Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi Data
Data Penelitian adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi.
Pengertian Data adalah: “The word data is the plural of Latin datum. A large
class of practically important statements are measurements or observations of
variable. Such statements may comprise numbers, words, or images”. Data
merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan penelitian.
Berdasarkan penjelasan para pakar di atas, maka dalam artikel kali ini, penulis
akan menyebutkan istilah data sebagai data penelitian. Sebab dalam blog kami,
lebih spesifik membahas perihal penelitian.
Menurut penulis, yang dimaksud dengan data dapat berarti secara luas dan
dapat pula berari secara sempit. Pengertian Data dalam arti luas adalah
sekumpulan informasi yang dapat diuat, diolah, dikirimkan dan di analisis. Namun
apabila kita mau mengartikan data dalam arti sempit konteks penelitian, maka
yang dimaksud dengan data adalah data penelitian. Untuk pengertian yang kedua
tersebut, maka sebaiknya kita merujuk kepada data definisi penelitian yang sudah
dikemukakan oleh para pakar di atas.
II. Klasifikasi Data Penelitian
Data Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan juga
skala pengukurannya. Berikut di bawah ini akan kami jelaskan satu persatu
tentang klasifikasi data penelitian:
Berdasarkan Sifatnya:
a. Data Kuantitatif
Data yang berupa angka-angka. Misalnya berat badan, luas rumah,
tinggi badan, nilai IQ, dll. Data Kuantitatif dibagi menjadi 2, yaitu:
(1) Data Diskrit, adalah data yang diperoleh dari hasil perhitungan
hingga hasilnya selalu positif dan dapat dipisahkan satu dengan
yang lain secara jelas.
Ciri-ciri data Diskrit :
- Diperoleh dengan cara menghitung
- Bilangan angkanya/ bulat biasanya dinyatakan dalam
jumlah % atau proporsi.
(2) Data Kontinyu, yaitu data yang dihasilkan dari pengukuran,
dapat berupa bilangan decimal atau bilangan bulat tergantung
alat ukur yang digunakan.Contoh : berat badan ; 20 kg, 50 kg,
77 kg. Ciri-ciri data Kontinyu :
- Diperoleh dengan cara mengukur
- Bilangan cenderung decimal
- Biasanya dinyatakan dalam nilai rata-rata
b. Data Kualitatif: Data yang berupa kata-kata atau pernyataan-
pernyataan. Dapat pula diartikan sebagai data kategorik, karena
memang biasanya berupa kategori atau pengelompokan-
pengelompokan berdasarkan nama atau inisial tertentu. Misalkan:
Kelompok PNS, Petani, Buruh, Wiraswasta, dll.
Berdasarkan Cara Memperolehnya:
a. Data Primer
Yaitu data asli atau data baru yang dikumpulkan langsung oleh orang yang
melakukanpenelitian.
b. Data Sekunder
Yaitu data tersedia yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang sudah
ada sebelumnya. Misalnya; dari perpustakaan, dokumen penelitian
terdahulu, dan lain-lain.
Berdasarkan Sumbernya:
a. Data Internal
Data yang berasal dari lingkungan sendiri, seperti hasil penelitian
sebelumnya atau data dirumah sakit berupa medical records, kapasitas
tempat tidur dan lain-lain.
b. Data Eksternal
Data yang berasal dari luar lingkungan, seperti publikasi, instansi,
badan ilmiah, dan lain-lain.
BerdasarkanWaktuPengumpulannya
a. Data Cross Section
Yaitu data yang dikumpulkan hanya pada waktu-waktu tertentu saja untuk
mengetahui keadaan pada waktu tersebut. Misalnya; data penelitian
dengan kuesioner.
b. Data Berkala
Yaitu data yang dikumpulkan secara berkala dari waktu kewaktu untuk
mengetahui perkembangan suatu kejadian pada periode tertentu. Misalnya;
data harga sembako
III. Skala Pengukuran
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menilai
dan membedakan sesuatu obyek yang diukur. Dalam mengolah dan menganalisis
data, kita sangat berkepentingan dengan sifat dasar skala pengukuran yang
digunakan. Operasi-operasi matematik serta pilihan peralatan statistik yang
digunakan dalam pengolahan data, pada dasarnya memiliki persyaratan tertentu
dalam hal skala pengukuran datanya. Ketidaksesuaian antara skala pengukuran
dengan operasi matematik/peralatan statistik yang digunakan akan menghasilkan
kesimpulan yang bias dan tidak tepat/relevan. Ada empat tipe pengukuran atau
skala pengukuran yang digunakan, yakni: nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang keempat skala pengukuran tersebut:
1. Skala Nominal
Merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara keempat skala
pengukuran. Sesuai dengan nama atau sebutannya, skala nominal hanya bisa
membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan
nama (predikat). Contoh:
- Klasifikasi barang yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan
predikat cacat atau tidak cacat
- bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan.
Tidak jarang digunakan nomor-nomor yang dipilih sekehendak hati
sebagai pengganti nama-nama atau sebutan-sebutan, untuk membedakan
benda-benda atau peristiwa-peristiwa berdasarkan beberapa karakteristik,
contoh: dapat digunakan nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang
cacat dari suatu proses produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok
barang yang tidak cacat dari suatu proses produksi.
Skala nominal biasanya juga digunakan bila peneliti berminat terhadap jumlah
benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori
nominal. Data semacam ini sering disebut data hitung (count data) atau data
frekuensi
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga
disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-
lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga
menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik
tertentu. Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri
angka dengan 5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan
1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi
peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominal,
ketika kita ingin mengganti angka-angkanya, harus dilakukan secara berurut
dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat
puas, 2=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas,
3=kurang puas dan seterusnya.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal
adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum
memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak puas
ke kurang puas. Dengan kata lain juga, walaupun sangat puas kita beri angka 5
dan sangat tidak puas kita beri angka 1, kita tidak bisa mengatakan bahwa
kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi dibandingkan yang sangat
tidak puas. Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita
juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang
sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan statistik yang berbasiskan
(berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi
Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.
Contoh:
Contoh:
Nilai Mata Skor Nilai Mata Kuliah
Data
Kuliah (a) (b)
Yuni A 4
Desi B 3
Ika C 2
Astuti D 1
Contoh:
Contoh penyajian :
1.Tabel Induk:
Gol Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Dsb
Laki Wanita Tani Buruh Dagang SD SMP SMU
umur
Jumlah
2. Tabel Teks
Tingkat Jenis Pekerjaan
Buruh Tani Dagang Nelayan PNS
Pendidikan
Jumlah
10
0
Tepi Kelas
2. Frekuensi poligon
Grafik yang digunakan untuk data kontinu seperti histogram. Keuntungannya kita
dapat melakukan perbandingan penyebaran beberapa masalah yang digambar di
dalam satu gambar.
3. Ogive
Grafik dari data kontinu dan dalam bentuk frekuensi kumulatif. Akan didapatkan
nilai yang tepat untuk letak dan besarnya nilai median.
4. Diagram baris (line diagram)
Digunakan untuk menggambarkan data diskrit atau data dengan skala nominal yang
menggambarkan perubahan dari waktu ke waktu atau perubahan dari suatu tempat
ke tempat lain.
80
70
60
50
East
40 West
30 North
20
10
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
Jumlah penderita penyakit jantung koroner yang dirawat di Rumah Sakit Kabupaten “x”
Tahun 2009-2011
2009
2010
2011
= 10 penderita
9. Mapgram
Menggunakan map atau peta dari suatu daerah. Permasalahan yang akan
digambarkan ditunjukkan langsung di peta tersebut. Misalnya kita ingin
menggambarkan prevalensi penderita penyakit gondok endemik, prevalensi yang
tinggi digambar lebih gelap daripada prevalensi sedang.
12. Pareto
Hampir sama dengan diagram batang yang disusun dengan susunan tinggi
rendahnya batang sehingga dengan mudah dapat diinterpretasi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Chandra, (2009). Biostatistika Untuk Kedokteran & Kesehatan. Jakarta: EGC.
Dayat. 2019. Paper Biostatistik. Diakses pada https://id.scribd.com. (18 September 2021)
Eko, Bidiarto. (2011). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Rachmawati. 2019. Makalah Biostatistik Deskriptif Jenis Data Dan Skala Pengururan.
Tersedia pada https://www.academia.edu. (18 September 2021)