Makalahkorosi
Makalahkorosi
net/publication/304019344
CITATIONS READS
0 8,123
1 author:
Kholifatur Rohmah
Universitas Negeri Semarang
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ANALISIS KASUS KOROSI PADA TANGKI PENYIMPAN AIR ( WATER STORAGE TANK) View project
ANALISIS KASUS KOROSI PADA TANGKI PENYIMPAN AIR (WATER STORAGE TANK) View project
All content following this page was uploaded by Kholifatur Rohmah on 17 June 2016.
TUGAS KOROSI
ANALISIS KASUS KOROSI
PADA TANGKI PENYIMPAN AIR
(WATER STORAGE TANK )
i
DAFTAR ISI
i
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 21
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
5.2 Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 1 ........................................................................................................... 6
Persamaan 2 ........................................................................................................... 6
Persamaan 3 ........................................................................................................... 6
Persamaan 4 ........................................................................................................... 6
Persamaan 5 ........................................................................................................... 6
Persamaan 6 ........................................................................................................... 6
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Permasalahan
1. Jenis korosi apa yang terdapat dalam tangki penyimpan air tersebut ?
2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya korosi tersebut ?
3. Bagaimana cara untuk mencegah ataupun menanggulangi korosi tersebut ?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian in yaitu :
1. Dapat mengetahiu jenis korosi yang terdapat dalam tangki penyimpan air
tersebut.
2. Dapat mengetahui penyebab terjadinya korosi pada tangki air.
3. Dapat mengetahui cara penanggulangan yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korosi
Korosi atau pengkaratan merupakan suatu peristiwa kerusakan atau
penurunan kualitas suatu bahan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi
terhadap lingkungan (Nugraheni dkk, 2014). Beberapa pakar berpendapat definisi
hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang
mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam, seperti
keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari
atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan
logam yang padat oleh logam yang cair (Hakim, 2012).
Proses terjadinya korosi berlangsung secara perlahan tetapi pasti. Korosi
dapat menyebabkan suatu bahan memiliki keterbatasan pemakaian, yang artinya
suatu material yang diperkirakan memiliki waktu yang lama dalam kegunaannya
tetapi ternyata material tersebut hanya dapat digunakan pada waktu yang singkat
karena telah mengalami pengkorosian. Hal ini disebabkan karena proses korosi
tidak dapat diperkirakan berapa rentang waktu suatu material mengalami korosi.
Pada umumnya, korosi terjadi pada besi karena besi merupakan logam yang
mudah sekali berkarat/berkorosi. Zat yang dihasilkan dari peristiwa pengkaratan
besi adalah berupa zat berwarna merah kecoklatan yang bersifat rapuh. Korosi
disebabkan adanya udara dan air yang bereaksi terhadap bahan logam dan
peristiwa korosi dapat berlangsung lebih cepat ketika terdapatnya garam yang
bereaksi dengan udara dan air terhadap suatu bahan logam tersebut.
Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit (air) adalah proses
elektrokimia. Proses ini terjadi bila ada reaksi setengah sel yang melepaskan
elektron dan reaksi setengah yang menerima elektron tersebut. Kedua reaksi ini
akan terus berlangsung sampai terjadi kesetimbangan dinamis dimana jumlah
elektron yang dilepas sama dengan jumlah olektron yang diterima.
Faktor yang menyebabkan korosi dapat dibedakan menjadi 2, yakni yang
bersal dari bahan itu sendiri dan yang berasal dari lingkungan. Faktor yang
disebabkan dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal,
4
serta pencampuran bahan dengan materi lain didalamnya. Sedangkan dari faktor
lingkungan meliputi tingkat kelembapan, suhu, pencemaran yang terjadi
disekitarnya, dan keberadaan zat-zat korosif.
Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium basah.
Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida
(SO2). Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun
secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah
apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di dalam
medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa
makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvanik sistem besi - seng, korosi erosi,
korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran,
sedangkan rupa mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi` tegangan, korosi
patahan, dan korosi antar butir.
2.2 Korosi pada tangki air (Water Storage Tank)
1. korosi seragam (Uniform Attack)
Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia
karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam
makin menipis.
Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen. Korosi
jenis ini bisa dicegah dengan cara Diberi lapis lindung yang mengandung
inhibitor seperti gemuk.
a. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik
b. Pemeliharaan material yang tepat
c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan
tembaga 0,4%
2. Korosi Galvanis
Korosi galvanis adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam
yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif (Utomo, 2009).
Logam yang memiliki potensial korosi lebih tinggi akan terkorosi lebih hebat
dari pada kalau ia sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang
memiliki potensial korosi yang lebih rendah. Logam yang memiliki potensial
korosi yang lebih rendah akan kurang terkorosi dari pada kalau ia sendirian dan
tidak dihubungkan langsung dengan logam yang memiliki potensial korosi yang
lebih tinggi. Pada kasus ini terbentuk sebuah sel galvanik, dengan logam yang
berpotensial korosi lebih tinggi sebagai anoda dan logam yang berpotensial
korosi lebih rendah sebagai katoda. Korosi ini dapat dicegah dengan cara :
a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit
b. Pasang proteksi katodik
c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan
3. Korosi Atmosferik
Korosi secara kimiawi korosi adalah reaksi pelarutan (dissolution) logam
menjadi ion pada permukaan logam yang berinteraksi dengan lingkungan yang
dapat bersifat asam atau basa melalui reaksi elektrokimia. Logam tersebut
memiliki ion positif dan negatif, yang apabila berhubungan dengan udara maka
akan membentuk senyawa baru. Hal ini dikarenakan udara mengandung
bermacam-macam unsur, salah satunya hidrogen maka akan terjadi rekasi
dengan logam sebagai oksidator (Graedel, 2001).
Korosi atmosfer, termasuk korosi yang terjadi pada temperatur udara antara
-18 sampai 70 °C pada lingkungan tertutup atau terbuka. Penurunan mutu logam
akibat atmosfer biasanya juga dipengaruhi oleh cuaca. Korosi atrnosfer memiliki
tingkat korosifitas yang berbeda untuk setiap lingkungan(www.key-to-
metals.com).
Mekanisme Korosi Menurut Trethewey (1991), mekanisme reaksi korosi pada
besi dalam baja adalah sebagai berikut:
Demikian juga pada katoda oksigen harus mencapai permukaan logam agar
reaksi (l) dan (2) terjadi. Ion hidroksil yang terbentuk juga dapat terserap pada
permukaan membentuk lapisan yattg menghalangi penyerapan oksigen. Pada
keadaan ini terjadi polarisasi katoda dan proses korosi berjalan lambat(Sumarji,
2012). Pada peristiwa korosi yang cepat, lapisan penghambat (pelindung)
tersebut tidak sempat terbentuk, ion Fe bereaksi dengan ion hidroksil :
2Fe2+ + 4OH + ½ O2 + H2O 2Fe(OH)3 (6)
4. Stress Corrosion Cracking (SCC)
Stress corrosion cracking (SCC) adalah keretakan akibat adanya tegangan
tarik dan media korosif secara bersamaan (Supomo, 2003). Satu hal yang
penting adalah harus dibedakan antara SCC dengan hydrogen embrittlement dari
perbedaaan kondisi lingkungannya. SCC terjadi karena adanya tiga kondisi yang
saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan
temperatur yang tinggi. Kerentanan SCC sangat dipengaruhi oleh komposisi
kimia rata-rata, orientasi pemilihan grain, distribusi dan komposisi percepatan,
interaksi dislokasi dan kemajuaan kemajuan transformasi fase (derajat
metastabilitas). Faktor-faktor inilah yang akhirnya mempengaruhi waktu retakan
(Falakh dkk, 2008).
5. Korosi Celah
Korosi celah ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi
zat asam. Karat ini terjadi, karena celah sempit terisi dengan elektrolit (air yang
pHnya rendah) maka terjadilah suatu sel korosi dengan katodanya permukaan
sebelah luar celah yang basa dengan air yang lebih banyak mengadung zat asam
dari pada bagian sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam
sehingga bersifat anodic. Korosi celah termasuk jenis korosi lokal. Jenis korosi
ini terjadi pada celah-celah konstruksi, seperti kaki-kaki konstruksi, drum
maupun tabung gas. Korosi jenis ini juga dapat dilihat pada celah antara tube
dari heat exchanger dengan tubesheetnya. Adanya korosi bisa ditandai dengan
warna coklat di sekitar celah. Tipe korosi ini terjadi akibat terjebaknya elektrolit
sebagai lingkungan korosif di celah-celah yang terbentuk diantara peralatan
konstruksi.
6. Korosi Sumuran.
Korosi sumuran juga termasuk korosi lokal. Jenis korosi ini mempunyai
bentuk khas yaitu seperti sumur, sehingga disebut korosi sumuran. Arah
perkembangan korosi tidak menyebar ke seluruh permukaaan logam melainkan
menusuk ke arah ketebalan logam dan mengakibatkan konstruksi mengalami
kebocoran. Walaupun tidak sampai habis terkorosi, konstruksi tidak dapat
beroperasi optimal, bahkan mungkin tidak dapat dipergunakan lagi karena
9
9. Korosi Mikrobiologis
Korosi ini disebabkan oleh mikroorganisme yang melakukan metabolisme
secara langsung dengan logam sehingga hasil akhir akan menimbulkan korosi,
atau dapat pula hasil reaksinya membuat lingkungan yang korosif. Korosi yang
terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain
bakteri, jamur, alga dan protozoa. Mikroorganisme umumnya berhubungan
dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam
bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk
lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
11
corrosion dapat terjadi karena adanya kotoran pada batas butir, penambahan
pada salah satu unsur paduan, atau penurunan salah satu unsur di daerah batas
butir. Sebagai contoh paduan besi dan alumunium, dimana kelarutan besi lambat
maka akan terjadi serangan pada batas butir. Beberapa kegagalan pada 18-8 baja
karbon telah terjadi karena intergranular corrosion. Ini terjadi dalam lingkungan
dimana paduan harus memiliki ketahanan korosi yang sangat baik. Ketika baja
dipanaskan pada suhu kira-kira antara 950°F sampai 1450°F, baja tersebut akan
peka atau rentan terhadap intergranular corrosion. Sebagai contoh untuk
menghindari terjadinya intergranular corrosion, maka prosedur kepekaan di
panaskan pada suhu 1200°F selama satu jam. Kebanyakan teori tentang
terjadinya intergranular corrosion didasarkan pada kehilangan atau penipisan
kromium di daerah batas butir. Penambahan kromium pada baja akan
meningkatkan ketahanan korosi diberbagai kondisi lingkungan. Umumnya
penambahan tersebut berkisar 10% kromium untuk pembuatan baja karbon
tahan karat. Jika kromium secara efektif diturunkan ketahanan terhadap korosi
akan berkurang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Korosi adalah serangan yang terjadi pada bahan logam sebagai akibat dari
lingkungan yang reaction. Oleh karena itu, hal itu menyebabkan kebocoran tangki
penyimpanan atmosfer, kerugian material, pencemaran lingkungan, kegagalan
peralatan dan mempengaruhi usia peralatan proses maka kerusakan akhirnya
keuangan. pengukuran risiko korosi becomesa bagian penting dari Manajemen Aset
di pabrik untuk beroperasi setiap aset penuaan (Nugroho dkk, 2016).
Pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh (Nindhia dkk, 2014)
Suatu tangki penyimpanan air panas yang dalam kasus ini terbuat dari baja nirkarat
(stainless steel) mengalami kegagalan karena korosi terutama pada bagian
sambungan las. Korosi juga terjadi pada bagian bawah tanki. Tanki telah digunakan
kurang lebih di bawah satu tahun namun sudah mengalami korosi parah terutama
pada bagian sambungan las dan juga mengalami korosi pada bagian bawah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab terjadinya korosi. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan metalografi langsung
dilapangan dengan menggunakan mikroskop metalurgi portable.
Baja nirkarat 304 merupakan salah satu jenis baja nirkarat dari jenis austenitik
(austenitic stainless steel) yang memiliki fase tunggal dengan struktur kubus
terpusat ruang (face centered cubic, fcc). Struktur ini bisa terbentuk dari
kesetimbangan kondisi pemaduan yang menyebabkan fase austenit menjadi stabil
pada suhu ruang (Davis, 2006)
Metode yang digunakan yaitu :
Tangki air terdiri dari tiga bagian yaitu bagian penutup bawah, bagian tabung
tengah dan penutup atas. Ketiga bagian tersebut diamati struktur mikronya dengan
menggunakan mikroskop metalurgi portable sehingga tidak perlu memotong bagian
tabung dan tabung masih tetap bisa digunakan. Pada bagian yang akan diamati
dilakukan porses penggerindaan, pemolesan dan proses etsa untuk memperoleh
14
struktur mikro logam yang digunakan. Dari struktur mikro yang diperoleh kemudian
diidentifikasi jenis baja nirkarat yang digunakan apakah sesuai dengan struktur
mikro baja nirkarat 304 sesuai spesifikasi saat pembelian . Pengujian metalurgi las
dilakukan pada bagian las dengan menggunakan mikroskop metalurgi portable dan
dianalisis kualitas pengelasan dan diidentifikasi struktur mikro yang diperoleh.
Cacat-cacat pengelasan yang ditemukan diidentifikasi dan dicari hubungannya
dengan korosi yang terjadi.
Proses pembuatan bahan pelat baja nirkarat tidaklah mudah jika
dibandingkan dengan membuat baja karena baja nirkarat mengandung berbagai
bahan tambahan yang secara teoritis susah dipertahankan kehomogenannya.
Gambar 3.1 Tangki Air Panas Terbuat dari Baja Nirkarat yang Mengalami Kegagalan
Korosi pada Bagian Dalam Tabung (Nindhia dkk, 2014).
15
mulai
Selesai
17
BAB IV
Namun tidak demikian halnya pada material yang digunakan pada bagian
penutup bawah tangki, diperoleh dari hasil pengujian dengan mikroskop ternyata
menggunakan bahan yang sesuai dengan spesifikasi saat pembelian yaitu dari
jenis baja nirkarat 304. Dengan demikian jelaslah mengapa pada bagian bawah
tangki terjadi kasus korosi yang parah yaitu diakibatkan oleh korosi galvanik yaitu
korosi yang diakibatkan karena penyambungan atau menghubungakan 2 jenis
logam yang berbeda pada lingkungan elektrolit. Menyambung dua jenis baja
nirkarat dari jenis yang berbeda dapat mengarah ke jenis korosi yang lebih parah
lagi yaitu retak korosi akibat tegangan (stress corrosion cracking) (Łabanowski,
2007)
Hasil pengujian struktur mikro pada daerah lasan memberikan informasi
bahwa daerah lasan membentuk struktur mikro yang medekati struktur mikro
logam cor dari baja nirkarat 316 seperti Gambar 4.4
Gambar 4.4 Foto Struktur Mikro Bagian Las (Nindhia dkk, 2014)
19
Gambar 4.5 Porositas pada daerah las yang dapat berupa korosi pitting
dan juga korosi crevice (Nindhia dkk, 2014)
diperhatikan. Pada korosi itu secara alamiah tidak dapat dicegah tapi hanya dapat
dihambat(Setyarjo, 1987).
Untuk menghambat terjadinya korosi pada tangki penyimpan air, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Dengan memasukkan soda sulfit (Na2SO3) ke dalam air isian ketel untuk
mengikat O2 sehingga terbentuklah soda sulfat (Na3SO4). Reaksinya
(Babcock & Willcox, 1960)
O2 + 2Na2SO3 2Na2SO4
Namun cara ini kurang ekonomis karena menimbulkan zat-zat yang larut
dalam air isian ketel.
b. Dengan cara memisahkan O2 dan CO2 dari air ketel dengan mengalirkan uap
terhadap arah aliran air isian. Dalam proses ini aliran air bersinggungan
dengan aliran uap.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tangki mengalai korosi akibat penggunaan baja nirkarat dari jenis yang
berbeda sehingga terjadi korosi galvanik. Sedangkan korosi pada bagian las
terjadi karena perbedaan jenis logam pengisi dengan logam yang dilas yang
memicu terjadinya korosi galvanik. Penggunaan fluks las yang salah
menimbulkan korosi pitting yang berbentuk lubang-lubang kecil yang
menyebakan timbuk porositas berukuran kecil.
2. Pengujian dengan menggunakan sinar X fluorisensi juga membuktikan bahwa
pelat bagian bawah tanki dan pelat bagian samping dan atas ternyata memiliki
kandungan yang berbeda yaitu Bagian tengah tangki ternyata memiliki
struktur mikro yang serupa dengan bagian atas tangki yaitu memiliki struktur
mikro yang mendekati baja nirkarat 316 dan baja nikarat 304. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa bagian las (weldment) ternyata terbentuk
menjadi baja nirkarat 316 dan menjadi berbahaya jika dugunakan untuk
mengelas baja nirkarat 304 karena menyebabkan ternyadinya korosi
3. Untuk mencegah korosi yang disebabkan oleh endapan kerak dan korosi bisa
dilakukan dengan cara external water treatment, internal water treatment dan
untuk korosi yaitu dengan cara memisahkan O2 dan CO2.
5.2 SARAN
1. Untuk mengatasi hal ini maka teknik pengelasan harus ditingkatkan dengan
menggunakan logam pengisi yang tepat.
v
DAFTAR PUSTAKA
Falakh.Irwan Fajrul dkk., Analisa laju permbatan retak untuk jens korosi SCC pada
pipeline
Graedel T.E., Leygraf, C. 2001. Scenario's for Atmospheric Corrosion in the 2lst
Century.The Electochemical Society. http:// www.potentiostat.corn.Atrnospheric.
Holman,J.P., 1946, Heat Transfer, First, Edition, Mc.Graw Hill Book Company Inc,
New York. akibat unsur H2S, Teknik Perkapalan FTK-ITS.
Key to Metals Task Force & INI International. 2006. Corrosion of Carbon Steel.
http://ww.key.to metals.com/
Nindhia.Tjokorda Gde Tirta dkk., 2014, Analisis Kegagalan Korosi pada Tangki
Penyimpan Air Panas Terbuat dari Baja Nirkarat, Jurnal Energi dan Manufaktur Vol.7,
No.1, April 2014: 1-118, Grup Riset Industri Manufaktur dan Permesinan, Univ.
Udayana, Jimbaran, Bali
Nugraheni.Novi Tri dkk.,2014,korosi suatu material, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga,Surabaya
Nugroho. Agus dkk, 2015, Risk Based Inspection for Atmospheric storage Tank, AIP
Conference Proceedings
Sumarji, 2012, Jurnal ROTOR,Evaluasi korosi baja karbon rendah ASTM A36 pada
lingkungan atmosferik dikabupaten Jember.
v
vi
Utomo.Budi, 2009 ,jenis korosi dan penanggulagannya, Program Diploma III Teknik
Perkapalan Universitas Diponegoro
Zatkalíková, V., Bukovina, M., Škorík, V., dan Petreková, L, Pitting Corrosion of AISI
316TiStainless steel with Polished Surface, Materials Engineering, Vol. 17, No. 2, 2010