Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

PROBLEM-SOLVING-BASED
HIGHER ORDER THINKING TO
IMPROVE LEARNING
ACHIEVEMENT THROUGH
STUDENTS' CHARACTER
BUILDING...
asri hasanah

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Pemanfaat an int ernet dalam mempersiapkan guru mengajar di kelas RSBI hal. 221-233
Sit t i Pat ahuddin

Pembent ukan Karakt er Melalui Penerapan Met ode Quant um Learning dengan Menggunakan Media Al…
Sri Wahyu Widyaningsih

PROSIDING SENARI2013-rev2
Karlin Unyu
HIGHER ORDER THINKING BERBASIS PEMECAHAN MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERORIENTASI PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA

Tri Widodo dan Sri Kadarwati


FMIPA Universitas Negeri Semarang
email: triwidodo@yahoo.com

Abstrak: Penelitian tindakan ini ditujukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dengan berorientasi pembentukan karakter. Pembelajaran menggunakan higher order thinking berbasis
pemecahan masalah. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-3 program IPA. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat menjadi 73,84 (melebihi target). Siswa yang telah
menguasai materi ada sebanyak 96,87%. Skor aktivitas adalah 83,81 (melebihi target). Karakter dan
respon siswa terhadap pembelajaran termasuk pada kategori baik.

Kata Kunci: higher order thinking, hasil belajar, aktivitas belajar dan karakter

PROBLEM-SOLVING-BASED HIGHER ORDER THINKING


TO IMPROVE LEARNING ACHIEVEMENT
THROUGH STUDENTS’ CHARACTER BUILDING ORIENTATION

Abstract: This action research study was aimed to improve the students’ learning activities and
achievement through character building orientation. The teaching used the higher order thinking and
problem-based instruction strategy. The subjects were the XI-3 students of the Science program. The
findings showed that the students’ achievement was 73.84 (higher than the target). The students who
had mastered the lesson was 96.87%. The activity score was 83.81 (higher than the target). The
students’ character and response to the teaching process belonged to the good category.

Keywords: HOT, PBI, student achievement, student character

SMAN 1 Ungaran termasuk sekolah ung-


PENDAHULUAN gulan di Kabupaten Semarang. Sekolah ini me-
Penelitian ini diawali oleh rasa prihatin miliki visi: Unggul dalam Prestasi dan Luhur
terhadap sikap siswa SMA yang takut meng- dalam Budaya, namun demikian prestasi aka-
hadapi Ujian Nasional. Ujian Nasional telah di- demik yang diraih ”baru” di tingkat kabupaten
laksanakan selama bertahun-tahun, bahkan jika dan belum ke tingkat Nasional. Input sekolah
ditelusur ke masa lampau, ujian itu telah dise- ini tergolong baik terutama di tingkat kabupaten
lenggarakan selama puluhan tahun dengan nama Semarang, setiap tahun calon yang mendaftar
EBTA, EBTANAS atau Ujian Negara, tetapi ke- berlimpah sehingga sekolah dapat memilih sis-
nyataannya siswa kurang dipersiapkan dengan wa yang berkualitas, namun dalam prestasi aka-
baik sehingga takut menghadapi Ujian Nasio- demik seperti lomba olimpiade tingkat provinsi
nal. Mereka khawatir kalau-kalau tidak lulus Jawa Tengah, tingkat Nasional atau Internasio-
Ujian Nasional. Hal itu terjadi pada hampir se- nal, siswa-siswa sekolah ini belum menunjuk-
mua sekolah termasuk SMA N 1 Ungaran yang kan prestasinya secara maksimal.
telah menyandang status sebagai Rintisan Se- Meskipun masukan siswa tergolong baik,
kolah Bertaraf Internasional (RSBI). tetapi proses pembelajarannya, khususnya mata
pelajaran Kimia, masih relatif konvansional.

161
162

Guru berorientasi mengejar target pencapaian harus menerapkan model pembelajaran yang
materi, tetapi belum mengembangkan kompe- bertaraf internasional pula.
tensi yang dimiliki siswa secara maksimal se- Salah satu pendekatan pembelajaran unt-
perti tuntutan kurikulum RSBI. Di dalam kelas uk RSBI menurut Haryanto (2011) harus meng-
guru menjelaskan materi ajar, memberi contoh gunakan Higher Order Thinking (HOT), baik
dan bukan contoh, latihan soal dan kemudian untuk PBM di kelas maupun dalam evaluasi
memberi pekerjaan rumah (PR). Proses pembe- pembelajaran. Haryanto (2011) juga menyata-
lajaran yang seharusnya dilaksanakan dalam kan bahwa selama ini ada ”salah kaprah”,
bahasa Inggris juga tidak sepenuhnya dilaksa- yakni RSBI ditandai oleh pembelajaran meng-
nakan karena kemampuan guru mengajar dalam gunakan bahasa Inggris saja, padahal bahasa itu
bahasa Inggris masih terbatas. merupakan suatu ”keharusan”, syarat yang se-
Demikian juga kebermaknaan pelajaran mestinya sudah ada pada RSBI sehingga bahasa
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari ma- Inggris bukan satu-satunya ciri RSBI, tetapi
sih belum diintegrasikan dalam proses belajar prestasi dan kualitas pembelajaran internasional
mengajar secara maksimal karena guru menge- sebagai ciri unggul RSBI yang harus dike-
jar target materi ajar. Dalam pembelajaran di la- depankan.
boratorium, siswa melakukan praktikum untuk Newman and Wehlage (2011) menyata-
membuktikan kebenaran teori, tetapi belum kan bahwa ”HOT requires students to manipu-
diarahkan ”menemukan” teori sehingga seolah- late informations and ideas in ways that trans-
olah praktikum adalah menguji kebenaran teori form their meaning and implications, such as
yang diajarkan di kelas dan siswa belum meng- when students combine facts and ideas in order
konstruksi konsep atau teori. Sebagai akibatnya to synthesize, generalize, explain, hypothize, or
siswa juga kurang dipersiapkan untuk mengha- arrive at some conclusion or interpretation.
dapai persoalan yang lebih kompleks dan lebih Dengan HOT siswa akan belajar lebih menda-
sulit, termasuk memecahkan soal-soal setingkat lam, knowledge is thick, siswa akan memahami
Lomba Olimpiade atau Soal Ujian Nasional. konsep lebih baik. Hal itu sesuai dengan karak-
Pengembangan karakter siswa unggul ter yang substantif untuk suatu pelajaran ketika
khususnya karakter ilmuwan seperti hati-hati, siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman-
teliti, berani menghadapi masalah, jujur, objek- nya secara baik dan mendalam. Dengan HOT
tif, bertanggung jawab terhadap tugas, tekun, siswa dapat membedakan ide atau gagasan
toleransi, dan karakter lain yang merupakan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu
karakter unggulan RSBI belum sepenuhnya di- memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi
garap, tetapi berlangsung seperti apa adanya. penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami
Dari segi peraturan sekolah secara tegas di- hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Thomas
nyatakan oleh SMA N 1 Ungaran bahwa siswa dan Thorne (2011) menyatakan bahwa bahwa
harus berkarakter baik, bahkan harus unggul HOT dapat dipelajari, HOT dapat diajarkan
dalam prestasi maupun budaya seperti tertulis pada murid, dengan HOT keterampilan dan
pada visi sekolah tersebut. Model pembelajaran karakter siswa dapat ditingkatkan. Selanjutnya
di sekolah ini masih konvensional, kurikulum- dikatakan bahwa ada perbedaan hasil pembe-
nya juga KTSP, belum seperti tuntutan RSBI lajaran yang cenderung hapalan dan pembe-
yang mengacu pada salah satu Negara OECD lajaran HOT yang menggunakan pemikiran
atau negara maju. Pembelajaran masih seperti tingkat tinggi.
sekolah bukan RSBI, perbedaaannya hanyalah Berpikir berarti menggunakan kemampu-
pengantar bahasa Inggris yang tidak sepenuh- an analitis, kreatif, perlu praktek, dan intele-
nya dilaksanakan. Dengan demimian, sebutan gensi semacam itu diperlukan dalam kehidupan
Sekolah Bertaraf Internasional belum cocok sehari-hari. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
atau tidak sesuai dengan tuntutan RSBI yang semacam meta-kognitif merupakan bagian dari
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher

Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1


163

Order Thinking). Mc Loughlin and Luca (2011) kan berpikir kritis; dan (6) PBI merangsang
menyatakan bahwa HOT means the capacity to minat siswa untuk selalu belajar.
go beyond the information given, to adopt a cri- Widodo, Sunaryati dan Rochmadi (2010)
tical stance, to evaluate, to have metacognitive menemukan fakta bahwa dengan pendekatan
awarness and problem solving capacities. HOT-PBI (Higher Order Thinking and Pro-
Dikatakan pula bahwa dengan HOT sis- blem-Based Instruction) yang dilaksanakan di
wa menjadi pemikir yang mandiri, argumen SMA N 3 Semarang, aktivitas belajar siswa
yang dikemukakan siswa dapat merupakan pe- mampu mencapai skor 80 (rentang 0 -100) dan
tunjuk kualitas kemampuan siswa. Penggunaan Kriteria Ketuntasan Minimal hasil belajar se-
HOT sebagai salah satu pendekatan pembelajar- besar 75 mampu dicapai oleh 85% siswa kelas
an menghasilkan aktivitas belajar yang produk- XI IPA-7. Hasil belajar tersebut stabil pada
tif khususnya dalam interaksi socio-cognitive, siklus 2, 3 dan 4, dan juga pada ulangan umum
misalnya dalam hal: (1) memberi dan menerima semester gasal. Dalam melatih kemampuan sis-
bantuan; (2) mengubah dan melengkapi sumber wa berpikir tingkat tinggi, SMA N 3 Semarang
informasi; (3) mengelaborasi dan menjelaskan menganggap perlu adanya kelas khusus yang
konsep; (4) berbagi pengetahuan dengan teman; disebut kelas olimpiade untuk membina dan
(5) saling memberi dan menerima balikan; (6) menyiapkan pemikir-pemikir muda dalam meng-
menyelesaikan tugas dalam bentuk kolaboratif, hadapi tantangan soal-soal olimpiade. HOT ter-
dan (7) berkontribusi dalam menghadapi tan- kait erat dengan kemampuan pemecahan masa-
tangan. HOT ini akan lebih bagus jika dikaitkan lah, namun kemampuan pemecahan masalah
dengan Problem Solving Instruction atau siswa Indonesia tergolong rendah.
Problem-Based Instruction (PBI) karena muara Dalam hal pemecahan masalah, Sujak
dari pola berpikir tingkat tinggi adalah mampu (2005) dan Surya-Dharma (2009) menyatakan
menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan bahwa para pendidik prihatin terhadap kemam-
HOT siswa dapat diajak untuk aktif berpikir puan pemecahan masalah siswa-siswa Indone-
sehingga mereka juga aktif belajar, khususnya sia. Dari 100 siswa yang dikirim mengikuti
dalam pemecahan masalah. lomba tingkat internasional yang diselenggara-
Kemampuan pemecahan masalah meru- kan PISA (Program for International Students
pakan kompetensi strategik supaya siswa mam- Assessment), 73 di antara 100 siswa yang di-
pu memahami, memilih pendekatan dan strategi kirim berada di bawah level yang paling bawah
pemecahan masalah sehingga mampu menyele- (level 1). Hal itu menunjukkan bahwa siswa-
saikan persoalan atau masalah. Dalam peme- siswa Indonesia belum mampu memecahkan
cahan masalah siswa dapat menunjukkan ke- masalah dengan baik, atau kemampuan peme-
mampuan memahami masalah dengan baik, cahan masalahnya sangat rendah. Dalam hal
mengorganisasi data yang relevan, menyajikan pemecahan masalah, Ruseffendi (1991: 291)
masalah secara jelas, memilih pendekatan atau menyatakan bahwa pemecahan masalah bukan
strategi pemecahan dan mampu menerapkan hanya diperlukan dalam pelajaran Matematika
model pemecahan yang efektif. Wena (2011) tetapi pada semua pelajaran (ilmu) terutama
menyatakan bahwa PBI memiliki kelebihan an- yang terkait dengan pemecahan masalah dalam
tara lain (1) PBI merupakan teknik yang baik kehidupan sehari-hari.
untuk memahami pelajaran secara baik; (2) PBI Suyitno (2006:25) yang mengutip pen-
menantang siswa serta memberi peluang peme- dapat Wiederhold, menyatakan bahwa model
cahan masalah; (3) PBI dapat meningkatkan ak- pemecahan masalah dipandang sebagai model
tivitas belajar siswa; (4) PBI dapat membantu pembelajaran yang mampu meningkatkan ke-
siswa mentransfer pengetahuan untuk pemecah- mampuan siswa dalam berpikir tinggi (HOT).
an masalah dalam kehidupan nyata; 5) PBI Model pemecahan masalah dengan pola ber-
memberi peluang siswa untuk mengembangkan pikir tinggi akan membawa siswa pada penga-
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOT) bah- laman siswa menggunakan pengetahuan serta

Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter
164

keterampilan secara maksimal untuk dapat yang salah. Model atom dibuat kotak-kotak,
diterapkan dalam hal pemecahan masalah yang ikatan tidak menyudut seperti seharusnya (mi-
tidak rutin, penemuan pola pemecahan, peram- salnya sekitar 104o) tetapi menyudut siku-siku
patan hasil serta kemampuan komunikasi yang (90o) seperti gambaran guru pada papan tulis
baik, sehingga kebermaknaan belajar akan lebih yang mendatar.
terasa. Pembentukan karakter semakin penting
Beberapa penelitian tentang Problem ditekankan karena bangsa Indonesia mengha-
based maupun Problem Solving Instruction me- dapi banyak permasalahan yang membahayakan
nunjukkan bahwa hasil belajar dengan problem kehidupan berbangsa dan bernegara (Suparman,
based maupun problem solving lebih baik sari 2011). Dalam pengembangan karakter, Selleck
pada metode ekspositori, demikian pula dalam dalam Mutohir (2011) menganjurkan tiga lang-
hal aktivitas belajar para siswa (Pujiadi, 2008; kah guru, yaitu model: memberi contoh, meng-
Nurjanah, 2006; dan Ratnasari, 2005). Dinyata- ajar: memberi bimbingan dan encouregement:
kan Ratnasari (2005) bahwa kemampuan pe- memberi motivasi. Mutohir (2011) juga menya-
nalaran siswa yang diberi pembelajaran dengan takan bahwa performance character seperti ke-
Problem-Based Instruction lebih baik diban- tekunan, kegigihan, etika, kerja keras, disiplin
dingkan dengan pembelajaran konvensional. dan sikap positip dapat diajarkan kepada murid.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ma- Di SMA N 1 Ungaran khususnya kekas
salah yang tidak dapat diselesaikan sendirian, XI IPA-3 hasil belajar belum memuaskan, ba-
tetapi dengan kerjasama masalah sulit dapat di- nyak siswa yang tidak tuntas. Siswa cenderung
selesaikan bersama-sama. Demikian pula masa- sulit memecahkan soal hitungan. Siswa cende-
lah yang dihadapi siswa tidak seluruhnya dapat rung bekerja mandiri karena mereka merasa se-
dikerjakan sendirian, dalam hal ini siswa perlu bagai siswa unggul, persaingan antar siswa
kerjasama dalam kelompok. Dalam kerjasama tinggi. Dalam hal memecahkan soal sulit diper-
tersebut siswa dapat berbagi (sharing), dapat lukan kerjasama, ketekunan dan kegigihan, oleh
memberi maupun menerima ide teman satu ke- karena itu pembelajaran dengan membentuk
lompok, dapat berinteraksi saling bertanya dan kerjasama juga diperlukan.
atau menjawab, dapat melatih demokrasi dan Berdasarkan paparan tersebut, tujuan pe-
sikap lain. Hal itu memberi kesempatan untuk nelitian adalah meningkatkan hasil belajar (re-
menumbuhkan karakter-karakter siswa yang rata di atas 70 dan yang tuntas minimal 85%),
baik. dan aktivitas belajar yang berorientasi pada pe-
Karakter yang dapat dikembangkan da- ningkatan karakter siswa kelas XI-IPA 3 SMA
lam penelitian ini adalah karakter yang berde- Ungaran sampai batas maksimum. Pengertian
katan dengan karakter ilmuwan seperti hati-hati, istilah maksimum adalah hasil tertinggi yang
teliti, obyketif, jujur, kerjasama, tekun, bertang- memungkinkan dicapai oleh siswa. Untuk hasil
gungjawab dan disiplin, sebagai bentuk nur- belajar Kimia, Kriteria Ketuntasan Minimal
turent effect pembelajaran dengan pendekatan (KKM) di RSBI di seluruh Indonesia adalah 75,
HOT-PBI. Kadang dijumpai sifat kurang hati- tetapi KKM ini kurang riel karena satu sekolah
hati dan kurang teliti dalam menjawab per- (RSBI) dengan sekolah (RSBI) lain kondisi se-
soalan, dalam hitungan matematik misalnya, kolah berbeda, siswa, sarana prasarana, guru
demikian pula kadang siswa tidak teliti dalam dan pengelolaannya tidak sama. Dalam hal ini
mengerjakan percobaan. Sebagai contoh adalah KKM Kimia di SMA Ungaran jika sudah men-
adanya miskonsepsi siswa pada pemahaman capai 70 (nilai asli) per siswa adalah sudah
bentuk atom atau bentuk geometri molekul, maksimum; sementara jika siswa 75% aktif
meskipun guru sudah menjelaskan bentuk atom belajar hal itu sudah maksimum. Untuk aspek
adalah bulat, tetapi karena guru menggambar karakter sebagai bentuk ikutan pembelajaran
ikatan antar atom dalam bidang dengan garis- HOT-PBI yang diinginkan adalah sifat teliti,
garis ikatan, siswa membuat ”model molekul” hati-hati, obyektif, jujur, tekun, disiplin dan

Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1


165

sikap bertanggung jawab ditargetkan minimal 3), diakhiri dengan Ulangan Umum. Fokus pe-
berkategori baik. nelitian adalah aktivitas belajar, hasil belajar
kognitif, respons siswa dan karakter siswa.
METODE Aspek kognitif diukur dengan tes tiga kali,
Metode penelitian yang dipilih adalah aktivitas belajar di kelas dan di laboratorium di-
metode penelitian dengan pendekatan penelitian ukur dengan lembar pengamatan, empat kali,
tindakan kelas. Pemilihan pendekatan ini ber- dan karakter diukur dengan lembar pengamatan
dasarkan alasan yang akan diteliti bukan semata empat kali, respons siswa diukur dengan angket
produk hasil (hasil belajar), tetapi juga proses dilakukan pada akhir penelitian.
(aktivitas) serta karakter yang tidak diukur se- Prosedur penelitian mengikuti langkah-
saat, tetapi perlu waktu (pengembangan disiplin, langkah penelitian tindakan kelas, dimulai dari
jujur, teliti, hati-hati dan tanggung jawab butuh observasi awal, penetapan masalah, penetapan
waktu). Setting penelitian ini adalah kelas XI pemecahan masalah, persiapan penelitian khu-
IPA-3. Kelas ini terdiri dari 32 siswa dengan 21 susnya membuat perencanaan untuk semua ke-
siswa putri dan 11 siswa putra. Kondisi sarana giatan, penyiapan instrumen, pelaksanaan tin-
dan prasarana yang baik, laboratorium Kimia, dakan, observasi, refleksi dan analisis data. Pro-
Fisika dan Biologi termasuk lengkap, guru Ki- sedur PTK ini pada prinsipnya menggunakan
mia ada tiga orang seluruhnya termasuk senior model Kemmis dan Mc Taggart.
dengan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun Dalam Kegiatan Belajar mengajar (KBM)
dengan golongan Iva, dan sudah memperoleh guru cenderung mengejar tercapainya materi
sertifikat pendidik. Meskipun demimkian guru ajar, kurang melibatkan siswa secara optimal,
Kimia yang “berani” mengajar dengan peng- siswa cenderung belajar jika ada ulangan, in-
antar bahasa Inggris hanya satu orang. teraksi siswa-siswa maupun guru-siswa kurang.
Penelitian dilakukan dengan persiapan Dengan modal observasi awal tersebut maka
dimulai pada bulan Agustus, dimulai dengan tim peneliti memutuskan bahwa untuk meng-
diskusi-refleksi tentang pelaksanaan pembela- aktifkan siswa belajar lebih giat di kelas XI IPA
jaran berbahasa Inggris di SMAN 1 Ungaran, 3 dapat diterapkan pembelajaran Kimia dengan
kendala pelaksanaan, metode pembelajaran, ha- tantangan lebih berat dari biasanya, yaitu de-
sil belajar siswa, aktivitas belajar di kelas dan di ngan Higher Order Thinking-Problem-based
laboratorium, evaluasi belajarnya serta karakter Instruction (HOT-PBI). Pemilihan strategi pem-
siswa jika mendapat tantangan tugas berat. belajaran dengan HOT-PBI dimaksudkan su-
Pembelajaran Kimia belum menggunakan ba- paya siswa mau belajar lebih giat dengan tan-
hasa Inggris, siswa belum mampu menangkap tangan pemecahan soal-soal yang memerlukan
pembelajaran berbahasa Inggris dengan baik, pemikiran tingkat tinggi.
kegiatan praktik dilaksanakan sekali-sekali, Fokus penelitian adalah hasil belajar da-
evaluasi cenderung dengan soal-soal standar lam aspek kognitif yang diukur dengan tes, psi-
yang belum menggambarkan Sekolah Bertaraf komotor yang diukur dalam bentuk aktivitas be-
Internasional. lajar di dalam kelas maupun praktikum di labo-
Dalam rangka membiasakan pola pikir ratorium, karakter yang diukur dari lembar
tingkat tinggi dan mengembangkan karakter be- pengamatan dan afeksi tentang pelaksanaan tu-
rani menghadapi tantangan maka dipilih metode gas, serta respons siswa terhadap penerapan
pembelajaran Hinger Order Thingking Problem model pembelajaran dengan pendekatan HOT-
Based Instruction (HOT PBI). Pembelajaran ini PBI. Instrumen yang digunakan untuk meng-
direncanakan melibatkan dua siklus, dua pokok ambil data adalah tes, lembar pengamatan dan
bahasan yang meliputi Termokimia (siklus 1), angket. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Laju Reaksi, termasuk Orde Reaksi dan Teori (RPP), Instrumen Penelitian didiskusikan oleh
Tumbukan (siklus 2), serta pokok bahasan Ke- tim sebelum digunakan dalam pelaksanaan.
setimbangan Kimia (rencana cadangan siklus Usaha validasi instrumen dilaksanakan dengan

Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter
166

memperhatikan Isi Kurikulum, konstruk konsep Siklus tiga sebagai siklus cadangan, ka-
yang diukur, dan kesepakatan tim peneliti. Tar- lau dua siklus terdahulu belum berhasil, mem-
get atau indikator keberhasilan yang ditetapkan, bahas kesetimbangan reaksi: konsep kesetim-
rerata kelas mencapai nilai minimal 70, dari se- bangan, definisi, faktor yang mempengaruhi
luruh siswa di kelas XI IPA 85% siswa diharap- pergeseran kesetimbangan dan aplikasi kesetim-
kan tuntas, aktivitas belajar siswa secara rerata bangan dalam industri. Dalam membahas topik
minimal 70 (baik), demikian juga karakter sis- ini siswa juga diberi tugas mengamati kese-
wa tergolong baik (skor minimal 70). timbangan dalam fisika maupun dalam kimia,
Prosedur penelitian mengikuti model menelusur pustaka dan internet. Tindakan KBM
PTK dengan siklus-siklus Perencanaan, Tindak- bervariasi seperti ceramah, tugas, praktek, tanya
an, Observasi dan Refleksi (P-T-O-R). Peren- jawab dan pemecahan soal-soal HOT. Pada
canaan pada dasarnya membuat skenario pem- akhir sub topik siswa diberi quick test dan atau
belajaran khususnya memasukkan tugas-tugas tugas memecahkan soal-soal secara berkelom-
pemecahan soal yang memerlukan tingkat pikir pok.
tinggi, aplikasi (C-3) ke atas, dan menerapkan Instrumen penelitian meliputi (1) tes hasil
Problem Based Instruction dengan mengkait- belajar kognitif, (2) lembar pengamatan aktivi-
kan materi ajar dengan kejadian/persoalan riel tas siswa di kelas, (3) lembar pengamatan prak-
di lapangan seperti pengamatan reaksi ekso atau tek, (4) lembar pengamatan karakter siswa, dan
endo, reaksi yang cepat dan yang lambat, mem- (5) angket respons siswa terhadap pembelajaran
pelajari faktor yang mempengaruhi laju reaksi, HOT-PBI. Validasi instrumen dilakukan oleh
mempelajari reaksi kesetimbangan, dan pene- tim berdasarkan isi instrumen, dibandingkan
rapan teori kesetimbangan dalam kehidupan dengan isi tuntutan kurikulum, dan kesesuaian
nyata (masyarakat dan industri). instrumen dengan teori (construc validity ber-
Siklus satu membahas kompetensi dasar dasarkan pertimbangan ahli). Data berupa data
termokimia yang membahas pengertian en- kuantitatif hasil tes kognitif, data pengamatan
thalpy reaksi, pembentukan, peruraian, enthalpy aktivitas siswa, data karakter siswa dan data
pembakaran dan Hukum Hess. Pada siklus satu respons siswa. Pengukuran aktivitas, afeksi ter-
ini tidak banyak kegiatan di laboratorium mes- kait karakter dan respons siswa menggunakan
kipun siswa menguji beberapa reaksi yang rating scale skala 1 sampai dengan 5 yang
menghasilkan panas maupun yang membutuh- menggambarkan sangat kurang sampai sangat
kan panas. Namun demikian siswa diberi tugas baik. Dalam hal ini guru sangat berperan karena
untuk mengamati beberapa reaksi seperti reaksi guru yang paling hafal pada siswa-siswa se-
pembakaran, terjadinya ledakan pada petasan, hingga gambaran pengamatan karakter lebih
serta penguapan dan kelarutan beberapa bahan akurat.
yang memerlukan atau menghasilkan panas. Analisis data dilakukan secara deskriptif
Siklus dua membahas laju reaksi: konsep kualitatif menggunakan pendekatan triangulasi
dasar laju reaksi, faktor yang mempengaruhi data interaktif (Huberman), yakni: (1) pemilah-
laju reaksi dan orde reaksi serta teori tumbukan. an dan pemilihan data relevan; (2) pemaparan
KBM yang dilaksanakan adalah dengan cera- data disesuaikan dengan target; dan (3) verifi-
mah, tanya jawab, praktikum, dan tugas khu- kasi-pengambilan simpulan. Meskipun data tar-
susnya memecahkan soal-soal setingkat Ujian get dinyatakan dengan bilangan tetapi tetap di-
Nasional dan atau olimpiade tingkat Kabupa- lakukan analisis secara deskriptif yang diperlu-
ten/kota. Dalam KBM siswa juga diminta men- kan untuk pengambilan simpulan secara kuali-
catat reaksi-reaksi kimia di lingkungannya se- tatif, khususnya dalam pengkategorian simpul-
perti terbakarnya bahan bakar, meledaknya pe- an.
tasan, perkaratan besi, pembuatan tape, dan tu-
gas penelusuran melalui sumber pustaka ter-
masuk di dalamnya penelusuran lewat internet.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1


167

HASIL DAN PEMBAHASAN berani menghadapi tantangan masih perlu di-


Hasil tingkatkan.
Penelitian ini menerapkan pembelajaran Demikian pula bentuk kerjasama untuk
dengan memecahkan masalah yang memerlu- meraih sukses bersama masih kurang. Refleksi
kan pemikiran tingkat tinggi (minimum C-3) siklus pertama untuk aspek aktivitas dan pe-
dalam bentuk pemecahan soal-soal setingkat ngembangan karakter dihasilkanimpulan bah-
Ujian Nasional dan Olimpiade tingkat kota/ka- wa siswa belum dapat dilepas untuk mengerja-
bupaten. Pembelajaran ini sebelumnya belum kan tugas secara mandiri. Guru dan tim peneliti
pernah dilaksanakan di SMA N 1 Ungaran, se- perlu mendampingi kegiatan siswa di kelas dan
bagai akibatnya siswa terkejut dengan model di laboratorium. Siklus kedua dirancang skena-
latihan soal yang ”langsung” sulit, siswa merasa rio pembelajaran yang lebih banyak aktivitas
tertekan atau takut karena tugas tidak dapat belajar siswa termasuk menyelesaikan soal-soal
dikerjakan dengan baik. Sebagai akibatnya pada HOT. Dengan pendampingan guru dan tim pe-
siklus satu siswa kurang berhasil. Namun de- neliti diharapkan siswa tidak tertekan, siswa
ngan pendekatan yang baik, maka siswa secara berani bertanya, jujur atau berterus terang jika
tekun dan bertanggungjawab mau berlatih dan mengalami kesulitan. Dengan dibentuk kelom-
terbuka (jujur) pada guru. pok, mereka bisa saling membantu memecahan
tugas, dan mereka merasa kesalahan kelompok
Hasil Siklus 1 lebih meringankan daripada ditanggung secara
Hasil tes siklus 1 (termokimia) kurang individual.
memuaskan karena rerata kelas hanya 64,91
dengan simpangan baku 13,10, masih di bawah Hasil Siklus 2
target 70. Demikian pula siswa yang tuntas de- Siklus kedua skenario pembelajarannya
ngan soal HOT hanya 40,63% masih jauh di diperbaiki, ada tugas praktek laju reaksi dan ada
bawah target 85% siswa tuntas. Dari hasil re- pendampingan pada siswa. Siswa sudah mau
fleksi dicari cara penyelsaian soal HOT dengan menerima kenyataan bahwa soal-soal itu meski-
bentuk kerja kelompok. Dengan penyediaan pun sulit harus diselesaikan bukan dihindari.
waktu lebih banyak untuk berlatih serta mem- Hasil tes kognitif pada siklus kedua adalah
perbanyak latihan dan tugas, siswa dilatih untuk 73,84, jumlah siswa yang tuntas 96,87% . Hasil
pengembangan karakter berani menghadapi tan- tes kognitif itu lebih tinggi dari target rata-rata
tangan berat, kerja keras, kerja tekun, berbagi 70, demimkian jumlah yang tuntas juga lebih
dengan sesama anggota kelompok dan melatih tinggi dari 85%. Dengan kerjasama yang baik
tanggungjawab terhadap tugas, tim peneliti juga antar siswa, dan pendampingan guru kelas,
perlu mendampingi jika siswa mengalami ke- aktivitas belajar juga menjadi lebih baik, rata-
sulitan. Dalam hal ini tim peneliti tidak melepas rata 83,81 lebih tinggi dari target 70. Karakter
siswa untuk mengerjakan penyelesain tugas. yang dikembangkan juga lebih baik. Pada siklus
Penilaian terhadap aktivitas belajar juga kedua tanggungjawab siswa lebih baik, siswa
kurang memuaskan karena pada siklus pertama berani menghadapi tantangan meskipun perlu
tidak ada aktivitas praktikum sehingga aktivitas pendampingan guru. Dalam kerjasama antar sis-
lebih banyak di kelas. Secara rerata nilai akti- wa juga nampak kemajuan. Tugas praktikum
vitas siswa di kelas adalah 78 lebih tinggi dari dikerjakan dengan baik. Berdasarkan hasil si-
target 70,tetapi aktivitas di laboratorium ku- klus kedua, target PTK sudah tercapai, namun
rang; yaitu adalah 60 lebih rendah dari target untuk menguji kestabilan hasil penelitian, pem-
70. Dari aspek karakter ilmuwan, skornya juga belajaran dengan HOT itu tetap diteruskan sam-
belum maksimal. Karakter minimal siswa RSBI pai Ualngan Umum semester 1. Hasil ulangan
memang sudah terbentuk, tetapi belum mak- umum kelas XI IPA-3 adalah 74,21 masih lebih
simal. Sikap tekun, tanggungjawab, kerja keras, tinggi dari target 70.

Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter
168

Sementara itu, jumlah yang tuntas pada


karakter
Ulangan umum adalah 74,19% lebih kecil dari
syarat 85%. Hal ini dapat dimaklumi karena
bahan untuk ulangan umum adalah seluruh 90
bahan semester gasal. Jika hasil kognitif itu di- 80
bandingkan dengan siklus kedua, nampak hasil- 70
nya relatif stabil, siklus kedua rata-rata 73,84 60
sementara ulangan umum rata-rata 74,21. Dari 50
aspek karakter skor rata-rata pada siklus kedua 40
adalah 88,08 yang lebih tinggi dari target 70. 30
Jika dinilai dengan rentang skor 1-5, rerata skor 20
karakter adalah 4,4 yang termasuk baik. Dari 10
jawaban angket respon siswa terhadap pembe- 0

lajaran HOT diperoleh rerata skor jawaban 4,11 siklus 1 siklus2


karakt er
yang termasuk baik yang berarti siswa memberi
respons positif terhadap pembelajaran HOT- Gambar 3. Rerata Skor Karakter Siswa
PBI.
Pembahasan
Pada bagian pendahuluan sudah ditulis-
100.00 kan bahwa ujian nasional dianggap sebagai
90.00 momok yang menakutkan bagi sebagian besar
80.00
siswa. Para siswa takut tidak lulus karena soal-
70.00
60.00
soal ujian nasional pada umumnya sulit. Sikap
50.00 takut itui kurang sesuai dengan karakter siswa
40.00 sekolah unggulan. Pembelajaran dengan pen-
30.00 dekatan HOT-PBI dengan pemecahan soal sulit
20.00
diperlukan untuk menyiapkan siswa berani
10.00
0.00
menghadapi masalah, berani menghadapi tan-
siklus 1 siklus 2 tangan Ujian Nasional maupun tes olimpiade ,
ulangan
umum
hasil kognit if dan sekaligus meningkatkan karakter siswa.
ket unt asan belajar Haryanto (2011) menyatakan bahwa soal-soal
yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat
Gambar 1. Rerata Skor Hasil belajar dan
tinggi seyogyanya harus dilaksanakan di Seko-
Persentase Siswa yang Tuntas
lah Bertaraf Internasional. RSBI atau SBI sudah
seharusnya menggunakan soal-soal dengan jen-
aktifitas belajar
jang kesulitan C-3 (palikasi) ke atas.
Selanjutnya juga dinyatakan bahwa sis-
84.00 wa-siswa RSBI atau SBI sudah selayaknya di-
82.00 ajak untuk mampu memecahkan masalah. Wena
80.00 (2011) menyatakan bahwa strategi pemecahan
78.00 masalah dengan pola pikir tingkat tinggi siswa
76.00 telah membuktikan bahwa ia mampu. Jika
74.00 siswa mampu memecahkan masalah atau soal
siklus 1 siklus 2
akt ifit as belajar yang sulit, hal itu akan membuat siswa bangga,
senang dan terbetuk longterm memory. Dalam
Gambar 2. Rerata Skor Aktivitas Belajar di kerjasama memecahkan soal dengan pemikiran
Kelas dan di Laboratorium tingkat tinggi itu terjadi aktivitas pembelajaran
yang tinggi, terjadi interaksi antar siswa,

Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1


169

memberi dan menerima masukan, mengelabo- menghadapi tantangan meskipun awalnya me-
rasi, berhipotesis, mencari solusi atau sintesis ngeluh tetapi lama-lama menjadi kebiasaan,
pengujian hipotesis, menggeneralisasi temuan bahkan menurut beberapa siswa, jika mereka
dan karakter lainnya sehingga terjadi pembe- mampu memecahkan soal sulit mereka akan
lajaran sosio-kognitif yang baik. senang dan bangga, ingatan itu terbawa dalam
Pada penerapan strategi pembelajaran waktu yang lama (long term memory).
HOT-PBI pada awalnya siswa mengalami ke- Aktivitas belajar siswa juga melebih tar-
sulitan penyesuaian diri khususnya untuk se- get minimal 70, bahkan pada siklus kedua ter-
kolah-sekolah yang belum pernah menerapkan capai skor 83,81 menunjukkan bahwa HOT da-
strategi tersebut. Hal itu nampak dari hasil tes pat diajarkan dapat dilatihkan. Dengan tantang-
siklus satu di SMA N 1 Ungaran dengan rerata an soal sulit, akan terbentuk usaha belajar siswa
hasil belajar siklus 1 adalah 64,91. Jumlah sis- menjadi lebih giat belajar dan dalam hal ini juga
wa yang tuntas sebesar 40,63% menunjukkan terbentuk karakter-karakter positif yang men-
hawa target belum tercapai, demikian pula jum- dukung seperti rasa tanggung jawab, tekun, to-
lah yang tuntas tidak mencapai 85. Dengan de- leransi, disiplin, jujur dan objektif, mau beker-
mikian, pendekatan HOT-PBI pada awalnya jasama, demokratis dalam hal memberi dan
tidak mencapai target. menerima ide teman lain. Pada umumnya RSBI
Hasil yang di bawah target pada siklus 1 memiliki input siswa yang baik bukan hanya
merupakan hal yang wajar karena siswa belum dalam hal potensi akademik tetapi juga dalam
terbiasa menghadapi soal sulit. Namun sekolah- hal disiplin, ketekunan, sosial-ekonomi, dan
sekolah setingkat RSBI atau SBI pada umum- tanggung jawab. Modal dasar itu perlu terus di-
nya memiliki input siswa yang baik, khususnya kembangkan asalkan guru kreatif menerapkan
dalam potensi akademik sehingga dapat segera strategi pembelajaran yang inovatif. Dalam hal
menyesuaikan diri dan tidak sulit untuk berlatih pelaksanaan tugas, siswa-siswa disiplin, ber-
memecahkan soal dengan kesulitan tinggi. Mes- tanggung jawab dan tekun meskipun dari segi
kipun demikian jika siswa tidak dilatih maka hasil tidak 100% benar. Dari segi kebutuhan
mereka tetap mengalami kesulitan khususnya finansial atau biaya pada umumnya siswa RSBI
pada tingkat awal. Untuk itu penerapan HOT- tidak mengeluh terlebih jika biaya ditanggung
PBI tidak bisa hanya dilakukan sesekali tetapi bersama dalam kelompok, demikian juga waktu
harus rutin. dan tenaga melaksanakan tugas pada umunya
Pada siklus kedua siswa dapat mencapai bukan hambatan bagi siswa-siswa RSBI.
target rerata minimal 70, yaitu 74 dengan jum- Modal karakter yang baik relatif mudah
lah siswa yang tuntas 96,87%. Hal itu tetap di- dikembangkan pada sekolah Bertaraf Interna-
pertahankan pada ulangan umum dengan hasil sional atau RSBI karena sekolah-sekolah ung-
belajar sebesar 74,21. Berdasarkan temuan ini gulan tersebut menerapkan peraturan yang ketat
tim peneliti menemukan fakta yang sesuai supaya siswanya bukan hanya unggul dalam hal
dengan teori pembelajaran dengan HOT. HOT akademik tetapi juga perilaku atau budaya se-
menyebabkan interaksi siswa-siswa dan siswa- perti yang tertulis pada Visi beberapa RSBI.
guru menjadi lebih baik, aktivitas siswa yang HOT-PBI merupakan salah satu pendekatan
lebih baik mengakibatkan hasil belajarnya juga pembelajaran Kimia yang cocok diterapkan
baik. Di samping itu HOT-PBI menyebabkan pada RSBI atau SBI yang memiliki siswa de-
siswa perlu kerjasama untuk bertukar pendapat ngan kemampuan akademik baik dan karakter
dalam hal memecahkan soal, bertoleransi dalam yang baik pula. Efek dari pembelajaran ini
hal kerjasama, ada rasa tanggungjawab yang dirasakan bukan hanya oleh siswa tetapi juga
besar serta tekun berlatih. Hal itu cocok dengan guru yang merasa mendapat tantangan untuk
teori pengembangan karakter siswa, di mana mampu memecahkan soal-soal sulit sehingga
karakter dapat dilatihkan, dan dapat diajarkan lebih dipercaya oleh murid. Dengan demikian
pada siswa (Mutohir, 2011). Siswa berani pendekatan HOT-PBI jika dilaksanakan secara

Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter
170

terus menerus akan mampu meningkatkan kua- kan dalam pembelajaran Kimia SMA sejak ke-
litas guru maupun murid. las X sampai dengan kelas XII; (2) pada setiap
pembahasan kompetensi dasar atau pokok ba-
PENUTUP hasan supaya selalu diberikan soal-soal dengan
Dari penelitian yang telah dilakukan pola pikir tingkat tinggi dengan mengambil atau
dapat diambil simpulan bahwa penerapan mengutip soal Ujian Nasional dan atau soal
Higher Order Thinking berdasarkan Problem- Olimpiade; (3) penerapan HOT-PBI sekaligus
Based Instruction dapat meningkatkan aktivitas digunakan sebagai sarana pengembangan karak-
siswa, dan karakter siswa yang akhirnya juga ter siswa, khususnya karakter yang terkait de-
meningkatkan hasil belajar siswa. Target hasil ngan ilmuwan seperti teliti, hati-hati, tekun,
belajar dengan KKM 70, aktivitas belajar siwa tanggung jawab, jujur dan kerjasama; (4) pe-
70 dan karakter siswa minimal 70 dapat dicapai nelitian tindakan yang berhasil dan memberi
pada siklus kedua dan dipertahankan pada masa manfaat untuk perbaikan kualitas pembelajaran
selanjutnya. Penerapan HOT-PBI mampu me- hendaknya diterapkan bukan hanya pada kelas
ningkatkan interaksi siswa-siswa, dan guru yang diteliti tetapi dapat diperluas ke kelas-
siswa. Siswa lebih berani untuk bertanya pada kelas yang lain bahkan juga pada mata pelajar-
guru, mengusulkan ide dan terbentuknya kebe- an yang lain.
ranian menghadapi soal sulit dapat dijadikan
modal menghadapi soal ujian nasional dan atau UCAPAN TERIMA KASIH
tes olimpiade. Pada kesempatan ini, penulis mengucap-
Berdasarkan temuan ini disarankan su- kan terima kasih kepada Rektor dan Ketua
paya di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Lembaga Penelitian Universitas Negeri Sema-
maupun yang sudah Berataf Internasional me- rang yang telah memberikan kesempatan ke-
laksanakan pembelajaran dengan menerapkan pada tim peneliti untuk melakukan penelitian
HOT pada kegiatan pembelajarannya maupun ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan te-
pada pelakanaan evaluasinya. Sudah selayaknya rima kasih kepada Kepala SMAN 1 Ungaran
siswa-siswa RSBI maupun SBI dengan input beserta guru dan siswa yang telah membantu
yang unggul berani menjawab soal-soal sulit terlaksananya penelitian ini.
dengan jenjang C-3 (aplikasi) ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Rekomendasi Tindak Lanjut
Haryanto. 2011. Evaluasi Pembelajaran pada
Telah teruji bahwa dengan penerapan
Sekolah Bertaraf Internasional. Makalah,
Higher Order Thinking Problem-Based Instruc-
disampaikan pada Workshop Pengem-
tion dalam pembelajaran Kimia dapat mening-
bangan Instrumen Evaluasi pada Sekolah
katkan hal-hal positip seperti keberanian meng-
Bertaraf Internasional, Jurusan Kimia,
hadapi soal sulit, terbentuknya kerjasama antar
FMIPA UNNES, tanggal 7 Mei 2011.
siswa yang baik, adanya interaksi siswa-siswa
maupun siswa-guru yang lebih tinggi, aktivitas
Mc Loughlin, C. and Luca, J. 2000. (http://otl.-
belajar yang lebih baik serta karakter siswa
curtin.edu.au/tlf/tlf2000/mcloghlin.html,
yang baik dalam hal disiplin, ketekunan, tang-
diakses tanggal 19 April 2011).
gung jawab, teliti dan sikap terbuka.
Hal itu secara langsung maupun tidak
Mutohir, T.C. 2011. Membangun karakter Me-
langsung menunjukkan bahwa penerapan pem-
lalui Olahraga, Makalah Seminar
belajaran HOT-PBI mampu meningkatkan kua-
Nasional disampaikan dalam rangka Dies
litas pembelajaran sekaligus meningkatkan ha-
Natalis Program Pascasarjana ke 14
sil belajar siswa, baik dalam aspek kognitif, psi-
Universitas Negeri Semarang, tanggal 28
komotorik maupun afektif, oleh karena itu di-
Mei 2011.
rekomendasikan supaya: (1) HOT-PBI diterap-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1


171

Newman, FM and Wehlage, GG. 1993 (http://- Sujak. 2005. Wacana kebijakan Sertifikasi Te-
mathdepartment.wiki.farmington. k12.- naga Kependidikan, Makalah Disampai-
mi.us) diakses tanggal 19 April 2011). kan dalam rangka Dies Natalis Univer-
sitas Negeri Semarang ke-40.
Nurjanah, N. 2006. Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Surya-Dharma. 2009. Arah Kebijakan Pening-
untuk Meningkatkan Pemahaman Mate- katan Mutu Pendidik Tenaga Kependi-
matis Siswa. Tesis, Program Pascasarjana dikan, Makalah disampaikan pada Se-
UPI Bandung. minar Nasional dalam rangka Dies Na-
talis ke-44 Universitas Negeri Semarang.
Pujiadi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran
Matematika CPS Berbantiuan CD Inter- Suyitno, A. 2006. Handout Kuliah Teori Pem-
aktif terhadap Kemampuan Pemecahan belajaran Matematika. Semarang: Ju-
Masalah pada Siswa Kelas X. Tesis. Pro- rusan Matematika FMIPA UNNES.
gram Pasca sarjana Universitas Negeri
Semarang. Thomas, A. dan Thorne, G. S.a. (http://www.-
cdl.org/resource-library/articles/hot.php
Ratnasari, S. 2005. Implementasi Model Pem- diakses tanggal 19 April 2011).
belajaran Matematika Menggunakan Pen-
dekatan Pemecahan Masalah untuk Me- Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif
ningkatkan Kemampuan Penalaran De- Kontemporer: Suatu Tinjauan Konsep-
duktif Siswa SMP. Tesis, Program Pasca- tual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
sarjana UPI Bandung.

Russefendi, ET. 1991. Penilaian Pendidikan


dan Hasil Belajar Khususnya dalam
Pembelajaran Matematika untuk Guru
dan Calon Guru. Bandung: Tarsito.

Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter

Anda mungkin juga menyukai