Amandemen pertama UUD 1945 dilaksanakan dalam sidang umum MPR dari tanggal
14 hingga 21 Oktober 1999. Amandemen ini terdiri dari 9 pasal, yaitu pasal 5, pasal 7,
pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, dan pasal 21.
Amandemen Kedua
Amandemen kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 melalui sidang tahunan
MPR. Total sebanyak 5 bab dan 25 pasal yang diamandemenkan, yaitu pasal 18, pasal
18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E, pasal
26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal
28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36A, pasal 36B, dan pasal 36C.
Adapun bab yang diamandemenkan adalah Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, dan
Bab XV.
Amandemen Ketiga
Amandemen Keempat
Amandemen keempat dilakukan dalam sidang tahunan MPR pada tanggal 1-11
Agustus 2002, dan disahkan pada tanggal 11 Agustus 2002. Terdapat 2 bab dan 13
pasal yang diubah pada amandemen ini, yakni pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11,
pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, dan
pasal 3. Adapun bab yang diamandemenkan adalah Bab XIII dan Bab XIV.
Inti perubahan dari amandemen keempat adalah mengenai penggantian presiden, DPD
sebagai bagian dari MPR, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, pendidikan
dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, mata uang, dan
bank sentral.
1
BENTUK NEGARA PADA ZAMAN YUNANI KUNO
Menurut Aristoteles, terdapat 7 bentuk negara, yaitu sebagai berikut.
1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan
guna kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan
kelompok (golongan) nya sendiri.
5. Plutokrarsi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna
kepentingan orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali
tentang soal-soal pemerintahan.
Sedangkan Plato mengemukakan ada lima macam bentuk negara yang sesuai dengan
sifat tertentu dari jiwa manusia, yaitu :
2
juga : Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia
1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu
sendiri;
2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah
itu sendiri;
3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat
berjalan lancar;
4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
3
POS, politik LN, dan telekomunikasi. Sedangkan urusan dalam negeri lain adalah menjadi
kewenangan negara bagian.
Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dan kabinet sendiri untuk menjalankan
pemerintahan di negara bagiantiap negara bagian dapat membuat konstitusi sendiri yang
sejalan dengan konstitusu dasar negara serikathubungan rakyat dan pemerintah pusat diatur
negara bagian kecuali dalam hal tertentu yang disebut diatas. Pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga
kekuasaan pemerintah pusat adalah tentang aspek selebihnya. Kekuasaan yang biasaanya
dipegang pemerintahan pusat antara lain:
Sedangkan perbedaannya adalah asal muasal otonomi. Negara bagian memiliki otonomi asli
sedangkan negara kesatuan sistem desentralisasi adalah pemberian dari pemerintah pusat.
Bentuk pemerintahan Indonesia disebutkan dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 bahwa negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Bentuk republik berlaku sejak bangsa Indonesia merdeka dan membentuk negara modern
yang diproklamasikan pada 17 Agustus.
Dalam buku berjudul Hukum Tata Negara Indonesia Teks dan Konteks oleh Retno Widyani
disebutkan alasan yang menunjukkan Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial
yaitu:
1. Presiden Indonesia dipilih langsung oleh rakyat dalam satuan pemilihan umum presiden
dan wakil presiden, diatur dalam pasal 6A ayat 1 Perubahan UUD 1945.
2. Presiden dan wakil presiden memiliki masa jabatan yang tetap (afixetterm) yaitu 5 tahun,
diatur dalam Pasal 7 Perubahan UUD 1945.
3. Perubahan UUD 1945 tidak mengenal kewajiban pemegang kekuasaan eksekutif memberi
pertanggungjawaban kepada parlemen (DPR bahkan MPR). Berbeda dengan pengaturan
sebelum perubahan dalam penjelasan UUD 1945 yang diperkuat dengan Ketetapan MPR,
terdapat ketentuan yang mengharuskan presiden memberi pertanggungjawaban kepada MPR.
4
Bentuk Negara
Bentuk negara berdasarkan teori negara modern terbagi menjadi dua bagian dilansir Buku
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X karya Retno Listyarti dan Setiadi:
Negara-negara bagian tersebut pada awalnya merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan
berdiri sendiri.
Pada tingkat internasional, Pemerintah juga aktif terlibat dalam berbagai insiatif global untuk
memerangi korupsi. Salah satunya melalui ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Melawan Korupsi (United Nations Convention Againts Corruption) melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Againts
Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003). Sebagai
konsekuensi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun
2012-2014 (Stranas PPK). Strategi yang terdapat dalam Stranas PPK meliputi strategi
pencegahan, strategi penegakan hukum, strategi harmonisasi peraturan perundang-undangan,
strategi kerjasama internasional dan penyelamatan aset, strategi pendidikan dan budaya anti
korupsi, serta strategi mekanisme pelaporan, yang dalam pelaksanaannya hanya
menitikberatkan pada upaya pencegahan korupsi.
Inisiatif pencegahan korupsi tidak hanya melalui Stranas PPK, melainkan juga dari berbagai
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan upaya pencegahan
korupsi belum bersinergi secara optimal sehingga dibutuhkan upaya konsolidasi yang lebih
efektif atas berbagai insiatif pencegahan korupsi oleh kementerian, lembaga, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Di samping itu, upaya konsolidasi seyogyanya
tidak hanya terbatas pada kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sebagaimana
ditentukan dalam Stranas PPK, melainkan perlu juga melibatkan Komisi Pemberantasan
Korupsi sebagai lembaga khusus yang berdasarkan undang-undang diberikan kewenangan
koordinasi dan supervisi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan penyempurnaan terhadap Stranas PPK sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan pencegahan korupsi sehingga perlu diganti dengan strategi
nasional yang dilaksanakan bersama oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah,
pemangku kepentingan lainnya, dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Strategi nasional
tersebut diwujudkan melalui Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) yang
memuat fokus dan sasaran sesuai dengan kebutuhan pencegahan korupsi sehingga
pencegahan korupsi dapat dilaksanakan dengan lebih terfokus, terukur, dan berdampak
langsung dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
5
Tujuan dari Stranas PK adalah sebagai berikut:
memberikan arahan tentang upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan oleh kementerian,
lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain untuk mencegah korupsi;
Pelibatan pemangku kepentingan lainnya sebagaimana amanat Perpres No. 54 Tahun 2018
pada pasal 9 telah dilaksanakan oleh Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi, yaitu:
Tahapan Pemantauan, telah membuka kesempatan pada lebih dari 30 organisasi masyarakat
sipil tingkat pusat maupun daerah untuk turut serta memberikan catatan dan data pada
aplikasi Jaga Monitoring. Stranas PK juga merangkul 2 organisasi masyarakat sipil dalam hal
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Aksi PK di daerah, yaitu ICW dan TII.
Tahapan Monitoring dan evaluasi ini, selain ada CEGAH USAID, UNDP, dan AIPJ2 yang
memberikan dukungan, juga tercatat GIZ pada akhir tahun 2018 pernah memberikan
dukungan berupa analisis Indeks Persepsi Korupsi bagi Stranas PK. Pada tataran komunikasi,
UNDP pun telah berkontribusi pada pembuatan media komunikasi berupa video.
3. Alinea ketiga : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.
6
Batang Tubuh UUD 1945
Lainnya
Dalam menjalankan tugasnya, KPK berpedoman terhadap lima asas, antara lain:
- Asas Kepastian Hukum. Asas ini mengutamakan landasan peraturan perundangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara negara.
-Asas Keterbukaan. Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara.
Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
-Asas Akuntabilitas. Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
- Asas Kepentingan umum. Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
- Asas Proporsionalitas. Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan laporannya secara terbuka
dan berkala kepada presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK).
Pertama, nilai integritas inti, yaitu jujur, bertanggung jawab, dan disiplin. Berintegritas jujur
adalah lurus hati, tidak curang dan tidak berbohong. Sementara tanggung jawab memiliki arti
siap menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan alias tidak buang badan. Adapun
disiplin merupakan sikap taat terhadap peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
7
Kedua, nilai integritas etos kerja, yaitu mandiri, kerja keras, dan sederhana. Mandiri artinya
tidak bergantung pada orang lain. Kerja keras berarti gigih dan fokus dalam melakukan
sesuatu, serta tidak asal-asalan. Sedangkan sederhana memiliki arti bersahaja dan tidak
berlebih-lebihan. Ketiga, nilai integritas sikap, yaitu berani, peduli, dan adil. Di mana berani
memiliki arti mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya, kesulitan,
dan sejenisnya. Sementara peduli artinya mengindahkan, memperhatikan, atau menghiraukan
orang lain. Adapun adil ialah berlaku sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Integritas dan
etos kerja sendiri merupakan nilai revolusi mental, yang sobat Revmen bisa aktualisasikan
dalam keseharian. Tapi, jangan ketinggalan pula untuk memadukannya dengan salah satu
nilai revolusi mental lainnya ya, yaitu gotong royong!
8
Visi Stranas PPK dalamdua jangka waktu adalah sebagai berikut
Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan di segenap tiga pilar PPK, yakni di
pemerintahan dalam arti luas, masyarakat madani, dan dunia usaha.
MISI STRANAS PPK
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, dirumuskan serangkaian Misi Stranas PPK berikut:
1. Belum tuntasnya reformasi birokrasi yang menyeluruh. Hal ini ditunjukkan antara
lain oleh: belum memadainya mekanisme pemberian reward and punishment bagi
pelayanan publik, minimnya integritas, sistem karir dan penggajian yang belum
sepenuhnya berbasis kinerja, serta belum tersusunnya manajemen kinerja dan
standar pelayanan minimal;
2. Masih minimumnya badan publik yang menerapkan keterbukaan informasi
menyangkut administrasi dan pelayanan publik, termasuk penanganan perkara,
kendati UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan UU
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah diberlakukan;
3. Layanan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah oleh badan publik masih
belum sepenuhnya menerapkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang
9
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, termasuk belum diterapkannya e-
procurement secara menyeluruh;
4. Terbatasnya pelibatan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan keuangan
negara di tingkat pusat maupun tingkat daerah, termasuk sulitnya memperoleh
akses informasi terkait pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
5. Rendahnya penanganan pengaduan masyarakat dan
pelaporan (whistleblowing) yang ditindaklanjuti akibat belum optimalnya
mekanisme dan infrastruktur pengaduan publik;
6. Proses perizinan yang masih tertutup dengan banyak human interaction yang
dapat membuka ruang korupsi.
10
1. Tipikor semakin marak. Tidak sedikit penyelenggara negara yang tersangkut dan
diproses hingga ke tingkat peradilan.
2. Absennya tingkat kepercayaan (trust) di tengah masyarakat melahirkan
ketidakpuasan terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya.
3. Peraturan perundang-undangan masih banyak yang tumpang-tindih, padahal
penegakan hukum perlu dukungan kerangka regulasi yang memadai.
4. Pengawasan terhadap lembaga, aparatur, maupun unsur-unsur profesi terkait
penegakan hukum, masih lemah.
5. Partisipasi masyarakat, baik selaku pelapor maupun saksi, whistle blowing, masih
belum didukung oleh keterjaminan mereka atas perlindungan hukum yang
sepatutnya diterima. Ditambah lagi, mekanisme pengaduan masyarakat juga
belum memadai.
TANTANGAN
11
Isu utama dalam menghadapi tumpang-tindih regulasi terkait upaya pemberantasan korupsi
adalah harmonisasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka
implementasi UNCAC. Kegiatan berjangka panjang dalam strategi ini difokuskan pada:
1. Masih rendahnya tingkat sukses pengembalian aset, baik dari luar maupun dalam
negeri dan bentuk permintaan bantuan timbal balik masalah pidana lainnya.
2. Masih rendahnya tingkat sukses permintaan ekstradisi dari negara lain.
3. Masih lemahnya informasi jalur keuangan untuk membuktikan keterkaitan aset
hasil tipikor yang perlu dirampas oleh negara.
4. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga penegak hukum dan kapasitasnya
dalam menangani kerja sama internasional, khususnya pengembalian aset.
5. Mekanisme internal dalam proses pengembalian aset perlu diperbaiki agar proses
pengembalian aset dapat berjalan lebih optimal.
6. Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain.
7. Pengelolaan aset hasil pengembalian masih belum terselenggara.
12
FOKUS KEGIATAN PRIORITAS
Langkah yang perlu ditempuh adalah dengan meningkatkan kerja sama internasional dalam
rangka pencegahan, pengembalian aset, dan penyelesaian tindak pidana lainnya, Langkah itu
dilakukan melalui penyusunan instrumen hukum dan mekanisme kerja sama (internasional,
bilateral dan regional), khususnya dalam pengajuan MLA terkait masalah pidana, koordinasi
intensif antar lembaga penegak hukum, serta peningkatan upaya dan kemampuan diplomasi
aparat lembaga penegak hukum dimana fokus-fokusnya adalah sebagai berikut:
1. Masih adanya sikap permisif di masyarakat terhadap pelaku tipikor; sanksi sosial
bagi pelaku tipikor perlu diperkuat untuk menghasilkan efek deteren. Sikap
permisif tersebut juga seringkali ditunjukkan dengan pasifnya individu dalam
menghadapi adanya tindakan koruptif dari individu lain di dalam lingkungannya.
2. Absennya strategi komunikasi dalam pendidikan budaya anti korupsi. Hal ini
ditunjukkan dengan kurang efektifnya materi maupun cara penyampaian
pendidikan dan kampanye anti korupsi pada masyarakat.
3. Belum terintegrasinya pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah
maupun perguruan tinggi.
13
Dengan persamaan cara pandang dan pola pikir bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat,
diharapkan prakarsa-prakarsa positif yang mengarah pada perbaikan dapat terjadi. Hal ini
dapat diakomodasi dalam fokus kegiatan berjangka menengah antara lain:
1. Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi dalam pelbagai aktifitas tiga
pilar PPK yakni Masyarakat, Sektor Swasta, dan Aparat Pemerintah;
2. Pengembangan nilai-nilai anti korupsi dalam berbagai aktifitas pendidikan yakni;
di sekolah, perguruan tinggi, dan lingkup sosial, demi menciptakan karakter
bangsa yang berintegritas, termasuk melalui kurikulum dan kegiatan di luar
kurikulum;
3. Kampanye anti korupsi secara menyeluruh;
4. Strategi komunikasi, informasi dan edukasi yang jelas dan terencana;
5. Menggalang kerja sama dengan media dalam mengembangkan nilai anti korupsi
dan karakter berintegritas, termasuk melalui berbagai media kreatif;
6. Keterpaduan manajemen kampanye anti korupsi (penyebarluasan jejaring AC
Forum/ToT Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi,
koordinasi anggaran untuk kebutuhan kampanye);
7. Publikasi dan sosialisasi hasil-hasil masukan masyarakat kepada publik oleh
Kementerian/Lembaga dan Pemda terkait;
8. Publikasi praktik-praktik terbaik anti korupsi (jaringan pendidikan integritas);
9. Memperluas ruang partisipasi masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi
dengan melaksanakan diseminasi anti korupsi oleh masyarakat (CSO-NGO,
CBO).
TANTANGAN
14
1. Informasi dan koordinasi terkait pelaksanaan PPK, kendati merupakan isu yang
sering dibahas di berbagai pertemuan lintas K/L, namun minim pelaksanaan,
konsistensi, serta kesinambungannya sulit terjaga;
2. Pengumpulan informasi, pelaporan, dan publikasi informasi, sering tersendat
akibat minimnya catatan, dokumentasi, serta kedisiplinan para pihak dalam
pelaporan;
3. Diperlukan penemuan format (bentuk) laporan dan publikasi yang efektif
sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk berpartisipasidalam PPK,
termasuk pemantauannya;
4. Penunjukan Penanggung Jawab (Pj) untuk penyusunan laporan tanpa landasan
hukum dan kewenangan yang cukup, sehingga kesulitan dalam melakukan
koordinasi dengan para pihak guna membangun komitmen untuk berbagi
informasi. Tugas pokok, fungsi, dan kewenangannya perlu dituangkan dalam
bentuk regulasi setingkat Instruksi Presiden atau Peraturan Presiden disesuaikan
dengan kecukupan dan keefektifannya dalam berkoordinasi dan mengumpulkan
informasi dari para pihak terkait.
Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.Undang-
Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI
15
dengan POLRI. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3. Undang-Undang No.3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara.Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
Selain itu, dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk
memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19
Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.
16
Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)
Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)Kesadaran untuk menaati tata
tertib sekolah (lingkungan sekolah)
Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
Itulah penjelasan bela negara dengan fungsi dan tujuan mengapa bela negara dilakukan,
semoga dengan melakukan hal itu manfaat nya bisa dirasakan dan bisa menjadi salah satu
bagian dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita
cintai ini.
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada tanggal 19
Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Mr.
Sjafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tahun 19 Desember 1948. Keputusan ini
ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No.28.
Ancaman
Ancaman merupakan salah satu bentuk usaha yang bersifat untuk mengubah atau merombak
kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional melalui segala tindak kriminal dan
politis. Ancaman Militer ini sendiri merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata terorganisasi dan dinilai memiliki kemampuan yang berbahaya terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamtan segenap bangsa. Ancaman
militer dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Beberapa macam ancaman dan
gangguan pertahanan dan keamanan negara :
17
Dari Dalam Negeri
o Pemberontakan bersenjata
o Konflik horizontal
o Aksi teror
o Sabotase
o Aksi kekerasan berbau SARA
o Gerakan separatis
o Perusakan lingkungan
Ancaman Nonmiliter merupakan ancaman yang tidak bersenjata akan tetapi apabila tetap
dibiarkan, akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
segenap bangsa.
Tantangan
Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah
kemampuan.
Hambatan
Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau
memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional.
Ancaman
Adalah upaya yang berusaha mengubah atau mengacaukan kebijaksanaan, yang secara konseptual
dilaksanakan melalui semua tindakan kriminal dan politik. Ini adalah merupakan ancaman yang
menggunakan angkatan bersenjata terorganisir dan memiliki kemampuan berbahaya terhadap
kedaulatan Republik Indonesia, integritas wilayah negara dan keamanan seluruh bangsa. Ancaman
militer ini dapat datang baik di dalam negeri dan di luar. Berikut adalah beberapa jenis ancaman dan
pelanggaran di bidang pertahanan dan keamanan negara:
Agresi
Spionase / Spyware
18
Sabotase
Pemberontakan bersenjata
Sabotase
Sarah kekerasan
Pergerakan separatis
Kerusakan lingkungan
non-militer adalah ancaman tidak bersenjata, tetapi jika tidak dihentikan, mereka akan
membahayakan kedaulatan negara, integritas teritorial negara dan keamanan seluruh negara.
Tantangan
Tugas adalah sesuatu atau bentuk upaya yang dilakukan untuk membangkitkan dan menunjukkan
kemampuan.
Hambatan
Rintangan adalah bisnis yang ada dan terjadi dari dalam dirinya sendiri, bersifat alami, atau
dimaksudkan untuk melemahkan dan memblokir secara tidak konvensional.
Dari uraian ATHG di atas, kami dan pemerintah harus dapat mengatasi ATHG, termasuk:
Kebodohan
ketidaktahuan dapat diatasi jika pemerintah dapat menanamkan keinginan untuk mengajar siswa,
dan siswa dapat mengambil pelajaran dan belajar dengan serius.
Kemiskinan Untuk mengatasi kemiskinan, pemerintah dapat meningkatkan sumber daya manusianya
sehingga masyarakat Indonesia dapat mengatasi kemiskinan.
Narkoba
Untuk memerangi narkoba, pemerintah harus mampu memperkuat pengawasan terhadap penjahat,
konsumen dan pengedar narkoba itu sendiri. guru dan orang tua dapat mengatakan bahwa narkoba
tidak baik dan dapat membahayakan masa depan bangsa.
19
Gerakan separatisTindakan yang harus diambil untuk mencegah munculnya peristiwa pembebasan
regional dari Indonesia, seperti yang terjadi di Timor Timur, pemerintah Indonesia harus dapat
meningkatkan keamanan dan menanamkan rasa patriotisme.
Pemberontakan bersenjata, pemberontakan bersenjata adalah hal yang biasa karena perselisihan
antara orang-orang dan pemerintah saat ini, jadi ini dapat dihindari jika orang merasa puas dengan
pekerjaan pemerintah dan menanamkan rasa patriotisme.
Konflik horizontal
Sebagai suatu peraturan, muncul di lingkungan sekolah, yaitu dalam pertengkaran siswa, sehingga
hal ini tidak terjadi. Tokoh masyarakat, orang tua, dan guru dapat menanamkan standar hidup pada
siswa.
Sabotase Untuk mencegah hal ini, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan keamanan tempat dan
fasilitas penting yang berisiko besar disabotase oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Memata-matai untuk mencegah hal ini, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan keamanan aset
rahasia Negara Indonesia dari pihak luar yang ingin mencuri informasi dan menghancurkan rakyat
Indonesia.
Koordinasi semua layanan intelijen di tingkat pusat dan daerah di seluruh Republik Indonesia untuk
mendeteksi keamanan, ketertiban, dan memerangi kejahatan pada tahap awal.
Agresi
Untuk mencegah agresi militer, pemerintah Indonesia dapat menjaga hubungan baik dengan negara-
negara lain dan berpartisipasi dalam mencapai perdamaian dunia berdasarkan mukadimah UU
tersebut dalam paragraf 4.
Tindakan kekerasan CAPA untuk mencegah hal ini, pemerintah dapat menanamkan norma, dan
masyarakat dapat mempraktikkan kata “Unity in Diversity,” yang berarti “berbeda, tetapi masih
satu.”
Tindakan teroris, operasi intelijen dari sudut pandang deteksi dini untuk meningkatkan keamanan,
ketertiban, dan perang melawan kejahatan.
Bhinneka Tunggal Ika termuat dalam kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular.
Karya sastra tersebut sudah ada sejak abad ke-14 pada masa Kerjaan Majapahit. Karya sastra
20
tersebut memiliki beberapa bait yang berisikan toleransi beragama di kala itu. Memang di era
Majapahit terdapat perbedaan antara agama Budhha dan Siwa.
Hebatnya, karya sastra buatan Mpu Tantular ini juga digunakan kerajaan besar tersebut untuk
menyatukan nusantara. Istilah Bhinneka Tunggal Ika dikenal pertama kalinya pada era
kepemimpinan Wisnuwardhana.
Sebagai semboyan NKRI, konsep Bhinneka Tunggal Ika tak hanya fokus pada perbedaan
agama. Namun artiannya lebih luas. Seperti perbedaan suku, bangsa, adat, budaya, pulau
untuk menuju persatuan dan kesatuan Negara.
Usaha penyatuan pada masa Majapahit dan di era pemerintahan Indonesia dilandaskan pada
kepentingan dan pandangan yang sama. Yakni pandangan mengenai semangat persatuan,
kesatuan, dan kebersamaan sebagai modal untuk menegakkan negara.
Tulisan Bhinneka Tunggal Ika tertera dalam sehelai pita yang dicengkram lambang Garuda
rancangan Sultan Hamid II (1913-1978). Pertama kali rancangan tersebut digunakan pada
sidang kabinet Republik Indonesia Serikat 11 Februari 1950. Usulan penggunaan semboyan
tersebut datang dari Moh.Yamin.
Beliau meyakini karya Mpu Tantular tersebut relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saat
itu. Bukan hanya perihal perbedaan kepercayaan, namun juga mencakup perbedaan sudut
pandang, ideologi, ras, etnik, suku, hingga golongan. Moh.Yamin beberapa kali menyebutkan
kalimat “Bhinneka Tunggal Ika ” pada sidang BPUPKI yang berlangsung dari Mei sampai
Juni 1945.
Menurut I Made Prabaswara, Moh.Yamin merupakan tokoh bahasa dan kebudayaan yang
memiliki ketertarikan khusus dengan segala hal yang berhubungan tentang Majapahit.
Ketika menyebutkan kalimat yang saat ini menjadi semboyan negara ini, I Gusti Bagus
Sugriwa tiba-tiba menyambung “Bhinneka Tunggal Ika ” dengan kalimat “Tan Hana Dharma
Mangrwa”.
Artinya adalah tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Dan saat ini pun kalimat Tan Hana
Dharma dijadikan sebagai moto Lembaga Pertahanan Nasional.
21
Semboyan negara memang telah melalui perjalanan panjang. Hal ini juga berkaitan dengan
diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 1928 silam. Sumpah Pemuda menjadi salah satu bukti
perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa serta rasa bangga memiliki tanah
air Indonesia.
Disaat bangsa Indonesia tengah dipersiapkan dan memerlukan identitas, sejak berabad-abad
yang lalu, Bhinneka Tunggal Ika terlahir dari pemikiran cendikiawan yang masyur nan hebat.
Hal ini tentu bukan kebetulan semata, namun menjadi salah satu takdir yang sangat berharga.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki andil besar dalam mempersatukan bangsa
Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan
suku dan ras yang berbeda-beda.
Perbedaan besar dan wilayah yang sangat luas membuat penyatuan Indonesia harus dilakukan
dengan sebuah cara. Semboyan tersebut pun mampu menyatukan wilayah dengan latar
belakang berbeda dari tiap daerah. Bahkan perannya sangat penting sebagai tonggak
tercapainya tujuan bangsa.
Semboyan tersebut mengandung makna bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari
memiliki suku dan budaya beragam, namun keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
Persatuan dan kesatuan tersebut ditetapkan dalam PP No. 66 Tahun 1951 mengenai lambang
Negara Indonesia pada tanggal 8 November 1951.
Meskipun bangsa dan negara Indonesia memiliki banyak keragaman, namun bukanlah
menjadi sebuah perbedaan yang bertentangan. Justru keanekaragaman tersebut dapat
memperkaya khasanah bangsa dan mampu memperkokoh kekuatan bangsa.
Para pendiri bangsa sudah mencantumkan kata Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
pada lambang negara Garuda Pancasila. Hal ini sudah dirumuskan sejak NKRI merdeka.
Semboyan tersebut diambil dari falsafah yang diikrarkan oleh Patih Gadjah Mada di kitab
Sutasoma yang berarti:
Konon dikatakan Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Namun bagaimana kita mengenali
perbedaan dalam selintas pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Siwa dan Buddha
sesungguhnya satu jua. Mereka memang berbeda, namun hakikatnya sama. Sebab tidak ada
kebenaran yang mendua. (Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa).
Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna yang kemudian diartikan menjadi berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Dari terjemahan itulah kalimat Bhinneka Tunggal Ika menjelma menjadi
jati diri bangsa Indonesia.
22
Bisa kita tarik kesimpulan sejak zaman dahulu, kesadaran tentang hidup bersama dalam
keragaman memang sudah tumbuh dan menjadi semangat bangsa nusantara.
Sumpah palapa berisi arti mengenai upaya untuk mempersatukan nusantara (Munandar
(2004:24). Hingga kini sumpah legendaris tersebut menjadi acuan karena tak hanya berkenan
dengan jati diri seseorang, melainkan dengan kejayaan suatu kerajaan. Oleh sebab itu,
sumpah palapa menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan Jati Diri Bangsa
Indonesia.
Sumpah palapa dianggap penting karena terdapat kalimat yang berbunyi “lamun huwus
kalah nusantara isun amukti palapa”. Arti dari potongan sumpah tersebut adalah, “jika
Nusantara telah dikuasai, maka saya melepaskan tirakatnya.” (Pradipta, 2009).
Serat Pararaton yang mengusung isi sumpah palapa tersebut, tersebut memiliki peran yang
amat selaras, sebab terdapat isi dari teks Sumpah Palapa. Sebenarnya dalam kitab Pararaton
tidak ada kata sumpah, hanya saja para ahli Jawa Kuno menyebutnya sebagai Sumpah Palapa
secara tradisional dan konvensional.
Tjahjopurnomo pada tahun 2004 menyebutkan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada
28 Oktober 1928 secara historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa.
Sebab pada intinya menyangkaut dengan persatuan. Hal tersebut jua didasari oleh para
pemuda yang berikrar pada saat itu.
Setelah sumpah palapa, pemuda Indonesia pada waktu itu tidak lagi memperhatikan latar
budaya dan sukunya. Sebab, mereka berkemauan dan dengan sungguh-sungguh merasa
mempunyai bangsa satu, yakni bangsa Indonesia.
Dengan dikumandangkannya sumpah pemuda, maka maka di nusantara sudah tak berlaku
lagi ide kesukuan, kepulauan, propinsialisme, hingga federalisme. Sumpah pemuda
merupakan ide kebangsaan Indonesia yang bersatu dan bulat. Selain itu, sumpah pemuda juga
telah mengantarkan rakyatnya ke alam kemerdekaan.
Pada tanggal 17 Agustus 1045, kebutuhan akan persatuan dan kesatuan bangsa tampil dengan
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara. Sejak itulah, eksistensi
sumpah palapa memiliki peran kuat untuk menjaga kesinambungan sejarah bangsa yang utuh
serta menyeluruh.
Bangsa Indonesia telah lama hidup dalam keragaman namun perseteruan berlatar perbedaan
antar rakyat tak pernah terjadi. Tentu saja hal ini tak luput dari jasa para pahlawan yang
membawa Indonesia sampai seperti sekarang. Sejarah telah mencatat gemilangnya
perjuangan merebut kemerdekaan.
Bahwa seluruh anak bangsa yang tergabung berlatar keragaman suku dan budaya, turut
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengambil perannya masing-
23
masing. Hal ini sudah disadari oleh para pahlawan mengenai kemajemukan yang ada di
dalam negeri. Kenyataan hidup di dalam keberagaman memang tak bisa dihindari.
Keragaman dalam bingkai ke-bhineka-an merupakan kenyataan yang telah ada dalam bangsa
Indonesia. Sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah
yang hingga saat ini digunakan sebagai jembatan emas untuk menuju pembentukan jati diri.
Konsep Bhinneka Tunggal Ika ini kemudian menjadi semboyan dasar NKRI. Sebagai konsep,
tentu saja semboyan tersebut layak dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia.
Sebagai generasi bangsa, tentunya mesti menerapkan konsep semboyan negara Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh. Terlebih saat ini kita tinggal
menikmati kemerdekaan negara dengan mudah, tanpa harus mengangkat senjata atau
bergerilya di hutan-hutan.
2. Meminimalisir Konflik
Bhinneka Tunggal Ika memiliki ciri khas toleransi yang begitu besar. Semboyan ini pun
bertujuan meredam konflik atas kepentingan pribadi maupun kelompok. Tak ayal jika terjadi
masalah atau konflik, masyarakat cenderung menyelesaikannya dengan bermusyawarah.
Dengan berpegang pada semboyan “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”, NKRI diharapkan
tetap utuh dan tanpa perpecahan dimanapun. Bila terjadi perpecahan, daerah lainnya akan
berusaha untuk mempertahankan wilayah yang akan pecah tersebut. Kerjasama inilah yang
membuat Indonesia tetap utuh hingga kini.
24
4. Mencapai Cita-cita Negara
Semboyan karya Mpu Tantular ini ditulis di pita yang kemudian dicengkram pada cakar
burung garuda. Di garuda tersebut terdapat lambang tujuan negara, pancasila. Semboyan
yang berasal dari bahasa kuno ini memegang peranan penting terhadap tercapainya tujuan
negara.
Motto tersebut harus kuat dan ditetapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tujuannya agar
bangsa bisa mencapai cita-cita pancasila yang sudah dicantumkan sejak dulu.
5. Menciptakan Perdamaian
Konflik akan terus terjadi jika seseorang memiliki pendapat berbeda dengan lainnya. Bukan
hanya perorangan, hal ini bisa terjadi pada kelompok, organisasi, bahkan wilayah. Disinilah
Bhinneka Tunggal Ika berperan penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa pendapat
tidak boleh dipaksakan.
Namun sayangnya hal ini belum bisa diterapkan secara menyeluruh di wilayah NKRI. Sebab
masih banyak konflik yang terjadi hanya karena masalah perbedaan pendapat. Seharusnya
masyarakat Indonesia harus mulai sadar akan indahnya hidup berdampingan satu sama lain.
Semua masyarakat berhak menjalin hubungan dengan siapapun tanpa terkecuali. Tentu
pentingnya mewujudkan masyarakat madani tidak lepas dari beragamnya budaya yang
dimiliki oleh Indonesia. Namun dalam kenyataannya, masih banyak faktor penghalang seperti
golongan, kelompok, maupun kelas sosial yang membuat masyarakat enggan bersosial
dengan sesama lainnya.
1. Common Denominator
Common denominator bisa diartikan sebagai persamaan secara umum. Prinsip ini juga berarti
sebagai modal masyarakat Indonesia dalam menyikapi perbedaan. Bahkan tiap perbedaan
pasti terdapat persamaan. Tentu saja hal ini membuat perbedaan tidak perlu diperdebatkan
secara serius hingga menimbulkan konflik.
Misalnya saja dalam perbedaan antar agama di Indonesia. Meskipun berbeda agama namun
persamaannya memiliki Tuhan yang tunggal. Hal ini juga berlaku pada perbedaan lainnya.
Seperti bahasa, suku, hingga kebudayaan tiap daerah.
Adanya persamaan diharapkan masyarakat Indonesia paham tentang keragaman yang ada di
Indonesia. Tiap warga negara berhak memiliki kepercayaan akan agama, bahasa, suku,
maupun kebudayaan mereka.
25
2. Tidak Memiliki Sifat Formalistis
Tidak formalistik berarti Bhinneka Tunggal Ika tidak mengajarkan formalistik antar sesama
warga negaranya. Namun masyarakat harus memberi rasa hormat serta rukun kepada
sesamanya. Dari sinilah akan muncul yang namanya kehidupan bermasyarakat.
Adanya prinsip ini bukan berarti tidak memperbolehkan terciptanya kelompok. Kelompok
tetap bisa berdiri namun harus menghormati pihak lain yang pemahamanannya berbeda.
Prinsip satu ini tentu cocok diterapkan di Indonesia. Hikmahnya, setiap masyarakat sadar
bahwa hidup berdampingan memiliki manfaat yang sangat besar.
Menjadikan sifat konvergen merupakan salah satu prinsip utama dalam Bhinneka Tunggal
Ika . Masyarakat Indonesia tidak boleh secara sepihak mementingkan satu belah pihak.
Namun kedua belah pihak dapat bermusyawarah dengan baik sampai mendapati titik temu
antara keduanya.
1. Perilaku Inklusif
Seseorang mesti menganggap dirinya masuk ke dalam suatu populasi yang luas. Tujuannya
agar sifat sombong dan melihat dirinya melebihi dari yang lain tidak muncul. Hal ini berlaku
juga di suatu kelompok. Kepentingan bersama mesti diutamakan dibanding
keuntungan/kepentingan pribadi.
Dengan adanya mufakast, semua elemen di dalam sebuah perkumpulan akan merasa puas dan
senang. Sebab tiap kelompok yang berbeda memiliki peranannya masing-masing dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
26
kondisi ini juga mesti dikelola dengan baik, sebab tidak menutup kemungkinan akan ada
disintegrasi di dalamnya.
Sikap toleran, saling menghormati, dan kasih sayang menjadi kebutuhan wajib untuk segenap
rakyat Indonesia. Sebab bumi pertiwi kaya akan suku bangsa, bahasa, agama, adat, hingga ras
dan budaya. Dengan adanya saling toleran, terciptanya masyarakat yang tentram dan damai
bukanlah impian semata.
Bhinneka Tunggal Ika yang sifatnya konvergen harus benar-benar nyata ada di kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sifat divergen mesti dijauhkan karena akan merusak tatanan
berkehidupan dan bertoleransi.
Hal ini bertujuan agar segala macam gagasan yang muncul akan diakomodasikan dalam
kesepakatan.
27
Menghindari perilaku membeda-bedakan berdasarkan latar belakang
kehidupannya.
Menghargai dan menghormati tiap perbedaan pendapat.
Menjalankan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara.
Menerima hak sewajarnya dan tidak mengambil hak oranglain.
Gemar gotong royong dalam menyelesaikan berbagai hambatan atau masalah
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Aktif dan mau bergelut dalam kegiatan positif.
Mempererat silaturahmi dengan keluarga, saudara, tetangga, dan oranglain.
28