Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Agama Islam
Etos Kerja

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ilmu Komunikasi Penyiaran MK90002 Ayatullah, M. Pd

Abstract Kompetensi
Produktivitas hidup manusia terletak Memahami etos kerja dalamIslam
pada hasil kerjanya. dengan baik dan benar.
Pendahuluan
Latar Belakang

Isu tentang pentingnya meningkatkan etos (etika) kerja pada organisasi pemerintah
dan swasta merupakan satu hal yang sangat penting. Hal itu disebabkan semakin
disadarinya pentingnya pemahaman etos kerja sebagai solusi untuk memecahkan masalah,
terutama yang terkait dengan aplikasi moral di tempat kerja. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
tuntunan dan pegangan bagi kaum Muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam
segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah
yang berkenaan dengan kerja ini, Rasulullah SAW bersabda:
‫اعمل للدنيا كأنك تعيش ابدا واعمل لألخرة كأنك تموت غادا‬
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah
untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari
pada Mukmin yang lemah. Allah menyukai Mukmin yang kuat bekerja.” Akan tetapi,realita
kita (bangsa) ini kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan
ungkapan-ungkapan tadi.
Dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang
tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai
Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Sikap, kepribadian, karakter serta keyakinan untuk mengupayakan dengan
sungguh-sungguh seluruh aset, pikiran dan dzikirnya dalam rangka mengaktualisasikan
keberadaan dirinya sebagai manusia atau seorang hamba Allah, dimana kedudukannya di
dunia adalah sebagai khalifah. Atau jelasnya kepribadian yang selalu bergerak demi
tanggungjawabnya sebagai khoiru ummah, itulah etos kerja. Kehormatan tidak akan
disandang jika manusia itu tidak berpotensi, potensi akan terlihat melalui karya. Dari karya
akan terbangun suatu peradaban, dari itu akan terlihat kuatnya, hebatnya, terstrukturnya,
kebudayaan suatu kaum. Dan Alloh SWT menganugrahkan itu kepada hamba-Nya.
             Etos kerja umat Muslim sudah seharusnya membuahkan hasil yang gemilang
karena geraknya hanya di manifestasikan untuk mencari ridho Allah, ini berarti kerjanya
bersih tanpa noda sedikit pun, maka terlihatlah keprofesionalannya, suatu kerja yang bersih,
bersih dari thaghut atau kemusyrikan (merdeka), sehingga produktivitas kerjanya akan
terlihat dengan jelas.

2020 Pendidikan Agama Islam


2 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etos Kerja
A. Definisi Etos Kerja

Menurut K. Bertens (1994), secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “tempat hidup”. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau
kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi
semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti “teori
kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika”. Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki
oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai
kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal
pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan
dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat
yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya
untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-
sungguh, akurat dan sempurna. Etos kerja seorang Muslim adalah semangat untuk
menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus
memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus
tersebut sebagaimana nabi Daud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan
harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara
kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah
(pimpinlah) kami ke jalan yang lurus.

a. Pengertian Kerja
Kerja dalam pengertiaan luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia,
baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia
susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan
sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Bekerja bagi seorang Muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan
mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai

2020 Pendidikan Agama Islam


3 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa
dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya.
Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya
tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal
sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.

b. Makna Kerja dalam Perspektif Al-Qur’an


Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan
yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut
dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan
pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika
kerja positif dan negatif. Di dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya
berjumlah 602 kata, bentuknya :
1) Kita temukan 22 kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-
Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.
2) Kata ‘amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud: 46, dan al-
Fathir: 10.
3) Kata wa’amiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali, diantaranya
surat al-Ahqaf: 19 dan an-Nur: 55.
4) Kata Ta’malun dan Ya’malun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90, Hud: 92.
5) Kita temukan sebanyak 330 kali kata a’maaluhum, a’maalun, a’maluka, ‘amaluhu,
‘amalikum, ‘amalahum, ‘aamul dan amullah. Diantaranya dalam surat Hud: 15, al-Kahf:
102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21.
6) Terdapat 27 kata ya’mal, ‘amiluun, ‘amilahu, ta’mal, a’malu seperti dalam surat al-
Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.
7) Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan istilah seperti
shana’a, yasna’un, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul khoirot, misalnya ayat-ayat
tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya.
Di samping itu, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian
dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala hukuman,
Allah SWT berfirman:
“…barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh…” (Al-Kahfi: 110)
Ada juga ayat al-Qur’an yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya
firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.

2020 Pendidikan Agama Islam


4 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“ Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara
kamu dalam peperanganmu…” (al-Anbiya: 80)
Dalam surah al-Jumu’ah ayat 10 Allah SWT menyatakan :
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10)
Merujuk istilah kerja dalam keterangan di atas, sehingga dalam Islam maknanya
sangatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja
secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan
hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup. Rasulullah
SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum
kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani).
Pendapat atau kaidah hukum: “Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja.” Pendapat
atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain disesuaikan dengan porsi
kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.

B. Etika Kerja Dalam Islam


Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara
kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki)
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, Rasulullah melakukannya
dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman
ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Sebagaimana
dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata iman
yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.
Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi
menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan
terhormat.
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol
dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di
akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan
bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan
mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda,
“sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara
tulus.” (HR Hambali)
2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :

2020 Pendidikan Agama Islam


5 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” Yang dapat dimaknai sebagai berikut :
1. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,
semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
2. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya
dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
3. Profesionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan
sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh
sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-
benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan
mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya
produktivitas bahkan sampai kepada kesalahan manajemen serta kerusakan alat-
alat produksi

C. Manifestasi Kerja Untuk Mencari Ridha Allah SWT


Apakah sebenarnya profesional itu ? Dalam khasanah Islam mungkin bisa dikaitkan
dengan padanan kata ihsan. Setiap manusia, seperti diungkapkan Al Qur’an, diperintahkan
untuk berbuat ihsan agar dicintai Allah. Kata Ihsan sendiri merupakan salah satu pilar
disamping kata Iman dan Islam. Dalam pengertian yang sederhana, ihsan berarti kita
beribadah kepada Allah seolah-olah Ia melihat kita. Jikalau kita memang tidak bisa melihat-
Nya, tetapi pada kenyataannya Allah menyaksikan setiap perbuatan dan desir kalbu kita.
Ihsan adalah perbuatan baik dalam pengertian sebaik mungkin atau secara optimal. Hal itu
tercermin dalam Hadis Riwayat Muslim yang menuturkan sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Karena itu jika kamu
membunuh, maka berihsanlah dalam membunuh itu dan jika kamu menyembelih, maka
berihsanlan dalam menyembelih itu dan hendaknya seseorang menajamkan pisaunya dan
menenangkan binatang sembelihannya itu.”
Dari keterangan hadist dan uraian Al Qur’an jelaslah bahwa setiap Muslim harus
menjadi seorang pekerja yang profesional. Dengan demikian ia melaksanakan salah satu
perintah Allah untuk berbuat ihsan dan juga mensyukuri karunia Allah berupa kekuatan akal
dan fisiknya yang diberikan sebagai bekal dalam bekerja. Mengabaikan potensi akal dan
fisik ini atau tidak “menajamkannya” bisa bermakna tidak mensyukuri nikmat dan karunia
Ilahi Rabbi.
Menurut Sinamo (2005), setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu
motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma

2020 Pendidikan Agama Islam


6 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional,
bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja
yang positif, kreatif dan produktif.
Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005)
menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang
sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang
berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu
dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma
Mahardika (bahasa Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu:
1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.

D. Ciri - Ciri Etos Kerja Islami


Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan keserupaannya, utamanya
pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Baik dan Bermanfaat
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat
bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat
derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.
2. Kemantapan atau perfectness
Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca:
Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami yang berarti pekerjaan
mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill
yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau
mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih
.3. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif.
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah dalam maknanya yang
luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ” istifragh ma fil wus’i”, yakni
mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap
pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber
daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya
yang diperlukan, tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya
gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.
4. Berkompetisi dan Tolong-menolong

2020 Pendidikan Agama Islam


7 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
       Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal shalih.
Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “ amar ”
atau perintah, seperti “ fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam
kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada
Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling
mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu ( ta’awun ).
5 Objektif (Jujur)
     Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya mempunyai kejujuran dan selalu
melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai yang benar dalam
Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada.
Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan
ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan
tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu.
6. Disiplin atau Konsekuen
    Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan dengan sikap
moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut dengan amanah. Sikap
bertanggungjawab terhadap amanah merupakan salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat
secara umum, dalam konteks ini adalah dunia kerja. Allah memerintahkan untuk menepati
janji adalah bagian dari dasar pentingnya sikap amanah.Janji atau uqud dalam ayat tersebut
mencakup seluruh hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta,
atau bisa dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia.
Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh terutama
yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang semestinya dipenuhi.
7. Konsisten dan Istiqamah
     Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga
menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang
dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan suatu sistem
yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan ketidakjujuran akan tereduksi
secara nyata. Orang atau lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan
ketenangan dan sekaligus akan mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah
janji Allah kepada hamba-Nya yang konsisten/istiqamah.

2020 Pendidikan Agama Islam


8 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
E. Keutamaan Bekerja

 Peningkatan Derajat
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan
dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka
sedang mereka tiada dirugikan. (QS. Al-Ahqaaf : 19)

 Mendapatkan Pahala dari Allah Swt


dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(Qs. Al-Baqarah
110)

 Mendapatkan keberuntungan
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Qs. Al-
Jumuah : 10 )

 Seperti Seorang Mujahid (berjuang di jalan Allah)


“ Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja dan barangsiapa bekerja
keras untuk keluarganya, maka ia seperti seorang mujahid di jalan Allah Swt.” (HR.
Ahmad)

 Bekerja adalah Kewajiban


“ Mencari rizki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardlu (seperti
Shalat, puasa, dll).” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

 Menjaga Kehormatan Diri


Tiada seorang pun yang makan makanan yang lebih baik dari pada makan yang
diperoleh dari hasil dari keringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud AS itu
pun makan dari hasil karyanya sendiri”.(H.R. Bukhori)

 Menghapus Dosa
“Barang siapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya
dengan tangannya sendiri, maka diwaktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya”.(HR.
Tabrani dan Baihaqi).

2020 Pendidikan Agama Islam


9 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Etos kerja bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dipraktekan dalam bentuk
pernyataan kata, tindakan, sikap dan perilaku seorang pekerja. Etos kerja seorang Muslim
ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT. Etika kerja dalam
Islam yang perlu diperhatikan adalah:

1) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap
cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh
keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya.
2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
3) Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua
harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
4) Tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan
minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
5) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.

Wallohu ta’ala a’lam

2020 Pendidikan Agama Islam


10 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Al Qur’an dan Terjemahnya, Team Depag RI, 1990, Depag RI
2. Shohih Buchori dan Muslim, 2008, Albayan, Hendra S & Tim Redaksi Jabal, Jabal
Bandung.
3. Shahih Tafsir Ibnu Katsir [edisi lengkap 1 set 9 Jilid], Syaikh Shafiyurrahman Al
Mubarakfuri, 2012, syigma creative media group. Bandung.
4. ETIKA Membangun Masyarakat Islam Modern, 2007, edisi 2, Srijanti, Purwanto, dan
Wahyudi P, Graha Ilmu dan UMB.
5. KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja, Jakarta : Gema Insani
6. Lubis, Satria Hadi. 2011. Bahan Ajar Etika Profesi PNS. STAN, Tangsel.
7. Bertens, K. 1994. Etika.Gramedia, Jakarta.
8. Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses.
Grafika Mardi Yuana, Bogor.

2020 Pendidikan Agama Islam


11 Ayatullah, M. Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai