Anda di halaman 1dari 28

Amandemen Pertama

Amandemen pertama UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang umum MPR dari tanggal
14 hingga 21 Oktober 1999. Amandemen ini terdiri dari 9 pasal, yaitu pasal 5, pasal 7,
pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, dan pasal 21.

Inti dari amandemen pertama UUD 1945 adalah pergeseran kekuasaan presiden atau


legislatif yang dinilai terlalu kuat.

Amandemen Kedua

Amandemen kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 melalui sidang tahunan
MPR. Total sebanyak 5 bab dan 25 pasal yang diamandemenkan, yaitu pasal 18, pasal
18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal
26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal
28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36A, pasal 36B, dan pasal 36C.
Adapun bab yang diamandemenkan adalah Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, dan
Bab XV.

Perubahan amandemen kedua adalah mengenai DPR dan kewenangannya, pemerintah


daerah, hak asasi manusia, lambang negara, serta lagu kebangsaan.

Amandemen Ketiga

Dilakukan dalam sidang tahunan MPR sejak tanggal 1 hingga 9 November 2001,


amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001. Amandemen dilakukan
pada 3 bab dan 22 pasal, yakni pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B,
pasal 7C, pasal 8, pasal 11, pasal 17, pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal
23A, pasal23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G, pasal 24, pasal 24A, pasal 24B, dan
pasal 24C, serta Bab VIIA, Bab VIIB, dan Bab VIIIA.

Dalam amandemen ketiga, perubahan yang dilakukan adalah mengenai kewenangan


MPR, kepresidenna, impreachment, bentuk dan kedaulatan negara, keuangan negara,
serta kekuasaan kehakiman.

Amandemen Keempat

Amandemen keempat dilakukan dalam sidang tahunan MPR pada tanggal 1-11
Agustus 2002, dan disahkan pada tanggal 11 Agustus 2002. Terdapat 2 bab dan 13
pasal yang diubah pada amandemen ini, yakni pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11,
pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, dan
pasal 3. Adapun bab yang diamandemenkan adalah Bab XIII dan Bab XIV.

Inti perubahan dari amandemen keempat adalah mengenai penggantian presiden, DPD
sebagai bagian dari MPR, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, pendidikan
dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, mata uang, dan
bank sentral.

1
BENTUK NEGARA PADA ZAMAN YUNANI KUNO
Menurut  Aristoteles, terdapat 7 bentuk negara, yaitu sebagai berikut.

1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan
guna kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan
kelompok (golongan) nya sendiri.
5. Plutokrarsi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna
kepentingan orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali
tentang soal-soal pemerintahan.

Sedangkan Plato mengemukakan ada lima macam bentuk negara yang sesuai dengan
sifat tertentu dari jiwa manusia, yaitu :

1. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan


pikiran keadilan.

2. Timokrasi yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai


kemahsyuran dan kehormatan.

3. Oligarchi yaitu pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan


milik partikulir, maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum hartawan.

4. Demokrasi yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah


mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarki.

5. Tirani yaitu pemerintahan seorang penguasa yang bertindak secara sewenang-


wenang. Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita tenang keadilan.

BENTUK NEGARA PAHAM MODERN


Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah: negara
kesatuan (Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi).
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam dua macam sistem pemerintahan yaitu:
Sentral dan Otonomi.
Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah pemerintahan yang langsung dipimpin
oleh pemerintahan pusat, sementara pemerintahan daerah dibawahnya melaksanakan
kebijakan pemerintahan pusat. Model pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan
Presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model ini. Baca

2
juga : Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia

Keuntungan sistem sentralisasi:

1. adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;


2. adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang
membuatnya;
3. penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.

Kerugian sistem sentralisasi:

1. bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat


kelancaran jalannya pemerintahan;
2. peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan
daerah;
3. daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif
dari rakyat;
4. rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
5. keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan kesempatan dan


kewenangan untuk memgurus urusan pemerintahan diwilayah sendiri. Sistem ini dikenal
dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara Malaysia
dan pemerintahan paska Orde Baru di Indonesia dengan sistem otonomi khusus dapat
dimasukan kedalam model ini.
Keuntungan sistem desentralisasi:

1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu
sendiri;
2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah
itu sendiri;
3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat
berjalan lancar;
4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan kebijakan


serta kemajuan pembangunan.
2. Negara Serikat
Negara Serikat adalah beberapa negara bagian yang menjadi sebuah negara berdaulat. Negara
bagian tidak memiliki kedaulatan. Berbeda dengan negara kesatuan, negara bagian memiliki
kewenangan untuk membuat undang-undang sendiri akan tetapi tetap harus sesuai dengan
Konstitusi dasar negara serikat tersebut. Negara bagian juga bisa memiliki kepala negara
sendiri, dan parlemen sendiri. Negara pusat (federal) memiliki kedaulatan atas negara bagian
dan mengambil alih beberapa kekuasaan yang berhubungan dengan moneter, pertahanan,

3
POS, politik LN, dan telekomunikasi. Sedangkan urusan dalam negeri lain adalah menjadi
kewenangan negara bagian.
Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dan kabinet sendiri untuk menjalankan
pemerintahan di negara bagiantiap negara bagian dapat membuat konstitusi sendiri yang
sejalan dengan konstitusu dasar negara serikathubungan rakyat dan pemerintah pusat diatur
negara bagian kecuali dalam hal tertentu yang disebut diatas. Pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga
kekuasaan pemerintah pusat adalah tentang aspek selebihnya. Kekuasaan yang biasaanya
dipegang pemerintahan pusat antara lain:

 kedudukan negara dimata Internasional


 keselamatan rakyat
 konstitusi dan organisasi pusat
 hal keuangan negara
 kepentingan bersama antar negara

Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi:

1. Pemerintah pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar;


2. Memiliki otonomi sendiri

Sedangkan perbedaannya adalah asal muasal otonomi. Negara bagian memiliki otonomi asli
sedangkan negara kesatuan sistem desentralisasi adalah pemberian dari pemerintah pusat.
Bentuk pemerintahan Indonesia disebutkan dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 bahwa negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

Bentuk republik berlaku sejak bangsa Indonesia merdeka dan membentuk negara modern
yang diproklamasikan pada 17 Agustus.

Sedangkan sistem pemerintahan Indonesia yakni presidensial.

Dalam buku berjudul Hukum Tata Negara Indonesia Teks dan Konteks oleh Retno Widyani
disebutkan alasan yang menunjukkan Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial
yaitu:

1. Presiden Indonesia dipilih langsung oleh rakyat dalam satuan pemilihan umum presiden
dan wakil presiden, diatur dalam pasal 6A ayat 1 Perubahan UUD 1945.

2. Presiden dan wakil presiden memiliki masa jabatan yang tetap (afixetterm) yaitu 5 tahun,
diatur dalam Pasal 7 Perubahan UUD 1945.

3. Perubahan UUD 1945 tidak mengenal kewajiban pemegang kekuasaan eksekutif memberi
pertanggungjawaban kepada parlemen (DPR bahkan MPR). Berbeda dengan pengaturan
sebelum perubahan dalam penjelasan UUD 1945 yang diperkuat dengan Ketetapan MPR,
terdapat ketentuan yang mengharuskan presiden memberi pertanggungjawaban kepada MPR.

4
Bentuk Negara
Bentuk negara berdasarkan teori negara modern terbagi menjadi dua bagian dilansir Buku
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X karya Retno Listyarti dan Setiadi:

1. Negara Kesatuan (unitarisme)


Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah.

2. Negara Serikat (federasi)


Negara serikat (federasi) adalah bentuk negara gabungan dari beberapa negara bagian.

Negara-negara bagian tersebut pada awalnya merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan
berdiri sendiri.

Setelah menggabungkan diri dan membentuk negara serikat, negara-negara tersebut


melepaskan sebagian kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat.

Pada tingkat internasional, Pemerintah juga aktif terlibat dalam berbagai insiatif global untuk
memerangi korupsi. Salah satunya melalui ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Melawan Korupsi (United Nations Convention Againts Corruption) melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Againts
Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003). Sebagai
konsekuensi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun
2012-2014 (Stranas PPK). Strategi yang terdapat dalam Stranas PPK meliputi strategi
pencegahan, strategi penegakan hukum, strategi harmonisasi peraturan perundang-undangan,
strategi kerjasama internasional dan penyelamatan aset, strategi pendidikan dan budaya anti
korupsi, serta strategi mekanisme pelaporan, yang dalam pelaksanaannya hanya
menitikberatkan pada upaya pencegahan korupsi.

Inisiatif pencegahan korupsi tidak hanya melalui Stranas PPK, melainkan juga dari berbagai
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan upaya pencegahan
korupsi belum bersinergi secara optimal sehingga dibutuhkan upaya konsolidasi yang lebih
efektif atas berbagai insiatif pencegahan korupsi oleh kementerian, lembaga, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Di samping itu, upaya konsolidasi seyogyanya
tidak hanya terbatas pada kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sebagaimana
ditentukan dalam Stranas PPK, melainkan perlu juga melibatkan Komisi Pemberantasan
Korupsi sebagai lembaga khusus yang berdasarkan undang-undang diberikan kewenangan
koordinasi dan supervisi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan penyempurnaan terhadap Stranas PPK sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan pencegahan korupsi sehingga perlu diganti dengan strategi
nasional yang dilaksanakan bersama oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah,
pemangku kepentingan lainnya, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Strategi nasional
tersebut diwujudkan melalui Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) yang
memuat fokus dan sasaran sesuai dengan kebutuhan pencegahan korupsi sehingga
pencegahan korupsi dapat dilaksanakan dengan lebih terfokus, terukur, dan berdampak
langsung dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

5
Tujuan dari Stranas PK adalah sebagai berikut:

memberikan arahan tentang upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan oleh kementerian,
lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain untuk mencegah korupsi;

mendorong program pencegahan korupsi yang berorientasi pada hasil (outcome) dan


dampak (impact) bukan hanya luaran kegiatan (output) dengan capaian yang terukur; dan

meningkatkan sinergi antara program pencegahan korupsi dengan kebijakan pemerintah


pusat, pemerintah daerah, pemangku kepentingan maupun dengan kebijakan strategis Komisi
Pemberantasan Korupsi.

 Fokus, Aksi dan Sub Aksi

Upaya sinergi dalam rangka mencegah korupsi, berfokus pada:

Pelibatan Pemangku Kepentingan Lainnya 

Pelibatan pemangku kepentingan lainnya sebagaimana amanat Perpres No. 54 Tahun 2018
pada pasal 9 telah dilaksanakan oleh Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi, yaitu:

Tahap Penyusunan di 2017-2018 hingga terbitnya Perpres tentang Strategi Nasional


Pencegahan Korupsi. 

Tahap Pendampingan, teridentifikasi beberapa narasumber perorangan, mitra pembangunan, 


dan organisasi masyarakat sipil terlibat aktif :

Tahapan Pemantauan, telah membuka kesempatan pada lebih dari 30  organisasi masyarakat
sipil tingkat pusat maupun daerah untuk turut serta memberikan catatan dan data pada
aplikasi Jaga Monitoring. Stranas PK juga merangkul 2 organisasi masyarakat sipil dalam hal
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Aksi PK di daerah, yaitu ICW dan TII.

Tahapan Monitoring dan evaluasi ini,  selain ada CEGAH USAID, UNDP, dan AIPJ2 yang
memberikan dukungan, juga tercatat GIZ pada akhir tahun 2018 pernah memberikan
dukungan berupa analisis Indeks Persepsi Korupsi bagi Stranas PK. Pada tataran komunikasi,
UNDP pun telah berkontribusi pada pembuatan media komunikasi berupa video.

Pembukaan UUD 1945

1. Alinea Pertama : Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

2. Alinea kedua : Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia


yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

3. Alinea ketiga : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.

4. Alinea keempat : Melindungi segenap bangsa.

6
Batang Tubuh UUD 1945

1. Pasal 1 ayat 2 : Kedaulatan adalah ditangan rakyat.

2. Pasal 2 : Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3. Pasal 6 : Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

4. Pasal 24 dan Pasal 25 : Peradilan yang merdeka.

5. Pasal 27 ayat 1 : Persamaan kedudukan di dalam hukum.

6. Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

Lainnya

1. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi

2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

Dalam menjalankan tugasnya, KPK berpedoman terhadap lima asas, antara lain:
- Asas Kepastian Hukum. Asas ini mengutamakan landasan peraturan perundangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara negara.   
-Asas Keterbukaan. Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara.  
Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.  
-Asas Akuntabilitas. Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.  
- Asas Kepentingan umum. Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.  
- Asas Proporsionalitas. Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan laporannya secara terbuka
dan berkala kepada presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK).

Pertama, nilai integritas inti, yaitu jujur, bertanggung jawab, dan disiplin. Berintegritas jujur
adalah lurus hati, tidak curang dan tidak berbohong. Sementara tanggung jawab memiliki arti
siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan alias tidak buang badan. Adapun
disiplin merupakan sikap taat terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

7
 Kedua, nilai integritas etos kerja, yaitu mandiri, kerja keras, dan sederhana. Mandiri artinya
tidak bergantung pada orang lain. Kerja keras berarti gigih dan fokus dalam melakukan
sesuatu, serta tidak asal-asalan. Sedangkan sederhana memiliki arti bersahaja dan tidak
berlebih-lebihan. Ketiga, nilai integritas sikap, yaitu berani, peduli, dan adil. Di mana berani
memiliki arti mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya, kesulitan,
dan sejenisnya. Sementara peduli artinya mengindahkan, memperhatikan, atau menghiraukan
orang lain. Adapun adil ialah berlaku sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Integritas dan
etos kerja sendiri merupakan nilai revolusi mental, yang sobat Revmen bisa aktualisasikan
dalam keseharian. Tapi, jangan ketinggalan pula untuk memadukannya dengan salah satu
nilai revolusi mental lainnya ya, yaitu gotong royong!

STRATEGI MEMBANGUN PEMERINTAHAN BEBAS KORUPSI


Berdasar Perpres No. 55-2012: Stranas PPK Untuk Wujudkan Pemerintahan Bebas Korupsi,
disusnlah Strategi Nasional Pencegahan dan pemerantasan Korupsi. Strategis Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025
dan Jangka Menengah Tahun 2014, yang diluncurkan oleh Wakil Presiden (Wapres)
Boediono di Istana Wapres, merupakan acuan langkah-langkah strategis
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk memastikan terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik korupsi, sesuai Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2012. Perpres tersebut dimaksudkan untuk mempercepat upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi, dan sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk
meratifikasi Konvensi PBB Anti Korupsi Tahun 2003, yang sudah disahkan melalui Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2006, dengan menyusunnya dalam 2 (dua) strategi, yaitu Strategi
Nasional Jangka Panjang 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014. Stranas PPK memuat
visi, misi, sasaran, strategi, dan focus kegiatan prioritas pencegahan dan pemberantasan
korupsi jangka panjang tahun 2012-2025, dan jangka menengah tahun 2012-2014, serta
peranti anti korupsi. Dalam Perpres ini ditegaskan, bahwa Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah harus menjabarkan dan melaksanakan Stranas PPK melalui Aksi PPK
yang ditetapkan setiap 1 (satu) tahun. Penetapan Aksi PPK untuk Kementerian/Lembaga
dilakukan dengan berkoordinasi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN) /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Presiden juga
menugaskan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas untuk
memantau dan mengevaluasi pelaksanaaan Aksi PPK, dan memerintahkan
Kementerian/Lembaga menyampaikan laporan pelaksanaan Aksi PPK sekurang-kurangnya
setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas. Selanjutnya Menteri
PPN/Kepala Bappenas menympaikan hasil pelaksanaan Stranas PPK kepada Presiden setiap
1 (satu) tahun sekali.
Dalam melaksanakan Stranas PPK itu, Presiden meminta Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah untuk melibatkan peran serta masyarakat. Pelibatan itu dapat dimulai dari
tahap penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Hasil pelaksanaan Stranas PPK menjadi bahan pelapran pada forum Konferensi Negara-
Negara Peserta (Conference of the State Parties) Konvensi PBB Anti Korupsi Tahun 2003,
sesuai Pasal 10 Ayat 1 Perpres Nomor 55 Tahun 2012 .
VISI STRANAS PPK

8
Visi Stranas PPK  dalamdua jangka waktu adalah sebagai berikut

1. Visi Jangka Panjang (2012-2025): “Terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih


dari korupsi dengan didukung nilai budaya yang berintegritas.”
2. Visi Jangka Menengah (2012-2014): “Terwujudnya tata kepemerintahan yang
bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta
nilai budaya yang berintegritas.”

Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan di segenap tiga pilar PPK, yakni di
pemerintahan dalam arti luas, masyarakat madani, dan dunia usaha.
MISI STRANAS PPK
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, dirumuskan serangkaian Misi Stranas PPK berikut:

1. Membangun dan memantapkan sistem, mekanisme, kapasitas pencegahan, dan


penindakan korupsi yang terpadu secara nasional.
2. Melakukan reformasi peraturan perundang-undangan nasional yang mendukung
pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten, terkonsolidasi, dan
tersistematis.
3. Membangun dan mengonsolidasikan sistem dan mekanisme penyelamatan aset
hasil korupsi melalui kerja sama nasional dan internasional secara efektif.
4. Membangun dan menginternalisasi budaya anti korupsi pada tata kepemerintahan
dan masyarakat.
5. Mengembangkan dan mempublikasikan sistem pelaporan kinerja implementasi
Stranas PPK secara terintegrasi.

STRANAS PPK  YANG PERTAMA : LAYANAN PUBLIK BEBAS KKN


TUJUAN
Mempersempit peluang terjadinya tipikor pada tata kepemerintahan dan masyarakat
menyangkut pelayanan publik maupun penanganan perkara yang bersih dari korupsi.
TANTANGAN

1. Belum tuntasnya reformasi birokrasi yang menyeluruh. Hal ini ditunjukkan antara
lain oleh: belum memadainya mekanisme pemberian reward and punishment  bagi
pelayanan publik, minimnya integritas, sistem karir dan penggajian yang belum
sepenuhnya berbasis kinerja, serta belum tersusunnya manajemen kinerja dan
standar pelayanan minimal;
2. Masih minimumnya badan publik yang menerapkan keterbukaan informasi
menyangkut administrasi dan pelayanan publik, termasuk penanganan perkara,
kendati UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan UU
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah diberlakukan;
3. Layanan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah oleh badan publik masih
belum sepenuhnya menerapkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang

9
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, termasuk belum diterapkannya e-
procurement secara menyeluruh;
4. Terbatasnya pelibatan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan keuangan
negara di tingkat pusat maupun tingkat daerah, termasuk sulitnya memperoleh
akses informasi terkait pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
5. Rendahnya penanganan pengaduan masyarakat dan
pelaporan (whistleblowing) yang ditindaklanjuti akibat belum optimalnya
mekanisme dan infrastruktur pengaduan publik;
6. Proses perizinan yang masih tertutup dengan banyak human interaction yang
dapat membuka ruang korupsi.

FOKUS KEGIATAN PRIORITAS

1. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam administrasi & layanan publik,


pengelolaan keuangan negara, penanganan perkara berbasis teknologi informasi
(TI), serta pengadaan barang dan jasa berbasis TI di pusat/daerah.
2. Peningkatan efektifitas sistem pengawasan dan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan & keuangan negara, serta memasukkan nilai
integritas dalam sistem penilaian kinerjanya;
3. Peningkatan efektifitas pemberian izin terkait kegiatan usaha, ketenagakerjaan,
dan pertanahan yang bebas korupsi;
4. Peningkatan efektifitas pelayanan pajak dan bea cukai yang bebas korupsi;
5. Penguatan Komitmen anti korupsi di semua elemen pemerintahan (eksekutif),
yudikatif, maupun legislatif;
6. Penerapan sistem seleksi/penempatan/promosi pejabat publik melalui assesment
integritas (tax clearance, clearance atas transaksi keuangan, dan lain-lain) dan
pakta integritas
7. Mekanisme penanganan keluhan/pengaduan anti korupsi secara nasional;
8. Peningkatan pengawasan internal & eksternal, serta memasukkan nilai integritas
ke dalam sistem penilaian kinerja;
9. Peningkatan transparansi dan akubtabilitas pengelolaan keuangan serta kinerja
menuju opini audit Wajar tanpa Pengecualian dengan Kinerja Prima;
10. Pembenahan sistem kepemerintahan melalui Reformasi Birokrasi;
11. Pelaksanaan e-government.

STRANAS PPK  YANG KEDUA : PENEGAKAN HUKUM


TUJUAN
Menuntaskan kasus tipikor secara konsisten dan sesuai hukum positif yang berlaku demi
memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang berkeadilan dan
transparan.
TANTANGAN

10
1. Tipikor semakin marak. Tidak sedikit penyelenggara negara yang tersangkut dan
diproses hingga ke tingkat peradilan.
2. Absennya tingkat kepercayaan (trust) di tengah masyarakat melahirkan
ketidakpuasan terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya.
3. Peraturan perundang-undangan masih banyak yang tumpang-tindih, padahal
penegakan hukum perlu dukungan kerangka regulasi yang memadai.
4. Pengawasan terhadap lembaga, aparatur, maupun unsur-unsur profesi terkait
penegakan hukum, masih lemah.
5. Partisipasi masyarakat, baik selaku pelapor maupun saksi, whistle blowing, masih
belum didukung oleh keterjaminan mereka atas perlindungan hukum yang
sepatutnya diterima. Ditambah lagi, mekanisme pengaduan masyarakat juga
belum memadai.

FOKUS KEGIATAN  DAN PRIORITAS KEGIATAN

1. Memperkuat mekanisme kelembagaan dan kerja sama antar lembaga penegak


hukum dalam rangka mengoptimalkan proses penegakan hukum terhadap tipikor.
2. Memperkuat sarana pendukung berbasis TI untuk koordinasi antar lembaga
penegak hukum dalam penanganan kasus dan proses peradilan (e-law
enforcement).
3. Penerapan zero tolerance pada tipikor dan sanksi hukum yang lebih tegas di
semua strata pemerintahan (eksekutif-legislatif-yudikatif).

STRANAS PPK  YANG  KETIGA : HARMONISASI PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN
TUJUAN

1. Menyusun dan merevisi peraturan perundang-undangan anti korupsi di bidang


tipikor maupun di bidang strategis lain yang berpotensi membuka peluang
korupsi, agar tercipta tatanan regulasi yang harmonis dan memadai bagi PPK, dan
2. Tercapainya kesesuaian antara ketentuan-ketentuan di dalam UNCAC dengan
hukum yang berlaku di Indonesia.

TANTANGAN

1. Peraturan perundang-undangan pada sektor-sektor lain yang membuka peluang


korupsi masih belum teridentifikasi secara komprehensif.
2. Ketentuan-ketentuan UNCAC banyak yang masih belum terakomodasi dalam
peraturan perundang-undangan Indonesia.
3. Peraturan perundang-undangan terkait penegakan hukum dan penanganan perkara
dalam sistem peradilan harus diperbaiki dan disempurnakan.

FOKUS KEGIATAN PRIORITAS

11
Isu utama dalam menghadapi tumpang-tindih regulasi terkait upaya pemberantasan korupsi
adalah harmonisasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka
implementasi UNCAC. Kegiatan berjangka panjang dalam strategi ini difokuskan pada:

1. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan


kebijakan nasional dan kebutuhan daerah yang berhubungan dengan sumber daya
alam;
2. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan dan penyusunannya
dalam rangka modernisasi penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana;
3. Mekanisme monitoring (pemantauan) dan evaluasi peraturan perundang-undangan
terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan
tidak konsisten;
4. Melakukan pemetaan dan revisi peraturan perundang-undangan terkait proses
penegakan hukum, antara lain; perlindungan saksi dan pelaku yang bekerja sama
(justice collaborator), serta menghalangi proses hukum (obstruction of justice);
5. Harmonisasi berikut penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka
implementasi UNCAC dan peraturan pendukung lainnya;
6. Penyederhanaan jumlah dan jenis perizinan dalam kapasitas daerah;
7. Harmonisasi terhadap pengawasan atas pelaksanaan regulasi terkait pelimpahan
kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

STRANAS PPK  YANG KEEMPAT : KERJA SAMA INTERNASIONAL &


PENYELAMATAN ASET HASIL TIPIKOR
TUJUAN
Meningkatkan pengembalian aset untuk mengganti kerugian negara yang ditempuh melalui
peningkatan kerja sama internasional dalam rangka PPK, khususnya dengan pengajuan
bantuan timbal-balik masalah pidana, peningkatan koordinasi intensif antar lembaga penegak
hukum, serta peningkatan kapasitas aparat lembaga penegak hukum
TANTANGAN

1. Masih rendahnya tingkat sukses pengembalian aset, baik dari luar maupun dalam
negeri dan bentuk permintaan bantuan timbal balik masalah pidana lainnya.
2. Masih rendahnya tingkat sukses permintaan ekstradisi dari negara lain.
3. Masih lemahnya informasi jalur keuangan untuk membuktikan keterkaitan aset
hasil tipikor yang perlu dirampas oleh negara.
4. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga penegak hukum dan kapasitasnya
dalam menangani kerja sama internasional, khususnya pengembalian aset.
5. Mekanisme internal dalam proses pengembalian aset perlu diperbaiki agar proses
pengembalian aset dapat berjalan lebih optimal.
6. Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain.
7. Pengelolaan aset hasil pengembalian masih belum terselenggara.

12
FOKUS KEGIATAN PRIORITAS
Langkah yang perlu ditempuh adalah dengan meningkatkan kerja sama internasional dalam
rangka pencegahan, pengembalian aset, dan penyelesaian tindak pidana lainnya, Langkah itu
dilakukan melalui penyusunan instrumen hukum dan mekanisme kerja sama (internasional,
bilateral dan regional), khususnya dalam pengajuan MLA terkait masalah pidana, koordinasi
intensif antar lembaga penegak hukum, serta peningkatan upaya dan kemampuan diplomasi
aparat lembaga penegak hukum dimana fokus-fokusnya adalah sebagai berikut:

1. Memastikan dan menguatkan lembaga pelaksana Otoritas Pusat untuk tipikor;


2. Perbaikan mekanisme MLA dalam rangka pemberantasan korupsi;
3. Memastikan terbentuknya unit pengelolaan aset (asset management unit) hasil
tipikor guna mendukung proses penegakan hukum dan transparansi pengelolaan
aset terkait lainnya sebagai bentuk pemanfaatan pengelolaan aset tipikor;
4. Pelatihan dan asistensi teknik pada lembaga penegak hukum, baik kualitatif dan
kuantitatif, dalam rangka penyelamatan aset hasil korupsi, termasuk perihal
intelijen/forensik keuangan;
5. Peningkatan kerja sama dengan penegak hukum asing dalam rangka Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (PPK), dan;
6. Pembentukan Unit Penyelamatan Aset, termasuk di setiap lembaga terkait.

STRANAS PPK  YANG KE LIMA : PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI


(PBAK)
TUJUAN
Memperkuat setiap individu dalam mengambil keputusan yang etis dan berintegritas, selain
juga untuk menciptakan budaya zero tolerance terhadap korupsi. Masyarakat diharapkan
menjadi pelaku aktif pencegahan dan pemberantasan korupsi sehingga mampu
mempengaruhi keputusan yang etis dan berintegritas di lingkungannya, lebih luas dari dirinya
sendiri.
TANTANGAN

1. Masih adanya sikap permisif di masyarakat terhadap pelaku tipikor; sanksi sosial
bagi pelaku tipikor perlu diperkuat untuk menghasilkan efek deteren. Sikap
permisif tersebut juga seringkali ditunjukkan dengan pasifnya individu dalam
menghadapi adanya tindakan koruptif dari individu lain di dalam lingkungannya.
2. Absennya strategi komunikasi dalam pendidikan budaya anti korupsi. Hal ini
ditunjukkan dengan kurang efektifnya materi maupun cara penyampaian
pendidikan dan kampanye anti korupsi pada masyarakat.
3. Belum terintegrasinya pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah
maupun perguruan tinggi.

FOKUS KEGIATAN PRIORITAS

13
Dengan persamaan cara pandang dan pola pikir bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat,
diharapkan prakarsa-prakarsa positif yang mengarah pada perbaikan dapat terjadi. Hal ini
dapat diakomodasi dalam fokus kegiatan berjangka menengah antara lain:

1. Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi dalam pelbagai aktifitas tiga
pilar PPK yakni Masyarakat, Sektor Swasta, dan Aparat Pemerintah;
2. Pengembangan nilai-nilai anti korupsi dalam berbagai aktifitas pendidikan yakni;
di sekolah, perguruan tinggi, dan lingkup sosial, demi menciptakan karakter
bangsa yang berintegritas, termasuk melalui kurikulum dan kegiatan di luar
kurikulum;
3. Kampanye anti korupsi secara menyeluruh;
4. Strategi komunikasi, informasi dan edukasi yang jelas dan terencana;
5. Menggalang kerja sama dengan media dalam mengembangkan nilai anti korupsi
dan karakter berintegritas, termasuk melalui berbagai media kreatif;
6. Keterpaduan manajemen kampanye anti korupsi (penyebarluasan jejaring AC
Forum/ToT Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi,
koordinasi anggaran untuk kebutuhan kampanye);
7. Publikasi dan sosialisasi hasil-hasil masukan masyarakat kepada publik oleh
Kementerian/Lembaga dan Pemda terkait;
8. Publikasi praktik-praktik terbaik anti korupsi (jaringan pendidikan integritas);
9. Memperluas ruang partisipasi masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi
dengan melaksanakan diseminasi anti korupsi oleh masyarakat (CSO-NGO,
CBO).

STRANAS PPK YANG KEENAM : MEKANISME PELAPORAN PELAKSANAAN


PEMBERANTASAN KORUPSI
TUJUAN

1. Memastikan ketersediaan laporan rutin dan informasi terkait pelaksanaan


ketentuan UNCAC dan kegiatan PPK di Indonesia beserta capaian-capaiannya;
2. Memastikan bahwa para pihak, pelaksana ketentuan UNCAC dan aksi PPK,
berkontribusi aktif melaporkan kinerja dan capaian-capaiannya yang telah, tengah,
dan akan dilaksanakan secara rutin;
3. Terlaporkan dan terpublikasikannya usaha-usaha yang telah, tengah, dan akan
dilaksanakan pemerintah, legislatif, yudikatif, dan masyarakat, berkenaan dengan
pelaksanaan ketentuan UNCAC dan PPK secara periodik;
4. Terpenuhinya (seratus persen) semua kewajiban dalam pelaporan terkait
pelaksanaan ketentuan UNCAC.

TANTANGAN

14
1. Informasi dan koordinasi terkait pelaksanaan PPK, kendati merupakan isu yang
sering dibahas di berbagai pertemuan lintas K/L, namun minim pelaksanaan,
konsistensi, serta kesinambungannya sulit terjaga;
2. Pengumpulan informasi, pelaporan, dan publikasi informasi, sering tersendat
akibat minimnya catatan, dokumentasi, serta kedisiplinan para pihak dalam
pelaporan;
3. Diperlukan penemuan format (bentuk) laporan dan publikasi yang efektif
sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk berpartisipasidalam PPK,
termasuk pemantauannya;
4. Penunjukan Penanggung Jawab (Pj) untuk penyusunan laporan tanpa landasan
hukum dan kewenangan yang cukup, sehingga kesulitan dalam melakukan
koordinasi dengan para pihak guna membangun komitmen untuk berbagi
informasi. Tugas pokok, fungsi, dan kewenangannya perlu dituangkan dalam
bentuk regulasi setingkat Instruksi Presiden atau Peraturan Presiden disesuaikan
dengan kecukupan dan keefektifannya dalam berkoordinasi dan mengumpulkan
informasi dari para pihak terkait.

FOKUS KEGIATAN PRIORITAS


Dalam strategi ini dibangun mekanisme pengkajian dan pelaporan nasional/internal yang
menyajikan informasi pelaksanaan ketentuan UNCAC serta informasi mengenai upaya PPK
lainnya di Indonesia kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut berdasarkan sistem
monitoring (pemantauan) dan evaluasi yang berbasis pada hasil dan pencapaian yang terukur
dalam konteks PPK. Stakeholder dalam mekanisme ini meliputi aparat K/L hukum dan
organisasi non pemerintah. Kegiatan berjangka menengah dalam strategi ini adalah:

1. Memperluas dan mempermudah akses informasi berbagai upaya dalam rangka


proses PPK dari masing-masing K/L;
2. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan aksi dan
pelaporan kinerja PPK;
3. Penyusunan payung hukum dan kebijakan yang mendukung kelancaran
penyusunan laporan serta publikasi pelaksanaan PPK nasional secara rutin dan
konsisten;
4. Penyusunan mekanisme kerja para pihak untuk mendukung pelaporan dan
publikasi PPK Nasional, dan;
5. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung penyusunan dan publikasi laporan
PPK.

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.Undang-
Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI
15
dengan POLRI. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3. Undang-Undang No.3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara.Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep pembelaan negara di tengah


masyarakat, salah satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini
digubah oleh salah seorang musisi Indonesia yang memiliki nasionalisme, yaitu Dharma
Oratmangun.

Selain itu, dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk
memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19
Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.

Tujuan bela negara, diantaranya:

Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara


Melestarikan budayaMenjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara
Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya:

Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman; Menjaga keutuhan wilayah negara;


Merupakan kewajiban setiap warga negara. Merupakan panggilan sejarah;

Manfaat Bela Negara

Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:

Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.


Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:

16
Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)
Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)Kesadaran untuk menaati tata
tertib sekolah (lingkungan sekolah)
Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
Itulah penjelasan bela negara dengan fungsi dan tujuan mengapa bela negara dilakukan,
semoga dengan melakukan hal itu manfaat nya bisa dirasakan dan bisa menjadi salah satu
bagian dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita
cintai ini.

Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada tanggal 19
Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Mr.
Sjafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tahun 19 Desember 1948. Keputusan ini
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No.28.

Ancaman

Ancaman merupakan salah satu bentuk usaha yang bersifat untuk mengubah atau merombak
kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional melalui segala tindak kriminal dan
politis. Ancaman Militer ini sendiri merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata terorganisasi dan dinilai memiliki kemampuan yang berbahaya terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamtan segenap bangsa. Ancaman
militer dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Beberapa macam ancaman dan
gangguan pertahanan dan keamanan negara :

 Dari Luar Negeri


o Agresi
o Pelanggaran Wilayah oleh Negara Lain
o Spionase/Mata-mata
o Sabotase
o Aksi teror dari Jaringan Internasional

17
 Dari Dalam Negeri
o Pemberontakan bersenjata
o Konflik horizontal
o Aksi teror
o Sabotase
o Aksi kekerasan berbau SARA
o Gerakan separatis
o Perusakan lingkungan

Ancaman Nonmiliter merupakan ancaman yang tidak bersenjata akan tetapi apabila tetap
dibiarkan, akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
segenap bangsa.

Tantangan

Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah
kemampuan.

Hambatan

Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau
memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional.

Ancaman

Adalah upaya yang berusaha mengubah atau mengacaukan kebijaksanaan, yang secara konseptual
dilaksanakan melalui semua tindakan kriminal dan politik. Ini adalah merupakan ancaman yang
menggunakan angkatan bersenjata terorganisir dan memiliki kemampuan berbahaya terhadap
kedaulatan Republik Indonesia, integritas wilayah negara dan keamanan seluruh bangsa. Ancaman
militer ini dapat datang baik di dalam negeri dan di luar. Berikut adalah beberapa jenis ancaman dan
pelanggaran di bidang pertahanan dan keamanan negara:

Dari luar negeri

Agresi

Pelanggaran teritorial oleh negara lain

Spionase / Spyware

18
Sabotase

Aksi Teror dari Jaringan Internasional

Dari dalam negeri

Pemberontakan bersenjata

Konflik horizontalTindakan terorisme

Sabotase

Sarah kekerasan

Pergerakan separatis

Kerusakan lingkungan

non-militer adalah ancaman tidak bersenjata, tetapi jika tidak dihentikan, mereka akan
membahayakan kedaulatan negara, integritas teritorial negara dan keamanan seluruh negara.

Tantangan

Tugas adalah sesuatu atau bentuk upaya yang dilakukan untuk membangkitkan dan menunjukkan
kemampuan.

Hambatan

Rintangan adalah bisnis yang ada dan terjadi dari dalam dirinya sendiri, bersifat alami, atau
dimaksudkan untuk melemahkan dan memblokir secara tidak konvensional.

Dari uraian ATHG di atas, kami dan pemerintah harus dapat mengatasi ATHG, termasuk:

Kebodohan

ketidaktahuan dapat diatasi jika pemerintah dapat menanamkan keinginan untuk mengajar siswa,
dan siswa dapat mengambil pelajaran dan belajar dengan serius.

Kemiskinan Untuk mengatasi kemiskinan, pemerintah dapat meningkatkan sumber daya manusianya
sehingga masyarakat Indonesia dapat mengatasi kemiskinan.

Narkoba

Untuk memerangi narkoba, pemerintah harus mampu memperkuat pengawasan terhadap penjahat,
konsumen dan pengedar narkoba itu sendiri. guru dan orang tua dapat mengatakan bahwa narkoba
tidak baik dan dapat membahayakan masa depan bangsa.

19
Gerakan separatisTindakan yang harus diambil untuk mencegah munculnya peristiwa pembebasan
regional dari Indonesia, seperti yang terjadi di Timor Timur, pemerintah Indonesia harus dapat
meningkatkan keamanan dan menanamkan rasa patriotisme.
Pemberontakan bersenjata, pemberontakan bersenjata adalah hal yang biasa karena perselisihan
antara orang-orang dan pemerintah saat ini, jadi ini dapat dihindari jika orang merasa puas dengan
pekerjaan pemerintah dan menanamkan rasa patriotisme.

Konflik horizontal

Sebagai suatu peraturan, muncul di lingkungan sekolah, yaitu dalam pertengkaran siswa, sehingga
hal ini tidak terjadi. Tokoh masyarakat, orang tua, dan guru dapat menanamkan standar hidup pada
siswa.
Sabotase Untuk mencegah hal ini, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan keamanan tempat dan
fasilitas penting yang berisiko besar disabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Memata-matai untuk mencegah hal ini, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan keamanan aset
rahasia Negara Indonesia dari pihak luar yang ingin mencuri informasi dan menghancurkan rakyat
Indonesia.

Koordinasi semua layanan intelijen di tingkat pusat dan daerah di seluruh Republik Indonesia untuk
mendeteksi keamanan, ketertiban, dan memerangi kejahatan pada tahap awal.

Agresi

Untuk mencegah agresi militer, pemerintah Indonesia dapat menjaga hubungan baik dengan negara-
negara lain dan berpartisipasi dalam mencapai perdamaian dunia berdasarkan mukadimah UU
tersebut dalam paragraf 4.

Pelanggaran regional Untuk mencegah terjadinya pelanggaran teritorial, pemerintah dapat


meningkatkan kontrol dan keamanan perbatasan teritorial Indonesia.

Tindakan kekerasan CAPA untuk mencegah hal ini, pemerintah dapat menanamkan norma, dan
masyarakat dapat mempraktikkan kata “Unity in Diversity,” yang berarti “berbeda, tetapi masih
satu.”
Tindakan teroris, operasi intelijen dari sudut pandang deteksi dini untuk meningkatkan keamanan,
ketertiban, dan perang melawan kejahatan.

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika termuat dalam kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular.
Karya sastra tersebut sudah ada sejak abad ke-14 pada masa Kerjaan Majapahit. Karya sastra

20
tersebut memiliki beberapa bait yang berisikan toleransi beragama di kala itu. Memang di era
Majapahit terdapat perbedaan antara agama Budhha dan Siwa.

Hebatnya, karya sastra buatan Mpu Tantular ini juga digunakan kerajaan besar tersebut untuk
menyatukan nusantara. Istilah Bhinneka Tunggal Ika dikenal pertama kalinya pada era
kepemimpinan Wisnuwardhana.

Sebagai semboyan NKRI, konsep Bhinneka Tunggal Ika tak hanya fokus pada perbedaan
agama. Namun artiannya lebih luas. Seperti perbedaan suku, bangsa, adat, budaya, pulau
untuk menuju persatuan dan kesatuan Negara.

Usaha penyatuan pada masa Majapahit dan di era pemerintahan Indonesia dilandaskan pada
kepentingan dan pandangan yang sama. Yakni pandangan mengenai semangat persatuan,
kesatuan, dan kebersamaan sebagai modal untuk menegakkan negara. 

1. Secara Resmi Digunakan Pada 17 Oktober 1951


Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tertera pada cakar burung garuda, lambang negara
Indonesia ditetapkan secara resmi menjadi salah satu bagian NKRI. Melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951. Selain itu tanggal 28 Oktober
1951 juga telah diundang-undangkan sebagai Lambang Negara.

Tulisan Bhinneka Tunggal Ika tertera dalam sehelai pita yang dicengkram lambang Garuda
rancangan Sultan Hamid II (1913-1978). Pertama kali rancangan tersebut digunakan pada
sidang kabinet Republik Indonesia Serikat 11 Februari 1950. Usulan penggunaan semboyan
tersebut datang dari Moh.Yamin.

Beliau meyakini karya Mpu Tantular tersebut relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saat
itu. Bukan hanya perihal perbedaan kepercayaan, namun juga mencakup perbedaan sudut
pandang, ideologi, ras, etnik, suku, hingga golongan. Moh.Yamin beberapa kali menyebutkan
kalimat “Bhinneka Tunggal Ika ” pada sidang BPUPKI yang berlangsung dari Mei sampai
Juni 1945.

Menurut I Made Prabaswara, Moh.Yamin merupakan tokoh bahasa dan kebudayaan yang
memiliki ketertarikan khusus dengan segala hal yang berhubungan tentang Majapahit.

Ketika menyebutkan kalimat yang saat ini menjadi semboyan negara ini, I Gusti Bagus
Sugriwa tiba-tiba menyambung “Bhinneka Tunggal Ika ” dengan kalimat “Tan Hana Dharma
Mangrwa”.

Artinya adalah tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Dan saat ini pun kalimat Tan Hana
Dharma dijadikan sebagai moto Lembaga Pertahanan Nasional.

2. Telah Melalui Proses Panjang


Sebenarnya sebelum diusulkan menjadi semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika sudah
diteliti lebih dulu oleh Prof. Kerf di tahun 1888. Hasil penelitiannya kemudian disimpan di
Perpustakaan Leiden, Belanda.

21
Semboyan negara memang telah melalui perjalanan panjang. Hal ini juga berkaitan dengan
diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 1928 silam. Sumpah Pemuda menjadi salah satu bukti
perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa serta rasa bangga memiliki tanah
air Indonesia.

Disaat bangsa Indonesia tengah dipersiapkan dan memerlukan identitas, sejak berabad-abad
yang lalu, Bhinneka Tunggal Ika terlahir dari pemikiran cendikiawan yang masyur nan hebat.
Hal ini tentu bukan kebetulan semata, namun menjadi salah satu takdir yang sangat berharga.

Makna Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki andil besar dalam mempersatukan bangsa
Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan
suku dan ras yang berbeda-beda.

Perbedaan besar dan wilayah yang sangat luas membuat penyatuan Indonesia harus dilakukan
dengan sebuah cara. Semboyan tersebut pun mampu menyatukan wilayah dengan latar
belakang berbeda dari tiap daerah. Bahkan perannya sangat penting sebagai tonggak
tercapainya tujuan bangsa.

Semboyan tersebut mengandung makna bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari
memiliki suku dan budaya beragam, namun keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
Persatuan dan kesatuan tersebut ditetapkan dalam PP No. 66 Tahun 1951 mengenai lambang
Negara Indonesia pada tanggal 8 November 1951.

Meskipun bangsa dan negara Indonesia memiliki banyak keragaman, namun bukanlah
menjadi sebuah perbedaan yang bertentangan. Justru keanekaragaman tersebut dapat
memperkaya khasanah bangsa dan mampu memperkokoh kekuatan bangsa.

Pembentuk Jati Diri Bangsa

Para pendiri bangsa sudah mencantumkan kata Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
pada lambang negara Garuda Pancasila. Hal ini sudah dirumuskan sejak NKRI merdeka.
Semboyan tersebut diambil dari falsafah yang diikrarkan oleh Patih Gadjah Mada di kitab
Sutasoma yang berarti:

Konon dikatakan Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Namun bagaimana kita mengenali
perbedaan dalam selintas pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Siwa dan Buddha
sesungguhnya satu jua. Mereka memang berbeda, namun hakikatnya sama. Sebab tidak ada
kebenaran yang mendua. (Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa).
Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna yang kemudian diartikan menjadi berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Dari terjemahan itulah kalimat Bhinneka Tunggal Ika menjelma menjadi
jati diri bangsa Indonesia.

22
Bisa kita tarik kesimpulan sejak zaman dahulu, kesadaran tentang hidup bersama dalam
keragaman memang sudah tumbuh dan menjadi semangat bangsa nusantara.

Sumpah palapa berisi arti mengenai upaya untuk mempersatukan nusantara (Munandar
(2004:24). Hingga kini sumpah legendaris tersebut menjadi acuan karena tak hanya berkenan
dengan jati diri seseorang, melainkan dengan kejayaan suatu kerajaan. Oleh sebab itu,
sumpah palapa menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan Jati Diri Bangsa
Indonesia.

Sumpah palapa dianggap penting karena terdapat kalimat yang berbunyi “lamun huwus
kalah nusantara isun amukti palapa”. Arti dari potongan sumpah tersebut adalah, “jika
Nusantara telah dikuasai, maka saya melepaskan tirakatnya.” (Pradipta, 2009).
Serat Pararaton yang mengusung isi sumpah palapa tersebut, tersebut memiliki peran yang
amat selaras, sebab terdapat isi dari teks Sumpah Palapa. Sebenarnya dalam kitab Pararaton
tidak ada kata sumpah, hanya saja para ahli Jawa Kuno menyebutnya sebagai Sumpah Palapa
secara tradisional dan konvensional.

Tjahjopurnomo pada tahun 2004 menyebutkan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada
28 Oktober 1928 secara historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa.
Sebab pada intinya menyangkaut dengan persatuan. Hal tersebut jua didasari oleh para
pemuda yang berikrar pada saat itu.

Setelah sumpah palapa, pemuda Indonesia pada waktu itu tidak lagi memperhatikan latar
budaya dan sukunya. Sebab, mereka berkemauan dan dengan sungguh-sungguh merasa
mempunyai bangsa satu, yakni bangsa Indonesia.

Dengan dikumandangkannya sumpah pemuda, maka maka di nusantara sudah tak berlaku
lagi ide kesukuan, kepulauan, propinsialisme, hingga federalisme. Sumpah pemuda
merupakan ide kebangsaan Indonesia yang bersatu dan bulat. Selain itu, sumpah pemuda juga
telah mengantarkan rakyatnya ke alam kemerdekaan.

Pada tanggal 17 Agustus 1045, kebutuhan akan persatuan dan kesatuan bangsa tampil dengan
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara. Sejak itulah, eksistensi
sumpah palapa memiliki peran kuat untuk menjaga kesinambungan sejarah bangsa yang utuh
serta menyeluruh.

Fungsi Bhinneka Tunggal Ika

Bangsa Indonesia telah lama hidup dalam keragaman namun perseteruan berlatar perbedaan
antar rakyat tak pernah terjadi. Tentu saja hal ini tak luput dari jasa para pahlawan yang
membawa Indonesia sampai seperti sekarang. Sejarah telah mencatat gemilangnya
perjuangan merebut kemerdekaan.

Bahwa seluruh anak bangsa yang tergabung berlatar keragaman suku dan budaya, turut
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengambil perannya masing-

23
masing. Hal ini sudah disadari oleh para pahlawan mengenai kemajemukan yang ada di
dalam negeri. Kenyataan hidup di dalam keberagaman memang tak bisa dihindari.

Keragaman dalam bingkai ke-bhineka-an merupakan kenyataan yang telah ada dalam bangsa
Indonesia. Sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah
yang hingga saat ini digunakan sebagai jembatan emas untuk menuju pembentukan jati diri.

Konsep Bhinneka Tunggal Ika ini kemudian menjadi semboyan dasar NKRI. Sebagai konsep,
tentu saja semboyan tersebut layak dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia.

Sebagai generasi bangsa, tentunya mesti menerapkan konsep semboyan negara Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh. Terlebih saat ini kita tinggal
menikmati kemerdekaan negara dengan mudah, tanpa harus mengangkat senjata atau
bergerilya di hutan-hutan.

Tujuan Bhinneka Tunggal Ika

1. Mempersatukan Bangsa Indonesia


Penetapan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pondasi negara bertujuan sebagai pemersatu
bangsa. Tentu hal ini tidak asing lagi mengingat tujuan utama tersebut sudah digagas sejak
masa kemerdekaan. Semboyan mengenai persatuan dalam keragaman merujuk pada
persatuan beragam jenis perbedaan yang ada di Indonesia.

2. Meminimalisir Konflik
Bhinneka Tunggal Ika memiliki ciri khas toleransi yang begitu besar. Semboyan ini pun
bertujuan meredam konflik atas kepentingan pribadi maupun kelompok. Tak ayal jika terjadi
masalah atau konflik, masyarakat cenderung menyelesaikannya dengan bermusyawarah.

Adanya permusyawarahan bermanfaat untuk menghindari konflik. Musyawarah pun digelar


tidak memandang atau memihak pada satu kelompok atau kepentingan saja. Melainkan mesti
digelar seadil-adilnya dan tidak mendesak kelompok manapun. Konflik pun dapat diredam
secara aman diantara pihak yang berseteru.

3. Mempertahankan Kesatuan Bangsa


Indonesia sangat rawan terpecah belah sehingga peran Bhinneka Tunggal Ika sangatlah
penting untuk mempertahankan kesatuan bangsa. Wilayah nusantara sangat luas. Belum lagi
budaya dan pemikirannya tentu berbeda satu sama lain sehingga bisa mengakibatkan rawan
perpecahan.

Dengan berpegang pada semboyan “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, NKRI diharapkan
tetap utuh dan tanpa perpecahan dimanapun. Bila terjadi perpecahan, daerah lainnya akan
berusaha untuk mempertahankan wilayah yang akan pecah tersebut. Kerjasama inilah yang
membuat Indonesia tetap utuh hingga kini.

24
4. Mencapai Cita-cita Negara
Semboyan karya Mpu Tantular ini ditulis di pita yang kemudian dicengkram pada cakar
burung garuda. Di garuda tersebut terdapat lambang tujuan negara, pancasila. Semboyan
yang berasal dari bahasa kuno ini memegang peranan penting terhadap tercapainya tujuan
negara.

Motto tersebut harus kuat dan ditetapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tujuannya agar
bangsa bisa mencapai cita-cita pancasila yang sudah dicantumkan sejak dulu.

5. Menciptakan Perdamaian
Konflik akan terus terjadi jika seseorang memiliki pendapat berbeda dengan lainnya. Bukan
hanya perorangan, hal ini bisa terjadi pada kelompok, organisasi, bahkan wilayah. Disinilah
Bhinneka Tunggal Ika berperan penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa pendapat
tidak boleh dipaksakan.

Namun sayangnya hal ini belum bisa diterapkan secara menyeluruh di wilayah NKRI. Sebab
masih banyak konflik yang terjadi hanya karena masalah perbedaan pendapat. Seharusnya
masyarakat Indonesia harus mulai sadar akan indahnya hidup berdampingan satu sama lain.

6. Mewujudkan Masyarakat Madani


Masyarakat madani merupakan masyarakat yang memiliki adab terhadap sesama, mampu
bersosial dan berdamai. Tujuan mewujudkan masyarakat madani juga menjadi salah satu
bagian penting dari Bhinneka Tunggal Ika . Masyarakat Indonesia bisa bersosialisasi tanpa
memandang ras, suku, dan perbedaan lainnya.

Semua masyarakat berhak menjalin hubungan dengan siapapun tanpa terkecuali. Tentu
pentingnya mewujudkan masyarakat madani tidak lepas dari beragamnya budaya yang
dimiliki oleh Indonesia. Namun dalam kenyataannya, masih banyak faktor penghalang seperti
golongan, kelompok, maupun kelas sosial yang membuat masyarakat enggan bersosial
dengan sesama lainnya.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

1. Common Denominator
Common denominator bisa diartikan sebagai persamaan secara umum. Prinsip ini juga berarti
sebagai modal masyarakat Indonesia dalam menyikapi perbedaan. Bahkan tiap perbedaan
pasti terdapat persamaan. Tentu saja hal ini membuat perbedaan tidak perlu diperdebatkan
secara serius hingga menimbulkan konflik.

Misalnya saja dalam perbedaan antar agama di Indonesia. Meskipun berbeda agama namun
persamaannya memiliki Tuhan yang tunggal. Hal ini juga berlaku pada perbedaan lainnya.
Seperti bahasa, suku, hingga kebudayaan tiap daerah.

Adanya persamaan diharapkan masyarakat Indonesia paham tentang keragaman yang ada di
Indonesia. Tiap warga negara berhak memiliki kepercayaan akan agama, bahasa, suku,
maupun kebudayaan mereka.

25
2. Tidak Memiliki Sifat Formalistis
Tidak formalistik berarti Bhinneka Tunggal Ika tidak mengajarkan formalistik antar sesama
warga negaranya. Namun masyarakat harus memberi rasa hormat serta rukun kepada
sesamanya. Dari sinilah akan muncul yang namanya kehidupan bermasyarakat.

Artian tidak formalistik juga termasuk memperbolehkan masyarakatnya berkehidupan secara


universal, tanpa diskrimininasi. Semuanya bisa bergabung menjadi satu hingga dapat
mewujudkan masyarakat yang rukun dan damai.

3. Tidak Bersifat Enklusif


Tidak bersifat enklusif berarti memandang dan memperlakukan sama tiap kelompok, suku,
maupun organisasi yang ada di Indonesia. Kelompok yang besar/mayoritas tidak
diperbolehkan memaksakan kehendak atas kelompok minoritas. Tujuannya agar masyarakat
Indonesia tidak mengalami perpecahan karena kelompok atau organisasi.

Adanya prinsip ini bukan berarti tidak memperbolehkan terciptanya kelompok. Kelompok
tetap bisa berdiri namun harus menghormati pihak lain yang pemahamanannya berbeda.
Prinsip satu ini tentu cocok diterapkan di Indonesia. Hikmahnya, setiap masyarakat sadar
bahwa hidup berdampingan memiliki manfaat yang sangat besar.

4. Memiliki Sifat Konvergen


Sifat konvergen bearti dewasa dalam menghadapi perbedaan pendapat atau budaya. Jika
terdapat pertikaian sebaiknya diselesaikan dengan mencari titik temu antara kedua belah
pihak. Disini semuanya harus terbuka dan sebisa mungkin tidak mementingkan satu belah
pihak.

Menjadikan sifat konvergen merupakan salah satu prinsip utama dalam Bhinneka Tunggal
Ika . Masyarakat Indonesia tidak boleh secara sepihak mementingkan satu belah pihak.
Namun kedua belah pihak dapat bermusyawarah dengan baik sampai mendapati titik temu
antara keduanya.

Penerapan/Implementasi Bhinneka Tunggal Ika

1. Perilaku Inklusif
Seseorang mesti menganggap dirinya masuk ke dalam suatu populasi yang luas. Tujuannya
agar sifat sombong dan melihat dirinya melebihi dari yang lain tidak muncul. Hal ini berlaku
juga di suatu kelompok. Kepentingan bersama mesti diutamakan dibanding
keuntungan/kepentingan pribadi.

Dengan adanya mufakast, semua elemen di dalam sebuah perkumpulan akan merasa puas dan
senang. Sebab tiap kelompok yang berbeda memiliki peranannya masing-masing dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Mengakomodasi Sifat Prulalistik


Indonesia merupakan negara bangsa paling prulalistik di dunia jika dilihat dari keragaman
yang ada di dalamnya. Hal ini menjadikan nusantara disegani oleh bangsa lain. Namun

26
kondisi ini juga mesti dikelola dengan baik, sebab tidak menutup kemungkinan akan ada
disintegrasi di dalamnya.

Sikap toleran, saling menghormati, dan kasih sayang menjadi kebutuhan wajib untuk segenap
rakyat Indonesia. Sebab bumi pertiwi kaya akan suku bangsa, bahasa, agama, adat, hingga ras
dan budaya. Dengan adanya saling toleran, terciptanya masyarakat yang tentram dan damai
bukanlah impian semata.

3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri


Di kehidupan sehari-hari, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Terlebih di sistem
demokrasi yang dianut Indonesia menuntut rakyatnya untuk mengungkapkan pendapatnya
masing-masing. Oleh karena itu, sikap saling hormat antar sesama menjadi hal yang amat
penting.

Bhinneka Tunggal Ika yang sifatnya konvergen harus benar-benar nyata ada di kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sifat divergen mesti dijauhkan karena akan merusak tatanan
berkehidupan dan bertoleransi.

4. Musyawarah untuk Mufakat


Mencapai mufakat dalam musyawarah memang penting karena menjadi salah satu kunci
kerukunan hidup di Indonesia. Segala perbedaan haruslah dicari solusi tengahnya agar bisa
mendapat inti kesamaan.

Hal ini bertujuan agar segala macam gagasan yang muncul akan diakomodasikan dalam
kesepakatan.

5. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban


Rasa rela berkorban dan berkasih sayang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini juga sesuai dengan pedoman yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah
yang paling beranfaat untuk lainnya. Tak hanya di dalam kehidupan bernegara, bahkan dalam
agama pun diajarkan hal demikian.

Contoh Penerapan Bhinneka Tunggal Ika pada Kehidupan Sehari-hari


 Mau berteman dengan siapa saja.
 Bersikap merendah dan tidak memandang remeh oranglain.
 Memberikan kebebasan beragama kepada sesama.
 Tidak memaksa oranglain mengikuti ajaran agamanya.
 Adil terhadap sesama.
 Bertindak, berperilaku sesuai norma/aturan yang berlaku di masyarakat.
 Menumbuhkan sikap tenggang rasa antar sesama warga.
 Memiliki toleransi tinggi dan mudah memaafkan oranglain.
 Menjaga suasana masyarakat agar selalu tentram sehingga tidak menimbulkan
perpecahan.
 Menjunjung tinggi kepentingan bersama diatas kepentingan golongan hingga
individu.
 Rela berkorban dan berjuang demi keutuhan negara.

27
 Menghindari perilaku membeda-bedakan berdasarkan latar belakang
kehidupannya.
 Menghargai dan menghormati tiap perbedaan pendapat.
 Menjalankan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara.
 Menerima hak sewajarnya dan tidak mengambil hak oranglain.
 Gemar gotong royong dalam menyelesaikan berbagai hambatan atau masalah
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Aktif dan mau bergelut dalam kegiatan positif.
 Mempererat silaturahmi dengan keluarga, saudara, tetangga, dan oranglain.

28

Anda mungkin juga menyukai