Anda di halaman 1dari 7

Nama : Syifa Annisa

NIM : 141200201

Resume Dasar Psikologi Motivasi

Pengertian Motivasi

Menurut Ormrod (2008), motivasi sebagai sesuatu yang menghidupkan (energize),


mengarahkan, dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat seseorang bergerak
menempatkan mereka dalam satu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang selektif, berorientasi tujuan (goal-
oriented), dan dilakukan secara terus-menerus.

Teori-Teori Motivasi

1.Teori Kebutuhan Maslow

Setiap manusia memiliki kebutuhan yang pemunculannya bergantung pada kepentingan


individu. Teori ini memnggolongkan kebutuhan dalam 5 tingkat:

1)Kebutuhan fisio logical (psyhlogical needs)

2)Kebutuhan rasa aman (safetu needs

3)Kebutuhan kasih saying (love needs)

4)Kebutuhan aan harga diri (esteem needs)

5)Aktualisasi diri (self actualization)

2.Teori Motivasi Sosial

McClelland menyatakan bahwa timbulnya tingkah laku seseorang adalah karena


dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhanya. Dalam diri seseorang terdapat 3 kebutuhan
pokokyang mendorong tingkah lakunya yaitu:

1)Needs for achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur
berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang yang berhubungan erat dalam
belajar dan mencapai prestasi tertentu.
2)Need for affilition yaitu kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain.

3)Need for power yaitu kebutuhan untuk menguasai dan memepengaruhi terhadap
orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan seseorang tidak atau kurang peduli terhadap
perasaan orang lain.

3.Teori “ERG” Cylton Alderfer

Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu:
E=Existence (kebutuhan akan eksisentensi), R=Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan
dengan pihak lain) dan G=Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Teori Alderfer ini
mempunyai kesamaan dengan Teori Kebutuhan Maslow yang mana “Existence” dapat
dikatan identik dengan hierarki yang pertama dan kedua, “Relatedness” senada dengan
hierarki ketiga dan keempat, dan “Growth” megandung makna sama dengan “self-
actualization”. Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahkan pemuasnya secara serentak

4.Teori “Dua Faktor” Herzberg

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong
berprestasi yang sifatnya intristik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Yang
tergolong dalam faktor motivasional antara lain belajar seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam belajar dan pengakuan orang lain. Sedangkan
yang disebut faktor motivasional adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang
berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan sesorang. Hal-hal yang mencakup faktor motivasional atau pemeliharaan antara
lain status seseorang dalam lingkup belajar, hubungan siswa dengan gurunya, hubungan
siswa dengan teman-temanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia,
kebijakan instansi pendidikan, sistem administrasi dalam instansi, kondisi belajar dan
sistem imbalan yang berlaku.

5.Teori Keadilan

Inti dari teori keadilan terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang telah dilakukan dengan hasil yang diperoleh
(nilai). Artinya apabila seorang siswa mempunyai persepsi bahwa hasilnya yang diterimanya
tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi yaitu:
•Seseorang akan berusaha memperoleh hasil yang lebih besar, atau;

•Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.

Dalam menumbuhkan presepsi tertentu, seorang siswa biasanya menggunakan empat hal
sebagai pembanding, yaitu:

•Harapannya tentang tingginya hasil (nilai) yang dianggapnya layak diterima berdasarkan
kualifikasi pribadi, seperti kehadiran, melaksanakan tugas (makalah), presentasi tugas dan
keaktifan di kelas.

•Hasil (nilai) yang diperoleh oleh orang lain yang kualitasnya sama dengan yang
bersangkutan.

•Hasil (nilai) yang diperoleh siswa lain di instasi pendidikan (perguruan tinggi) lain di
kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis

•Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai tingkat dan jenis nilai yang
merupakan hak siswa

6.Teori Harapan oleh Victor H. Vroom

Teori harapan menyakatan bahwa motivasi merupakan akibat dari suatu hasil dari yang
ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakanya akan
mengarah pada hasil yang diinginkannnya itu. Jadi, jika seseorang menginginkan sesuatu
dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat
terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi
rendah.

7.Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku Dalam kehidupan organisasional disadari dan
diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan oleh berbagai konsekuensi eksternal dari
perilaku dan tindaknya. Ini artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut
berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal
“hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung mengulangi perilaku
yang mempunyai konsekuensi meguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.

Motivasi Instristik dan Motivasi Ekstrinsik


Menurut Decy & Ryan, 2002. Motivasi intrinsik ialah kecenderungan alamiah
seseorang untuk mencari dan menaklukan tantangan saat mengejar kepentingan pribadi dan
menerapkan kapabilitas. Jika ermotivasi secara intrinsik, orang tidak membutuhkan

Insentif atau hukuman karena hal yang ia lakukan adalah kesenangan baginya. Namun, jika
termotivasi secara ekstrinsik, pada dasarnya mereka hanya melakukan sesuatu sebagai
sarana mencapai tujuan tapi bukan tujuan bagi diri sendiri. Siswayang termotivasi secara
intrinsik akan terlibat aktivitas yang memberi mereka kesenangan, membantu
mengembangkan keterampilan diri, atau secara etika dan moral tampak benar untuk
dilakukan. Pada masa-masa awal sekolah, siswa seringkali antusias dan bersemangat
untuk mempelajari hal-hal baru. Namun, ketika menginjak kelas 9 atau 12 biasanya
motivasi intrinsik mereka akan menurun. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya,
ketika mereka beranjak dewasa, mereka akan ingat betapa pentingnya nilai yang baik
(motivasi ekstrinsik). Hal itu membuat mereka fokus untuk memperoleh nilai rata-rata yang
tinggi. Secara kongnitif-pun mereka menjadi lebih mampu menetapkan dan mengupayakan
tujuan jangka panjang. Yang mana mereka mulai mengevaluasi mata pelajaran sekolah
yang relevan dengan tujuan tersebut bukan dalam rangka daya tarik intrinsik. Motivasi
ekstirnsik tidak selalu buruk. Siswa biasanya termotivasi secara bersamaan
(ekstrinsik dan intrinsik). Motivasi ekstrinsik mungkin satu-satunya hal yang membuat
siswa antusias mengikuti pembelajaran di kelas dan produktif. Tetapi, motivasi intrinsik yang
akan bertahan lama di diri seseorang. Motivasi intrinsik membuat mereka memahami dan
menerapkan apa yang mereka pelajari, meningkatkan keingin-tahuan mereka, dan
meningkatkan mereka untuk terus belajar. Kekuatan motivasi tidak tergantung pada internal
dan eksternal, tetapi yang pasti presistensi intrinsik lebih tinggi daripada ekstrinsik. Menurt
Syah (2000), motivasi intrinsik lebih baik karena intrinsik bersifat lebih langgeng. Contoh,
orang belajar karena ingin dapat hadiah hp dari orang tua. Jika orang tuanya mampu maka
tidak masalah. Tetapi, jika suatu saat orang tuanya tidak mampu sehingga tidak ada hadiah
untuk anaknya. Bisa jadi anak itu tidak lagi terdorong untuk belajar karena ia berpikir jika
dengan belajarpun dia tidak dapat hadiah apapun. Hal ini menunjukkan motivasi
ekstrinsik itu tidak bertahan lama. Lain halnya dengan orang yang belajar karena sadar
ingin dapat ilmu meskipun orang tuanya tidak menjanjikan hadiah apapun. Jadi dia tidak
akan goyah dan akan tetap belajar. Hal ini menunjukkan motivasi intrinsik itu bertahan lama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

a.Minat

Minat adalah ketika kita menganggap topik atau aktivitas tertentu menarik dan menantang.
Dengan begitu minat adalah bentuk motivasi intrinsik. Terdapat dua jenis minat, yaitu minat
situasional dan minat pribadi. Minat situasional adalah minat yang dipicu oleh sesuatu di
lingkungan sekitar, misal hal-hal baru, berbeda, tak terduga atau hidup sering menghasilkan
minat situasional. Contohnya penasaran akan topik budaya dan orang, alam, peristiwa saat
ini. Karya fiksi lebih menarik jika tema dan karakter dapat diidentifikasikan secara
pribadi. Karya atau buku non-fiksi lebih menarik jika mudah dipahami. Seseorang juga
cenderung memiliki pilihan pribadi tentang topik atau aktivitas apa yang ingin mereka
ikuti.

b.Ekspektasi dan Nilai

Motivasi melakukan sebuah tugas tegantung 2 variabel yang subjektif; Pertama, siswa
memiliki harapan yang tinggi (ekspektasi) bahwa mereka akan sukses. Faktor lain yang
memengaruhi ekspektasi yaitu kesulitan tugas yang dirasakan, ketersediaan sumber daya
dan dukungan, kualitas pengajaran, dan jumlah usaha yang dibutuhkan. Sehingga
mendapat kesimpulan peluang kesusksesan mereka. Kedua yaitu nilai (value), siswa yakin
ada manfaat yang didapat dalam mengerjakan tugas.

c.Tujuan

Tujuan yang erat dengan pembelajaran adalah tujuan prestasi. Ada empat jenis tujuan
dalam tujuan prestasi;

(1) Tujuan penguasaan (mastery goals) yaitu hasrat memperoleh atau menguasai
pengetahuan dan keterampilan baru,

(2) Tujuan performa (performance goals) yaitu hasrat menampilkan diri sebagai orang yang
kompeten,

(3) Tujuan pendekatan performa (performance-approach goals) yaitu hasrat untuk


terlihat baik dan mendapat penilaian positif,

(4) Tujuan penghindaran performa (performance-avoidance goals) yaitu hasrat untuk tidak
berpenampilan buruk atau menerima penilaian buruk.
d.Atribusi

Atribusi (attribution) adalah cara orang memandang penyebab dari suatu hasil. Ketika orang
mencoba menjelaskan suatu kegagalan/kesuksesan, orang mengatribusikan pada salah satu
atau lebih dari empat penyebab; kemampuan, usaha, tingkat kesulitan tugas, atau
keberuntungan. Atribusi penyebab dikategorikan pada tiga dimensi. Pertama, internal-
eksternal, dimensi internal terjadi jika individu menganggap kesuksesan hasil dari
kemampuannya, begitupula sebaliknya pada eksternal. Kedua, stabilitas, dimensi ini
tentang sesuatu bisa dicapai (stabil) atau tidak bisa dicapai (tidak stabil).

e.Ekspresi dan Atribusi Guru

Ketika guru memiliki ekpektasi tinggi pada siswa, maka guru menyajikan lebih banyak
materi pelajaran dan topik lebih sulit, lebih sering berinteraksi dengan siswa, menyediakan
banyak kesempatan bagi siswa untuk merespon, serta memberi umpan balik positif dan
spesifik. Sebaliknya, ketika guru punya ekspektasi rendah kepada siswa tertentu,
mereka memberi sedikit tugas sulit, mengajukan pertanyaan lebih mudah, memberi
kesempatan lebih sedikit untuk berbicara di kelas, dan memberi sedikit umpan balik
tentang respons siswa. Guru mengomunikasikan atribusi mereka bagi kesuksesan dan
kegagalan siswa secara lebih halus.

Bagaimana Memberika Motivasi Dalam Pembelajaran

Berikut merupakan contoh-contoh cara memberikan motivasi dalam pembelajaran:

1. Dengan memberikan pujian atau celaan

2. Menggunakan system reward dan punishment

3. Memperhatikan tingkat aspirasi siswa

4. Menciptakan suasana kompetitif

5. Menciptakan sarana umpan balik atau feedback

6. Menghindari cara dan suasana yang canggung dan menegangkan

7. Menciptakan rasa butuh belajar


8. Menetapkan target atau tujuan

9. Memperlihatkan perilaku bermotivasi melalui model

10. Mempertahankan rasa ingin tahu

11. Penyajian pelajaran yang menarik dan tidak membosankan

12. Menggunakan games dan simulasi

Anda mungkin juga menyukai