Anda di halaman 1dari 4

Rachmadani Nucha Ayuningrum

195080400111004 | A03

Resume materi Antropologi

Pada hari Kamis tanggal 01 April 2021, telah dilaksanakannya mata kuliah
Antropologi yang disampaikan oleh Pak Hipolitud Kristoforus Kewuel. Sebelum
memulai kelas Pak Hipo menjelaskan silabus yang akan beliau sampaikan materi
pada pertemuan ketujuh yang akan disampaikan. Pada pertemuan ketujuh ini akan
dijelaskan mengenai penggarapan Fieldnote sebagai basis dari bahan data
penelitian. Jadi merupakan bagaimana cara untuk mencatat hasil-hasil dari kerja
lapangan yang telah didapatkan. Akan dibahas mengenai bahasa dan catatan dari
etnografis serta jenis-jenis dari catatan lapangan. Pada Bahasa dan catatan
etnografis ada prinsip dari stratifikasi Bahasa dan prinsip harafiah. Pada jenis-jenis
catatan ada laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal dari penelitian lapangan
dan melakukan analisi serta interpretasi pada hasil dari catatan-catatan yang telah
didapatkan.

Pada kesempatan ini akan dijelaskan bagaimana menentukan catatan setelah kita
mendapatkan data yang dibutuhkan. Sebelumnya telah ditentukan tema dan tempat
untuk dilakukannya penelitian yang akan dilakukan. Setelah menentukan hal
tersebut seorang etnografer akan membuat suatu catatan-catatan etnografis, jadi
penelian tersebut mendapatkan catatan-catatan dari lapangan, bahwa adanya studi
pustaka dan jurnal yang telah digunakan sudah cukup baik namun itu belum
terhubung dengan kerja lapangnya. Membuat suatu catatan etnografis sudah dimulai
bahkan sebelum seorang peneliti bertemu dengan informan, catatan tersebut
didapat dari kesan, pengamatan dan keputusan yang telah dilakukan sebelum
melakukan kontak dengan informan bahkan sebelum menentukan tempat dari
penelitiannya. Sebelum berkontak dengan kita sudah mendapatkan sebuah catatan,
karena tanpa adanya suatu catatan nanti akan bingung bagaimana cara untuk
menghubungi informan tersebut, apa yang akan kita katakan kepada informan nanti,
apa yang akan seorang peneliti informasikan kepada informan tersebut kalua
seorang peneliti tidak memiliki sesuatu apapun. Karena itu sebelum menghubungi
seorang informan peneliti atau etnografer harus sudah memiliki sejumlah informasi
yang sudah tercatat sehingga saat melakukan kontak dengan informan sudah dapat
berbicara dengan terstruktur. Kesan dari pengamatan dan keputusan akan mungkin
terjadi apabila seorang peneliti sudah melakukan observasi awal ketempat.
Pencatatan akan kesan-kesan pertama saat observasi awal bisa menjadi makna
penting untuk kemudian hari nantinya, bisa jadi berbanding terbalik atau menjadi
sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan nantinya. Sehingga dengan hal
tersebut suatu catatan awal menjadi sangat penting. Pada observasi awal, informan
yang akan didapatkan oleh peneliti ialah seseorang yang mungkin tidak terduga dan
bisa juga orang yang kita kenal atau telah membuat janji. Infroman tersebut tidak
menjadi informan yang akan menjadi acuan pada penelitian namun menjadi
informan yang memberikan sedikit informasi awal. Informasi dari informan tersebut
sudah mulai dicatat. Infromasi tersebut dapat menjadi panduan untuk seorang
peneliti dalam menentukan informan seperti apa yang dibutuhkan. Jadi saat sudah
kelapangan seorang peneliti tidak boleh tidak memiliki informasi sama sekali.
Catatan etnografis merupakan catatan lapang yang didapatkan dari lapangan,
namun juga bisa berupa suatu perekaman, gambaran, atau artefak. Catatan
etnografis bukan hanya hasil dari sebuah wawancara namun menangkap suasana
yang ada, menangkap sesuatu yang ada di lapangan tersebut. Saat meneliti sesuatu
akan ada batasannya ditempat tersebut.

Membuat catatan akan berkaitan dengan bahasa, bagian utama dari catatan
etnografis terdiri atas catatan lapangan baik observasi, wawancara, rekaman, buku
harian, atau pada dokumen penting lainnya. Untuk membuat catatan ada banyaknya
sumber yang didapatkan. Dari awal sekali seorang peneliti harus dapat mengatasi
permasalahan Bahasa, jadi bagaimana membuat bahasa dari data yang didapatkan,
sehingga Bahasa menjadi sangat penting. Bahasa sangat memberikan pengaruh
terhadap penemuan etnografis dan deskripsi etnografis, pembuatan catatan
merupakan jembatan antara penentuan dengan deskripsi yang akan terhubung pada
proses tunggal yang kompleks. Penemuan etnografis didapatkan dari lapangan bisa
berupa rekaman atau observasi. Penemuan ini akan dilanjutkan dengan pembuatan
sebuat catatan etnografis, pembuatan catatan ini akan berkaitan dengan deskripsi.
Setelah dicatat maka akan ada kemungkinan bahwa dilapangan mendapatkan
penemuan etnografis yang baru lagi. Hal ini sangat bertimbal balik, hubungan timbal
balik ini menugaskan bahwa masing-masing dari langkah studi etnografi melibatkan
terjemahannya, waktu informan memberikan informasi seorang peneliti sudah
menggunakan kapasitas interpretasi.
Mengidentifikasi suatu bahasa dengan baik. Jadi adanya perbedaan Bahasa dalam
situasi lapangan, waktu berada dilapangan seorang peneliti akan menemu i Bahasa
yang ada dilapang. Namun saat akan mencatat tidak akan bertemu lagi dengan satu
dua Bahasa lain tetapi dengan situasi campuran. Apabila dilapangan seorang
peneliti akan mendapatkan Bahasa yang digunakan oleh informan, Bahasa tersebut
sangat khas sekali berkaitan dengan informan yang menjadi kunci. Bahasa dalam
hal tersebut ialah merupakan nuansa dan kata yang dipilih khas dari masing-masing
bagian tersebut. Setelah mendapatkan data dari beragam situasi tersebut, menjadi
persoalan seorang penelitian ialah harus membuat catatan lapangan etnografis.
Bahasa yang digunakan dalam catatan bukan hanya satu atau dua Bahasa saja
tetapi menggunakan Bahasa yang campuran, yaitu Bahasa etnografer dan Bahasa
campuran penggunaan Bahasa orang lain yang tidak teridentifikasi. Hal tersebut
sangat berbeda prinsipnya.

Selain memperhatikan penggunaan Bahasa yang digunakan dalam situasi lapangan,


seorang peneliti harus mampu membuat catatan harafiah. Catatan tersebut
mengartikan hal-hal dalam penggunaan Bahasa yang dilakukan dalam situasi
lapangan tersebut. Catatan harafiah didapatkan dari langsung dari informan, bukan
catatan yang telah diinterpretasi. Cara terbaik untuk membuat catatan harafiah
sesuai dengan prinsip ialah dengan melakukan perekaman selama wawancara.
Dengan melakukan rekaman seorang peneliti dapa mengulang kembali apa yang
telah diinformasikan, hal tersebut dapat dilakukan dalam pengambilan informasi data
dengan waktu yang cepat. Tetapi pada saat kondisi yang tidak cepat dan hubungan
dengan infroman sudah baik melakukan perekaman akan menghambat peneliti
dalam mendapatkan data yang asli. Kalau terus menerus selalu melakukan
perekaman maka infroman akan merasa kurang nyaman dan berbicara secara hati-
hati.

Bagaimana cara mengambil informasi untuk ditulis dalam catatan. Jenis-jenis


catatan lapangan yang pertama adalah laporan secara ringkas, catatan ini terjadi
saat kesempatan dengan informan tidak memungkinkan untuk melakukan suatu
catatan panjang dan hanya menulis poin-poin penting saja yang diberitahukan.
Laporan yang diperluasan ialah suatu catatan yang merupakan bentuk perluasan
dari catatan ringkas, seorang peneliti harus menulis secara detail infromasi yang
didapatkan. Jurnal penelitian lapangan atau fieldnote, perlu dibuat oleh seorang
peneliti yang dapat digunakan sebagai catatan pribadi dari peneliti, pada catatan ini
peneliti mendeskripsikan setiap hal yang terkait dengan proses penelitian. Dalam
membua catatan etnografis seorang peneliti akan ada tempatnya untuk menuliskan
analisis dan interpretasi, akan ada banyak kejadian dimana seorang peneliti tidak
perlu melakukan interpretasi terlebih dahulu. Jangan melakukan interpretasi saat
mengambil data dilapangan karena hal tersebut sangat membuang banyak sekali
waktu, saat mengambil data harus dicatat seasli mungkin informasi tersebut setelah
mendapatkan informasi yang banyak dan sudah lengkap maka bisa dilakukannya
interpretasi terhadap data tersebut. Dengan menginterpretasi data yang sudah
cukup banyak maka interpretasi yang dituliskan akan valid atau mendekati valid.

Anda mungkin juga menyukai