Profesi Keperawatan
Maternitas
Nama Mahasiswa :
MR. Yoga Pangestu
(5021031064)
KOREKSII KOREKSIII
(………………………………………………) (………………………..…….…………………….)
A. DEFINISI
Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari (Ambarwati, 2010). Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau
persalinan. Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke
enam setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil
(Marmi, 2012).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan
seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlumen dapat perhatian lebih dikarenakan
angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian
pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
B. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubin volusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan
boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
1. Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini segera setelah pasca partum, berat uterus menjadi 1.000 gr.
Selama masa nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar 4
minggu setelah pelahiran uterus kembali keukuran sebelum hamil (Dewi Vivian &
Sunarsih, 2013). Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a. Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
b. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus.
c. Efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur
internal kembalidalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran
yang normal. Nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
4. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa,
dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda- beda pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan
endometrial, darah dan limfe. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Tahap lochea yaitu:
a. Rubra (merah)
Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ketiga masa postpartum.
Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut.
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah
meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
5. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai 12 minggu rata- rata 18 minggu
postpartum. Menstruasi pada ibu post partum tergantung dari hormon prolaktin.
Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8.
Menstruasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada inteval tertentu dan
menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada saat persalinan namun lebih ringan.
9. Saluran kencing
10. Laktasi
Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.
Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut
adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami fase-fasese bagai berikut :
1. Fase tak ingin yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian pada diri
sendiri.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Inginkan tentang bayinya.
2. Fase tak ingholda dalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasakan ketidak mampuannya dan rasa
tanggungjawab nya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga kesehatan
adalah misalnya dengan cara mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan
yang kita berikan pada fase sebelumnya akan bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan
keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membawa dalam
merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak terlalu terbebani.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan postpartum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama setelah kelahiran bayi)
2. Infeksi
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
f. Luka perineum (Ditandai dengan: nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Siti dan Yuli (2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap
b. Urinalisis : kadar urin
c. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
d. Berikan antibiotic bila ada indikasi
2. Penatalaksaaan Keperawatan
a. Mobilisasi dini
b. Rawat gabung
c. Pemeriksaaan umum
d. Pemeriksaan khusus (TTV, Fundus uteri, payudara, lokhea, dan luka jahitan
episiotomy)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata Klien
2. Keluhan Utama
Berisi tentang hal-hal yang dikeluhkan saat ini
3. Riwayat Haid
4. Riwayat perkawinan
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan
b. Riwayat persalinan lalu
c. Riwayat persalinan saat ini
d. Riwayat new born
6. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
7. Riayat penyakit dahulu
8. Riwayat psikososial-kultural
9. Riwayat kesehatan keluarga
10. Kebasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola istirahat dan tidur
c. Pola eliminasi
d. Pola hygiene
e. Aktifitas
11. Seksual
12. Konsep diri
13. Peran
14. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. BB,TB,LLA,TTV
c. Kepala
d. Abdomen
e. Anogenital
f. Musculoskeletal
15. Pemeriksaan Lab
PATHWAY POST PARTUM
Perdarahan
Terputusnya kontinuitas
Diteruskan ke jaringan
thalamus Adanya luka episiotomy
Reaksi jaringan terhadap
infiltrasi kuman pathogen
Volume sirkulasi
berkurang
Pengeluaran
mediator kimia Mengeluh tidak nyaman
Aktivitas RAS
terangsang
Kurang pengetahuan
perawatan luka
Reseptor nyeri Ketidaktepatan posisi duduk
Klien terganggu
Risiko Hipovolemia
Diteruskan ke
thalamus
Sulit tidur Ketidaknyamanan Paska
Partum
Risiko Infeksi
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
2 Faktor Risiko : Luka episiotomi Risiko hipovolemia
- Kehilangan cairan
secara aktif Terjadi perdarahan
- Gangguan
absorbs cairan
- Usia lanjut Volume sirkulasi berkurang
- Kelebihan berat
badan
- Status Risiko Hipovolemia
hipermetabolik
- Kegagalan
mekanisme
regulasi
- Efek agen
farmakologis
- Evaporasi
- Kekurangan
intake cairan
3 Faktor Risiko : Post partum Risiko infeksi
- Penyakit kronis
- Efek prosedur Luka episiotomy
invasive
- Malnutrisi
Terpapar kuman pathogen dari
- Peningkatan
lingkungan
paparan
organisme
pathogen Reaksi jaringan terhadap infiltrasi
lingkungan kuman pathogen
- Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Kurang pengetahuan perawatan luka
primer
- Ketidakadekuatan
Risiko Infeksi
pertahanan tubuh
sekunder
4 Data Subjektif : Postpartum Ketidaknyamanan
- Mengeluh tidak paska partum
nyaman
Trauma perineum selama persalinan
Data Objektif :
- Tampak meringis
Adanya luka episiotomy
- Terdapat
kontraksi uterus
Mengeluh tidak nyaman
- Luka episiotomy
- Payudara
bengkak Ketidaktepatan posisi duduk
- TD meningkat
- Frekuensi nadi
Ketidaknyamanan Paska Partum
meningkat
- Berkeringan
berlebih
- Merintih
- Haemoroid
5 Data Subjektif : Postpartum Gangguan pola
- Mengeluh sulit tidur
tidur
Terdapat nyeri
- Mengeluh sering
terjaga
Diteruskan ke thalamus
- Mengeluh tidak
puas tidur
- Mengeluh pola Aktivitas RAS terangsang
tidur berubah
- Mengeluh Klien terganggu
istirahat tidak
cukup
- Mengeluh Sulit tidur
kemampuan
beraktvitas Gangguan Pola Tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (adanya luka episiotomy)
2. Risiko hypovolemia d.d kekurangan intake cairan
3. Risiko infeksi d.d peningkatan paparan pathogen lingkungan
4. Ketidaknyamanan paska partum b.d trauma perineum selama persalinan
5. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI AKTIVITAS
HASIL/TUJUAN
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri Observasi
pencedera fisik (adanya luka keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
episiotomy) dibuktikan maka “Tingkat Nyeri ” durasi, frekuensi, kualitas,
dengan : menurun, dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
Data Subjektif : - Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Mengeluh nyeri - Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
Data Objektif : - Sikap protektif verbal
- Tampak meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
- Bersikap protektif - Gelisah menurun memperberat dan memperingan
- Gelisah - Menarik diri menurun nyeri
- Frekuensi nadi - Berfokus pada diri 5. Monitor efek samping
meningkat sendiri menurun penggunaan analgetik
- Sulit tidur - Diaforesis menurun
- TD meningkat - Perasaan depresi Terapeutik
- Pola napas berubah menurun 1. Berikan teknik non farmakologhis
- Diaforesis - Perasaan takut untuk mengurangi rasa nyeri
- Proses berfikir mengalami cedera 2. Kontrol lingkungan yang
terganggu berulung memperberat rasa nyeri
- Menarik diri - Anoreksia menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Perineum terasa 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
tertekan menurun nyeri dalam pemulihan strategi
- Muntah menurun meredakan nyeri
- Mual menurun
- Frekuensi nadi Edukasi
membaik 1. Jelaskan penyebab, periode dan
- Pola napas membaik pemicu nyeri
- Tekanan darah 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
membaik 3. Anjurkan mempnitor nyeri secara
- Nafsu makan baik mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Risiko Hipovolemia d.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan Observasi
kekurangan intake cairan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor status hidrasi
dibuktikan dengan : maka “Keseimbangan Cairan 2. Monitor BB harian
Faktor Risiko : ” meningkat, dengan kriteria 3. Monitor hasil pemeriksaan Lab
- Kehilangan cairan hasil: 4. Monitor status hemodinamik
secara aktif - Asupan cairan
- Gangguan absorbs meningkat Terapeutik
cairan - Keluaran urin sedamg 1. Catat intake-output dan hitung
- Usia lanjut - Kelembaban membran balans cairan
- Kelebihan berat badan mukosa meningkat 2. Berikan asupan cairan, sesuai
- Status hipermetabolik - Asupan makanan kebutuhan
- Kegagalan mekanisme meningkat 3. Berikan cairan intravena, jika
regulasi - Dehidrasi menurun perlu
- Efek agen farmakologis - TD membaik Kolaborasi
- Evaporasi - Membran mukosa 1. Kolaborasi pemberian diuretik,
- Kekurangan intake membaik jika perlu
cairan - Turgor kulit membaik
- BB membaik
Risiko Infeksi d.d efek Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka Observasi
adanya peningkatan paparan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor karakterisitik luka
organisme pathogen maka “Tingkat Infeksi” 2. Monitor tanda-tanda infeksi
dibuktikan dengan : menurun, dengan kriteria hasil:
Faktor Risiko - Kebersihan tangan Terapeutik
- Penyakit kronis meningkat 1. Lepaskan balutan dan plester
- Efek prosedur invasif - Nafsu makan secara perlahan
- Malnutrisi meningkat 2. Cukur rambut disekitar luka, jika
- Peningkatan paparan - Kemerahan menurun perlu
organisme patogen - Nyeri menurun 3. Bersihkan dengan cairan NaCl
- Ketidakadekuatan - Bengkak menurun atau pembersih nontoksik, sesuai
pertahanan tubuh - Kadar sel darah putih kebutuhan
primer meingkat
- Ketidakadekuatan 4. Bersihkan jaringan nekrotik
pertahanan tubuh 5. Berikan salep yang sesuai ke
sekunder kulit/lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap
2 jam atau sesuai kondisi pasien
10. Berikan diet kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
1,5g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral
12. Berikan terpai TENS, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
minuman tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Definisi dan Tindakan Keperawatan