Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN PEMBERIAN


ASI EKSLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
DI UPTD PUSKESMAS KAJUARA
TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kebidanan

ARNISAH
BSN18954

INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN BONE


TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi ASI ini menjadi sumber utama
kehidupan bayi sampai usia 6 bulan. Selama 6 bulan diupayakan bayi hanya minum ASI saja
tanpa ada tambahan lainnya atau sering disebut ASI Eksklusif. Selama itu bayi diharapakan
tidak mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air teh, madu, air putih dan
tanpa makanan pendamping.(Habiba, 2016)
ASI eksklusif adalah pemberian ASI atau air susu saja selama 6 bulan pertama
kehidupan bayi. Sesuai dengan namanya yang eksklusif, ASI diberikan kepada bayi tanpa
adanya pendamping makanan lain. Bayi benarbenar hanya mendapat asupan gizi dari ASI
selama kurun waktu 6 bulan. Setelah itu, hingga mencapai usia 2 tahun, bayi boleh
mendapatkan makanan tambahan lain selain ASI.(Paramashanti, 2019)
Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki resiko kematian karena diare
3,94 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif mudah terkena infeksi pernapasan dan infeksi saluran
pencernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Selain itu bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mudah terkena penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kekebalan tubuh.(Rizkiah, 2019)
Kegagalan ASI eksklusif dapat memicu tingginya frekuensi kejadian penyakit.
Menurut Dewi, frekuensi kejadian penyakit pada kelompok Non ASI eksklusif adalah 40 %,
angka ini lebih besar dibandingan dengan kelompok ASI eksklusif yakni 23,3%. Kasus
didunia, seperti di Amerika menunjukan bahwa 57,6% ibu menyusui hingga usia 6 bulan
namun hanya 25% yang menyusui secara eksklusif.(CDC, 2018)
Data badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan rata-rata angka pemberian ASI
eksklusif di dunia hanya 38%, termasuk didalamnya negara Indonesia(Saputra, 2016)
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, world Healt
Organization (UNICEF) dan world Healt Organization (WHO) merekomendasikan
sebaiknya bayi hanya disusui Asi selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun. Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif
selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam
pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman,
termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan tidak
menggunakan botol atau dot.(WHO, 2018)
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018,
Balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 17,7%, balita yang sangat pendek sebanyak
30,8%, balita sangat kurus sebanyak 10,2%, dan balita gemuk sebanyak 8%. Menanggapi
masalah gizi buruk dan gizi kurang, terdapat target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) yaitu 17%.(Riskesdas, 2018)
Kementrian Kesehatan menargetkan peningkatan target pemberian ASI eksklusif
hingga 80%. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada kenyataannya masih rendah
hanya 74,5% (Balitbangkes, 2019). Data profil kesehatan Indonesia, cakupan bayi mendapat
ASI eksklusif tahun 2018 sebesar 68,74% (Kemenkes, 2019).
Kementrian Kesehatan tentang Asi Eksklusif menunjukkan bahwa lebih dari setengah
anak-anak diindonesia tidak memperoleh Asi Eksklusif, di indonesia Asi Eksklusif masih
dibawah 50% artinya, kementrian kesehatan belum mencapai tarte dalam pemberian Asi
Eksklusif.(Kemenkes, 2020)
Berdasarkan hasil dari survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2017
berdasarkan penyajian sejumlah indicator Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
hampir 60% anak mendapatkan ASI predominan dan juga berdasarkan praktik pemberian
ASI, dari 67% pada umur 0-1 bulan menjadi 55% pada umur 2-3 bulan dan 38% pada umur
4-5% dan mengkomsumsi makanan pendamping ASI seiring bertambahnya umur.(BPS,
BKKBN, 2017)
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, Jumlah bayi baru lahir
(BBL) dikota bone pada tahun 2018 berjumlah 13,444 bayi (100%), Sedangkan tahun 2019
mengalami penurunan sebanyak 13,105 bayi (17,1%), kemudian pada tahun 2020 mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2019 sebanyak 13,434 bayi (99,6%).(Dinas Kesehatan
Bone 2018, 2019, 2020)
Data bayi baru lahir (BBL) pertahun dikecamatan kajuara, pada tahun 2018 berjumlah
bayi (%), pada tahun 2019 BBL berjumlah bayi (%), pada tahun 2010 BBL berjumlah bayi
(%).(Kajuara, 2021)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor
yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kajuara.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumus an masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di UPTD Puskesmas Kajuara tahun 2021 ?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di UPTD Puskesmas
Kajuara tahun 2021.
Untuk Mengetahui apakah ada pengaruh :
a. Apakah pengaruh pengetahuan ibu terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kajuara tahun 2020.
b. Apakah pengaruh dukungan keluarga ibu terhadap kegagalan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kajuara tahun
2020.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Toritis
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan serta bahan perbandingan bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi institusi kesehatan
Manfaat bagi institusi kesehatan sebagai masukan atau informasi tentang
pemberian imunisasi dasar lengkap untuk membantu tumbuh kembang anak, sehingga
institusi kesehatan dapat menyusun suatu program atau intervensi dalam
meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengap.
b. Manfaat bagi institusi pendidikan
Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan sebagai bahan bacaan, menambah literatur kepustakaan dan untuk
penelitian lanjutan oleh mahasiswa lain.
c. Manfaat bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat untuk menambahan pengetahuan kepada ibu
sehingga sadar akan pentingnya imunisasi bagi tumbuh kembang bayinya.
d. Manfaat Bagi Penulis
Menambah pengatahuan penulis di bidang kesehatan masyarakat tentang faktor-
faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif
E. Keaslian penelitian
no Judul
Variable yang
nama Sasaran metode Hasil
di teliti
,tahun
1 Factor- 90 orang Pengetahuan, Penelitian Hasil penelitian ini
faktor Pendidikan, ini masyarakat kurang
yang pekerjaan, mengguna mendapat
berhubun kebiasaan kan penerangan atau
gan metode dorongan tentang
dengan deskriptif
manfaat
pemberia dengan
pemberian ASI.
n asi cross
Penyuluhan
eksklusif sectional
kepada masyarakat
pada
seputar menyusui
bayi di
masih sangat
wilayah
jarang sehingga
kerja
puskesm banyak diantara

as mereka yang

senapela kurang mengerti


n kota akan pentingnya
pekanbar pemberian ASI
u 2016 kepada bayi
mereka.
2 Factor- 32 orang pendidikan, Penelitian hasil penelitian
faktor pekerjaan, ini dapat dilihat
yang pengetahuan, mengguna bahwa responden
berhubun dukungan kan yang mendapat
gan keluarga, observasio informasi tentang
dengan nal dengan
ASI Eksklusif dari
pemberia cross
petugas kesehatan
n asi sectional
tidak terdorong
ekslusif
untuk memberikan
pada
ASI eksklusif sama
bayi 0-6
hal dengan yang
bulan di
tidak pernah
wilayah
kerja mendapatkan

puskesm informasi serta

as dukungan dari
poleang petugas kesehatan
utara yang kemudian
kabupate berpengaruh
n terhadap perilaku
bombana ibu dalam
tahun pemberian ASI
2019 eksklusif.
3 Faktor 34 orang Usia, Penelitian Terdapat
yang pendidikan, ini hubungan
berhubun pekerjaan mengguna pengetahuan
gan kan dengan pemberian
dengan metode MP-ASI pada bayi
pemberia deskriptif
0-6 bulan di BPM
n dengan Romauli Silalahi.
makanan cross
pendamp sectional
ing air
susu ibu
pada
bayi 0-6
bulan di
BPM
romouli
silalahi

Anda mungkin juga menyukai