Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah system informasi
kesehatan dengan judul Peran, Dampak, Manfaat Dan Hambatan
Teknologi/Sistem Informasi.
Makalah ini membahas tentang perencanaan konsep konsep teknologi, system
informasi secara umum dan untuk keperawatan pada area system informasi
kesehatan. Penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya saat penyusunan makalah ini
dilakukan, antara lain:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum..............................................................................2
2. Tujuan Khusus.............................................................................2
D. Sistematika Penulisan.........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-
undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. (Sanjoyo). Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang
berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di
Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Namun, tampaknya
komputerisasi di instansi rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang cukup
memuaskan semua pihak.
Peran teknologi informasi bagi layanan pemberian asuhan keperawatan
pada hakikatnya suatu Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari Sistem
Kesehatan yang komprehensif, yang memberikan pelayanan kesehatan secara
terpadu, meliputi baik pelayanan kuratif, pelayanan rahabilitatif, maupun
pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan.
Dampak teknologi informasi bagi layanan Pemberian asuhan keperawatan
pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang
pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Oleh karena itu
pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK) perlu diterapkan, dimana fasilitas yang
dibuat menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek
pendokumentasian seperti yang telah diuraikan diatas. sistem ini memuat
standar asuhan keperawatan, standart operating procedure (SOP), discharge
planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar
1
diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan implementasi,
laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line,
mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat, dan monitoring
aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh kepala ruang saat
sedang rapat (Haryati, RT, 1999).
Manfaat teknologi informasi pada pengguna asuhan keperawatan perawat
menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk mengkaji
pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan, mendokumentasikan
asuhan keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas asuhan keperawatan.
Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara terintegrasi (misalnya
integrasi antara perawat dan dokter dalam rencana perawatan pasien).
Hambatan teknologi informasi pada pengguna asuhan keperawatan seiring
dengan perkembangan teknologi keperawatan, penerapan pendokumentasian
keperawatan di Indonesia, sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis
komputer, mengingat banyak kegunaannya. Tetapi dalam perkembangan,
masih sedikit rumah sakit yang sudah menerapkannya, masih terdapat beberapa
faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan di suatu lembaga institusi.
B. Rumus Masalah
Perumusan masalah yang diambil dari makalah ini :
1. Bagaimana peran teknologi/sistem informasi ?
2. Bagaimana dampak teknologi/sistem informasi ?
3. Bagaimana manfaat teknologi/sistem informasi ?
4. Bagaimana hambatan teknologi/sistem informasi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah peran, dampak, manfaat dan
hambatan teknologi/sistem informasi terdiri dari dua tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui peran, dampak, manfaat dan hambatan teknologi/sistem
informasi
2
2. Tujuan Khusus :
a. Agar pembaca memahami peran teknologi/sistem informasi
b. Agar pembaca memahami dampak teknologi/sistem informasi
c. Agar pembaca memahami manfaat teknologi/sistem informasi
d. Agar pembaca memahami hambatan teknologi/sistem informasi
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sistematika penulisan. Bab II berisi pembahasan. Bab III berisi
kesimpulan dan saran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
manajemen, proses pengambilan keputusan, dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Salah satu penggunaan sistem informasi keperawatan di
kembangkan pada tahun 1960-1970-an adalah dengan pendokumentasian
keperawatan terkomputerisasi. Pendokumentasian terkomputerisasi
memfasilitasi pembakuan klasifikasi asuhan keperawatan sehingga
menghilangkan ambiguitas dalam pendokumentasian keperawatan.
Sedangkan menurut ANA sistem informasi keperawatan berkaitan dengan
legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan
yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi
terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan
dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya,
detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
5
Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini,
tingkat-tingkat itu adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Kecamatan, di mana terdapat Puskesmas dan pelayanan
kesehatan dasar lain.
2. Tingkat Kabupaten/Kota, di mana terdapat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota, dan rujukan primer
lain.
3. Tingkat Provinsi, di mana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah
Sakit Provinsi, dan pelayanan rujukan sekunder lain.
4. Tingkat Pusat, di mana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit
Pusat, dan pelayanan kesehatan rujukan tersier lain.
Setiap tingkat menyediakan pelayanan kesehatan yang berbeda,
memiliki sumber daya yang berbeda, dan mempraktekkan fungsi-fungsi
manajemen yang berbeda pula. Idealnya, sumber daya harus sebanyak
mungkin terdapat di kecamatan agar masyarakat memiliki akses yang
optimal terhadap pelayanan kesehatan. Akan tetapi dalam rangka
desentralisasi ternyata dihadapi banyak kendala, khususnya berkaitan
dengan ketenagaan, sarana dan peralatan, yang disebabkan oleh terbatasnya
kemampuan ekonomi negara.
Fungsi khusus yang dimiliki setiap tingkat mengakibatkan perbedaan
dalam pengambilan keputusan. Dari sisi manajemen, fungsi-fungsi dalam
Sistem Kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu : (1)
Manajemen Pasien/Klien, (2) Manajemen Unit Kesehatan, dan (3)
Manajemen Sistem Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan
secara langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan
kuratif kepada masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-
petugas unit kesehatan dengan masyarakat di wilayah pelayanannya.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit dipraktikkan baik di
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas dan lain-lain), pelayanan kesehatan
rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di Dinas Kesehatan. Keputusan-
6
keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen pasien/klien dan
manajemen unit kesehatan disebut keputusan-keputusan operasional.
Manajer, dalam manajemen pasien/klien adalah semua petugas kesehatan
yang melayani pasien/klien. Sedangkan manajer dalam manajemen unit
adalah pimpinan dari unit yang bersangkutan (Kepala Puskesmas, Direktur
Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan). Manajemen Sistem Kesehatan
berfungsi memberikan dukungan manajerial dan koordinasi terhadap tingkat
manajemen unit kesehatan dan manajemen pasien/klien. Keputusan-
keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen sistem kesehatan disebut
keputusan-keputusan strategis. Adapun manajer dalam manajemen Sistem
Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan dan pihak-pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusannya (stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen
kesehatan, akan dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan
(yaitu para manajer kesehatan) dari keputusan-keputusan apa yang harus
mereka buat. Hal ini akan membantu dalam perumusan kebutuhan informasi
di setiap tingkat dan penetapan data apa yang harus dikumpulkan, cara dan
instrumen pengumpulannya, pengiriman datanya, prosedur pengolahan
datanya, pengemasan informasinya, dan penyajian informasinya.
7
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi
kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat, dan
monitoring aktifitas perawat laporan shift dan monitoring pasien oleh kepala
ruang saat sedang rapat (Haryati, RT, 1999).
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) merupakan paket
perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan
keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai program-program atau
modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi manajemen. SIMK
mempunyai modul untuk mengklasifikasikan pasien, pembentukan staf,
penjadwalan, catatan personal. Modul ini juga termasuk pengembangan
anggaran, alokasi sumber dan pengendalian biaya, analisa kelompok diagnosa
yang berhubungan (KDB), pengendalian mutu, catatan perkembangan
staf,model dan simulasi untuk pengabilan keputusan, rencana strategik,
ramalan permintaan jangka pendek dan rencana kerja serta evaluasi program.
(Swanburg RC, 2000).
SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih efektif dan
ekomomis. Perawat-perawat klinis akan menggunakannya untuk mengatur
perawatan pasien, komponen klinis termasuk riwayat pasien, rencana
perawatan, pemantauan psikologis langsung dan tidak langsung, catatan
kemajuan perawatan pasien. Perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk
mengganti sistem manual dari pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi
biaya-biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas perawatan kepada
pasien. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem
informasi keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat
mengurangi kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada
pasien. Sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan (lewis, 2005).
8
mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas
asuhan keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara
terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat dan dokter dalam rencana
perawatan pasien).
Dengan memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat
dapat menghemat waktu untuk melakukan pencatatan dibandingkan bila
dilakukan pencatatan secara manual. Di samping itu, data yang tercatat
dengan menggunakan sistem informasi keperawatan akan lebih terjamin
keberadaannyal. Resiko data yang dicatat akan hilang sangat kecil, berbeda
dengan pencatataan yang berdasarkan paper base dimana kemungkinan untuk
hilangnya data sangat mungkin untuk terjadi. Selain itu keberadaan sistem
informasi keperawatan juga akan meningkatkan keefektifan dan efisien kerja
dari tenaga keperawatan (Cheryl, 2007). Manfaat yang diperoleh bila rumah
sakit menggunakan sistem informasi keperawatan yaitu (Cornelia, 2007) :
1. Manajemen lebih efisien
2. Penggunaan sumber biaya lebih efektif
3. Meningkatkan program perencanaan
4. Meningkatkan pendayagunaan perawat
Menurut (Malliarou & Zyga, 2009) manfaat sistem informasi dalam
keperawatan yaitu :
1. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse
station
2. Mengurangi penggunaan kertas
3. Dokumentasi keperawatan secara otomatis
4. Standa yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5. Mengurangi biaya
6. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur
Sedangkan menurut American of Nurse Executive (1993) dalam Saba
& Mc Cormick (2001) mengemukakan manfaat penting dalam penggunaan
informasi teknologi yaitu :
1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya staf perawat
9
2. Meningkatkan pelayanan dalam memonitoring pasien
3. Meningkatkan dokumentasi
4. Meningkatkan komunikasi
5. Meningkatkan perencanaan
6. Meningkatkan standar praktik keperawatan
7. Meningkatkan emampuan menetapkan masalah
8. Meningkatkan evaluasi keperawatan, dan
9. Mendukung organisasi yang dinamik
10
pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui
SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri (Depkes, 2001).
Selain faktor pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi
kendala dalam penerapan SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan
sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek
keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur
organisasi, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi
perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang
sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai
dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih
banyak yang mempertanyakan apakah Sistem Informasi keperawatan ini akan
berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Aspek kedua adalah kemampuan
sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia di institusi
pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi, hal
ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidak mampuan staf
terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman
yang kurang tentang manfaat sistem informasi menjadi salah satu faktor
penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan. Aspek ketiga yang menjadi
faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIMK adalah faktor
sumber dana.
Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit,
membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap
rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali
SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup.
Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang
mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak
perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program
tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan
informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Sistem informasi
keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan
keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen, proses
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari
Sistem Kesehatan yang komprehensif, yang memberikan pelayanan
kesehatan secara terpadu, meliputi baik pelayanan kuratif, pelayanan
rahabilitatif, maupun pencegahan penyakit, dan peningkatan Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif
kepada masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-
petugas unit kesehatan dengan masyarakat di wilayah pelayanannya.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit dipraktikkan baik di
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas dan lain-lain), pelayanan kesehatan
rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di Dinas Kesehatan.
SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih efektif
dan ekomomis. Perawat-perawat klinis akan menggunakannya untuk
mengatur perawatan pasien, komponen klinis termasuk riwayat pasien,
rencana perawatan, pemantauan psikologis langsung dan tidak langsung,
12
catatan kemajuan perawatan pasien. Perawat klinis dapat menggunakan
SIMK untuk mengganti sistem manual dari pencatatan data. Hal ini dapat
mengurangi biaya-biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas
perawatan kepada pasien.
B. Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi
acuan dalam mempelajari tentang peran dan dampak teknologi informasi
bagi layanan pemberian asuhan keperawatan serta manfaat dan hambatan
teknologi informasi pada pengguna asuhan keperawatan. Dan harapan
penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna
bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang
sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di
kemudian hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
14