Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“MENGOPTIMALKAN PROGAM KAMPUNG KB UNTUK


MENSTABILKAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK MENUJU ZONA
NYAMAN INDONESIA 2045”

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Intan Fajar Rahmawati NIM: A210180198 2018
Endar Laila Zulfa NIM: A210180177 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2019
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PKM GAGASAN TULIS
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II. GAGASAN
A. Kondisi Terkini
B. Solusi yang pernah diterapkan
C. Seberapa jauh kondisi pencetus gagasan dapat diperbarui
D. Pihak-pihak yang terlibat
E. Langkah-langkah dalam implementasi gagasan
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
Lampiran 2. Biodata Dosen Pembimbing
Lampiran 3. Organisasi Kegiatan dan Pembagian Waktu
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang adalah mengurangi


jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui
peningkatkan infrastruktur ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, pasar,
serta sarana lain, maupun meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Namun demikian kendala utama yang dihadapi hampir semuanya sama, yang
bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari tingginya angka
kematian bayi, dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak-
hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang
tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan.
Berdasarkan proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa
pada 2020. Angka tersebut terdiri atas 135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 jiwa
perempuan. Sebanyak 66,07 juta jiwa masuk kategori usia belum produktif (0-4
tahun), kemudian sebanyak 185,34 juta jiwa merupakan kelompok usia produktif
(15-64 tahun), dan sebanyak 18,2 juta jiwa merupakan penduduk usia sudah tidak
produktif (65+ tahun). Saat ini Indonesia memasuki era bonus demografi, yakni
jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding usia tidak produktif (usia
belum produktif + usia sudah tidak produktif).
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk adalah sebuah upaya untuk
menekankan kelahiran manusia guna menciptakan masyarakat yang selaras
dengan daya tampung alam. Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pasal 1 ayat 2
Menjelaskan Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta
lingkungan penduduk setempat. Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.
Pertumbuhan penduduk sebenarnya merupakan keseimbangan dinamis antara dua
kekuatan yang menambah atau yang mengurangi jumlah penduduk.
Perkembangan penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir
tetapisecara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang dapat
terjadi pada semua golongan umur. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Pandangan pesimis
seperti ini di dukung oleh teori Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan bahan makanan menurut
deret hitung. Simpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan kesejahteraan
yang didapat tapi justru kemelaratan akan di temui bilamana jumlah penduduk
tidak dikendalikan dengan baik. Sebenarnya permasalahan yang muncul dibidang
kependudukan bukan hanya pada jumlah yang besar semata akan tetapi juga
berimbas pada turunan dari kuantitas yang besar tersebut antara lain adalah
persebaran penduduk, kualitas penduduk, kecukupan dari sisi konsumsi, struktur
penduduk yang sebagian besar masih muda, modal dan teknologi yang dimiliki
juga masih rendah dan akibatnya produktivitas kerja makin menurun serta
masalah krusial yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Pengelola pelaksana
Program Keluarga Berencana memerlukan penanganan yang serius juga strategi
yang tepat. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk merupakan kunci
keberhasilan yang dilakukan melalui peningkatan jumlah cakupan peserta
Keluarga Berencana (KB) dan KB mandiri.

B. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan
a. Mengetahui konsep pelaksanaan Kampung KB secara menyeluruh
di wilayah Indonesia.
b. Mengetahui konsep menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap
program Kampung KB
2. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh antara lain:
a. Bagi Pemerintah
Mewujudkan program Kampung KB secara menyeluruh di wilayah
Indonesia sehingga mendukung semua visi dan misi dari program
Kampung KB dapat berjalan baik sesuai dengan harapan pemerintah.
b. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pendapatan tambahan bagi setiap keluarga,
karena setelah mendapatkan pelatihan kewirausahaan diharapkan dapat
memulai usaha secara mandiri (Program Keluarga Wirausaha).
BAB II
GAGASAN

A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Pada 14 Januari 2016, Presiden Jokowi secara resmi mencanangkan
“Kampung KB” (Kampung Keluarga Berencana), tepatnya di TPI Mina
Waluya Bondet, Dusun Jenawi, Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati,
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. 
Terkait dengan upaya perluasan cakupan dan /atau jangkauan program
KKBPK di seluruh tingkatan wilayah, Kampung KB menjadi program
unggulan KB era pemerintahan Jokowi-JK, di mana didasarkan pada
kenyataan permasalahan pencapaian program KKBPK dan melemahnya
implementasi program di ini lapangan selama satu dekade terakhir. Hasil
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
sebesar 1,49 persen,  yang berarti terjadi pertambahan penduduk Indonesia
sebesar tiga sampai lima juta per tahun; Tingkat Kelahiran Total atau Total
Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 yang berarti rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan seorang wanita yang berstatus kawin atau pernah menikah selama
usia reproduksinya 15-49 tahun sebesar 2-3 anak.
Sementara itu, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, memperlihatkan rendahnya pencapaian pemakaian kontrasepsi
secara keseluruhan atau Contraceptive Prevalency Rate (CPR) sebesar 57,9
persen; rendahnya pencapaian pemakaian kontrasepsi mantap atau Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebesar 18,3 persen; tingginya tingkat
kelahiran akibat pernikahan dini pada wanita umur 15-19 tahun atau Age
Specific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun sebesar 48 per 1000 kelahiran; dan
masih tingginya kebutuhan masyarakat yang ingin ber-KB tetapi tidak
terlayani atau disebut unmet need sebesar 8,5 persen. 
Dalam perspektif kependudukan, penggarapan akseptor di wilayah dengan
jumlah unmet need yang tinggi, memungkinkan adanya percepatan pencapaian
pemakaian kontrasepsi yang lebih baik, sebab terbatasnya akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan karena infrastruktur jalan yang kurang memadai, sarana
dan prasarana kesehatan dan pembangunan sektor lainnya yang terbatas,
adalah salah satu dari sekian banyak faktor penyebab tingginya unmet need di
suatu wilayah. Dengan kata lain, penggarapan akseptor KB di daerah
GALCILTAS (tertinggal, terpencil, dan perbatasan) menjadi solusi dalam
program KKBPK. Oleh karena itu, pembentukan Kampung KB, di mana
mendekatkan pelayanan dan pembangunan sektor terintegrasi ke desa-desa
atau kampung diharapkan dapat mewujudkan pembangunan keluarga yang
lebih berkualitas.
Kampung KB ini dibentuk, ada beberapa hal yang melatar belakanginya,
yaitu : (1) Program KB tidak lagi bergema dan terdengar gaungnya seperti
pada era Orde Baru, (2) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di
tingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK serta
pembangunan sector terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
berkualitas, (3) penguatan program KKBPK yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat, (4) mewujudkan cita-
cita pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita terutama
agenda prioritas ke 3 yaitu “Memulai pembangunan dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan"
serta Agenda Prioritas ke 5, yaitu "Meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Indonesia", (5) mengangkat dan menggairahkan kembali
program KB guna menyongsong tercapainya bonus demografi yang
diprediksi akan terjadi pada tahun 2010 – 2030.

B. Solusi Yang Pernah Ditawarkan Atau Diterapkan Sebelumnya

Tujuan Pembentukan

Secara umum, tujuan dibentuknya Kampung KB ini adalah untuk meningkatkan


kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program
KKBPK serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Sedangkan secara khusus, Kampung KB ini dibentuk
selain untuk meningkatkan peran serta pemerintah, lembaga non pemerintah dan
swasta dalam memfasilitasi, mendampingi dan membina masyarakat untuk
menyelenggarakan program KKBPK dan pembangunan sektor terkait, juga untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan berwawasan
kependudukan.

Syarat-syarat Pembentukan

Pada dasarnya ada tiga hal pokok yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
sebagai syarat dibentuknya Kampung KB dalam suatu wilayah, yaitu :

 Pertama, tersedianya data kependudukan yang akurat.


 Kedua, dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah.
 Ketiga, partisipasi aktif masyarakat

Kriteria Wilayah

Dalam memilih atau menentukan wilayah yang akan dijadikan lokasi Kampung
KB ada tiga kriteria yang dipakai, yaitu :
1. Kriteria utama: yang mencakup dua hal, yaitu: (1) Jumlah Keluarga Pra
Sejahtera dan KS 1 (miskin) di atas rata-rata Pra Sejahtera dan KS 1
tingkat desa/kelurahan di mana kampung tersebut berada, (2) jumlah
peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat
desa/kelurahan di mana kampung KB tersebut berlokasi.
2. Kriteria wilayah: yang mencakup 10 kategori wilayah (dipilih salah
satu), yaitu: (1) Kumuh, (2) Pesisir, (3) Daerah Aliran Sungai (DAS), (4)
Bantaran Kereta Api, (5) Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan),
(6) Terpencil, (7) Perbatasan, (8) Kawasan Industri, (9) Kawasan Wisata,
(10) Padat Penduduk. Selanjutnya dalam menentukan kriteria wilayah
yang akan dijadikan sebagai lokasi pembentukan Kampung KB dapat
dipilih satu atau lebih dari sepuluh criteria yang ada.
3. Kriteria Khusus: yang mencakup 5 hal, yaitu: (1) kriteria data di mana
setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga, (2) kriteria
kependudukan di mana angka partisipasi penduduk usia sekolah rendah,
(3) kriteria program KB di mana peserta KB Aktif dan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah dari capaian rata-rata
tingkat desa/kelurahan serta tingkat unmet need lebih tinggi dari rata-rata
tingkat desa/kelurahan, (4) kriteria program pembangunan keluarga di
mana partisipasi keluarga dalam pembinaan ketahanan keluarga,
pemberdayaan ekonomi dan partisipasi remaja dalam kegiatan GenRe
melalui PIK-R masih rendah, (5) kriteria program pembangunan sektor
terkait yang mencakup setidaknya empat bidang, yakni kesehatan,
ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, dan masih bisa
ditambah dengan program lainnya sesuai dengan perkembangan.

Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan yang merupakan subyek dan obyek dalam pelaksanaan kegiatan
operasional pada Kampung KB selain keluarga. PUS, lansia, dan remaja juga
keluarga yang memiliki balita, keluarga yang memiliki remaja dan keluarga yang
memiliki lansia.

Sedangkan sasaran sektoral disesuaikan dengan bidang tugas masing-masing yang


pelaksananya adalah Kepala Desa/Lurah, Ketua RW, Ketua RT, PKB, Petugas
lapangan sektor terkait, TP PKK, kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)
dalam hal ini PPKBD dan Sub PPKBD, tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokohagamat, tokoh pemuda serta kader pembangunan lainnya.

PERAN KAMPUNG KB

Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana menekan kewenangan kepada Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk tidak memfokuskan hanya pada
masalah Pengendalian Penduduk saja namun masalah Pembangunan Keluarga
juga harus mendapatkan perhatian. Karena itu, dalam rangka penguatan program
KKBPKtahun 2015-2019, BKKBN diharapkan dapat menyusun suatu kegiatan
yang dapat memperkuat upaya pencapaian target atau sasaran yang secara
langsung bersentuhan dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Sehubungan dengan itu, maka untuk menjawab tantangan tersebut digagaslah


program Kampung KB. Melalui wadah Kampung KB ini nantinya diharapkan
pelaksanaan program KKBPK dan program-program pembangunan lainnya dapat
berjalan secara terpadu dan bersamaan. Hal ini sesuai dengan amanat yang
tertuang dalam Agenda Prioritas Pembangunan terutama agenda prioritas ke 3
yaitu “Memulai pembangunan dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan".

Oleh karena itu cukup beralasan apabila pembangunan kependudukan dimulai dari
wilayah-wilayah pinggiran yaitu kampung. Karena kampung merupakan cikal
bakal terbentuknya desa, dan apabila pembangunan pada seluruh kampung maju,
maka desapun akan maju. Dan apabila seluruh desa maju maka sudah barang tentu
negarapun akan menjadi maju.

Kampung KB Sebagai Wahana Pemberdayaan Masyarakat

Walaupun pembentukan Kampung KB diamanatkan kepada BkkbN, akan tetapi


pada prinsipnya Kampung KB merupakan perwujudan dari sinergi antara
beberapa kementerian terkait dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, mitra
kerja, dan pemangku kepentingan, serta tidak ketinggalan partisipasi langsung
masyarakat setempat. Oleh sebab itu Kampung KB ini diharapkan menjadi
miniatur atau gambaran (potret) dari sebuah desa yang didalamnya terdapat
keterpaduan dari program pembangunan Kependudukan, KB dan Pembangunan
Keluarga yang disinergikan dengan program pembangunan sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis.

Hal ini sesuai dengan definisi dari Kampung KB itu sendiri yaitu ”satuan wilayah
setingkat RW, dusun, atau yang setara, yang memiliki kriteria tertentu, di mana
terdapat keterpaduan Program KKBPK dan pembangunan sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis‟.

Jadi Kampung KB sebenarnya dirancang sebagai upaya membumikan,


mengangkat kembali, merevitalisasi program KKBPK guna mendekatkan akses
pelayanan kepada keluarga dan masyarakat dalam upaya mengaktualisasikan dan
mengaflikasikan 8 (delapan) fungsi keluarga secara utuh dalam masyarakat.
Dengan demikian kegiatan yang dilakukan pada Kampung KB tidak hanya identik
dengan penggunaan dan pemasangan kontrasepsi, akan tetapi merupakan sebuah
program pembangunan terpadu dan terintegrasi dengan berbagai program
pembangunan lainnya.

Sehingga wadah Kampung KB ini dapat kita jadikan sebagai wahana


pemberdayaan masyarakat melalui berbagai macam program yang mengarah pada
upaya merubah sikap, prilaku dan cara berfikir (mindset) masyarakat kearah yang
lebih baik, sehingga kampung yang tadinya tertinggal dan terbelakang dapat
sejajar dengan kampung-kampung lainnya, masyarakat yang tadinya tidak
memiliki kegiatan dapat bergabung dengan poktan-poktan yang ada, keluarga
yang tadinya tidak memiliki usaha dapat bergabung menjadi anggota UPPKS
yang ada.

C. Perbaikan Kondisi Kekinian


Pembentukan Kampung KB menjadi sangat penting ketika melihat
bonus demografi yang semakit dekat. Mengingat Bonus demografi yang
akan terjadi pada tahun 2025 hingga 2035 harus benar-benar di
manfaatkan oleh pemerintah. Kesiapan pemerintah dalam menghadapi
bonus demografi tentu akan mendatangkan keuntungan yang besar.
Upaya pemerataan pembentukan kampung kb harus segera
dilakukan mengingat laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen
pertahun ditambah lagi pada saat bonus demografi berlangsung yang usia
produktifnya lebih banyak. Dengan penyederhanaan syarat & ketentuan,
peningkatan partisipasi masyarakat maka pembentukan kampung KB ini
dapat segera dilaksanakan secara merata.
Diperlukan koordinasi antara masyarakat dan pemerintah,
tersedianya SDM yang mumpuni guna mendukung program ini agar
berjalan dengan lancar. Terjalinnya koordinasi yang baik akan
memudahkan dalam pengawasan, SDM mumpuni akan membuat program
ini berjalan efisien.

D. Pihak-pihak yang berkepentingan


Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah
keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah
mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2003).
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program dalam
rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam program
Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia. Cara yang digunakan untuk mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu mengatur jarak kelahiran anak dengan
menggunakan alat kontrasepi (Wiknjosastro, 2005).
Macam-macam metode kontrasepsi adalah intra uterine devices (IUD), implant,
suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk
pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).Kurangnya peran
pemerintah dalam menggalakkan program KB mengakibatkan tingginya
pertambahan pendudukan yang akan meningkatnya tingginya pertambahan
penduduk yang akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada naiknya
angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008). Cara yang baik dalam
pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang
cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu
dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya mempertimbangkan
penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. 
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran
anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi
(limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta
kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) ( Sheilla, 2000 ).
Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi karena selain membantu klien untuk memilih
dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya, juga
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga klien
lebih puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan program KB.
Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun juga
memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan (Efendy, 2003). Dengan kesadaran karena adanya informasi tentang
berbagai macam alat kontrasepsi dengan kelebihannya masing-masing, maka ibu-
ibu akan termotivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi
merupakan dorongan untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku,
motivasi bisa berasal dari dalam diri maupun luar (Moekijat, 2002).
Media adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi. Salah satu contoh
media adalah flip chart yang sering disebut sebagai bagan balik yang merupakan
kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan
berdasarkan topik materi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kelompok
kecil yaitu 30 orang (Nursalam, 2008 ). Selain itu bagan ini mampu memberikan
ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi untuk menyampaikan pesan
atau kesan tertentu akan tetapi mampu untuk mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).
 
Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga berencana adalah
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Badan ini
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, BKKBN menyelenggarakan fungsi:
 
 Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
 Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
 Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana;
 Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
 Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
 Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

2. Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB,
pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi
bersentuhan langsung dengan peran serta masyarakat, baik dalam mengikuti
program tersebut ataupun sebagai aktor pendukung program Keluarga Berencana.
Untuk itu kita akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta bagaimana
seharusnya kita berperan dalam mendukung kesuksesan KB juga akan sedikit kita
bahas. Pertama, berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan KB
yang ternyata kenaikannya hanya sedikit bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.
Dalam media massa kompas.com disebutkan bahwa: Dalam lima tahun terakhir,
jumlah peserta keluarga berencana hanya bertambah 0,5 persen, dari 57,4 persen
pasangan usia subur yang ada pada 2007 menjadi 57,9 persen pada tahun 2012.
Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap pasangan usia subur sejak 2002-2012
stagnan di angka 2,6 per pasangan. Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya
jumlah anak yang dimiliki membuat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030
diperkirakan mencapai 312,4 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu
sebenarnya bisa ditekan  menjadi 288,7 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk ini
mengancam pemanfaatan jendela peluang yang bisa dialami Indonesia pada tahun
2030. Jendela peluang adalah kondisi negara dengan tanggungan penduduk tidak
produktif, oleh penduduk produktif paling sedikit. Kondisi ini hanya terjadi sekali
dalam sejarah tiap bangsa. Agar jendela peluang termanfaatkan, angka
ketergantungan penduduk maksimal adalah 44 persen. Artinya, ada 44  penduduk
tidak produktif, baik anak-anak maupun orangtua, yang ditanggung 100 penduduk
usia produktif berumur  15 tahun hingga 60 tahun. 
Menurut Julianto, untuk mencapai angka ketergantungan 44 persen, jumlah
peserta KB minimal harus mencapai 65 persen dari pasangan usia subur yang ada
pada tahun 2015. Sementara itu jumlah anak per pasangan usia subur juga harus
ditekan hingga menjadi 2,1 persen anak pada 2014. Akan tetapi, target ini masih
jauh dari kondisi yang ada. Angka ketergantungan pada 2010 masih mencapai
51,33 persen, turun 2,43 persen dibandingkan dengan tahun 2000. Provinsi yang
memiliki angka ketergantungan 44 persen pada tahun 2000 ada lima provinsi,
tetapi pada 2010 hanya tinggal satu provinsi, yaitu DKI Jakarta. Sebaliknya, laju
pertumbuhan penduduk justru naik dari 1,45 persen pada tahun 2000 menjadi 1,49
persen pada 2010. Persentase kehamilan pada ibu berumur 15-49 tahun pun naik
dari 3,9 persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada 2012. Jumlah pasangan usia
subur yang ikut KB pada 2012 hanya 57,9 persen. Adapun masyarakat yang ingin
ber-KB tetapi tidak terjangkau layanan KB hanya turun dari 9,1 persen pada 2007
ke 8,5 persen pada 2012.
Terbatasnya dana untuk program KB dan kependudukan menjadi penyebab
utamanya. "BKKBN menargetkan angka ketergantungan 44 persen dapat dicapai
pada 2020. Dengan demikian, jika hasilnya tidak tercapai, masih ada waktu
perbaikan menuju 2030," tambahnya. Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia Nurdadi Saleh mengatakan, jika jumlah penduduk tak
dikendalikan, persoalan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang
berkualitas dan penyediaan lapangan kerja akan terus menjadi masalah. Karena
itu, semua pihak harus mendorong kembali agar pelaksanaan KB di Indonesia bisa
sukses kembali seperti pada dekade 1990-an.
Angka kenaikan yang cukup stagnan ini tentunya menjadi sebuah pertanyaan
besar, sebenarnya apa yang menjadi permasalahan sehingga partisipasi
masyarakat untuk ikut KB sangat minim. Kita sudah tahu permasalahan yang akan
muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dibendung, mulai dari
masalah kemiskinan, SDM rendah dan lain sebagainya. Kalau kita lihat proses
sosialisasi KB sendiri masih menemui banyak kendala, mulai dari masyarakat
yang tidak atau kurang peduli dengan program tersebut sampai pada pelaksanaan
program KB tersebut. Saat ini peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) masih minim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga ada kaitannya
dengan jumlah petugas yang hanya sedikit, sampai-sampai satu orang harus
menghandle 3-4 desa dengan jumlah penduduk yang mencapai ratusan bahkan
ribuan. Seharusnya ada peran dari masyarakat, missal Ibu-ibu PKK dalam
mendukung terwujudnya program ini. Ada pula indikasi bahwa metode KB yang
diterapkan saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan maksimal. 
Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran dari semua lapisan
kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-kota) hingga masyarakat itu sendiri.
Kepedulian akan tujuan bersama harus ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB
yang aman dengan sosialisasi yang baik dari satu keluarga ke keluarga lain.
Penyediaan tempat untuk informasi dan layanan KB yang baik. Pemberian reward
and punishment juga perlu dijalankan dengan baik, agar peraturan yang ada tidak
dilanggar dengan seenaknya saja. Akan tetapi yang paling penting adalah
kesadaran masyarakat itu sendiri dalam melaksanakan program KB bagi dirinya,
keluarga, serta masyarakat. Sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat
mendorong terlaksananya program KB dengan baik, diantaranya : faktor ideology,
penyediaan alat kontrasepsi, faktor ekonomi, faktor lokasi sosialisasi program KB,
dan faktor kebijakan negara. 
Kedua, kita akan berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap program KB
sebagaimana mereka bertindak sebagai aktor pendukung. Aktor pendukung bisa
berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi, medis, sampai aparat pemrintah
(kota sampai desa). Partisipasi mereka dalam meyerukan program KB demi
menekan laju pertumbuhan penduduk serta masalah lain yang mungkin timbul
masih belum maksimal. Seharusnya bekal pendidikan juga bisa dimaksimalkan
untuk sosialisasi, demi partisipasi aktif berbagai elemen dalam mendukung
pelaksanaan program Keluarga Berencana. Sedangkan peran yang perlu kita
lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi masyarakat dalam program
KB diantaranya ; Peran kita dalam mensosialisasikan program KB mulai dari
keluarga sendiri, sampai tetangga kita. Memaksimalkan organisasi masyarakat
seperti Karang Taruna dan PKK untuk mendukung sosialisasi KB di masyarakat
dan terakhir kita perlu membangun jaringan kuat yang mampu berinergi
mendukung program KB agar terlaksana dengan efektif dan efisien. 

E. Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan


Pelaksanaan Kampung KB Secara Menyeluruh
Pelaksanaan kampung KB secara merata dapat segera dilakukan dengan
cara melakukan penyederhanaan syarat & ketentuan untuk melaksanakan
program kampung KB. Dengan menghilangkan krtiteria wilayah, kriteria
khusus maka pembentukan kampung KB akan lebih cepat sebab tidak
semua desa itu memiliki Peta Keluarga.
Dengan meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, desa,
RT/RW pengawasan pelaksanaan kampung KB akan berjalan sesuai
dengan harapan. Pembentukan tiap RT 2 orang pembina dan untuk
menjadi pembina kampung KB melalui seleksi intermal desa setempat
akan memberikan dampak yang signifikan bagi kemudahan pengawasan,
pemerataan, dan efisien sebab didukung oleh SDA yang mumpuni di
lingkup yang sempit yaitu RT.
Persiapan program ini ditargetkan selesai pada 2020-2022 yang kemudian
segera dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia mulai 2025. Tahun
2020-2022 ditargetkan selesai peyederhanaan syarat & ketentuan.
Kemudian mulai tahun 2023 dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah. Pulau jawa ditargetkan terbentuk kampung KB semua pada
2022 dan luar Jawa ditargetkan dapat merata pada 2026.
Peningkatan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kampung KB
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap Kampung KB dapat
melaksanakan program “Keluarga Wirausaha”. Program ini adalah
program dimana dalam satu keluarga terdapat satu usaha secara mandiri.
Jadi setiap orang yang mengikuti program KB akan mendapat pelatihan
kewirausahaan. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan mengenai bercocok
tanam secara Hidroponik, pembuatan kerajinan, pemanfaatan barang
bekas, dan lain sebagainya. Dengan adanya pelatihan ini harapanya akan
menarik partisipasi bagi masyarakat sebab bisa mendapatkan pendapatan
tambahan.
Selain itu, dengan mengadakan event/lomba di desa setempat pun juga
akan menarik partisipasi masyarakat, terutama dengan memberikan hadiah
yang menarik.
Untuk peningkatan partisipasi dapat di laksanakan seiring dengan
pelaksanaan program di wilayah setempat sesuai dengan target yang ada.

Anda mungkin juga menyukai