Anda di halaman 1dari 39

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Renang Gaya Bebas

Salah satu olahraga di Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat tanpa

memandang usia maupun jenis kelamin yaitu olahraga renang. Olahraga renang

dikenal sebagai olahraga air yang menyenangkan, sehingga banyak menarik minat

masyarakat untuk melakukan olahraga. Olahraga renang dapat diartikan sebagai

bentuk aktivitas yang dilakukan di air, menggerakkan anggota badan agar tetap

mengapung, serta anggota badan lain bergerak bebas. Berenang adalah aktivitas

menggunakan badan, mengapung melintas di air dengan menggunakan kaki dan

tangan. Berenang adalah aktivitas fisik yang dilakukan di air dengan

menggunakan anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh, dengan gerakan tubuh

di air seseorang dapat berpindah tempat (Subagyo, 2017).

Bagi seorang pemula terasa sedikit sulit untuk melakukan gerakan renang,

karena seorang perenang harus bisa mengurangi hambatan saat melakukan

gerakan renang agar semakin cepat laju renang saat di dalam air. Manfaat serta

kegunaan dari olahraga renang sangat beragam jika dilakukan santai serta rutin,

baik manfaat secara jasmani maupun rohani, antara lain seperti melatih

kardiorespirasi, menghilangkan stress, membakar kalori serta membentuk otot.

Adapun beberapa manfaat dari kegiatan renang adalah (Annayanti, 2010):

9
10

a. Sebagai sarana bermain/rekreasi

Kolam renang dapat dijadikan sebagai sarana bermain dan rekreasi.

Anak- anak dan balita akan menyukai permainan air. Bermain air sangat

menyenangkan apabila ditambah mainan seperti bola. Berenang merupakan

hiburan bagi semua kalangan masyarakat.

b. Menyehatkan badan dan dapat merangsang gerakan motorik

Berolahraga renang dapat menyehatkan badan. Bagi balita dan anak-

anak dengan berenang maka otot-ototnya akan berkembang, persendian dapat

tumbuh optimal, tubuh menjadi lentur, dan pertumbuhan badan meningkat.

Sehingga, anak-anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan akan

memiliki badan yang sehat, kuat dan kekar.

c. Dapat menghilangkan rasa takut pada air

Dengan berolahraga renang dapat menghilangkan rasa takut pada air.

Sehingga baiknya, semenjak bayi sudah dibiasakan bermain air dan kelak jika

sudah besar tidak takut pada air.

d. Meningkatkan keberanian, percaya diri dan mengasah kemandirian

Olahraga renang dapat mendorong seseorang tumbuh menjadi sosok

yang berani, percaya diri tinggi, dan mandiri.

e. Meningkatkan kemampuan sosial

Olahraga renang yang dilakukan bersama-sama dapat menumbuhkan

rasa kebersamaan. Juga dapat meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi

dan bersosialisasi dengan orang lain. Dengan demikian, akan tercipta


11

persahabatan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berenang. Satu sama

lain saling mendorong dan meningkatkan semangat untuk tetap hidup.

Selain memiliki manfaat, kegiatan olahraga renang ternyata juga memiliki

beberapa hambatan. Adapun hambatan yang dimiliki dalam berenang adalah

(Subagyo, 2017):

a. Hambatan depan

Hambatan depan yaitu hambatan yang terjadi di depan tubuh, ini

terjadi oleh karena posisi badan yang tidak sejajar dengan permukaan air.

Semakin tubuh membuat sudut dengan air semakin besar, maka hambatan

depan yang terjadi semakin besar juga, maka dari itu permukaan depan dari

perahu dibuat sedemikian rupa sekecil mungkin termasuk permukaan depan

mobil balap.

b. Hambatan belakang

Hambatan belakang terjadi hampir sama karena posisi tubuh yang

kurang sejajar dengan permukaan air mengakibatkan hambatan belakang

besar.

c. Hambatan gesekan tubuh dengan air

Gesekan ini relatif lebih kecil pengaruhnya, hanya saja penggunaan

pakaian yang bahannya terlalu menyerap dengan air maka akan

mengakibatkan hambatan yang besar pula.


12

Oleh sebab itu, supaya terhindar dari hambatan-hambatan dalam kegiatan

berenang, maka seorang perenang harus memahami dasar belajar berenang

dengan baik. Dalam olahraga renang memiliki beberapa gaya yang memiliki

gerakan yang khas dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Adapun gaya

dalam olahraga renang ada empat gaya, yaitu: gaya bebas, gaya punggung, gaya

dada dan gaya kupu – kupu (Sukur dan Marani, 2019).

a. Gaya Bebas (Freestyle stroke)

Gaya crawl adalah berenang dengan posisi badan menelungkup,

lengan kanan dan kiri digerakkan secara bergantian untuk mendayung dari

depan ke belakang. Gerakan tungkai naik turun bergantian dengan gerak

mencambuk.

b. Gaya Punggung (Backstroke)

Gaya punggung adalah berenang dengan posisi terlentang dan

gerakannya mirip dengan gaya bebas (freestyle). Perbedaannya terletak pada

posisi badan dan arah gerakan lengan.

c. Gaya Dada (Breastroke)

Gaya dada sering disebut dengan gaya katak, karena pada saat

melakukan renang gaya dada gerakannya mirip sekali dengan katak berenang.

Gaya dada dilakukan dengan posisi tubuh telungkup, dengan gerakan kedua

lengan melakukan gerakan memutar di bawah dada, dan kedua kaki

digerakkan secara bersama-sama dengan cara ditarik, dibuka dan kemudian

menutup kembali.
13

d. Gaya Kupu – kupu (Butterfly stroke)

Gaya kupu-kupu juga dilakukan dengan posisi tubuh telungkup, kedua

lengan dan kedua kaki digerakkan secara bersama – sama dan simetris.

Salah satu gaya renang pertama dan mudah dipelajari oleh perenang

pemula adalah gaya bebas. Gaya bebas juga merupakan gaya yang tercepat dan

gaya yang paling sering dipertandingkan karena gerakan lengan dan tendangan

kaki yang dilakukan secara terus menerus memberikan kekuatan mendorong

secara terus menerus. Gaya bebas juga memiliki keunikan diantaranya adalah

mudah dan nyaman dilakukan karena hanya memerlukan sedikit tenaga dan

pernafasan yang teratur.

Substansi gerakan dalam olahraga renang adalah: (1) gerakan non

lokomotor, (2) gerakan lokomotor, dan (3) gerakan manipulasi. Gerakan non

lokomotor adalah aktivitas jasmani atau gerakan yang sengaja dilakukan di tempat

(Winarto, 2017). Adapun gerakan non lokomotor pada olahraga renang adalah;

berdiri membelakangi dinding kolam, salah satu kaki diangkat menempel pada

dinding kolam, dan meluruskan kedua lengan sejajar di atas permukaan air serta

jari - jari dan telapak tangan menghadap dasar kolam.

Gerakan locomotor adalah aktivitas jasmani atau gerakan yang sengaja

dilakukan dengan berpindah tempat (Winarto, 2017). Adapun gerakan locomotor

pada olahraga renang, yaitu; meluncur di bawah permukaan air, meluruskan ke

dua lengan ke depan sejajar di bawah permukaan air tapak menghadap dasar

kolam, dada, perut senantiasa sejajar dengan ke dua lengan dan kaki, dan
14

meluruskan ke dua tungkai ke belakang, telapak kaki menghadap permukaan air.

Sedangkan manipulasi gerak adalah gerakan yang sengaja dilakukan dengan

memanipulasi gerakan lengan, tungkai, dan kepala (Winarto, 2017). Contoh

gerakan manipulasi dalam renang adalah: gerakan lengan yaitu ke dua lengan

menarik dan mendorong air dari depan ke belakang, mengangkat dan memutar

lengan secara bergantian di atas permukaan air kemudian meluruskan ke depan.

Teknik renang gaya bebas (crawl/freestyle) meliputi beberapa unsur

gerakan yaitu: posisi tubuh, gerakan lengan, gerakan tungkai, gerakan

pengambilan nafas dan gerakan koordinasi (I. N. Marani, 2019).

a. Posisi tubuh

Posisi tubuh pada gaya bebas harus berada pada posisi horizontal,

lurus atau yang sering di sebut dengan posisi streamlined. Posisi pinggul juga

usahakan sedikit lebih rendah dari posisi bahu. Pada saat posisi wajah berada

di bawah permukaan air, maka permukaan air harus dapat memotong di

tengah – tengah bagian kepala. Pandangan mata harus melihat ke arah bawah

depan lantai kolam renang. Pada saat berenang, harus ada rotasi dari bahu dan

tubuh bagian atas secara terus menerus. Kepala harus tetap stabil, kecuali saat

memutar ke samping untuk mengambil nafas.


15

Gambar 2.1. Posisi Tubuh Gaya Bebas

Sumber: (Evans, 2007)

b. Gerakan Lengan

Gerakan lengan merupakan faktor yang utama dalam melakukan

renang gaya bebas Gerakan maju perenang gaya bebas, lebih banyak

ditentukan oleh pukulan lengan dari pada pukulan kakinya. Oleh sebab itu

kegagalan melakukan teknik gerakan renang dengan baik, akan berpengaruh

besar terhadap laju ke depan seorang perenang. Gerakan lengan pada gaya

bebas terdiri dari fase – fase, yaitu: 1) Fase masuk permukaan air (Entry), 2)

Fase Menarik (Catch Phase), 3) Fase Menarik dan mendorong (Propulsive

Phase), dan 4) Fase Istirahat (Recovery) (A. S. dan I. N. Marani, 2019).

1) Fase Masuk Permukaan Air (Entry).

Fase masuk permukaan air (fase entry) dimulai ketika lengan

masuk permukaan air dengan menggunakan ujung - ujung jari, dengan

posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup). Sudut kemiringan

yang dibentuk antara telapak tangan dengan permukaan air berkisar 30 -

40. Saat tangan masuk ke permukaan air, usahakan untuk melakukan


16

jangkauan sejauh mungkin lurus ke depan atau jangkauan maksimal

dengan bantuan gerakan memutar bahu dan tubuh pada rotasinya.

Gambar 2.2. Fase Masuk Permukaan Air (Entry)

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

2) Fase Menarik dan Mendorong (Propulsion Phase).

Propulsion phase merupakan fase yang menggerakkan tubuh ke

arah depan. Fase ini terdiri dari fase menarik (pull) dan fase mendorong

(push). Untuk dapat memahami fase menarik, perlu digambarkan bahwa

tubuh pada dasarnya mempunyai garis tengah atau garis sumbu yang

sifatnya khayal. Garis ini sering di sebut dengan nama garis pusat (centre

line). Fase menarik dilakukan dengan cara menarik hingga jari tangan

berada pada beberapa posisi yaitu: agak jauh, mendekati garis pusat

ataupun menyilang tubuh dan memotong garis pusat. Sedangkan untuk

fase mendorong, dikerjakan setelah fase menarik selesai dilakukan/telah

berakhir. Akhir dari fase mendorong adalah bagian bawah dari paha,

dengan patokan ibu jari menyentuh bagian samping paha.


17

Gambar 2.3. Fase Menarik dan Mendorong (Propulsion Phase)

Sumber :(I. N. Marani, 2019)

3) Fase Istirahat (Recovery)

Fase istirahat dilakukan setelah fase menarik dan mendorong

dengan cara siku keluar dari permukaan air yang diikuti oleh lengan

bagian bawah, pergelengan tangan dan tangan. Gerakan selanjutnya,

lengan bawah bergerak mendekat ke arah kepala dan pada saat masuk ke

dalam air posisi tangan berada di bawah siku. Saat melakukan fase ini,

mulai dari keluar permukaan air hingga masuk ke dalam air usahakan

posisi siku berada lebih tinggi dari bagian lengan yang lain. Fase inipun

diikuti dengan proses pengambilan nafas untuk menjaga keselarasan

tubuh.
18

Gambar 2.4. Fase Istirahat (Recovery)

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

c. Gerakan Kaki

Gerakan kaki pada gaya bebas bukan hanya naik turun tetapi juga ke

samping mengikuti putaran tubuh. Putaran tubuh serta gerakan kaki harus

dilakukan dalam satu garis yang sama yaitu garis lurus dengan menjaga

batasan pusaran yang disebabkan oleh tubuh bagian atas. Kedalaman paha dari

atas permukaan air ketika melakukan gerakan ke bawah atas saat memukul

dan melecut adalah 20 – 25 cm, sedangkan kedalaman tungkai kaki bagian

bawah/telapak kaki dari permukaan air ketika melakukan pukulan dan lecutan

sekitar 30 – 35 cm.

Kedalaman dan lebar tendangan memiliki batas. Gerakan kaki dimulai

dari pinggul yang dilanjutkan dengan gerakan lutut yang fleksibel dan di

akhiri lecutan pergelangan kaki. Irama gerakan kaki terdiri dari beberapa

macam, yaitu: Naik turun mengarah lurus (flutter kick), Naik turun dengan 6

pukulan kaki (the six beat kick), Naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four
19

beat kick atau the broken tempo kick), Naik turun dengan 2 pukulan kaki (the

two beat kick) dan Naik turun dengan 2 pukulan kaki menyilang (the two beat

crossover kick).

Gambar 2.5. Gerakan Kaki Gaya Bebas

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

d. Pernafasan (Breathing)

Pada saat melakukan gerakan mengambil nafas, lakukan pergerakan

memutar kepala ke samping dengan sebagian wajah berada di dalam air lalu

memutar kepala kembali ke dalam air secara halus. Saat kepala memutar ke

samping, lakukan pengambilan nafas dengan menggunakan mulut dan saat

kepala memutar masuk kembali ke dalam air lakukan penghembusan mulut

dengan menggunakan hidung. Pada saat melakukan renangan, perenang tidak

boleh menahan nafas agar tidak menganggun renangan tersebut.

Saat melakukan pernafasan tetap memperhatikan posisi kepala maupun

arah pandangan. Pada saat melakukan gerakan memutar kepala ke samping,


20

maka posisi dagu perenang mengikuti bahu ke arah mana perenang

mengambil nafas dengan telinga pada sisi yang lainnya berada di dalam air.

Ketika melakukan pernafasan, mata perenang tetap harus focus baik pada saat

di dalam permukaan air maupun pada saat kepala memutar ke arah samping.

Usahakan arah pandangan mata melihat ke arah jam 10 atau jam 2, ketika

perenang melakukan gerakan memutar kepala ke samping. Dalam melakukan

pernafasan, maka pola pernafasan ini harus menjadi suatu pola yang teratur

dalam satu siklus gerak renang (stroke).

Gambar 2.6. Gerakan Pengambilan Nafas Saat Renang Gaya Bebas

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

e. Renangan Lengkap (Koordinasi Lengan – Kaki – Nafas)

Adapun urutan renangan lengkap (koordinasi tangan – nafas – kaki)

gaya bebas secara sederhana adalah sebagai berikut:

1) Saat tangan kanan masuk permukaan air dengan melalui ujung-ujung

jari, tangan kiri melakukan tarikan dan kepala masuk ke permukaan

air. Serentak dengan gerakan ini kaki kiri memukul permukaan air,

sedangkan kaki kanan bergerak ke atas.


21

2) Tangan kanan bergerak terus masuk permukaan air, sementara tangan

kiri terus mendorong. Bersamaan dengan gerakan itu, kaki kanan

bergerak memukul permukaan air, sementara kaki kiri sebaliknya

melakukan gerakan ke atas.

3) Sementara tangan kanan membuka ke samping tubuh, hingga sejajar

dengan garis bahu, tangan kiri mengakhiri dorongan. Serentak dengan

gerakan ini kaki kanan mengakhiri pukulannya untuk segera

mengangkat ke atas.

4) Akhir dari membuka tangan kanan dilanjutkan dengan raihan air untuk

kemudian membentuk sudut pada sikut untuk melakukan tarikan.

Sementara itu tangan kiri telah mengakhiri dorongan yang berakhir di

samping paha. Bersamaan dengan gerakan ini kaki kiri selesai

memukul air untuk selanjutnya bergerak ke atas, di mana kaki kanan

akan segera memukul permukaan air.

5) Tangan kanan langsung meraih air dengan membentuk sudut pada

siku. Bersamaan dengan gerakan ini tangan kiri dengan sikut diangkat,

sedangkan irama kaki kanan bergerak akan melakukan lecutan dan

kaki kiri naik untuk melakukan istirahat.

6) Akhir dari angkatan siku tinggi, dari tangan kiri dilanjutkan dengan

masuknya ujung jari tangan ke permukaan air, sedangkan tangan kanan

segera mulai melakukan dorongan, serentak dengan gerakan itu kaki

kiri melakukan pukulan dan kaki kanan bergerak ke atas untuk

istirahat.
22

7) Tangan kiri terus bergerak masuk permukaan air dengan telapak

tangan menghadap ke luar untuk membuka ke samping, tangan kanan

terus bergerak mendorong menyusur tubuh. Bersamaan dengan

gerakan ini, kaki kiri yang baru melakukan pukulan bergerak ke atas,

sedangkan kaki kanan segera akan melakukan pukulan lanjutan.

8) Akhir masuknya tangan kiri ke permukaan air dan setelah membuka ke

samping selebar bahu, dilanjutkan dengan raihan air untuk membentuk

sudut dari sikut. Tangan kanan segera mengakhiri dorongan, serentak

dengan gerakan ini kepala mulai dipalingkan ke arah kaki untuk

mengambil udara, sedangkan kaki kanan memukul dan kaki kiri

melakukan istirahat.

9) Tangan kiri terus bergerak menarik dan membentuk sudut di bawah

tubuh, sedangkan tangan kanan berakhir di samping tubuh setelah

melakukan dorongan, bersamaan dengan itu kaki kanan memukul air,

sedangkan kaki kiri bergerak ke atas untuk istirahat.

10) Segera siku diangkat membentuk siku tinggi di atas permukaan air,

kemudian tangan kiri terus bergerak meraih air dengan mempertajam

sudut yang dibentuk pada sikut. Kepala yang dipalingkan ke kanan

untuk mengambil udara, bergerak kembali mengikuti gerakan tangan

kanan untuk segera masuk permukaan air. Maka kaki kanan bergerak

memukul air dan kaki kiri ke atas untuk melakukan istirahat.

11) Kembali tangan kanan membentuk sikut tinggi di atas permukaan air,

kepala di bawah permukaan air dengan pandangan agak lurus ke


23

depan, tangan kiri terus bergerak melakukan tarikan untuk dilanjutkan

dengan dorongan, sedangkan kaki kiri bergerak kembali memukul air

dan kaki kanan bergerak ke atas untuk istirahat.

Gambar 2.7. Renangan Lengkap (Koordinasi Lengan – Kaki – Nafas)

Sumber: (I. N. Marani, 2019)

Untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang, dibutuhkan

latihan untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi,

kekuatan, dan kapasitas aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga

yang melombakan kecepatan atlet renang dalam kemampuan berenang. Perenang

yang memenangkan lomba renang merupakan perenang yang dapat

menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Oleh karena itu, salah satu komponen yang

sangat menunjang prestasi olahraga renang adalah koordinasi mata, tangan, kaki.
24

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu

keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam

melakukan keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat

mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain

sehingga gerakannya menjadi efektif. Tingkatan baik dan tidaknya koordinasi

gerak seseorang tercermin dalam kemampuan untuk melakukan suatu gerakan

secara mulus, tepat, cepat, efektif dan efisien.

Salah satu gaya yang memiliki teknik renang yang efisien adalah gaya

bebas. Karena renang gaya bebas adalah gaya yang menggunakan gerakan

mengayunkan tangan lewat atas permukaan air atau gaya crawl (Hartoto, 2015).

Pergerakan dari renang gaya bebas terdiri dari gerakan lengan dan gerakan

tungkai disertai dengan gerakan bernafas. Keuntungan dari renang gaya bebas

yaitu pola gerak kayuhan lengan yang paling efisien, memiliki hambatan air yang

kecil, dan memiliki pola gerak yang efisien (Harun Ar-Rasyid, 2016). Karena

gerakan lengan pada renang gaya crawl berperan terutama sebagai tenaga

pendorong atau penggerak di samping sebagai pengatur keseimbangan tubuh,

Dimana gerakan yang dilakukan oleh perenang gaya bebas dalam satu kayuhan

adalah entry, pull, push, dan recovery.

Berdasarkan pendekatan sistem dinamis dan penelitian yang dilakukan

oleh Seifert, Chollet, et al. (2004) menyatakan bahwa kecepatan, laju kayuhan

dan rasio laju kayuhan / panjang kayuhan merupakan kendali parameter dalam

renang, karena dapat menyebabkan perubahan koordinasi yang diindeks oleh

parameter orde atau indeks koordinasi. Oleh karena itu, berdasarkan teori – teori
25

di atas dapat disimpulkan bahwa renang gaya bebas adalah suatu renangan yang

dilakukan dengan posisi badan menelungkup, lengan digerakkan secara

bergantian dengan gerakan mendayung dari depan ke belakang serta gerakan

tungkai yang naik turun bergantian dengan gerak mencambuk.

2. Hakikat Koordinasi Mata, Tangan dan Kaki

Koordinasi merupakan salah satu unsur penting untuk dapat menguasai

keterampilan dalam olahraga. Karena koordinasi merupakan salah satu elemen

yang relative sulit di definisikan secara tepat. Hal ini disebebabkan karena

fungsinya sangat terkait dengan elemen - elemen kondisi fisik dan sangat

ditentukan oleh kemampuan system persarafan pusat. Untuk dapat melakukan

gerakan atau keterampilan dari yang mudah, sederhana sampai yang rumit, maka

setiap orang diatur dan diperintah dari sistem syaraf pusat yang sudah disimpan di

dalam memori terlebih dahulu. Jadi untuk dapat melakukan gerakan koordinasi

yang benar diperlukan juga koordinasi sistem yaraf yang meliputi sistem syaraf

pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan sendi.

Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat

kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien (Irianto, 2009). Menurut Jonath

dan Krempel dalam Syafrudin (2011), koordinasi merupakan kerjasama system

persarafan pusat sebagai system yang telah diselaraskan oleh proses rangsangan

dan hambatan serta otot rangka pada waktu jalannya gerakan secara terarah.

Sedangkan Suharno dalam Syafrudin (2011) berpendapat bahwa koordinasi

adalah kemampuan seseorang merangkaikan beberapa unsur gerak menjadi suatu


26

gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya. Ada juga yang berpendapat bahwa

koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerak dengan berbagai tingkat

kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan (Lutan, 2000).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa koordinasi merupakan kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat

kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang telah diselaraskan oleh

proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka sehingga dapat tercipta gerakan

yang cepat dan efisien. Sehingga sangat jelas bahwa koordinasi sangat dibutuhkan

bagi seorang atlet, karena koordinasi sering kali dikaitkan dengan kualitas

gerakan. Semakin baik tingkat koordinasi seseorang maka semakin baik pula

kualitas gerakan yang ditampilkan (Syafrudin, 2011).

Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari

pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif.

Sehingga dapat dikatakan bahwa koordinasi diperlukan hampir disemua cabang

olahraga yang dipertandingkan maupun permainan. Tingkatan baik atau tidaknya

koordinasi gerak seorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu

gerakan secara mulus, tepat, cepat, dan efisien. Adapun indicator utama dari

koordinasi adalah ketepatan dan gerak yang ekonomis (Sukadiyanto, 2005).

Dengan demikian koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari

kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan

efisien. Dimana komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf,

tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler. Kordinasi


27

neuromuskuler adalah setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu yang

tepat serta gerakannya mengandung tenaga (Sukadiyanto, 2005).

Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang baik, banyak sekali faktor

yang mempengaruhinya. Faktor -faktor penentu koordinasi adalah (Ismaryati,

2008):

a. Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet

dan basil dari latihan.

b. Tergantung tonus dan elastisitas dari otot.

c. Baik tidaknya keseimbangan dan kelincahan.

d. Koordinasi kerja saraf, otot dan panca indera.

Ada juga yang berpendapat bahwa faktor yang membatasi kemampuan

koordinasi gerakan menurut Jonath Krempel dalam Syafrudin (2011) adalah

kemampuan fisiologi saraf, otot - otot saraf sensoris dan mekanis, kemampuan

koordinasi gerakan ditentukan oleh faktor kemampuan fisik, perbendaharaan

gerakan dan faktor kemampuan analisatoris. Pada dasarnya koordinasi dibedakan

menjadi dua macam, yaitu: koordinasi umum dan koordinasi khusus

(Sukadiyanto, 2005).

a. Koordinasi umum.

Koordinasi umum melibatkan semua atau sebagian besar otot -

otot, system syaraf, dan persendian. Untuk itu, pada koordinasi umum

diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang

lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga
28

dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum

merupakan dasar untuk mengembangkan koordinasi khusus.

b. Koordinasi khusus.

Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota

badan, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah

anggota badan secara simultan (Sukadiyanto, 2005). Pada umumnya setiap

teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara

pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Oleh karena itu, koordinasi khusus

merupakan pengembangan dari koordinasi umum yang dikombinasikan

dengan kemampuan lain yang sesuai dengan karakteristik cabang

olahraga.

Gerakan keterampilan dalam cabang olahraga membutuhkan koordinasi

dari beberapa bagian anggota tubuh. Sehingga koordinasi merupakan salah satu

unsur penting untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga. Hal ini

disebabkan bahwa gerakan keterampilan tersebut tidak mungkin hanya dilakukan

oleh salah satu bagian anggota badan saja. Sugiyanto dalsam Rosalina dkk

(Rosalina Wardani, 2020) mengemukakan bahwa gerakan keterampilan

merupakan salah satu jenis kegiatan yang di dalam pelaksanaannya memerlukan

koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian - bagian tubuh secara keseluruhan.
29

Menurut Harsono dalam Rosalina dkk (Rosalina Wardani, 2020),

berdasarkan kemampuan gerak/skillnya sendiri, koordinasi terbagi atas:

a. Koordinasi Mata dan kaki (foot eye cooordination)

Koordinasi mata-kaki merupakan salah satu kemampuan fisik yang

sangat berpengaruh dalam olahraga renang. Banyak gerakan - gerakan

dalam renang yang memerlukan koordinasi dan salah satu koordinasi

tersebut adalah koordinasi mata-kaki. Salah satu contoh gerakan yang

membutuhkan koordinasi mata – kaki adalah saat melakukan gerakan

ayunan kaki (kicking). Karena saat melakukan gerakan ayunan kaki

(kicking) tetap membutuhkan mata untuk dapat menjaga posisi tubuh agar

tetap berada posisi streamlined.

b. Koordinasi Mata dan Tangan (Eye Hand coordination)

Koordinasi mata-tangan akan menghasilkan timming dan akurasi.

Timming berorientasi pada ketepatan waktu, akurasi berorientasi pada

ketepatan sasaran. Melalui timming yang baik, perkenaan antara tangan

dengan objek akan sesuai dengan keinginan sehingga akan menghasilkan

gerakan yang efektif. Akurasi akan menentukan tepat tidaknya objek yang

akan dituju. Koordinasi mata - tangan merupakan kemampuan mata untuk

mengintegrasikan rangsangan yang diterima dan tangan sebagai fungsi

penggerak untuk melakukan gerakan sesuai yang diinginkan.

Gerakan dalam renang terutama gaya bebas yang menggunakan

koordinasi mata-tangan adalah pada saat melakukan gerakan kayuhan

lengan. Pada saat melakukan gerakan kayuhan lengan, maka diperlukan


30

koordinasi dengan mata. Karena saat melakukan gerakan ayunan lengan

tetap membutuhkan mata untuk dapat menjaga posisi tubuh agar tetap

berada posisi streamlined.

c. Koordinasi Mata tangan dan kaki (over all coordination)

Koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan

seseorang dalam mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam

merangkai berbagai gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara

tepat dan menyeluruh dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai

dengan tujuan.

Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari

perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Salah satu olahraga

menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga

renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan

tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat

mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain.

Koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam

mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai gerakan

menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan tepat

dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan (Pamugar, 2016).

Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta tekhnik pengambilan

nafas dan dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan

hasil gerakan yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya
31

dalam renang yang menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya

bebas. Dimana gerakan renang gaya bebas yang dimulai dengan tahap start

meluncur dalam air (under water), gerakan kaki dan lengan dan dilanjutkan

dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan kaki dan nafas. Karena

keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam melakukan

gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan

tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu

aktivitas siklik dan meningkatkan otomatisasi gerakan. Penampilan renang

kompetitif terkait erat dengan sifat antropometri, gaya pendorong (propulsive

forces), gaya hambat pasif dan aktif (passive and active drag) dan rasio panjang

stroke / panjang stroke (the stroke rate/stroke length ratio) (Ludovic Seifert et al.,

2014).

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa koordinasi mata-tangan-

kaki juga mempengaruhi performa pada renang gaya bebas (Ludovic Seifert,

Chollet, & Bardy, 2004). Koordinasi mata-tangan-kaki saat berenang dapat

memberikan informasi tentang control motoric yang dapat membantu pelatih dan

perenang untuk mendeteksi dengan lebih baik untuk mendapatkan pola optimal

agar mencapai kecepatan pada saat pertandingan. Ide utamanya adalah dalam

berenang terutama pada saat melakukan renang gaya bebas diperlukan suatu pola

koordinasi yang dapat dilihat sebagai property fungsional pada perenang yang

dapat membantu perenang menyesuaikan gerakan mereka untuk mengubah

hambatan dalam renang (Glazier & Davids, 2009). Perubahan pola koordinasi
32

biasanya berupa transisi fase non ekuilibrium, mengikuti destabilisasi pola stabil

sebelumnya.

Koordinasi mata-tangan-kaki dalam renang gaya bebas adalah salah

satu faktor terpenting yang berkontribusi pada pembentukan gaya pendorong.

Tiga pola utama koordinasi mata-tangan-kaki biasanya merujuk pada: (I)

koordinasi mengejar yang terdiri dari jeda waktu antara fase pendorong kedua

lengan; (ii) pola koordinasi superposisi yang terdiri dari tumpang tindih fase

pendorong kedua lengan; (iii) pola ketiga mengacu pada pola oposisi; satu

lengan memulai fase tarik pada waktu yang sama persis saat lengan lainnya

menyelesaikan fase dorong (F. Potdevin, B. Bril, M. Sidney, 2006). Koordinasi

mata-tangan-kaki gaya bebas terbukti bergantung pada banyak faktor seperti

karakteristik nomor pertandingan (yaitu jarak pertandingan seperti 50 m, 100

m, 200 m dan seterusnya) dan tingkat performa. Perenang ahli, koordinasi

lengan bergeser dari mode mengejar ke superposisi saat kecepatan balapan

meningkat.

Dari beberapa pendapat yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai

gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan

tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan.


33

3. Hakikat Frekuensi Kayuhan Lengan

Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam olahraga renang adalah

membangkitkan tenaga dorong agar perenang dapat bergerak maju secara efisien.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hidayat dalam Ria (Farlianti,

2014): “Usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada teknik renang yaitu

dengan jalan menghasilkan gaya propulsive (propulsive force) yang sebesar –

besarnya dan mengurangi gaya resisten (retardation) menjadi seminimal

mungkin”. Pada saat melakukan teknik berenang terdapat beberapa hal yang dapat

membuat seorang perenang dapat bergerak maju, yaitu: gaya apung, titik gaya

apung, titik gaya berat, keseimbangan, gaya dorong (propulsive) daya angkat

(lift), dan hambatan atau resistance (drag foce) (Richards, 2004). Sedangkan

untuk memperoleh kecepatan berenang merupakan hasil dua kekuatan, yaitu satu

kekuatan yang menahan dan satu kekuatan yang mendorong. Kekuatan yang

menahan dinamakan resistance (drag) yang disebabkan oleh perpindahan air

selama melakukan tarikan saat berenang. Kekuatan yang mendorong dinamakan

dorongan (propulsion) dan kekuatan dorongan dihasilkan dari teknik gerakan

lengan dan tungkai perenang (Farlianti, 2014),

Waktu terbaik atlet renang sangat dipengaruhi oleh kecepatan, sehingga

semakin cepat kecepatan berenang seorang atlet waktu yang diperlukan untuk

menempuh jarak tertentu akan semakin singkat. Namun demikian, kecepatan saja

tidak dapat menjamin seorang atlet renang dapat berprestasi dalam renang karena

prestasi renang juga didukung oleh faktor - faktor lain. Prestasi renang sangat

dipengaruhi oleh faktor yang kompleks yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja
34

perenang (Susanto, 2017). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas

kinerja perenang adalah teknik renang. Karena dengan teknik yang benar akan

dapat menunjang tercapai gerakan yang efisien.

Efisiensi gerakan berpengaruh terhadap waktu dan tenaga yang digunakan

selama berenang. Semakin efisien gerakan bisa ditandai dengan waktu yang

semakin singkat dan atau tenaga yang digunakan semakin sedikit (Susanto, 2017).

Berenang yang efisien dapat dilihat sebagai menempuh jarak tertentu dalam

satuan waktu sekecil mungkin, sehingga menjadikan kecepatan sebagai konsep

utama dalam renang. Oleh karena itu, kecepatan dalam renang dikaitkan dengan

panjang kayuhan dan laju kayuhan (Madureira, Bastos, Corrêa, Rogel, &

Freudenheim, 2012).

Laju kayuhan (stroke rate) mengacu pada jumlah total siklus yang

dilakukan oleh satu lengan selama satuan waktu tertentu, dan panjang kayuhan

(stroke length) mengacu pada jarak yang ditempuh perenang ke depan selama

setiap siklus lengan (Madureira et al., 2012). Sedangkan untuk mengetahui tingkat

efisiensi gerakan renang dihitung dari jumlah siklus untuk menyelesaikan jarak

renangan. Salah satu siklus gerakan yang dapat dihitung adalah gerakan lengan

gaya bebas. Satu siklus gerakan lengan gaya bebas adalah satu kali gerakan

lengan kanan penuh ditambah satu kali gerakan lengan kiri penuh sampai kembali

ke posisi awal (Cecil M. Colwi, 2002).

Gerakan lengan pada gaya bebas terdiri dari fase – fase, yaitu: 1) Fase

masuk permukaan air (Entry), 2) Fase Menarik (Catch Phase), 3) Fase Menarik
35

dan mendorong (Propulsive Phase), dan 4) Fase Istirahat (Recovery) (A. S. dan I.

N. Marani, 2019).

a. Fase Masuk Permukaan Air (Entry).

Fase masuk permukaan air (fase entry) dimulai ketika lengan

masuk permukaan air dengan menggunakan ujung - ujung jari, dengan

posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup). Sudut kemiringan

yang dibentuk antara telapak tangan dengan permukaan air berkisar 30 -

40. Saat tangan masuk ke permukaan air, usahakan untuk melakukan

jangkauan sejauh mungkin lurus ke depan atau jangkauan maksimal

dengan bantuan gerakan memutar bahu dan tubuh pada rotasinya.

b. Fase Menarik dan Mendorong (Propulsion Phase).

Propulsion phase merupakan fase yang menggerakkan tubuh ke

arah depan. Fase ini terdiri dari fase menarik (pull) dan fase mendorong

(push). Untuk dapat memahami fase menarik, perlu digambarkan bahwa

tubuh pada dasarnya mempunyai garis tengah atau garis sumbu yang

sifatnya khayal. Garis ini sering di sebut dengan nama garis pusat (centre

line). Fase menarik dilakukan dengan cara menarik hingga jari tangan

berada pada beberapa posisi yaitu: agak jauh, mendekati garis pusat

ataupun menyilang tubuh dan memotong garis pusat. Sedangkan untuk

fase mendorong, dikerjakan setelah fase menarik selesai dilakukan/telah

berakhir. Akhir dari fase mendorong adalah bagian bawah dari paha,

dengan patokan ibu jari menyentuh bagian samping paha.


36

c. Fase Istirahat (Recovery)

Fase istirahat dilakukan setelah fase menarik dan mendorong

dengan cara siku keluar dari permukaan air yang diikuti oleh lengan

bagian bawah, pergelengan tangan dan tangan. Gerakan selanjutnya,

lengan bawah bergerak mendekat ke arah kepala dan pada saat masuk ke

dalam air posisi tangan berada di bawah siku. Saat melakukan fase ini,

mulai dari keluar permukaan air hingga masuk ke dalam air usahakan

posisi siku berada lebih tinggi dari bagian lengan yang lain. Fase inipun

diikuti dengan proses pengambilan nafas untuk menjaga keselarasan

tubuh.

Oleh karena itu, dalam olahraga renang kayuhan lengan menjadi unsur

yang paling penting. Karena tanpa kayuhan tangan tidak mungkin luncuran yang

dihasilkan akan jauh. Luncuran terjadi karena adanya tenaga tarikan yang

diberikan pada benda yang bergerak yaitu air. Hal ini diperkuat oleh hukum gerak

yang kedua dari Newton yaitu hukum percepatan yang dimana percepatan yang

mempengaruhinya dan arahnya sama dengan arah tenaga yang mempengaruhi.

Hukum ini menetapkan bahwa percepatan sebuah benda akan: a) Berbanding

lurus dengan besar tenaga penyebabnya dan b) Berbanding balik dengan massa

bendanya (Huub M. Toussaint, A. Peter Hollander, Coen van den Berg, 2000).

Gerakan lengan pada renang gaya crawl berperan terutama sebagai tenaga

pendorong atau penggerak di samping sebagai pengatur keseimbangan tubuh,

Dalam pergerakan tersebut, ada perenang yang lebih lama mengayuh dan
37

menghasilkan frekuensi kayuhan yang lebih sedikit, tetapi kemungkinan

berenangnya lebih laju. Ada juga perenang yang mengayuh lebih cepat sehingga

menghasilkan kayuhan lebih banyak tetapi kemungkinan lajunya kurang. Karena

panjangnya kayuhan (gerakan lengan) dan frekuensi kayuhan lengan (kecepatan

stroke) dapat mengatur kecepatan rata – rata perenang.

Seorang perenang yang terampil cenderung menggunakan gerakan lengan

yang panjang dan cepat. Karena untuk meningkatkan kecepatan, perenang

biasanya mencoba melakukan gerakan lengan yang lebih lama menjadi gerakan

lengan yang lebih cepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor penting

pencapaian prestasi renang adalah efisiensi gerakan renang. Efisiensi gerakan

renang menjadi faktor penting dalam pencapaian prestasi renang karena dalam

mencapai prestasi renang diukur dengan waktu yang selalu berhubungan erat

dengan kecepatan. Karena kecepatan berenang dapat dicapai karena gerakan yang

dilakukan secara efisien.

Efisiensi dalam berenang dapat diukur dari waktu dan banyaknya gerakan

untuk menempuh jarak tertentu. Untuk mengetahui efisiensi dalam berenang

dengan cara melakukan penghitungan kayuhan. Oleh karena itu, kecepatan renang

gaya bebas dipengaruhi oleh kayuhan lengan yang mempunyai dua unsur penting

yaitu frekuensi kayuhan (stroke rates) dan panjang kayuhan (stroke lengths).

Keduanya adalah satu rangkaian penuh gerakan lengan, dimana satu rangkaian

lengan penuh dalam renang disebut dengan siklus

Frekuensi kayuhan adalah banyaknya siklus kayuhan lengan dalam satu

menit (siklus per menit) atau waktu untuk menyelesaikan satu siklus gerakan
38

lengan (detik per siklus) (Susanto, 2017). Satu siklus gerakan lengan gaya

bebas adalah satu kali gerakan lengan kanan penuh ditambah satu kali gerakan

lengan kiri penuh sampai kembali ke posisi awal. Frekuensi kayuhan dan

panjang kayuhan harus berkombinasi dengan tepat agar kecepatan yang

dihasilkan bisa maksimal. Seorang atlet bisa berenang dengan cepat pada saat

terjadi kombinasi yang optimal antara panjang kayuhan dan frekuensi kayuhan.

Berdasarkan dari teori – teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa

frekuensi kayuhan lengan adalah jumlah total siklus yang dilakukan oleh satu

lengan selama satuan waktu tertentu.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap Hasil

Renang 50 Meter Gaya Bebas

Koordinasi merupakan salah satu unsur penting untuk dapat menguasai

keterampilan dalam olahraga. Koordinasi merupakan kemampuan melakukan

gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang

telah diselaraskan oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka

sehingga dapat tercipta gerakan yang cepat dan efisien. Sehingga sangat jelas

bahwa koordinasi sangat dibutuhkan bagi seorang atlet, karena koordinasi sering

kali dikaitkan dengan kualitas gerakan. Semakin baik tingkat koordinasi seseorang

maka semakin baik pula kualitas gerakan yang ditampilkan. Koordinasi yang baik

dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak

yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa
39

koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang dipertandingkan

maupun permainan. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak seorang

tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus,

tepat, cepat, dan efisien.

Dengan demikian koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari

kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan

efisien. Dimana komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf,

tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler. Gerakan

keterampilan dalam cabang olahraga membutuhkan koordinasi dari beberapa

bagian anggota tubuh. Sehingga koordinasi merupakan salah satu unsur penting

untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga. Hal ini disebabkan bahwa

gerakan keterampilan tersebut tidak mungkin hanya dilakukan oleh salah satu

bagian anggota badan saja.

Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari

perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Salah satu olahraga

menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga

renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan

tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat

mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain.

Koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam

mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai gerakan

menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan tepat

dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan.


40

Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta tehnik pengambilan

nafas dan dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan

hasil gerakan yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya

dalam renang yang menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya

bebas. Dimana gerakan renang gaya bebas yang dimulai dengan tahap start

meluncur dalam air (under water), gerakan kaki dan lengan dan dilanjutkan

dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan kaki dan nafas. Karena

keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam melakukan

gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan

tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu

aktivitas siklik dan meningkatkan otomatisasi gerakan.

Koordinasi mata-tangan-kaki saat berenang dapat memberikan

informasi tentang control motoric yang dapat membantu pelatih dan perenang

untuk mendeteksi dengan lebih baik untuk mendapatkan pola optimal agar

mencapai kecepatan pada saat pertandingan. Ide utamanya adalah dalam

berenang terutama pada saat melakukan renang gaya bebas diperlukan suatu

pola koordinasi yang dapat dilihat sebagai property fungsional pada perenang

yang dapat membantu perenang menyesuaikan gerakan mereka untuk

mengubah hambatan dalam renang. Koordinasi mata-tangan-kaki gaya bebas

terbukti bergantung pada banyak faktor seperti karakteristik nomor

pertandingan (yaitu jarak pertandingan seperti 50 m, 100 m, 200 m dan

seterusnya) dan tingkat performa. Perenang ahli, koordinasi lengan bergeser

dari mode mengejar ke superposisi saat kecepatan balapan meningkat.


41

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara koordinasi mata, kaki dan

tangan terhadap hasil renang gaya bebas 50 meter.

2. Hubungan Antara Frekuensi Kayuhan Lengan Terhadap Hasil

Renang 50 Meter Gaya Bebas

Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam olahraga renang adalah

membangkitkan tenaga dorong agar perenang dapat bergerak maju secara efisien.

Usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada teknik renang yaitu dengan

jalan menghasilkan gaya propulsive (propulsive force) yang sebesar – besarnya

dan mengurangi gaya resisten (retardation) menjadi seminimal mungkin. Pada

saat melakukan teknik berenang terdapat beberapa hal yang dapat membuat

seorang perenang dapat bergerak maju, yaitu: gaya apung, titik gaya apung, titik

gaya berat, keseimbangan, gaya dorong (propulsive) daya angkat (lift), dan

hambatan atau resistance (drag foce). Untuk memperoleh kecepatan berenang

merupakan hasil dua kekuatan, yaitu satu kekuatan yang menahan dan satu

kekuatan yang mendorong. Kekuatan yang menahan dinamakan resistance (drag)

dan kekuatan yang mendorong dinamakan dorongan (propulsion),

Waktu terbaik atlet renang sangat dipengaruhi oleh kecepatan, sehingga

semakin cepat kecepatan berenang seorang atlet waktu yang diperlukan untuk

menempuh jarak tertentu akan semakin singkat. Namun demikian, kecepatan saja

tidak dapat menjamin seorang atlet renang dapat berprestasi dalam renang karena

prestasi renang juga didukung oleh faktor - faktor lain. Prestasi renang sangat
42

dipengaruhi oleh faktor yang kompleks yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja

perenang. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja perenang

adalah teknik renang. Karena dengan teknik yang benar akan dapat menunjang

tercapai gerakan yang efisien.

Efisiensi gerakan berpengaruh terhadap waktu dan tenaga yang digunakan

selama berenang. Semakin efisien gerakan bisa ditandai dengan waktu yang

semakin singkat dan atau tenaga yang digunakan semakin sedikit. Berenang yang

efisien dapat dilihat sebagai menempuh jarak tertentu dalam satuan waktu sekecil

mungkin, sehingga menjadikan kecepatan sebagai konsep utama dalam renang.

Oleh karena itu, kecepatan dalam renang dikaitkan dengan panjang kayuhan dan

laju kayuhan.

Laju kayuhan (stroke rate) mengacu pada jumlah total siklus yang

dilakukan oleh satu lengan selama satuan waktu tertentu, dan panjang kayuhan

(stroke length) mengacu pada jarak yang ditempuh perenang ke depan selama

setiap siklus lengan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat efisiensi gerakan

renang dihitung dari jumlah siklus untuk menyelesaikan jarak renangan. Salah

satu siklus gerakan yang dapat dihitung adalah gerakan lengan gaya bebas. Satu

siklus gerakan lengan gaya bebas adalah satu kali gerakan lengan kanan penuh

ditambah satu kali gerakan lengan kiri penuh sampai kembali ke posisi awal.

Gerakan lengan pada gaya bebas terdiri dari fase – fase, yaitu: 1) Fase

masuk permukaan air (Entry), 2) Fase Menarik (Catch Phase), 3) Fase Menarik

dan mendorong (Propulsive Phase), dan 4) Fase Istirahat (Recovery). Gerakan

lengan pada renang gaya crawl berperan terutama sebagai tenaga pendorong atau
43

penggerak di samping sebagai pengatur keseimbangan tubuh, Dalam pergerakan

tersebut, ada perenang yang lebih lama mengayuh dan menghasilkan frekuensi

kayuhan yang lebih sedikit, tetapi kemungkinan berenangnya lebih laju. Ada juga

perenang yang mengayuh lebih cepat sehingga menghasilkan kayuhan lebih

banyak tetapi kemungkinan lajunya kurang. Karena panjangnya kayuhan (gerakan

lengan) dan frekuensi kayuhan lengan (kecepatan stroke) dapat mengatur

kecepatan rata – rata perenang.

Oleh karena itu, dalam olahraga renang kayuhan lengan menjadi unsur

yang paling penting. Karena tanpa kayuhan tangan tidak mungkin luncuran yang

dihasilkan akan jauh. Luncuran terjadi karena adanya tenaga tarikan yang

diberikan pada benda yang bergerak yaitu air. Seorang perenang yang terampil

cenderung menggunakan gerakan lengan yang panjang dan cepat. Karena untuk

meningkatkan kecepatan, perenang biasanya mencoba melakukan gerakan lengan

yang lebih lama menjadi gerakan lengan yang lebih cepat. Sehingga dapat

dikatakan bahwa faktor penting pencapaian prestasi renang adalah efisiensi

gerakan renang. Efisiensi gerakan renang menjadi faktor penting dalam

pencapaian prestasi renang karena dalam mencapai prestasi renang diukur dengan

waktu yang selalu berhubungan erat dengan kecepatan. Karena kecepatan

berenang dapat dicapai karena gerakan yang dilakukan secara efisien.

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara frekuensi kayuhan lengan

terhadap hasil renang gaya bebas 50 meter.


44

3. Hubungan Antara Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Dan Frekuensi

Kayuhan Lengan Secara Bersama-Sama Terhadap Hasil Renang 50

Meter Gaya Bebas

Berenang adalah aktivitas fisik yang dilakukan di air dengan

menggunakan anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh, dengan gerakan tubuh

di air seseorang dapat berpindah tempat. Untuk dapat berenang semakin cepat di

dalam air, maka perenang harus dapat mengurangi hambatan saat melakukan

gerakan renang. Adapun hambatan yang dimiliki dalam berenang adalah:

hambatan depan, hambatan belakang dan hambatan gesekan tubuh dengan air.

Oleh sebab itu, supaya terhindar dari hambatan-hambatan dalam kegiatan

berenang, maka seorang perenang harus memahami dasar belajar berenang

dengan baik. Dalam olahraga renang memiliki beberapa gaya yang memiliki

gerakan yang khas dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda, yaitu: gaya bebas,

gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu – kupu.

Salah satu gaya renang pertama dan mudah dipelajari oleh perenang

pemula adalah gaya bebas. Gaya bebas juga merupakan gaya yang tercepat dan

gaya yang paling sering dipertandingkan karena gerakan lengan dan tendangan

kaki yang dilakukan secara terus menerus memberikan kekuatan mendorong

secara terus menerus. Gaya bebas juga memiliki keunikan diantaranya adalah

mudah dan nyaman dilakukan karena hanya memerlukan sedikit tenaga dan

pernafasan yang teratur. Adapun teknik renang gaya bebas (crawl/freestyle)

meliputi beberapa unsur gerakan yaitu: posisi tubuh, gerakan lengan, gerakan

tungkai, gerakan pengambilan nafas dan gerakan koordinasi.


45

Renang merupakan olahraga air dengan gerak utama berupa gerak ayunan

lengan (stroke) dan gerakan menendang (kick) dengan koordinasi yang tepat untuk

menghasilkan tenaga dorong supaya tubuh secara keseluruhan dapat maju dan

bergerak cepat. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang melombakan

kecepatan atlet renang dalam kemampuan berenang. Perenang yang

memenangkan lomba renang merupakan perenang yang dapat menyelesaikan

jarak lintasan tercepat. Oleh karena itu, salah satu komponen yang sangat

menunjang prestasi olahraga renang adalah koordinasi mata, tangan, kaki.

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu

melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat

dalam melakukan keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat

mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain

sehingga gerakannya menjadi efektif. Tingkatan baik dan tidaknya koordinasi

gerak seseorang tercermin dalam kemampuan untuk melakukan suatu gerakan

secara mulus, tepat, cepat, efektif dan efisien.

Koordinasi mata-tangan-kaki yang terjadi pada gaya bebas adalah pada

saat tahapan koordinasi tangan – nafas – kaki. Gerak koordinasi gaya bebas

dimulai setelah meluncur kemudian gerakkan kaki naik turun, kemudian lakukan

satu gerakan nafas dengan diikuti gerakan lengan yang sedang melakukan

dorongan (push) di dalam air. Tengokkan muka ke samping kiri atau ke kanan,

hingga mulut berada di atas permukaan air, ambilah nafas dengan cepat melalui

mulut, akhiri gerakan ambil nafas bersamaan dengan akhir gerakan dorongan

(recovery) lengan di dalam air, pandangan tetap lurus ke depan.


46

Selain itu, gaya bebas juga merupakan salah satu gaya yang memiliki

teknik renang yang efisien karena gerakan lengannya dilakukan dengan cara

mengayunkan lengan di atas permukaan air secara bergantian. Keuntungan dari

renang gaya bebas yaitu pola gerak kayuhan lengan yang paling efisien, memiliki

hambatan air yang kecil, dan memiliki pola gerak yang efisien. Karena gerakan

lengan pada renang gaya bebas berperan sebagai tenaga pendorong atau

penggerak di samping sebagai pengatur keseimbangan tubuh, Dimana gerakan

yang dilakukan oleh perenang gaya bebas dalam satu kayuhan adalah entry, pull,

push, dan recovery.

Penampilan renang kompetitif terkait erat dengan sifat antropometri, gaya

pendorong (propulsive forces), gaya hambat pasif dan aktif (passive and active

drag) dan rasio panjang stroke / panjang stroke (the stroke rate/stroke length

ratio). Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara koordinasi mata-kaki-tangan dan

frekuensi kayuhan lengan secara bersama – sama terhadap hasil renang gaya

bebas 50 meter.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari kerangka konseptual dan

kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil

renang 50 meter gaya bebas.


47

2. Terdapat hubungan antara frekuensi kayuhan lengan hasil renang 50 meter

gaya bebas

3. Terdapat hubungan antara koordinasi mata, tangan dan kaki dan

frekuensi kayuhan lengan secara bersama-sama hasil renang 50 meter

gaya bebas

Anda mungkin juga menyukai