Anda di halaman 1dari 25

Kota-Kota Pelabuhan Kolonial di

Jawa: Semarang dan Surabaya


KELOMPOK 7
Norman Raihan (2006575410)
Bimantyo Ganggas Fadhil Ihsani (2006575493)
Athallah Afif Mumtaz (2006526485)
Perkembangan Arsitektur Barat di Jawa
Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah
Portugis yang diikuti dengan kedatangan spanyol, belanda,
dan inggris.

Pada awalnya kedatangan bangsa eropa bertujuan untuk


berdagang. Mereka membangun rumah dan pemukiman di
wilayah pelabuhan.

Pada bagian konflik, didirikan pula benteng-benteng


sebagai pusat militer dan bangunan pendukung stategis
perlawanan musah ataupun rakyat.

Kedatangan ini juga berpengaruh pada penyebaran agama


kristen khatolik roma dan protestan. Salah satunya adalah
Raja Portugis Emanuel yang memberikan amanat perluasan
daerah dagang yang disertai perluasan ajaran agama
khatolik.
Arsitektur Hindia
Istilah ke hindia-an mencerminkan ke-Belandaan. Tetapi tidak sama dengan di belanda. Sebagian arsitek berpendapat
kondisi tropis bisa berkembang ke arsitektur modern tropis, tetapi sebagian bependapat arsitektur venakular indonesia
perlu membentuk masa depan arsitektur indonesia.

Arsitektur masyarakat kolonial pada awalnya dibangun dengan bentuk yang sangat
● Masyarakat kolonial mirip dengan arsitektur di Eropa. Rumah tradisi pertama (Landhuizen) adalah rumah di
negeri belanda dengan dua lantai, sempit, dan sangat panjang tanpa halaman.

Pendekatan arsitektur barat, melawan atau bersama dengan


● Arsitektur indo-eropa konsep arsitektur venakular lokal, merupakan topik utama,
masa depan yang terjadi adalah penggabungan keduanya.

Usaha bangunan mulai dikembangkan ketika kontraktor dan arsitek tiba


dari negeri belanda. Kebutuhan bangunan administrasi, pertokoan,
● Kebangkitan Arsitektur Zaman Baru perdagangan, perumahan, di kota2 yang brkembang pesat sulit untuk
dipenuhi, terutama Pulau jawa, dan di medan, sumatra.
Perkembangan
Kota Pelabuhan
Kolonial Semarang
Kota Lama Pada Awal
Penataan Ruang di Semarang

Abad ke-18 1903


Kota Semarang memiliki suatu Sudah ada aktivitas lokal dalam
kawasan yang ada pada sekitar abad bidang perencanaan kota, Thomas
18 menjadi pusat perdagangan. Karsten menjadi penasehat untuk
Dibangun benteng VIJHOEK. perencanaan kota Semarang.

1824 1906-1942
Semarang terlepas dari Kabupaten
Benteng dihancurkan dan dan memiliki batas kekuasaan
menjadi pusat pertahanan pemerintah Kota Praja.
serta perdagangan.
Kota Lama
Dan Perkembangannya
Kota Lama Kota Semarang dulunya merupakan Kota benteng yang merupakan daerah permukiman khusus bangsa
Belanda dan disebut sebagai OUTSTADT dan sering juga disebut dengan julukan "LITTLE NETHERLAND".

A. Awal Pertumbuhan Kota Benteng


Pertumbuhan Kota Lama dipengaruhi oleh:

Pindahnya kantor pusat


Pemberontakkan orang Cina
dagang VOC dari Jepara ke
melawan Belanda (1742)
Semarang (3 Januari 1778)
B. Pertumbuhan Kota Lama pada Pertengahan Abad ke-18 hingga Awal Abad ke-19

Sampai pertengahan abad ke-18, Semarang mengalami perkembangan yang semakin pesat,
demikian pula keadaan dalam benteng Belanda. Kemajuan ini didukung juga oleh peran penting
sungai Semarang sebagai jalur transportasi perkonomian utama.

Tahun 1824 benteng yang mengelilingi Kota Lama


dibongkar, bersama gerbang dan pos keamanannya.
Hal ini disebabkan oleh karena Belanda ingin
mengembangkan Semarang sebagai Kota Modern,
1824 yaitu dengan:

● Membuka jaringan kereta api.


● Membuka terusan pelabuhan yang diberi nama
Kali Baru dan kawasan sekitarnya.
B. Pertumbuhan Kota Lama pada Pertengahan Abad-19 Awal Perang Dunia II

Kota Lama sudah bukan merupakan wilayah khusus Belanda.

Menurut data tahun 1935, kawasan kota lama telah ditemui gedung-gedung berikut:

Stasiun Kereta Api, stasiun trem, Gereja Katolik, Gereja Kristen, Susteran, kantor
notaris, kantor redaksi, konsulat (Muangthai, Belgia, Perancis, Inggris). Bank,
perusahaan perkebunan, rumah jompo, klub-klub, kantor penerbit, rumah yatim piatu,
pengadilan negeri, kantor pemerintah, kantor usaha dagang, sekolah teknik,
staadschouwburg, hotel, kantor polisi.
Penerapan Gaya Kolonial Belanda
Pola Penataan Kota
Desain Kota Berbentuk Bintang Radial

Keberadaan gereja blenduk sebagai


sentral dari kawasan kawasan,
dimana jalan-jalan di Kota Lama
memusat pada titik ini.

Sumber: Murtomo, B. Adji. (2008). Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang.


Pola Penataan Kota
Desain dengan Komposisi Poligon

Mengingat fungsi pertama wilayah


Kota Lama sebagai benteng, desain
kota lama yang menggunakan
komposisi Poligon sebagai suatu
bentuk yang menguntungkan untuk
pertahanan.

Sumber: Murtomo, B. Adji. (2008). Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang.


Pola Penataan Kota
Landmark

Menara-menara
gereja Blenduk
yang pada
awalnya
dirancang lebih
tinggi daripada
bangunan-bang
unan di
sekitarnya. Sumber: https://www.goodpiknik.com/gereja-blenduk-semarang.html
Pola penataan kota
Pengaruh Jalur Kereta Api

Gambar 2.1 Peta Kota Semarang Sebelum ada Stasiun Tawang Sumber :
Prabowo, Bintang Noor, Previari Umi Pramesti, Mirza Ramandhika, and S.
Sukawi. 2020.

Stasiun Tawang, merupakan salah satu bukti


perkembangan arsitektur akibat dibangunnya jalur
kereta api Semarang-Tanggung untuk kebutuhan Gambar 2.1 Peta Kota Semarang Setelah ada Stasiun Tawang Sumber :

distribusi transportasi
Prabowo, Bintang Noor, Previari Umi Pramesti, Mirza Ramandhika, and S.
Sukawi. 2020.
Pola penataan kota
Kota Pelabuhan

Semarang baru menggantikan Jepara sebagai


pelabuhan utama pada 1697, setelah VOC
memperoleh hak monopoli
memperdagangakan beras, gula, dan impor
tekstil dan opium. Rempah Nusantara tentu
saja pernah singgah di kedua pelabuhan itu,
para pedagang Cina dan India membawanya
dari Maluku menuju Malaka.
Perkembangan
Kota Pelabuhan
Kolonial : Surabaya
Latar Belakang

1275 1625 1743


Pendirian Surabaya oleh Dihancurkan oleh Mulainya pendudukan
Kertanegara dari SIngasari Sultan Agung VOC

Abad ke-15 hingga 1625-1743


awal Abad ke-17
Masa kemerosotan
Kejayaan Surabaya Klasik
Awal pendudukan Belanda di Surabaya

-Masih berada di bawah kendali VOC.

-Pembangunan benteng Retrachement

-Perubahan pengembangan pusat kota :

Sekarang di sekitar Jalan Pahlawan

Kawasan Kalimas (Jembatan Merah)


Sebagai kawasan orang Eropa dan pusat perdagangan.
Gambar : Surabaya tahun 1887.
Membangun Surabaya

Herman Willem Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal


Hindia Belanda mulai dari tahun 1808. Ia memiliki visi membangun
Surabaya menjadi sebuah kota eropa kecil; Kota dagang dan kota
benteng.

Kenapa Surabaya?
Memiliki Pelabuhan Akses ke Daerah Pedalaman
Alami yang bagus

Berada di ujung Jalan Penghubung ke daerah Herman Willem Daendels


Anyer-Panarukan Indonesia Timur
Daendels mengeluarkan beberapa perintah untuk
membangun kota Surabaya :
- Membangun pabrik senjata (Altellerie Constructie
Winkel) sebagai tempat produksi amunisi.

Gambar : Pabrik Senjata di Surabaya

- Dibangunnya Benteng Lodewijk di daerah


pesisir.
- Strategi lompat Katak : pemindahan sebagian
bangunan pemerintahan dan rumah sakit
militer.

Gambar : Peta Surabaya sekitar tahun 1825


Surabaya Kota Bertembok

1840
Selesainya pembangunan dinding kota Surabaya.

- Pembagian ruang hidup kota mengikuti


pembagian kelas pada zaman Hindia Belanda :
1. Orang Eropa tinggal di sebelah barat Kalimas
2. Orang “timur asing” (Arab, Melayu, dan Cina) tinggal di
bagian timur Kalimas.
3. “Penduduk asli” (Jawa, Madura) tidak diperbolehkan
tinggal di dalam dinding kota.

Gambar : Peta Surabaya sekitar tahun 1866


1870
Diberlakukan Suikerwet (Undang-undang Gula).

Mulainya eksploitasi kekayaan alam Hindia


Belanda.

Meningkatnya permintaan sarana produksi.

Surabaya pun semakin berkembang di akhir abad ke-19 sebagai hub perdagangan tidak
hanya sebaga pelabuhan dengan pulau lain, tapi juga sebagai pusat pengiriman di Jawa
Timur.
Pelabuhan Surabaya

Pelabuhan Kalimas adalah pelabuhan kuno di


wilayah Surabaya yang mulai tumbuh pada
abad ke-14 Masehi. Pada masa itu kapal-kapal
besar hanya bisa merapat di pelabuhan gresik
dan selat Madura.

Berkembangnya Surabaya sebagai pusat


perdagangan menuntut pembangunan
pelabuhan yang lebih maju. Pembangunan pun
dilakukan di daerah Tanjung Perak di Belanda.
Contoh Bangunan di Surabaya

Gereja Khatolik Kelahiran Santa Perawan Maria


Gedung De Vriendschap
(Sebelum Pindah)

Sumber : KITLV A698 - Rooms-Katholieke kerk in de Roomsche


Kerkstraat te Soerabaja | Digital Collections (universiteitleiden.nl)
Contoh Bangunan di Surabaya

Stasiun Semut Surabaya

https://heritage.kai.id/page/Jalur%20Term%20Da
erah%20Operasi%207
Terima Kasih!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik
Daftar Pustaka
■ Handinoto, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940 (Surabaya: LPPM UK Petra, 1996)
■ “Bagian I Sintesis Arsitektur Hindia" (hlm. 22-40), dalam Tegang Bentang: Seratus Tahun Perspektif Arsitektural di
Indonesia.
■ Handinoto. (2008). "Daendels dan perkembangan arsitektur di Hindia-Belanda abad 19". Dimensi Teknik Arsitektur, Vol.
36, No. 1, hlm. 43-53.
■ "Bagian IV. Arsitektur dari masa penjajahan Barat" (hlm. 111-132), dalam Sumintardja, D. (1966). Kompendium Sejarah
Arsitektur. Bandung: Lembaga Penjelidikan Masalah Bangunan.
■ "Perkenalan jenis bangunan baru" (hlm. 116), dalam Tjahjono, G., et. al. (2002). Indonesian Heritage: Arsitektur. Jakarta:
Buku Antar Bangsa, Grolier International.
■ Murtomo, B. Adji. (2008). Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman,
Volume 7 No. 2 Juni 2008.
■ https://www.kompasiana.com/ady40469/5debbbe3097f361b4508a972/meraba-wajah-kalimas-abad-19?page=3&page_
images=1

Anda mungkin juga menyukai