana Nurse Station
1. Kedua kelompok dinas
an
sudah siap (sif jaga) yang
berikutnya.
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan dan alat tulis mungkin
ada yang butuh untuk di catat.
3. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat oleh perawat
jaga
5. Perawat sif jaga selanjutnya
dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal hal yang
telah ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan hah-hal
yang kurang jelas.

Di Bed Passien
6. Kepala ruang
menyampaikan salam dan PP
menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan dan tindakan yang
telah atau belum dilaksanakan,
serta hal- hal penting lainnya
selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya dicatat
secara khusus untuk
kemudian diserah terimakan
kepada petugas yang
selanjutnya.
1.5 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Dilaksanakan tepat pada waktu saat pergantian sif.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang sudah shif dan yang akan dinas
berikutnya.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien maupun keluarga tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat pasien atau keluarga.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
1.6 ALUR TIMBANG TERIMA

SITUATION

Data Demografi Diagnosis Keperawatan (Data)


Diagnosis Medis

Background

Riwayat Keperawatan

Assessment:
KU; TTV; GCS; Skala Nyeri; Skala
Resiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)

Rekomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru
1.7 RENSTRA TIMBANG TERIMA
a. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/ Tanggal : Jumat, 30 agustus 2021
Pukul : 13.00 WIB
Topik : Timbang terima pasien
Tempat : Nurse Station

b. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
c. Media
1. Status pasien
2. Buku timbang terima Alat tulis
3. Sarana dan prasarana perawatan
d. Pengorganisasian
Kepala Ruang : alfin dwiky
Kepala Tim 1 : farham rofiqi
Perawat Pelaksana : dwi cahya
Perawat Pelaksana (sore) : aisyah
Perawat Pelaksana (sore) : dian enggar
Perawat Pelaksana (sore) : naning
e. Uraian Kegiatan
1. Prolog
Pada hari rabu jam 13:00 WIB seluruh perawat (PP dan PA) sif pagi dan
sore serta kepala ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang
terima.
2. Session di Nurse station
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan do’a
dan kemudian mempersilakan PP dinas malam untuk melaporkan dan
menyampaikan keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP
yang akan berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA sif (pagi) memberikan
klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah diberikan dan yang belum
dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum
dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
dan lain- lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan,
setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan
lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.

f. Evaluasi
1. Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang
terima. Kepala ruang/nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian sif yaitu pagi ke siang.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti sif. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian keruang perawatan pasien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien
berapa, diagnosa keperawatan, intervensi yang belum dan yang sudah dilakukan
sebelumnya.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
FORMAT TIMBANG TERIMA PASIEN

Nama Pasien : Kamar/ RUANG:


Umur : Dx Medis :
Tanggal :

Asuhan keperawatan Timbang terima


Shif pagi Shif sore
Data fokus
Masalah keperawatan

Intervensi yang sudah


di lakukan

Intervensi yang belum


di lakukan

Hal hal yang perlu di


perhatikan

Evaluasi

Tanda tangan PP PP pagi PP pagi

PP sore PP sore

KARU

Timbang Terima – SBAR


Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2017)

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang


memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S : Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)
 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat
 Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau
sudah teratasi / keluhan utama
B : Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkirni)
 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat infasif,
dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan
 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
A : Asessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda –
tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden skor, status restrain,
resiko jatuh, pivas skor, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain –
lain
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
R : Recomendation
 Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to nursing care plan) termasuk discharge planing dan edukasi pasien
dan keluarga
Sebelum serah terima pasien
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Kumpulkan data data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya .
5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian

Situation
1. Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Tanggal MRS :
DPJP :
2. Diagnosis medis: DM Tipe II
3. Masalah keperawatan : ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah
Background
Bedrest total, merasa lemah tak berdaya, sering buang air kecil selama
dirawat, tidak ada alergi, infus terpasang ditangan kiri, mobilisasi dibantu.
Assessment
1. Composmentis, TD: 130/90 mmHg, N: 80 x/mnt, S: 37,5 C , RR: 21x/mnt,
status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain
2. Hasi laboratorium terbaru yaitu leukosit : 229.570 cmm, trombosit 150 cmm,
Hb : 27 g/dl
3. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Recommendation
1. Rekomendasikan intervensi keperawatan yang sudah dan perlu dilanjutkan
termasuk discharge planing dan edukasi pasien dan keluarga .
2. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien.
3. Jaga aseptik dan antiseptik setiap melaksanakan prosedur

Role play Timbang Terima


Di ruang cempaka RS. Universitas soebandi menunjukkan pukul 13:00
tiba waktunya untuk melakukan timbang terima dari sift pagi ke sift sore. Semua
perawat telah berada di ruangan bersiap siap untuk melakukan timbang terima.
Diruangan terdapat karu, katim, 2 perawat pelaksana sift pagi, dan 2 perawat
pelaksana sift sore.
Karu : alfin dwiky
Katim : farham rofiqi
PP 1 : dian enggar
PP 2 : naning
A. TAHAP ORIENTASI
Karu : Assalamualaikum wr wb
Semua : Waalaikumsalam wr wb
Karu : Sebelum memulai operan ini, alangkah baiknya kita berdoa menurut
agama dan keyakinan masing masing. Berdoa mulai selesai. Baiklah, untuk PJ
pagi untuk melaporkan pasien kepada sore ini, dipersilahkan
B. TAHAP PELAKSANAAN
Katim : Baik terimakasih, untuk operan siang ini ada 3 pasien, ada 1 pasien baru
di TT no 2. Sebelum melakukan operan pasien, saya akan melaporkan BOR
diruang cempaka yaitu 3 dari 17 bed terisi sudah terisi. Jadi BOR untuk hari ini
sebesar 17%. Lalu hand rub di ruangan pasien sudah banyak yang sudah habis,
untuk kelanjutannya saya sudah menghubungi sarana prasarana. Nanti untuk
perawat sift sore tolong konfirmasikan kembali kebagian sarana dan prasarana.
Baiklah mungkin sudah itu saja. Baiklah langsung ke pasien pertama.
Pasien pertama
S : TT 1. Tn Amin (5Th) dengan Dx medis asma, keadaan compos mentis, klien
masih mengeluhkan sesak, pernafasan cuping hidung (+), terdapat sekret
B : Telah mendapat terapi O2 nasal kanul 4 lpm, dan sudah mendapat nebulizer
A : N : 80x/mnt, RR : 27x/mnt, T: 37 c, terpasang cairan IV Pz 14 tpm
R : monitor TTV, berikan nebulizer dengan ventoline. Apakah ada yang
ditanyakan ?
PP 1 : Untuk terapi cairan apakah ada perubahan ?
Katim : Terapi cairan untuk pagi ini diganti dengan D5, sudah saya
konsultasikan dengan DPJP
PP 1 : Baiklah
Katim : Silahkan pasien kedua pasien dari Ns ....

PP 1 : Pasien kedua
S : TT 2 pasien baru. Ny S (65 Th) dengan Dx medis DM II, KU lemas, nafsu
makan menurun, tidak memiliki riwayat alergi
A : N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, T: 37,5 c, terpasang cairan IV RL 14 tpm,
GDA: 238 dl
R :minta tolong nanti konfirmasikan lagi kebagian laboratorium mengenai hasil
lab nya. Apakah ada yang ditanyakan ?

PP 2 : Baik ,nanti saya konfirmasi ke bagian laboratorium


untuk cek Hb nya apakah sudah di lakukan ?
PP 1 : Sudah diambil sampel darah, tinggal menunggu hasilnya. Nanti bisa
menghubungi bagian laboratorium.
PP 2 : Baiklah

PP 1 : Pasien ketiga
S : TT 3 Ny supari (4 Th) dengan Dx medis bronko pneumoni, KU baik, nafsu
makan sudah meningkat, sesak sudah berkurang
B : sudah mendapatkan terapi drip amino 1 amp/flash, terapi nebulizer BB
A : N: 75x/mnt, RR : 24x/mnt, T: 37,5 c, terpasang cairan IV PZ+amino 1 amp 14
tpm
R : monitor TTV, ganti cairan infus NS, pasien rencana KRS hari ini, nanti
konfirmasikanke DPJP. Apakah ada yang ditanyakan ?
Semua : tidak ada
Karu : Terimakasih, jika sudah tidak ada yang ingin ditanyakan, mari kita
langsung saja ke pasien
Semua perawat berjalan keruangan pasien untuk melakukan operan sift dan
membawa buku timbang terima,setelah selesai mereka kembali keruangan untuk
mendatangi hasil operan dinas malam.
Karu : Assalamualaikum wr.wb ibu, selamat pagi , bagaimana keadaannya hari
ini ?
Keluarga Pasien : Waalaikumsalam . alhamdulillah sudah enakan bu
Karu : Tidurnya semalam gimana bu ?
Keluarga Pasien : Alhamdulillah nyenyak bu .katanya dokter kemaren kalau
kondisi saya membaik,saya diperbolehkan pulang nggih bu hari ini ?
Karu : Iya bu, nanti tunggu visite dokter lagi ya bu, untuk memeriksakan kondisi
anak ibu kembali.
Keluarga pasien : iya baik buk.
Karu : Jadi kedatangan kami kesini sedang melakukan operan shift pagi ke
sore buk. Dan perkenalkan ini perawat A dan perawat B yang sedang
bertugas
pada sore hari ini. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu atau ada yang perlu di
tanyakan bisa tanyakan ke mbak sama masnnya ya buk.
Keluarga Pasien : Oh iya baik buk.
Karu : Ada yang di tanyakan lagi buk ? Keluarga Pasien : Sudah tidak ada buk.
karu : Baik kalau begitu kami permisi dulu bu, assalamualaikum Keluarga
Pasien : Waalaikumsalam

C. TAHAP PENUTUP
Karu : Baiklah operan dinas malam ke dinas pagi sudah selesai. Dinas malam,
jika mau pulang dipersilahkan dan selamat beristirahat. Dan untuk yang dinas pagi
semogadiberi kelancaran. Sebelum diakhiri marilah kita tutup operan hari ini
dengan doa menurut agama dan keyakinan masing- masing. Berdoa mulai selesai.
Terimakasih atas perhatiannya, wassalamualaikum wr wb
semua : Waalaikumsalam wr.wb
SATUAN ACARA PENYULUHAN .

Pokok bahasan : Diabetes Melitus


Hari/Tanggal : Senin, 30 Agustus 2021
Waktu : 25 menit
Tempat : Ruang cempaka
Sasaran : Pasien DM dan keluarga pasien

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pelajaran tentang penyakit
diabetes melitus dan perawatannya dalam waktu menit, diharapkan sasaran
mampu menjelaskan tentang penyakit diabetes mellitus dan menerapkan
perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota keluarga dengan penyakit
diabetes melitus.
2.Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah diberikan penyuluhan kesehatan,
diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
b. Menyebutkan penyebab diabetes melitus
c. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
d. Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
e. Menjelaskan penatalaksanaan pasien diabetes militus

B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit diabetes melitus.
2. Penyebab penyakit diabetes melitus.
3. Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
4. Komplikasi penyakit diabetes melitus.
5. Penatalaksanaan keperawatan pasien diabetes melitus
C. Proses Belajar

Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode Med


penyuluhan penyuluhan ia

Pembu 5 Menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam Tanya Kata


kaan salam jawab -kata
2. Menyetujui atau
kali
2. Menyampaikan tujuan penyuluhan
mat
tujuan penyuluhan
Inti 15 a. Menjelaskan 1. Mendengarkan Cerama Leaf
Atau menit dan memperhatikan h let
pengertian diabetes
Pemba
hasan melitus 2. Mendengar dan
memperhatikan
b. Menyebutkan
penyebab diabetes 3. Mendengar dan
memperhatikan
melitus
c. Menyebutkan 4. Mendengar dan
memperhatikan
tanda dan gejala
diabetes melitus
d. Menyebutkan
komplikasi
diabetes melitus
e. Menyebutkan
penatalaksanaan
pasien diabetes
melitus

Penutu 5 menit 1.Memberikan 1. Cerama leafl


p h et
kesempatan untuk menjawab
bertanya. pertanyaan yang
2. Menjawab diajukan.
Tanya
pertanyaan. jawab
3. Mengajukan 2. mendengar dan
pertanyaan tentang memperhatikan.
materi yang ditelah
di sampaikan. 3.Menjawab salam
a. Menjelaskan
pengertian diabetes
melitus
b. Menyebutkan
penyebab diabetes
melitus
c. Menyebutkan
tanda dan gejala
diabetes melitus
d. Menyebutkan
komplikasi
diabetes melitus
e. Menyebutkan
penatalaksanaan
pasien diabetes
melitus
3. Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
salam

D. EVALUASI

A. PERSIAPAN

1.) Sasaran dan media disiapkan sebelum proses penyuluhan kesehatan.

2.) Materi yang digunakan sudah siap.

3.) Sasaran sudah siap di tempat yang sudah ditentukan.

E. PROSES

1.) Proses kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar

2.) Sasaran mengerti tentang materi


F. HASIL

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan sasaran mampu :

1.) Mengetahui pengertian diabetes melitus

2.) Dapat Menyebutkan penyebab diabetes melitus


3.) Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
4.) Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
5.) Menyebutkan penatalaksanaan pasien diabetes melitus

G. PERTANYAAN

1. Jelaskan pengertian diabetes melitus?


2. Sebutkan penyebab diabetes melitus?
3. Sebutkan tanda dan gejala diabetes melitus?
4. Sebutkan komplikasi diabetes militus ?
5. Sebutkan penatalaksanaan pasien diabetes melitus?

LAMPIRAN MATERI

DIABETES MELITUS

1.1 Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
(WHO).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik menahun akibat


pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan glukosa di
dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes militus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan proein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam
darah). (Tarwoto, 2012).
1.2 Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Faktor penyebab terjadinya diabetes melitus banyak hal yang
mempengaruhi diantaranya :
1. Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan
ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge)
teertentu pada individu tertentu
b. Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga
antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya
jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan abnormal
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta.
2. Diabetes Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan
dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelopok etnik tertentu

3. Faktor Non Genetik

a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus
b. Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma
karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma
karena kadar katekolamin meningkat

4. Tipe Diabetes:

Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes


Association 2010 (ADA, 2011) dibagi menjadi 4 yaitu :
a. DM Tipe-1
Terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.

b. DM Tipe-2

Terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin


untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati.
c. DM Gestasional
Terjadi selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.

d. DM Tipe Lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, antara lain defek genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
kelainangenetik
1.3 Manifestasi Klinis
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
f. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina
peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada
kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang
kulit
g. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah menjadi keton
yang kemudian berada dalam darah dan dikeluarakan melalui ginjal.
h. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adnya kelaparan sel, kehilangan
potassium menjadi akibat pasien menjadi mudah lemah dan letih.
i. Terkadang tanpa kejala.
Pada keadaan tertentu, tubuh mudah beradaptasi dengan peningkatan
glukosa darah.
1.4 Patofisiologi
1. Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel
beta pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat
badan normal atau di bawah normal, gejala klasik IDDM yang tidak diobati
adalah poliuria, polidipsia, polifagia (peningkatan makan) dan kehilangan
berat badan.
2. Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas
dan resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan
sebagai respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau
meningkat tapi sekresi insulin tergantung dalam hubungannya dengan tingkat
hiperglikemia, ini biasanya di diagnosa setelah berusia 30 tahun dan 75% dari
individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
3. DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik utama
yaitu mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit jantung
koroner, pembuluh darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati, netropati, dan
neuropati. Termasuk diabetik ketoasidosis (KAD). KAD adalah akibat
defisiensi insulin, dosis terlalu kecil, kelalaian 1 dosis atau beberapa hormon
yang mengatur balik antagonis insulin (glukagon, katekolamin, kortisol dan
hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi selama infeksi atau trauma. Tanda-
tanda metabolik dari KAD meliputi hiperglikemia, diuresis osmotik dan
gehidrasi hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipofisis dan asidosis
akibat dari naiknya produksi dari asam lemak.
1.5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer, 2001 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit
Diabetes Melitus, yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine.

a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict
dan ansipatik ( paper strip ).
3. Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes
melitus yaitu :
a. Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )
b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia.

1.6. Komplikasi

Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :


1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.

3. Neuropati Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetik (Mansjoer, 2007)
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi
komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya
terjadi pada NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme
lemak dan protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-
organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
a) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga
menjadi kebutaan
b) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer)
mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada tubuh.
c) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat
mengakibatkan gagal ginjal
3. Makroangiopati
a) Penyakit vaskuler perifer
b) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
c) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke
4. Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh.
5. Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari deabetes
terjadi akibat komplikasi seperti karena:
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia
b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. Komplikasi neurofatik
e. Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner stoke.
(Subekti, 2005).
1.7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk


mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
1. Farmakologis
a. Terapi (bila diperlukan)
Jika pasien telah melakukan diit dan kegiatan jasmai yang teratur
tapi kadar gula darahnya masih belun baik, dipertimbangkan
pemakaian obat yang berkhasiat hipoglikemik baik oral maupun
suntikan.

b. Indikasi penggunaan insulin pada


NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Militus adalah
a) Diabetes melitus dengan berat badan menurun cepat
b) Keto asidosis, asidosis laktat dan komahiperosmolar
c) Dibetes melitus mengalami stres berat
d) Diabetes melitus dengan kehamilan
e) Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat
oral dosis maksimal.

2. Non Farmakologi

1. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe diabetes
mellitus

1. Tujuan
Membantu klien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga
untuk mendapatkan kontra metabolik yang lebih baik.
2. Syarat-Syarat diet penyakit diabetes mellitus adalah:
a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal.
b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan
energi total.
c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan
energi total, dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total
berasal dari lemak jauh 10% dari lemak tidak jenuh ganda,
sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi
total, yaitu 60-70%.
e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f) Penggunaan serta dianjurkan 25 gram / hari dengan
mengutamakan serta larut air yang terdapat dalam sayur dan
buah.
g) Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperi
orang sehat, yaitu 3000 mg/ hari.
h) Cukup vitamin dan mineral.
3. Macam Diet bagi penderita Diabetes
Melitus
1. Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi dan sagu.
a. Sumber protein rendah lemak,
seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu dan kacang-
kacangan.
b. Sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.
2. Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari
untuk diet diabetes mellitus adalah :
a. Mengandung
banyak gula sederhana, seperti : gula pasir, gula jawa, sirop, jam,
jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan, dan es krim, kue-kue manis, dodol, cakel
dan tarcis.
b. Mengandung
banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.
Menurut konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia
(Perkemi) tahun 1998, diagnosis diabetes mellitus umumnya akan
mulai terpikirkan bila ditemukan adanya gejala khas DM berupa
polifogia, polidipsia, polivria, kesemutan, dan penurunan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya. Diagnosis diabetes
dipastikan bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/ diatau lebih
ditambah gejala khas diabetes dan gula darah puasa > 126 mg/ dl
pada dua kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.
Menurut Rendy dan Margaret, (2012) Tujuan penataklasanaan
pasien dengan DM adalah:
1. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kader glukosa
darah
2. Mencegah komplikasi vaskuler dan neorophati
3. Mecegah terjadinya hipoglikimia dan ketoasidosis.
Perinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah
dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor
penting yang harus diperhatikan yaitu:
1. Asupan makanan dan menejemen diet
2. Latihan fisik dan exercise
3. Obat-obatan penurun gula darah
4. Pendidikan kesehatan
5. Monitoring
DAFTAR PUSTAKA

Padila . (2013). Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran Bandung.
Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
LEAFLET DIABETES MELITUS

Anda mungkin juga menyukai