Anda di halaman 1dari 4

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

“SKRINING FITOKIMIA”
Pertemuan ke-7

Dosen Pengampu

Apt. Ghani Nurfiana F.S, M. Farm

No Nama Anggota NIM Tanda Tangan


1. Fordiana Eka Puspitasari 24185595A

2. Fauzia Rahmani 24185598A

3. Melaningsih 24185600A

4. Astatin Ardhiasari 24185603A

5. Resy Budi Ramadanti 24185619A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021

A. TUJUAN
Memahami prinsip dan melakukan penetapan susut pengeringan dan kadar air simplisia atau
ekstrak.

B. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecual idinyatakan lain. Simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
mineral.
Proses pembuatan simplisia merupakan proses tindak lanjut setelah bahan baku simplisia
selesai dipanen, sehingga sering disebut proses pascapanen. Pascapanen merupakan
kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam
yang berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas
yang baik serta mudah disimpan untuk proses selanjutnya. Adapun tahapan-tahapan
pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
1) Pengumpulan bahan baku : kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman
saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
2) Sortasi basah : sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak seta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang.
3) Pencucian : merupakan proses yang dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih yang mengalir.
4) Perajangan : tujuan perajangan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.
5) Sortasi kering : bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
6) Pengepakan dan penyimpanan : simplisia dapat rusak, atau berubah mutunya karena
factor luar dan dalam, antara lain cahaya, ooksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi,
penyerapan air, pengotoran, serangga, dan kapang.
Ektraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan.
Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan dengan pelarut kemudian terjadi
kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan
pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi (Sudjadadi, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain yaitu ukuran bahan baku,
pemilihan pelarut, waktu ekstraksi, suhu ekstraksi, dan proses ekstraksi. Ukuran bahan baku
yang kecil akan menghasilkan hasil yang rendah. Pemilihan pelarut akan mempengaruhi suhu
ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu tinggi, maka akan menghasilkan sisa pelarut
yang tinggi pula (Anam, 2010).
Beberapa macam metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah:
1) Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan merendam
serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk mengekstrak
zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam
pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin (Hargono dkk., 1986).
2) Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi
antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa,
adesi, daya kapiler, dan gaya gesekan (friksi).
3) Sokletasi merupakan cara penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon,
proses ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika
diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian, 2000).
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama proses
pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain
yang hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan pada pengeringan temperature 105℃ selama 30
menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam metode persen (metode gravimetri)
(Awainah N, 2015).
Penetapan susut pengeringan dapat dilakukan menggunakan moisture balance dan dengan
menggunakan versi Farmakope Herbal Indonesia. Penetapan susut pengeringan dengan
moisture balance yaitu dengan memasukkan lebih kurang 2 gram simplisia ke dalam alat dan
suhu diatur pada 105℃. Sedangkan menurut versi FHI, susut pengeringan adalah
pengurangan berat bahan setelah dikeringkan dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali
dinyatakan lain, simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu
pengeringan 105℃.
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.
Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang tepat yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya
kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikianmenghilang kadar air hingga jumlah
tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Range kadar
air tergantung jenis ekstrak yang diinginkan, ekstrak kering kadar air 30%. Kadar air yang
cukup beresiko adalah lebih dari 10% (Awainah N., 2015).
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bantuk cairan. Zat yang memliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya (Putra D. T. A, 2014).

C. ALAT DAN BAHAN

Anda mungkin juga menyukai