Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SOSIOLOGI

NAMA: NISA ASY SYIFA SARAGIH


KELAS: XII IPS 2
SMA BRIGJEND KATAMSO 1
MEDAN

GURU PEMBIMBING: DRA.


JUNIAR SITORUS
Kasus-kasus Cyber Crime sebagai Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi
yang Meresahkan Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kali kita menemui perubahan-perubahan dalam segala segi
kehidupan, termasuk perubahan pada masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya tidak ada
masyarakat yang statis. Selalu ada perubahan-perubahan dalam masyarakat secara dinamis. Entah
perubahan tersebut membangun dalam artian berdampak positif kedepannya bagi masyarakat atau
sebaliknya malah membawa dampak buruk bagi masyarakat. Perubahan tersebut salah satunya yaitu
adanya inovasi teknologi.

Kemajuan teknologi juga turut memajukan informasi. Informasi bisa didapatkan dari teman, keluarga,
media cetak maupun media elektronik. Apalagi pada era yang modern saat ini banyak masyarakat luas
yang suah menggunakan media baru yaitu sarana media Internet.

Penggunaan internet bukanlah suatu hal yang istimewa atau khusus untuk kalangan tertentu, baik dari
segi profesi, kalangan masyarakat, pendidikan dan usia. Hampir semua golongan masyarakat sudah tahu
dan akrab dengan internet.

Seiring dengan perkembangan waktu dan modernisasi internet menjadi sebuah kebutuhan dan aktifitas
tetap manusia sebagai anggota masyarakat. Selain menjadi tututan profesi, perkembangan profesi,
perkembangan ilmu pengetahuan, berita, dan hiburan, berinternet juga menjadi cara alternatif
seseorang berinteraksi sebagai mahkluk sosial.

Kehadiran internet memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan data yang belum tentu
ditemukan secara langsung dalam media cetak yang bisa dijumpai sehari hari. Terutama karena
halangan cara dan biaya yang tidak sedikit.

Di Indonesia, dapat ditemukan warung internet (warnet) yang bertebaran disepanjang pinggiran jalan.
Selain itu banyak tempat tempat umum, lembaga pendidikan, cafe, mall, dan temat tempat rekreasi
yang menawarkan jasa hotspot atau wifi untuk masyarakat yang memiliki laptop atau notebook aplikasi
internet. Disamping itu, banyak tipe ponsel yang dilengkapi dengan internet

Aktivitas berbasis teknologi internet, kini bukan lagi menjadi hal baru dalam masyarakat informasi
(information society). Internet bahkan telah digunakan oleh anak-anak usia prasekolah, orang tua,
kalangan pebisnis, instansi, karyawan hingga ibu rumah tangga. Media komunikasi digital interaktif ini
mampu menghubungkan masyarakat informasi (information society) secara cepat, mudah dan tanpa
mengenal batas wilayah. Negara yang

menguasai internet di era milenium dipastikan menjadi negara yang maju jika internet dipergunakan
secara bijak terutama dalam bidang riset, pendidikan, administrasi, sosialiasi, networking dan bisnis.

Para netter (pengguna internet) dapat mengetahui secara cepat perkembangan riset teknologi di
berbagai belahan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh
dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku
dan perpustakaan internet melambangkan penyebaran (decentralization), pengetahuan (knowledge)
informasi dan data secara ekstrim.
Perkembangan teknologi internet dengan jejaring sosialnya telah membentuk suatu masyarakat baru
dalam wujud virtual. Masyarakat ini merupakan wajah lain dari masyarakat nyata yang disebut cyber
society/ cyber space/ cyber community. Bentuk masyarakat ini berada pada ruang virtual, di mana tidak
dibutuhkan kehadiran fisik dari anggota. masyarakatnya. Suatu ruang yang tidak lagi mempersoalkan
sekat-sekat antar bangsa, yang menjadikanya sebagai desa global. Berbagai proses sosial terjadi seperti
bercinta, menyapa, bergaul, berbisnis, dan belajar. Perkembangan cyber society ini menjadi simbol
kemajuan peradapan manusia. Dengan teknologi ini, segala aktivitas manusia dimudahkan.

Selain memberikan kemaslakatan bagi kehidupan manusia, dampak penemuan ini juga berpengaruh
terhadap sisi gelap kehidupan manusia. Masalah-masalah sosial dalam dunia nyata juga turut merambah
ke dalam dunia virtual ini. Perilaku-perilaku kejahatan dalam cyber society yang biasa disebut cyber
crime turut meramaikan dinamika kehidupan di dalamnya. Kalau dalam dunia nyata kita mengenal
tindakan kriminalitas pencurian dan perampokan Bank, dalam cyber society kita juga menemukan kasus
kriminalitas serupa seperti pembobolan rekening lewat fasilitas internet Banking..

Penetrasi internet yang begitu besar apabila tidak dipergunakan dengan bijak maka akan melahirkan
kejahatan di dunia maya atau yang diistilahkan dengan cyber crime. Cyber crime terjadi pertama kali di
Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Berbagai kasus cyber crime yang terjadi saat itu mulai dari
manipulasi transkrip akademik mahasiswa di Brooklyn College New York, penggunaan komputer dalam
penyelundupan narkotika, penyalahgunaan komputer oleh karyawan hingga akses tidak sah terhadap
Database Security Pasific National Bank yang mengakibatkan kerugian sebesar US$ 10.2 juta pada tahun
1978.

Cyber crime juga terjadi di Indonesia, bahkan kejahatan ini sebenarnya sudah ada sejak internet masuk
ke Indonesia. Pengguna internet di Indonesia hanya 14,5 juta orang dari total penduduk yang mencapai
220 juta. Meskipun tidak ada 10 persennya, Indonesia pernah menduduki peringkat pertama dalam
kejahatan dunia maya. Tahun 2007 posisi Indonesia sempat

menurun di posisi empat setelah Ukraina dan beberapa negara Eropa Timur yang membukukan angka
kejahatan dunia maya lebih banyak. Akibat tingginya kejahatan yang dilakukan di dunia maya Indonesia
masuk dalam daftar hitam di kalangan penyedia pembayaran lewat internet (internet payment).

Maraknya cyber crime yang terjadi di dalam cyber society, menunjukan gejala pergeseran masalah sosial
dari dunia nyata. Sifat cyber society yang tanpa batas teritorial dan tanpa kendali, di mana tindak
kejahatan sulit untuk dilacat, dan telah menjadi ruang yang ideal untuk berkembangnya masalah-
masalah sosial. Tindak kejahatan ini dalam prateknya menggunakan teknologi telematika canggih yang
sulit untuk dilihat dan dapat dilakukan di mana saja. Sehingga potensi untuk berkembangnya masalah
sosial menjadi sulit untuk dihentikan.

Kasus-kasus Cyber Crime


Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut
dengan "Cyber Crime" atau kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa kasus "Cyber
Crime" di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data
orang lain, misalnya email, dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak
dikehendaki ke dalam programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan
adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki
komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat
kerugian bagi orang lain. Adanya Cyber Crime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah
sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan
internet dan intranet.

Berikut adalah contoh kasus Cyber Crime yang pernah terjadi beserta modus dan analisa
penyelesaiannya:

Kasus 1:

Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana diberitakan
"Suara Pembaharuan edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang mahasiswa yang membobol uang dari
sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372.100.000,00 dengan menggunakan sarana komputer.
Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah berupa computer network yang kemudian
melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi global yang dikenal dengan internet. Pada kasus
tersebut, kasus ini modusnya adalah murni criminal, kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet
hanya sebagai sarana kejahatan.

Penyelesaiannya, karena kejahatan ini termasuk penggelapan uang pada bank dengan menggunakan
komputer sebagai alat melakukan kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang ada di Indonesia
maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus
perbuatan yang dilakukannya.

Kasus 2:

Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem
komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering
melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini
sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif.
Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik
orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran.
Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang
bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

Pada kasus Hacking ini biasanya modus seorang hacker adalah untuk menipu atau mengacak-acak data
sehingga pemilik tersebut tidak dapat mengakses web miliknya. Untuk kasus ini Pasal 406 KUHP dapat
dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik orang lain, seperti website atau
program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Kasus 3:

Carding, salah satu jenis cyber crime yang terjadi di Bandung sekitar Tahun 2003. Carding merupakan
kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam
transaksi perdagangan di internet. Para pelaku yang kebanyakan remaja tanggung dan mahasiswa ini,
digerebek aparat kepolisian setelah beberapa kali berhasil melakukan transaksi di internet
menggunakan kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata beroperasi dari warnet-warnet yang
tersebar di kota Bandung. Mereka biasa bertransaksi dengan menggunakan nomor kartu kredit yang
mereka peroleh dari beberapa situs. Namun lagi-lagi, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan
situs yang dipergunakan dengan alasan masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

Modus kejahatan ini adalah pencurian, karena pelaku memakai kartu kredit orang lain untuk mencari
barang yang mereka inginkan di situs lelang barang. Karena kejahatan yang mereka lakukan, mereka
akan dibidik dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal 363 tentang Pencurian dan
Pasal 263 tentang Pemalsuan Identitas.

Kasus 4:

Penyebaran virus dengan sengaja, ini adalah salah satu jenis kasus cyber crime yang terjadi pada bulan
Juli 2009, Twitter (salah satu jejaring social yang sedang naik pamor di masyakarat belakangan ini)
kembali menjadi media infeksi modifikasi New Koobface, worm yang mampu membajak akun Twitter
dan menular melalui postingannya, dan menjangkiti semua follower. Semua kasus ini hanya sebagian
dari sekian banyak kasus penyebaran malware di seantero jejaring social. Twitter tak kalah jadi target,
pada Agustus 2009 diserang oleh penjahat cyber yang mengiklankan video erotis. Ketika pengguna
mengkliknya, maka otomatis mendownload Trojan-Downloader.Win32.Banload.sco..

Modus serangannya adalah selain menginfeksi virus, akun yang bersangkutan bahkan si pemiliknya
terkena imbas. Karena si pelaku mampu mencuri nama dan password pengguna, lalu menyebarkan
pesan palsu yang mampu merugikan orang lain, seperti permintaan transfer uang. Untuk penyelesaian
kasus ini, Tim keamanan dari Twitter sudah membuang infeksi tersebut. Tapi perihal hukuman yang
diberikan kepada penyebar virusnya belum ada kepastian hukum.

Kasus 5:

Cybersquatting adalah mendaftar, menjual atau menggunakan nama domain dengan maksud
mengambil keuntungan dari merek dagang atau nama orang lain. Umumnya mengacu pada praktek
membeli nama domain yang menggunakan nama-nama bisnis yang sudah ada atau nama orang orang
terkenal dengan maksud untuk menjual nama untuk keuntungan bagi bisnis mereka. Contoh kasus
cybersquatting, Carlos Slim, orang terkaya di dunia itu pun kurang sigap dalam mengelola brandingnya di
internet, sampai domainnya diserobot orang lain. Beruntung kasusnya bisa digolongkan cybersquat
sehingga domain carlosslim.com bisa diambil alih. Modusnya memperdagangkan popularitas
perusahaan dan keyword Carlos Slim dengan cara menjual iklan Google kepada para pesaingnya.
Penyelesaian kasus ini adalah dengan menggunakan prosedur Anticybersquatting Consumer Protection
Act (ACPA), memberi hak untuk pemilik merek dagang untuk menuntut sebuah cybersquatter di
pengadilan federal dan mentransfer nama domain kembali ke pemilik merek dagang. Dalam beberapa
kasus, cybersquatter harus membayar ganti rugi uang.

Kasus 6:

Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah pencurian dokumen terjadi saat utusan khusus Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa berkunjung di Korea
Selatan. Kunjungan tersebut antara lain, guna melakukan pembicaraan kerja sama jangka pendek dan
jangka panjang di bidang pertahanan. Delegasi Indonesia beranggota 50 orang berkunjung ke Seoul
untuk membicarakan kerja sama ekonomi, termasuk kemungkinan pembelian jet tempur latih
supersonik T-50 Golden Eagle buatan Korsel dan sistem persenjataan lain seperti pesawat latih jet
supersonik, tank tempur utama K2 Black Panther dan rudal portabel permukaan ke udara. Ini
disebabkan karena Korea dalam persaingan sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia. Sedangkan anggota
DPR yang membidangi Pertahanan (Komisi I) menyatakan, berdasar informasi dari Kemhan, data yang
diduga dicuri merupakan rencana kerja sama pembuatan 50 unit pesawat tempur di PT Dirgantara
Indonesia (DI). Pihak PT DI membenarkan sedang ada kerja sama dengan Korsel dalam pembuatan
pesawat tempur KFX (Korea Fighter Experiment). Pesawat KFX lebih canggih daripada F16. Modus dari
kejahatan tersebut adalah mencuri data atau data theft, yaitu kegiatan memperoleh data komputer
secara tidak sah, baik digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain. Indentity Theft
merupakan salah satu jenis kejahatan ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan. Kejahatan ini
juga sering diikuti dengan kejahatan data leakage. Perbuatan melakukan pencurian dara sampai saat ini
tidak ada diatur secara khusus.

Kasus 8:

Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi
di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan menggunakan system
member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau menghubungi HP ke 0811XXXXXX
dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaki online lewat internet dan HP untuk mempertaruhkan
pertarungan bola Liga Inggris, Liga Italia dan Liga Jerman yang ditayangkan di televisi. Untuk setiap
petaruh yang berhasil menebak skor dan memasang uang Rp 100 ribu bisa mendapatkan uang Rp 100
ribu, atau bisa lebih. Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang dengan
cara instan. Dan sanksi menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU
7/1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.

Masalah Sosial Cyber Crime


Setiap masyarakat dalam kehidupan sosialnya pasti memiliki sistem keteraturan sosial. yang disebut nilai
dan norma. Sistem tersebut mengatur keberlangsungan kehidupan suatu masyarakat. Meminjam istilah
Durkheim, sistem tersebut terbentuk karena kesadaran kolektif (collective consciousness), di mana nilai
dan norma merupakan perekat sosial yang dianut dan disepakati bersama oleh anggota masyarakat.
Lebih lanjut menurut Durkheim, tindakan individu dalam suatu kelompok masyarakat merupakan
tindakan yang ditentukan oleh norma norma, nilai-nilai, serta struktur sosial. Dengan kata lain,
Durkheim melihat masyarakat berada pada posisi deterministik. Struktur sosial dengan aturan-
aturannya memberikan rambu-rambu kepada setiap anggota masyarakat dalam bertindak dan
berperilaku. Hal ini berkaitan dengan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dalam kehidupan
sosial bermasyarakat.

Nilai dan norma dalam masyarakat tidak selamanya berjalan sebagaimana mestinya. Ada juga perilkaku
masyarakat yang dirasa tidak sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Hal inilah yang kemudian
menimbulkan masalah-masalah sosial. Masalah sosial sendiri oleh Robert A. Nisbet, didefinisikan
sebagai suatu hal yang menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Beberapa
masalah sosial penting di Indonesia, yang masuk dalam kategori pelanggaran nilai dan norma salah
satunya adalah maraknya kasus Cyber Crime atau kejahatan di dunia maya yang meresahkan
masyarakat.

Cyber Society dan Munculnya Masalah-masalah Sosial


Perkembangan peradapan manusia seakan telah mencapai titik paling mutahir. Dari peradapan manusia
yang masih bersifat primitif, hingga perkembangan masyarakat modern yang serba digital seperti saat
ini. Teknologi informasi seperti internet menjadi simbol kemajuan pada masyarakat modern. Internet
telah menembus batas-batas dan sekat-sekat antara manusia di belahan bumi ini.

Internet (interconnection-networking) secara harfiah ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer
yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran
pengguna di seluruh dunia. Manakala Internet (huruf 'T besar) ialah sistem komputer umum, yang
berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching
communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan
rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking. Dengan jaringan internet inilah, kita dapat
terhubung dengan manusia belahan dunia manapun. Kita dapat terhubung dengan berbagai macam
jejaring sosial, seperti Facebook, twitter, e-mail, skype, atau yahoo messenger. Masyarakat modern di
era digital serba dimudahkan dengan segala sesuatu yang serba "E", e-banking (fasilitas perbankan), e-
mail (surat elektronik), e-confrence (fasilitas pertemuan). e-file (fasilitas pengarsipan), e-office (fasilitas
aktivitas kantor), e-fax (fasilitas fax) dan lain sebagainya.

Perkembangan teknologi informasi telah membawa manusia, yang dahulu terbatas oleh teritorial
kepada masyarakat global tanpa sekat, yang disebut dengan globalisasi. Menurut Robertson (1992),
globalisasi mengacu kepada penyempitan dunia secara intensif dan peningkatan kesadaran kita atas
dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi-koneksi global dan pemahaman kita atas mereka.
Penyempitan dunia ini dapat difahami berdasarkan institusi-institusi moderitas. Sementara intensifikasi
kesadaran dunia secara refelktif dapat dipersepsikan secara lebih baik lewat sudut pandang
kebudayaan. Perkembangan teknologi informasi memang tidak mampu menciptakan masyarakat global,
namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga
tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata
dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).

Cybercommunity atau dalam tulisan ini disebut sebagai cyber society merupakan sisi lain dari kehidupan
masyarakat manusia. Jean Baudrillard, menyebut realitas dalam cyber society ini sebagai simulasi, yaitu
penciptaan model-model nyata yang tanpa usul atau realitas yang hiper-realitas. Melalui model simulasi,
manusia dijebak dalam satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu atau
khayalan belaka. Manusia mendiami suatu ruang realitas, yang di dalamnya perbedaan antara yang
nyata dan yang fantasia tau yang benar dan yang palsu menjadi beda tipis. Dalam Cyber society,
kehidupan berlangsung mengikuti pola-pola kehidupan masyarakat nyata. Bentuk kehidupan yang
memang tidak secara nyata bisa diindera melalui pengindraan manusia, namun ia dapat dirasakan dan
disaksikan sebagai suatu relitas kehidupan.

Anggota masyarakat dalam cyber society ini biasanya menggunakan e-mail, website dan provider
sebagai alamat rumah mereka. Para penduduk cyber society ini biasanya disebut netter (pengguna
internet). Proses-proses sosial dan interaksi sosial bisa berlangsung secara intens seperti bercinta,
menyapa, bergaul, berbisnis, belajar atau bahkan mencuri. Ataupun hanya sekedar berjalan-jalan seperti
chatting dan browsing atau search. Dalam proses-proses interaksi masyarakat di dalam cyber society
pun pada akhirnya juga membentuk makna makna subjektif antara anggotanya, dan pada akhirnya
membangun makna intersubjektif tentang dunianya. Cyber society meminjam istilah Hebermas bisa
dikategorikan sebagai public sphere, di mana para netter bebas beraktivitas tanpa dominasi.

Cyber society sebagai public sphere ditekankan oleh Moch. Faisal, menurutnya, cyber society atau
cyberspace merupakan ruang yang bersifat anarkis-rasional di mana tidak ada fondasi norms dan values.
Setiap entitas di dalamnya memiliki norms dan values mereka masing-masing. Namun di balik sifat
anarkisnya, cyberspace telah berubah menjadi ruang publik transnasional, di mana diskursus tanpa
relasi kuasa, semua aktor dapat bermain. Cyberspace susah dikontrol karena sifatnya yang beyond
everything dan sifatnya yang anarkis. Melampaui apapun (beyond everything), karena ia terlepas dari
ruang sosial tiga dimensi yang kita diami. Bersifat anarkis, karena ia tidak memiliki shared norms dan
values yang sama untuk menjadikan ia dapat diatur.

Kemunculan cyber society menimbulkan perdebatan. Di satu sisi ia merupakan sebuah public sphere
dengan ditandai sebagai ruang tanpa kontrol dan tanpa dominasi, namun di sisi lain karena tanpa
kontrol tersebut, sehingga cyber society menjadi ruang anarkis tanpa aturan dan norma-norma.
Sehingga seperti yang terjadi dalam kehidupan nyata manusia ketika berada dalam kondisi chaos
(kekacauan tanpa norma), dalam cyber society juga muncul masalah-masalah sosial.

Masalah-masalah sosial ini biasa disebut sebagai cyber crime. Kejahatan ini dilakukan dengan modus
operandi menggunakan teknologi telematika yang canggih. Kejahatan model ini dilakukan dengan
menggunakan prosedur teknologi telematika yang sulit dilihat dengan mata telanjang, bahkan sukar
pula dibuktikan, kecuali melalui pembuktian ilmiah. Namun secara analog, kejahatan yang umum terjadi
dalam cyber community berkisar pada kejahatan

terhadap sesama anggota masyarakat cyber yang berhubungan erat dengan hukum-hukum positif dan
kejahatan terhadap moral masyarakat secara umum. Kejahatan-kejahatan di dalam cyber society ini
pada akhirnya menjadi masalah sosial yang meresahkan.

Kesimpulan
Contoh kasus beserta analisis diatas menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan teknologi komunikasi
akan memberikan dampak bagi masyarakat, terutama dampak negatif yaitu munculnya suatu bentuk
kejahatan yang disebut dengan Cyber Crime.

Munculnya beberapa kasus "Cyber Crime" di Indonesia, seperti penggelapan uang di bank melalui
komputer, kasus video porno yang diunggah di internet, hacker, carding atau kejahatan yang dilakukan
untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di
internet, penyebaran virus dengan sengaja di internet, cybersquatting yang diartikan sebagai mendaftar,
menjual atau menggunakan nama domain dengan maksud mengambil keuntungan dari merek dagang
atau nama orang lain melalui internet dan kasus pencurian dokumen pemimpin negara melalui internet,
semua kasus cyber crime ini menunjukkan gejala pergeseran masalah sosial dari dunia nyata. Sifat cyber
society yang tanpa batas teritorial dan tanpa kendali, di mana tindak kejahatan sulit untuk dilacak, dan
telah menjadi ruang yang ideal untuk berkembangnya masalah-masalah sosial. Tindak kejahatan ini
dalam prateknya menggunakan teknologi telematika canggih yang sulit untuk dilihat dan dapat
dilakukan di mana saja. Sehingga potensi untuk berkembangnya masalah sosial menjadi sulit untuk
dihentikan.

Setiap masyarakat dalam kehidupan sosialnya pasti memiliki sistem keteraturan sosial yang disebut nilai
dan norma. Sistem tersebut mengatur keberlangsungan kehidupan suatu masyarakat. Nilai dan norma
dalam masyarakat tidak selamanya berjalan sebagaimana mestinya. Ada juga perilaku masyarakat yang
dirasa tidak sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan masalah-
masalah sosial. Beberapa masalah sosial penting di Indonesia, yang masuk dalam kategori pelanggaran
nilai dan norma salah satunya adalah maraknya kasus Cyber Crime atau kejahatan di dunia maya yang
meresahkan masyarakat.

Sebuah perkembangan pastilah membawa dampak besar bagi sekitarnya. Tidak mungkin sebuah
perubahan tidak menyeret hal yang berkaitan lainnya. Sama seperti perkembangan komunikasi dan
informasi, seluruh komponen baik politik, sosial, ekonomi ikut mengalami perubahan seiring dengan
adanya revolusi komunikasi. Tetapi kita sebagai masyarakat haruslah pandai dalam mengelolanya agar
tidak terjadi hal fatal.

Anda mungkin juga menyukai