Anda di halaman 1dari 19

Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)

Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/

Hubungan strenght, endurance, dribbling, passing dan shooting terhadap resiko cedera
olahraga

Mega Widya Putri


Program Studi Sarjana Fisioterapi, STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email: megawidyaputri60@yahoo.com

Abstrak
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integument, otot dan rangka yang
disebabkan oleh kegiatan olahraga. Olahraga adalah serangkaian kegiatan fisik dan
keterampilan teknik bukan hanya untuk kesehatan jasmani dan rohani saja tetapi juga
bertujuan untuk memenangkan suatu pertandingan, meskipun bertujuan menyehatkan
jasmani tetapi olahraga juga memiliki resiko untuk terjadinya cedera olahraga. Angka
kejadian cedera olahraga pada anak-anak meski tergolong kecil tetapi memiliki kenaikan
persentase disetiap pertambahan usia. Cedera bisa terjadi saat latihan maupun
pertandingan, secara sengaja atau tidak sengaja dengan beberapa faktor penyebab
terjadinya cedera dalam olahraga diantaranya adalah faktor intrinsik yaitu faktor kondisi
fisik dan keterampilan teknik. Tujuan: untuk mengetahui apakah ada hubungan strenght,
endurance, power, speed, flexibility, agility, juggling, dribbling, passing dan stopping,
serta shooting dengan resiko cedera olahraga. Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada 5
Sekolah Sepakbola (SSB) di kota Karanganyar. Metode yang digunakan yaitu deskriptif
korelasional dengan teknik survey dan tes. Besarnya sampel berjumlah 100 siswa dengan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari: 1)
Variabel independen yaitu: strenght, endurance, power, speed, flexibility, agility,
juggling, dribbling, passing dan stopping, shooting 2) Variabel dependen yaitu: resiko
cedera olahraga. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dengan
bantuan aplikasi computer menggunakan seri program SPSS for window versi 16 dengan
taraf signifikansi 5%. Hasil: Korelasi signifikan yaitu pada: power (p = 0,029), speed (p =
0,009), shooting (p = 0,035) terhadap resiko cedera olahraga (p<0,05), dan korelasi tidak
signifikan yaitu pada: strenght (p = 0,212), endurance (p=0,361), dribbling (p = 0,516),
passing (p = 0,905), serta bersama (p=0,736) terhadap resiko cedera olahraga (p > 0,05).
Kesimpulan: 1) Ada hubungan power, speed, shooting dengan resiko cedera olahraga, 2)
Tidak ada hubungan dribbling, passing dan stopping dengan resiko cedera olahraga.

Kata Kunci: Strenght; endurance; dribbling; passing dan shooting; resiko cedera
olahraga.

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 1


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Abstract

Background: Sport-related injury is the one on integument system, muscle and


skeleton caused by sport activity. Sport is a series of physical activity and technical skill
not only for physical and spiritual health but also aiming for winning a competition;
although it aims to makes the physique healthy, sport also results in sport-related injury
risk. The sport- related injury incidence in children still belongs to small category, but it
increases as the age increases. Injury may occur during practice or competition,
intentionally or unintentionally, with some factors resulting in sport-related injury
including, among others, intrinsic factor: physical condition and technical skill. The
objective of research was to find out whether or not there was a correlation of Strength,
Endurance, Power, Speed, Flexibility, Agility, Juggling, Dribbling, Passing and
Stopping, and Shooting with the Risk of Sport-Related Injury. Method: This study was
conducted in 5 Soccer Schools (SSB) in Karanganyar City. The method employed was a
descriptive correlational one with survey and test techniques. The sample consisted of
100 students taken using purposive sampling technique. Research variable consisted of:
1) independent variable: strength, endurance, power, speed, flexibility, agility, juggling,
dribbling, passing, and stopping, and shooting, and 2) dependent variable: sport-related
injury risk. Technique of analyzing data used was a multiple linear regression with
computer application of the SPSS for window version 16 serial program at significance
level of 5%. Results: There were significant correlations between power (p = 0.029),
speed (p = 0.009) and shooting (p = 0.035) with the risk of sport-related injury (p <
0.05), and insignificant correlations between strength (p = 0.212), endurance (p=0.361),
dribbling (p = 0.516), passing (p = 0.905), simultaneously (p=0.736) with the risk of
sport-related injury (p < 0.05). Conclusion: 1) There were correlations between power,
speed, flexibility, agility and shooting with the risk of sport-related injury, 2) There was
no correlation between strength, endurance, juggling, dribbling, passing and stopping
with the risk of sport-related injury.

Keywords: Strengt; endurance; dribbling; passing and shooting; the risk of sport-related
injury.

How To Cite : Putri, W. M. (2019). Hubungan strenght, endurance, dribbling, passing


to APA Style dan shooting terhadap resiko cedera olahraga. Prosiding SENFIKS
(Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1), 1-19.

PENDAHULUAN sepakbola. Gerakan terjadi bilamana


mobilitas sendi, elastisitas otot dan
Sepakbola merupakan salah satu
kekuatan jaringan penompang tubuh
jenis permainan yang melibatkan
serta penggerak sendi terjamin dalam
berbagai struktur atau jaringan pada
kondisi yang baik dan berkualitas.
tubuh manusia, yaitu sendi, otot,
Semakin mobile suatu persendian
meniscus atau discus, ligament dan
mempunyai konsekuensi berupa
tulang guna melakukan pergerakan
semakin tidak stabilnya sendi tersebut.
tubuh yang kompleks saat permainan
Ketidakstabilan suatu sendi akan
sepakbola. Gerakan tersebut adalah
mengakibatkan struktur sekitarnya
gerakan- gerakan dasar yang harus
mudah cedera apalagi bila elastisitas dan
dikuasi oleh seorang pemain seperti
kekuatan jaringan penompang dan
latihan kondisi fisik dan latihan
penggerak sendi tidak memadai.
keterampilan teknik permainan
Stabilitas suatu persendian akan

2 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

dipengaruhi oleh konfigurasi tulang Cedera bisa terjadi saat latihan maupun
pembentuknya, keadaan pertandingan, secara sengaja atau tidak
kapsuloligamenter, keadaan otot sengaja yang menyebabkan cedera akut
penggerak, tekanan intra artikuler, atau kronis. Cedera yang dialami oleh
keadaan discus/ meniscus, derajat seorang atlet sepak bola dapat
kebebasan gerak serta pengaruh gaya menyebabkan mundurnya prestasi
gravitasi. seorang atlet, trauma, gangguan
Cedera dalam dunia olahraga psikologis, kondisi fisik menurun, dan
yaitu rusaknya jaringan (lunak atau cacat permanen atau bahkan sampai
keras) baik otot, tulang, atau persendian pada kematian.
yang disebabkan oleh kesalahan teknis, Kondisi fisik dan keterampilan
benturan, atau aktivitas olahraga yang teknik merupakan faktor dasar bagi
melebihi batas beban latihan (over setiap atlet dan turut berperan dalam
training) yang dapat menimbulkan rasa menentukan faktor kualitas permainan
sakit dan nyeri atau akibat dari atlet serta resiko cedera atlet. Yang
kelebihan latihan dalam memberikan mana, resiko terjadinya cedera dibagi
pembebanan yang terlalu berat menjadi dua faktor, yaitu faktor internal
(overload) sehingga otot, tulang, atau keahlian atlit sendiri (intrinsik) dan
persendian tidak lagi dalam keadaan faktor ektrinsik. Faktor intrinsik terdiri
atau posisi anatomis (dislokasi) (Cava, dari komponen yang dimiliki oleh atlit
1995). Sedangkan cedera olahraga diantaranya kondisi fisik dan
sepakbola adalah cedera yang terjadi keterampilan teknik. Dimana komponen
pada saat seorang atlet mengalami tersebut mempengaruhi dari performa
cedera baik pada saat berlatih, atlit ketika berlatih dan bertanding dan
pertandingan, maupun setelah faktor resiko ini dapat diminimalisir
pertandingan sepakbola (Wibowo, (Meeuwise et al. 2007). Selain itu, faktor
1995:11). resiko tersebut memiliki potensi yang
Faktor biomekanika dan mempengaruhi kejadian cedera, yaitu
neuromuskular merupakan faktor yang potensi yang dapat dimodifikasi (Habelt
saling berhubungan satu dengan yang et al. 2011).
lainnya, kedua faktor tersebut
PEMBAHASAN
mempengaruhi kinerja gerakan
fungsional untuk mendapatkan performa Cedera Olahraga
olahraga yang optimal terutama Cedera dalam dunia olahraga
permainan sepakbola. Faktor yaitu rusaknya jaringan (lunak atau
biomekanika mempengaruhi dari luas keras) baik otot, tulang, atau persendian
gerak sendi dan posisi postur tubuh. yang disebabkan oleh kesalahan teknis,
Sedangkan faktor neuromuskular benturan, atau aktivitas yang melebihi
mengarahkan gerakan fungsional karena batas beban latihan (over training) yang
adanya aktivitas kinerja dari saraf yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri
akan mempengaruhi gerakan otot dan dan atau akibat dari kelebihan latihan
sendi menjadi satu kesatuan kinerja dalam memberikan pembebanan yang
yang kompleks (Samuel et al. 2012). terlalu berat (overload) sehingga otot,
Sehingga tidak mengherankan tulang, atau persendian tidak lagi dalam
apabila dalam permainan sepakbola keadaan atau posisi anatomis
seorang pemain sangat rentan terhadap (dislokasi), (Cava, 1995). Menurut
terjadinya cedera baik otot, tulang, Wong dan Hong (2005) injury as any
ligament maupun persendian yang bisa condition that caused a player to be
terjadi pada bagian kepala, badan, removed from a game, miss a game, or
lengan, tangan, atau tungkai dan kaki. to be disabled enough to come to the
Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 3
Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

medical tent. Berdasarkan hal diatas pada saat latihan maupun petandingan
dapat diartikan bahwa cedera adalah dalam olahraga sepakbola.
kondisi yang menyebabkan pemain
Resiko Cedera Sepakbola
harus keluar dari permainan, kehilangan
permainan atau berkunjung kerumah Setiap aktivitas olahraga, baik
sakit. olahraga sebagai rekreasi dan prestasi
Cedera olahraga dapat diartikan tentunya memiliki resiko cedera yang
sebagai cedera yang terjadi pada waktu memungkinkan akan terjadi. Resiko
seseorang melakukan aktivitas fitness, tersebut tergantung dari tingkat
latihan atau pertandingan olahraga kesulitan atau intensitas olahraga. Jika
(Congeni, 2004:1; Dunkin, 2004:2). aktifitas olahraga itu ringan atau tidak
Sedangkan menurut Wibowo (1995:11) dilakukan dengan ada kontak tubuh
cedera olahraga adalah segala macam ataupun dengan kecepatan tinggi, terjadi
cedera yang timbul pada saat latihan cedera mungkin akan ringan, begitu
ataupun pada waktu pertandingan pula sebaliknya.
ataupun sesudah pertandingan. Cedera Menurut Simunovic (2002), ada
olahraga banyak jenisnya dan dapat tiga tingkatan intensitas aktifitas fisik
dikelompokkan berdasarkan tempt, yang berhubungan dengan tingkat resiko
proses dan waktu cedera (lutan, 2001: cedera, sebagai berikit: (1) aktifitas fisik
34). intensitas ringan/ rendah (berjalan,
Cedera olahraga sepakbola latihan tanpa beban, & berenang), (2)
adalah cedera yang terjadi pada sistem aktifitas fisik intensitas sedang
otot, tulang dan sendi yang disebabkan (permaianan, latihan beban, & jogging),
oleh adanya adanya kesalahan teknis, dan (3) aktifitas fisik intensitas
benturan, dan aktivitas yang berlebihan berat/dilakukan secara terus- menerus.

Gambar 1. Piramida Hubungan Aktifitas Fisik Terhadap Resiko Cedera

Gambar 2. Faktor Resiko Cedera Olahraga

4 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Cedera olahraga adalah cedera (kekuatan, umur, riwayat cedera, dll).


pada sistem integument, otot dan rangka Dimana komponen tersebut
yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. mempengaruhi dari performa atlet ketika
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berlatih dan bertanding. Namun, faktor
cedera, antara lain kesalahan metode resiko ini dapat diminimalisir. Faktor
latihan, kelainan struktural, kelemahan ekstrinsik merupakan faktor dari
otot dan penopang sendir (Bahretal, lingkungan luar tubuh atlet yang
2003). Resiko terjadinya cedera dibagi mempengaruhi faktor tersebut memiliki
menjadi dua faktor, yaitu faktor internal potensi yang mempengaruhi kejadian
keahlian atlit sendiri (inrinsik) dan faktor cedera, yaitu potensi yang tidak dapat
ektrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari dimodifikasi dan potensi yang dapat
komponen yang dimiliki oleh atlet dimodifikasi (Habelt, et al. 2011).

Tabel 1. Potensi Faktor Resiko Cedera Olahraga

Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik


Non- modifikasiTipe Olahraga Umur
Tingkat Olahrga Cedera sebelumnya
Posisi Jenis kelamin
Waktu musim pertandingan Hormon
Cuaca Antropometri
Lama paparan Anatomi tubuh
Modifikasi Peralatan Koordinasi
Permukaan lapangan Tingkat kebugaran
Waktu pertandingan Kelentukan
Peraturan Propioseptif
Kecurangan Kekuatan
Bentuk pelatihan

Pentingnya kita mengetahui dari oleh Cook, at al(2006), yaitu Functional


kemampuan fungsional pada setiap Movement Screening (FMS) atau
individu pada atlit ataupun pemain pemeriksaan gerakan fungsional. FMS
adalah untuk memberikan informasi ini dapat dijadikan sebagai alat evaluasi
yang dibutuhkan oleh fisioterapis, yang kuantitatif. Dimana terdapat tiga
pelatih, dokter, fisiologi olahraga, dan penilaian yang diberikan untuk
ahli olahraga lainnya terkait dengan mengetahui kemampuan gerak
pencegahan cedera. Kemampuan fungsional individu. Dan tujuh gerakan
fungsional merupakan kombinasi dari fungsional terdiri dari kemampuan
performa otot, daya tahan otot, fungsional anggota gerak atas dan
fleksibilitas, koordinasi, stabilitas, dan anggota gerak bawah (Mo-An,et al.
keseimbangan (Kisner, et al. 2007). Jika 2012).
seluruh kemampuan tersebut sudah FMS berbeda dengan pemeriksaan
dimiliki dalam tubuh individu, maka fisik lainnya yang selalu mengukur
kemampuan fungsional atlit sudah siap banyaknya repetisi dalam waktu yang
untuk melakukan gerakan-gerakan yang telah ditentukan ataupun lamanya waktu
memerlukan tenaga, power, kecepatan, yang dapat dilakukan sampai atlit
dan kelincahan pada permainan dalam tersebut berhenti. FMS mengukur dari
cabang olahraga yang ditekuninya. sisi pendekatan fungsional dengan
Ada sebuah sistem yang dibuat prinsip propioceptive neuromuscular

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 5


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

facilitation(PNF), sinergi kinerja otot mempengaruhi resiko terjadinya cedera


dan pembelajaran motorik (motor terutama pada anggota gerak bawah,
learning) (Cook,etal. 2006). 69% dari 38 sampel penelitiannya
mendapatkan nilai kurang dari sama
Prediktor Resiko Cedera
dengan 14 dan mengalami cedera
Functional Movement Screening sepanjang musim pertandingan. Dapat
(FMS) berbeda dengan pemeriksaan disimpulkan bahwa nilai dari FMS
fisik lainnya yang selalu mengukur memiliki korelasi terhadap resiko cedera
banyaknya repetisi dalam waktu yang yang mungkin akan terjadi saat musim
telah ditentukan ataupun lamanya waktu pertandingan.
yang dapat dilakukan sampai atlit Evaluasi menggunakan FMS
tersebut berhenti. FMS mengukur dari tentunya memerlukan penilai yang
sisi pendekatan fungsional dengan mampu mengobservasi setiap gerakan
prinsip propioceptive neuromuscular fungsional dalam pemeriksaan ini.
facilitation (PNF), sinergi kinerja otot Dengan mengetahui gerakan normal dan
dan pembelajaran motorik (motor gerakan kompensasi yang akan terjadi
learning) (Cook,et al. 2006). saat pemeriksaan dilakukan. Reliabilitas
Berdasarkan penjelasan di atas FMS ini, jika diuji oleh dua orang
kita telah mengetahui bahwa FMS ini penguji yang berbeda (Interrater) maka
berhubungan dengan gerakan-gerakan hasilnya akan tetap sama.
fungsional dalam olahraga. Sehingga Gerakan yang digunakan dalam
FMS dapat dijadikan sebagai alat ukur FMS terdiri dari Deep Squat, Hurdle
prediktor resiko cedera dan alat evaluasi Step, In Line Lunge, Shoulder Mobility,
program latihan preventif. Active Straight Leg Raise, Trunk
Beberapa hasil penelitian Stability Push Up,dan Rotary Stabilty.
menyatakan FMS sangat cocok untuk Namun pada penelitian ini berfokus
mengukur kemampuan fungsional pada anggota gerak bawah. Dengan
dalam mengurangi resiko cedera. Total mengambil enam dari tujuh gerakan
dari nilai pengukuran FMS ini 21 jika FMS berupa gerakan Active Straight Leg
setiap pemeriksaan mendapat nilai tiga, Raise, Trunk Stability Push Up, Rotary
dan jika total nilai kurang dari 14 (< 14) Stabilty, Deep Squat, Hurdle Step, dan
dapat disimpulkan resiko cedera tinggi In Line Lunge. Dengan penjelasan
(Kiesel et al. 2007; Chorba et al. 2010). sebagai berikut:
Secara statistik tidak ada perbedaan nilai 1) Deep squat
FMS antara pria dan wanita Deep squat adalah pemeriksaan
(Schneiders,et al. 2011). yang ditujukan untuk menantang
Ketidaksimetrisan dan mekanika total tubuh bila dilakukan
keterbatasan gerak dalam FMS sudah dengan benar. Tujuan deep squat adalah
dihubungkan dengan peningkatan resiko gerakan dasar yang diperlukan dalam
cedera. Ketidakmampuan untuk seluruh aktifitas olahraga. Ini adalah
melakukan gerakan fungsional ini posisi yang diperlukan untuk gerakan
menghasilkan gerak kompesasi yang yang melibatkan ekstremitas bawah.
tidak efisien. Kompensasi ini Deep squat digunakan untuk menilaii
menyebabkan tingginya resiko cedera, bilateral, simetris, mobilitas fungsional
bahkan jika dilakukan pada tingkat dari sendi pinggul, lutut, dan
performa yang tinggi (Mo-An,et al. pergelangan kaki. Batang kayu dipegang
2012). di atas kepala untuk menilai bilateral,
Berdasarkan penelitian Chorba,et mobilitas simetris bahu serta tulang
al. (2010), gerak kompensasi pada belakang dada (Cook,et al. 2006).
aktivitas fungsional dapat

6 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

2) Hurdle Step (Cook,et al. 2006).


Tujuan hurdle step ini dirancang Sepakbola
untuk melihat mekanika tubuh selama Sepakbola adalah permainan beregu,
gerak melangkah melewati pita yang tiap regu terdiri dari sebelas orang
pembatas. Gerakan ini membutuhkan pemain salah satunya adalah penjaga
koordinasi yang tepat dan stabilitas gawang, permainan seluruhnya
antara pinggul dan tulang belakang menggunakan kaki kecuali penjaga
selama gerak melangkah serta stabilitas gawang boleh menggunakan tangan di
satu sisi kaki. Langkah rintangan daerah hukumannya (Sucipto, 2000: 7).
menilai mobilitas fungsional bilateral Permainan sepakbola merupakan
dan stabilitas pinggul, lutut, dan permainan kelompok yang melibatkan
pergelangan kaki (Cook,et al. 2006). banyak unsur, seperti fisik, teknik,
3) In Line Lunges taktik, dan mental (Herwin, 2006 :78).
In-line lunge adalah tes yang Sepakbola adalah permainan dengan
menempatkan ekstremitas bawah dalam cara menendang sebuah bola yang
posisi gaya menggunting yang diperebutkan oleh para pemain dari dua
memberikan kinerja lebih pada trunk kesebelasan yang berbeda dengan
dan ekstremitas untuk melawan gerak bermaksud memasukan bola ke gawang
rotasi dan menjaga keselarasan. Tes ini lawan dan mempertahankan gawang
menilai mobilitas pinggul dan sendiri jangan sampai kemasukan bola
pergelangan kaki dan stabilitas, (Irianto,2011:3). Hampir seluruh
fleksibilitas paha depan, dan stabilitas permainan dimainkan dengan
lutut (Cook,et al. 2006). keterampilan kaki, badan dan kepala
4) Active Straight Leg Raise untuk memainkan bola.
Active Straight Leg Raise Sepakbola merupakan cabang
merupakan pemeriksaan untuk melihat olahraga yang sangat populer di dunia
kemampuan anggota gerak bawah dan olahraga ini sangat mudah
terhadap stabilitas tubuh. Selain itu juga dipahami. Pada tanggal 21 Mei 1904
memeriksa fleksibilitas dari otot berdirilah federasi sepakbola dunia yang
hamstring dan gastroc-soleus dengan disingkat FIFA (Federation
mempertahankan posisi pelvis (Cook,et Internasional The Football
al. 2006). Association). Di Indonesia, organisasi
5) Rotary Stability yang menaungi sepakbola adalah PSSI
Rotary stability merupakan gerakan (Persatuan Sepakbola Seluruh
yang kompleks membutuhkan Indonesia). PSSI berdiri pada tanggal 19
koordinasi neuromuskular dan kekuatan April 1930. Permainan sepakbola
dari satu segmen tubuh ke sisi yang lain. dimainkan oleh dua regu yang setiap
Pemeriksaan ini untuk melihat regunya terdiri atas 11 orang pemain
kemampuan stabilitas tulang belakang termasuk penjaga gawang. Permainan
dikombinasikan dengan gerakan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit
ekstremitas atas dan bawah (Cook,et al. dan dibantu dua hakim penjaga garis.
2006). Lama permainan sepakbola adalah 2
6) Trunk Stability Push Up x 45 menit dengan istirahat 15 menit,
Trunk Stability Push up lapangan permainan persegi panjang,
pemeriksaan untuk melihat stabilitas panjangnya tidak boleh lebih dari 120
tulang belakang saat gerakan closed meter dan tidak boleh kurang dari 90
kinetic chain ekstremitas atas. meter, sedang lebarnya tidak boleh lebih
Pemeriksaan stabilitas tulang belakang dari 90 meter dan tidak boleh kurang
pada bidang sagital saat gerakan dari 45 meter (dalam pertandingan
ekstremitas atas bergerak simetris internasional panjangnya lapangan tidak

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 7


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

boleh lebih dari 110 meter dan tidak bola pada dasarnya bertujuan untuk
boleh kurang dari 100 meter, sedang mengembangkan kemampuan fisik
lebarnya tidak lebih dari 75 meter dan untuk mencapai kesegaran jasmani
tidak boleh kurang dari 64 meter). (physical fitness) agar dapat bermain
Dengan demikian dapat disimpulkan sepakbola dengan sebaik-baiknya.
sepakbola adalah permainan beregu Unsur-unsur teknik tanpa bola terdiri
yaitu dua kesebelasan saling bertanding dari : (1) Lari cepat dan mengubah arah;
yang melibatkan unsur fisik, teknik, (2) Melompat dan meloncat; (3) Gerak
taktik, dan mental, dilakukan dengan tipu tanpa bola dan, (4) Gerakan-
cara menendang sebuah bola yang gerakan khusus untuk penjaga gawang.
diperebutkan oleh pemain dari kedua tim Sedangkan, teknik dengan bola yaitu
dengan tujuan untuk memasukkan bola semua gerakan-gerakan dengan bola.
ke gawang lawan sebanyak-banyaknya Kemampuan seorang pemain dalam
dan mempertahankan gawang dari memainkan bola akan sangat membantu
kebobolan. penampilannya dalam bermain
Untuk dapat bermain sepakbola sepakbola. Teknik dasar dengan bola
dengan baik, seorang pemain sepakbola yang harus dimiliki pemain sepakbola
harus menguasai teknik-teknik dasar menurut Herwin (2006: 24-25) antara
dalam bermain sepakbola. Hal itu sesuai lain adalah: (1) Pengenalan bola dengan
dengan Sukatamsi (2001:12) yang bagian tubuh (ball feeling); (2)
mengatakan bahwa untuk mencapai Mengoper bola (passing),mengoper bola
kerjasama tim yang baik diperlukan pendek dan panjang atau melambung,;
pemain-pemain yang dapat menguasai (3)menendang bola ke gawang
semua bagian-bagian dan macam- (shooting); (4) Menggiring bola
macam teknik dasar dan ketrampilan (dribbling); (5) Menghadapi lawan dan
bermain sepakbola, sehingga dapat daerah bebas, menerima dan menguasai
memainkan bola dalam segala posisi bola (receiving and controlling the ball)
dan situasi dengan cepat, tepat, dan dengan kaki, paha, dan dada; (6)
cermat artinya tidak membuang-buang Menyundul bola (heading) untuk bola
energi dan waktu. Sejalan dengan lambung atau bola atas; (7) Gerak tipu
pendapat tersebut, Sucipto, dkk. (feinting) untuk melewati lawan; (8)
(2000:17) mengatakan bahwa untuk Merebut bola (tackling) saat lawan
bermain bola dengan baik pemain menguasai bola (9) Melempar bola
dibekali dengan teknik dasar yang baik. (throw-in) bila bola keluar lapangan
Pemain yang memiliki teknik dasar yang untuk menghidupkan kembali
baik pemain tersebut cenderung dapat permainan; dan (10) Teknik menjaga
bermain sepakbola dengan baik pula. gawang (goal keeping).
Berdasarkan pendapat di atas
Keterampilan Teknik Dasar
dapat disimpulkan bahwa keterampilan
Sepakbola
teknik dasar sepakbola adalah tingkat
Teknik dasar sepakbola adalah kemahiran yang dimiliki seseorang
semua gerakan-gerakan tanpa bola dan dalam bermain sepakbola. Teknik ini
gerakan- gerakan dengan bola yang akan sangat bermanfaat apabila dapat
diperlukan untuk bermain sepakbola. dikuasai dengan benar. Pada penelitian
Jadi teknik dasar bermain sepakbola ini teknik-teknik dasar sepakbola yang
adalah merupakan kemampuan untuk akan diteliti meliputi: (1) Menimang bola
melakukan gerakan-gerakan atau (jugling); (2) menggiring bola
mengerjakan sesuatu yang terlepas sama (dribbling); (3) mengoper dan menahan
sekali dari permainan sepakbola bola (passing & Shooting); dan (4)
(Sukatamsi, 2001:2- 3). Teknik tanpa menembak bola (shooting). Di bawah

8 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

ini akan dijelaskan bentuk-bentuk menggiring bola yaitu:


latihan teknik dasar sepakbola. 1) Menggiring bola dengan kura-kura
a. Menggiring Bola kaki bagian dalam.
Menggiring bola merupakan a) Posisi kaki menggiring bola sama
teknik dalam usaha memindahkan bola dengan posisi kaki dalam
dari suatu daerah ke daerah lain pada menendang bola dengan kura-kura
saat permainan sedang berlangsung kaki bagian dalam.
(Sarumpaet dkk, 1992:24). Menurut b) Kaki yang digunakan untuk
Mielke (2007:1) "dribbling menggiring bola tidak diayunkan
didefinisikan sebagai penguasaan bola seperti teknik menendang bola,
dengan kaki saat kamu bergerak di tetapi tiap langkah secara teratur
lapangan permainan". Menggiring bola menyentuh atau mendorong bola
juga dapat di artikan sebagai suatu bergulir ke depan dan bola harus
gerakan berlari yang dengan selalu dekat dengan kaki. Dengan
menggunakan bagian kaki untuk demikian bola mudah dikuasai dan
mendorong bola agar bergerak, tidak mudah direbut lawan.
bergulir terus-menerus di atas tanah. c) Pada saat menggiring bola lutut
Menggiring bola dapat dilakukan pada kedua kaki harus selalu ditekuk,
saat-saat menguntungkan saja, yaitu dan pada waktu kaki menyentuh
bebas dari lawan. Kegunaan menguasai bola, mata melihat pada bola,
teknik menggiring bola ini menurut selanjutnya melihat situasi di
Sukatamsi (2001:158) diantaranya: (1) lapangan.
untuk melewati lawan; (2) berputar dan 2) Menggiring bola dengan kura-kura
mengubah arah bola; (3) mencari kaki penuh.
kesempatan memberikan umpan bola (a) Posisi kaki sama dengan posisi
kepada kawan dengan tepat; (4) kaki dalam menendang bola
menahan bola tetap dalam penguasaan; dengan kura-kura kaki penuh.
dan (5) menyelamatkan bola, apabila (b) Kaki yang digunakan untuk
tidak terdapat kemungkinan atau menggiring bola sesuai dengan
kesempatan untuk segera mengoperkan irama langkah lari tiap langkah
bola kepada kawan. dengan kura-kura kaki penuh bola
Untuk dapat melakukan teknik didorong di depan dekat kaki.
menggiring bola yang baik harus 3) Menggiring bola dengan kura-kura
diperhatikan prinsip untuk dapat kaki bagian luar.
menggiring bola, antara lain: bola (a) Posisi kaki menggiring bola sama
harus dikuasi sepenuhnya oleh pemain dengan posisi kaki dalam
sehingga lawan sulit untuk merebut, menendang bola dengan kura-
dapat menggunakan seluruh bagian kura kaki bagian luar.
kaki sesuai dengan tujuan apa yang (b) Setiap langkah secara teratur
ingin dicapai, dapat melihat situasi dengan kura-kura kaki bagian
permainan saat menggiring bola. Saat luar kaki kanan atau kaki kiri
menggiring bola, kaki yang mendorong bola bergulir ke
dipergunakan sama dengan saat depan, dan bola harus selalu
menendang bola, antara lain:1) dekat dengan kaki.
menggiring bola dengan kaki bagian (c) Pada saat menggiring bola kedua
dalam; 2) menggiring bola dengan kaki lutut selalu sedikit ditekuk,
bagian luar; 3) menggiring bola dengan waktu kaki menyentuh bola
punggung kaki. pandangan pada bola, dan
Menurut Sukatamsi (1984:159- selanjutnya melihat situasi
161) ada beberapa macam cara lapangan.

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 9


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

b. Mengoper Bola (Passing) ke gawang lawan.


Mielke (2007) menyatakan 3) Untuk menghidupkan bola
“passing adalah seni memindahkan kembali setelah terjadi suatu
momentum bola dari satu pemain ke pelanggaran seperti tendangan
pemain lain”. Luxbacher (2001:11- bebas, tendangan penjuru,
12) membagi teknik dasar passing tendangan hukuman, tendangan
menjadi 3, yaitu: (1) Menendang bola gawang dan sebagainya.
dengan kaki bagian dalam (inside of 4) Untuk melakukan clearing atau
foot); (2) Kaki bagian luar (outside of pembersihan dengan jalan
the foot); (3) Punggung kaki (instep menyapu bola yang berbahaya di
of the foot. daerah sendiri atau dalam usaha
Menurut Kushandoko membendung serangan lawan
(2002:62) passing dalam sepakbola pada daerah pertahanan sendiri.
ada beberapa macam, yaitu: (1) untuk Seorang pemain yang tidak
memberikan bola ke teman yang menguasai teknik menendang dengan
posisinya berjauhan, seorang pemain baik, tidak akan mungkin menjadi
sering melakukan umpan jarak jauh pemain yang baik. Kesebelasan yang
dengan bola yang melambung, (2) baik adalah suatu kesebelasan yang
Sedang untuk posisi yang berdekatan semua pemainnya menguasai teknik
dilakukan umpan pendek dengan bola menendang bola dengan baik, dengan
datar menyusur tanah. Selain itu ada cepat, cermat, dan tepat pada sasaran,
juga beberapa jenis mengumpan sasaran teman maupun dalam membuat
antara lain mengumpan secara gol ke mulut gawang lawan Menendang
diagonal atau sering dikenal dengan dengan kaki bagian dalam.
istilah umpan menyilang dan umpan Shooting adalah suatu teknik
terobosan. menendang bola dengan kaki bagian
c. Menendang Bola (Shooting) dalam.
Menendang bola merupakan (1) Kaki tumpu atau kaki yang
suatu usaha untuk memindahkan bola digunakan sebagai tumpuan.
dari suatu tempat ke tempat lain (a) Kaki tumpu ditempatkan di
dengan menggunakan kaki atau samping bola.
bagian kaki. Menendang bola dapat (b) Ujung kaki tumpu diarahkan ke
dilakukan dengan keadaan bola diam, arah jalan bola.
menggelinding, maupun melayang di (c) Kaki tumpu ikut membantu
udara (Sarumpaet dkk, 1992:20). gerakan kaki ayun atau kaki
Menurut Sucipto, dkk. (2000:17), tendang.
menendang bola merupakan salah (2) Kaki tendang atau kaki yang
satu karakteristik permainan digunakan untuk menendang bola.
sepakbola yang paling dominan. (a) Kaki tendang diputar, kaki
Sukatamsi (1984:34) mengatakan bagian dalam diarahkan ke arah
bahwa menendang bola merupakan jalan bola, lutut sedikit
teknik dengan bola yang paling dibengkokkan.
banyak dilakukan dalam permainan (b) Telapak kaki tendang sejajar
sepakbola. Pemain yang memiliki dengan tanah.
teknik menendang dengan baik akan (c) Pukulkan kaki bagian dalam
dapat bermain dengan efisien. pada bagian tengah bola (tepat
Tujuan dari menendang bola : di tengah bola).
1) Untuk memberikan bola kepada (d) Gerakan lanjutan dari kaki
teman atau mengoper bola. tendang.
2) Dalam usaha memasukkan bola

10 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Menendang dengan kura-kura kaki menendang.


bagian dalam adalah suatu teknik (d) Gerakan lanjutan dari kaki
menendang bola dengan kura-kura kaki tendang.
bagian dalam. Menendang dengan kura-kura kaki
(3) Kaki tumpu atau kaki yang penuh adalah suatu teknik menendang
digunakan sebagai tumpuan. bola dengan seluruh bagian kura-kura
(a) Mengambil awalan dengan kaki.
membentuk busur atau (7) Kaki tumpu atau kaki yang
melengkung kira-kira 450 digunakan sebagai tumpuan.
(b) Kaki tumpu ditempatkan kira-kira (a) Kaki tumpu ditempatkan di
2 atau 3 telapak kaki di samping samping bola.
belakang bola. (b) Kaki tumpu diarahkan ke arah
(c) Lutut sedikit dibengkokkan. tendangan.
(d) Kaki tumpu membantu gerakan (c) Lutut kaki tumpu sedikit
kaki tendang. dibengkokkan.
(4) Kaki tendang atau kaki yang (8) Kaki tendang atau kaki yang
digunakan untuk menendang bola. digunakan untuk menendangbola.
(a) Kaki tendang, pinggang dan lutut (a) Ayunkan kaki tumpu diikuti oleh
diputar. gerakan pinggang.
(b) Perkenaan pada bagian dalam (b) Perkenaan kura-kura kaki tepat di
dari kura-kura kaki. tengah bola.
(c) Bola ditendang dengan sisi (c) Pergelangan kaki dikuatkan.
bagian dalam dari kura-kura (d) Ujung kaki tendang diarahkan ke
kaki, sedangkan tubuh bagian bawah.
atas ayun sedikit ke samping
Kondisi Fisik
melewati kaki tumpu.
(d) Gerakan lanjutan. Dalam olahraga unsur kondisi fisik
Menendang dengan kura-kura kaki merupakan salah satu faktor utama
bagian luar adalah suatu teknik selain kemampuan teknik (Harsono,
menendang bola dengan kura-kura kaki 1993:7). Kondisi fisik ditinjau dari segi
bagian luar. faalnya adalah kemampuan seseorang
(5) Kaki tumpu atau kaki yang dapat diketahui sampai sejauh mana
digunakan sebagai tumpuan. kemampuannya sebagai pendukung
(a) Menendang dengan aktifitas fisik adalah suatu kesatuan utuh
menggunakan kaki kanan dari dari komponen-komponen yang tidak
arahsebelah kanan. dapat dipisahkan begitu saja baik
(b) Kaki tumpu ditempatkan kira-kira peningkatan maupun pemeliharaannya”.
1 atau 2 telapak kaki di samping Sedangkan kemampuan fisik adalah
belakang bola. kemampuan memfungsikan organ- oran
(c) Kekuatan berada pada kaki tubuh dalam melakukan aktivitas fisik
tumpu. (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:221).
(6) Kaki tendang atau kaki yang Atlet yang memiliki tingkat kondisi
digunakan untuk menendang bola. fisik yang baik akan terhindar dari
(a) Kaki tendang, pinggang dan lutut kemungkinan cedera yang biasanya
diputar. terjadi jika seseorang melakukan kerja
(b) Perkenaan kaki bagian kura-kura fisik yang berat. Kondisi fisik sangat
sebelah luar, dimulai dari jari-jari menunjang atlet dalam bertanding,
kaki sampai bagian mata kaki. sehingga dalam pertandingan atlet tidak
(c) Tubuh bagian atas sedikit miring mengalami kelelahan yang berarti dan
ke arah kaki tumpu pada saat akan terhindar dari cedera yang dapat

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 11


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

menggangu penampilannya. Oleh yang ditujukan untuk meningkatkan


karena itu peran kondisi fisik sangatlah kondisi fisik dan kemampuan fungsional
diperlukan dalam olahraga (Setiawan, dari sistem tubuh sehingga dengan
1991:110). demikian dapat mencapai prestasi yang
Bahkan Harsono (1988:153) memberi lebih baik.
penjelasan lebih jauh mengenai kondisi Komponen kondisi fisik (Bompa,
fisik bahwa apabila kondisi baik maka: 1994:29) sebagai komponen kesegaran
(1) Akan ada peningkatan dalam biometrik dimana komponen kesegaran
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja motorik terdiri dari dua kelompok
jantung; (2) Akan ada peningkatan komponen, masing- masing adalah
dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kelompok kesegaran jasmani yaitu: (1)
kecepatan, dan lain-lain; (3) Akan ada kesegaran otot, (2) kesegaran
ekonomi gerak yang lebih pada waktu kardiovaskular, (3) kesegaran
latihan; (4) Akan ada pemulihan yang keseimbangan jumlah dalam tubuh dan
cepat dalam organ-organ tubuh setelah (4) kesegaran kelentukan. Kelompok
latihan; dan komponen lain dikatakan sebagai
(5) Akan ada respons yang cepat dari kelompok komponen kesegaran motorik
organisme tubuh kita apabila sewaktu- yang terdiri dari: (1) koordinasi gerak,
waktu respons demikian diperlukan. (2) keseimbangan, (3) kecepatan, (4)
Dari beberapa penjelasan tersebut kelincahan, (5) daya ledak otot.
dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik Disamping itu ada dua komponen
memegang peranan yang sangat penting, yang dapat dikategorikan sebagai
karena kondisi fisik merupakan faktor komponen kondisi fisik yaitu: (1)
dasar bagi setiap aktivitas manusia dan ketepatan dan (2) reaksi. Apabila
turut berperan dalam menentukan cedera komponen gerak digabung ke dalam
pada atlet. komponen kelincahan, maka ada 10
Dalam meningkatkan kondisi fisik, komponen yang masuk kategori kondisi
banyak faktor yang harus dimiliki selain fisik, yang mana kesepuluh komponen
10 komponen kondisi fisik. Faktor yang tersebut dapat diukur keadaannya
mempengaruhi kondisi fisik adalah : (1) melalui suatu tes.
faktor latihan, (2) prinsip beban latihan, Berikut penjelasan secara akurat
(3) faktor istirahat, (4) kebiasaan hidup tentang komponen- komponen kondisi
yang sehat, (5) faktor lingkungan dan fisik yang akan diteliti:
(6) faktor makanan.
Kekuatan (Strength)
Proses latihan kondisi fisik dalam
olahraga, adalah suatu proses yang harus “Strength is the ability to
dilakukan dengan hati-hati, dengan apply force” (Bompa, 1994: 318).
sabar dan dengan penuh kewaspadaan Kekuatan adalah komponen kondisi
terhadap atlet. Melalui latihan yang fisik seseorang tentang kemampuan
berulang-ulang dilakukan, yang dalam mempergunakan otot- otot untuk
intensitas dan kompleksitasnya sedikit menerima beban sewaktu bekerja
demi sedikit bertambah, lama kelamaan (Sajoto, 1995:8). Lebih lanjut
atlet akan berubah menjadi seseorang Sukadiyanto (2005: 62), menjelaskan
yang lebih pegas, lebih lincah, lebih kekuatan adalah kemampuan
terampil dan lebih berhasil guna neuromuskuler untuk mengatasi beban
Harsono (1988:154). Kondisi fisik luar dan beban dalam. Definisi lain,
memegang peranan yang sangat penting Kekuatan adalah kemampuan untuk
dalam program latihan bagi atlet membangkitkan ketegangan otot
sepakbola. Program latihan kondisi fisik terhadap suatu keadaan (Garuda Mas,
haruslah direncanakan secara sistematis 2000: 90). Sedangkan Harsono

12 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

(1988:40), kekuatan (Strenght) adalah menit secara terus menerus. Dalam


energi untuk melawan suatu tahanan setiap cabang olahraga
atau kemampuan untuk membangkitkan latihan fisik yang pertama kali
tegangan (tension) terhadap suatu dilakukan adalah membentuk daya
tahanan (resistense). tahan umum, yang baik dilakukan
Dalam permainan sepakbola, salah dengan latihan aerobik. Aerobik adalah
satu faktor yang menentukan bentuk aktivitas yang membutuhkan
kemampuan permaian seseorang dalam oksigen (O2).
bermain adalah kekuatan. Seorang Dengan daya tahan yang baik,
pemain sepak bola akan dapat merebut performa atlet akan tetap optimal dari
atau melindungi bola dengan baik jika waktu ke waktu karena memiliki waktu
memiliki kekuatan yang baik. Yaitu menuju kelelahan yang cukup panjang.
berfungsi untuk melakukan tendangan Hal ini berarti bahwa atlet mampu
keras dalam usaha untuk mengumpan melakukan gerakan, yang dapat
kepada teman ataupun untuk mencetak dikatakan, berkualitas tetap tinggi sejak
gol, yang tentu saja harus didukung awal hingga akhir pertandingan.
dengan kemapuan teknik yang baik. Ada beberapa faktor yang
Dari beberapa pendapat di atas, mempengaruhi tingkat daya tahan otot,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan antara lain:
adalah kemampuan otot untuk
Aktivitas fisik
melakukan kontraksi guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu Kekuatan dan ketahanan otot yang
tahanan. Latihan yang sesuai untuk sudah dicapai dapat dipertahankan
mengembangkan kekuatan ialah melalui dengan latihan 1 kali seminggu. Setahun
bentuk latihan tahanan(resistence tanpa latihan 45 persen kekuatan masih
exercise). dapat dipertahankan. Sedangkan bed rest
selama 12 minggu dapat menurunkan
Daya Tahan (Endurance) kekuatan otot sebesar 40 persen. Namun
Daya tahan adalah kemampuan demikian, istirahat yang cukup setiap
seseorang dalam menggunakan ototnya malam dibutuhkan untuk
untuk berkontraksi secara terus menerus mempertahankan tingkat daya tahan
dalam waktu yang relatif lama dengan otot.
beban tertentu (Sajoto, 1995:8). Daya a) Kualitas otot
tahan adalah kemampun untuk bekerja Tiap unit mikroskopis otot
atau berlatih dalam waktu yang lama, mempengaruhi kontraksi otot yang
dan setelah berlatih dalam jangka waktu ditimbulkan. Dengan kontraksi
lama tidak mengalami kelelahanyang optimal otot akan dapat beraktivitas
berlebihan (Garuda Mas, 2000 : 89). lebih lama dibandingkan dengan
Untuk meningkatkan daya tahan ketika berkontraksi secara maksimal.
diperlukan beberapa bentuk latihan b) Kontraksi Otot
dalam waktu yang relatif lama. Daya Kontraksi berturut-turut secara
tahan otot dan respiratori adalah sistem maksimum akan mengurangi
kerja pada tingkat aerobik yaitu cadangan sumber energi dalam otot.
pemasukan (supply) oksigen masih Lama-kelamaan hal tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan kemampuan kontraksi
pekerjaan yang dilakukan oleh otot. otot menurun.
Menurut Sukadiyanto (2005: 61) daya c) Vascularisasi dan Innervasi
tahan aerobik adalah kemampuan Vascularisasi berfungsi
seseorang untuk mengatasi beban menyalurkan oksigen dan nutrisi
latihan dalam jangka waktu lebih dari 3 untuk metabolisme penghasil energi.

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 13


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Semakin banyak pasokan oksigen laki-laki. Saat awal pubertas,


dan nutrisi, akan semakin banyak testosteron akan meningkatkan massa
energi yang dihasilkan, sehingga otot otot, sedangkan estrogen cenderung
dapat beraktivitas lebih lama. menambah jaringan lemak. Sehingga
Rangsang diterima saraf sensorik, secara umum daya tahan otot
lalu dijalarkan ke pusat, kemudian ke perempuan lebih rendah dari laki-
saraf motorik untuk menggerakkan laki.
otot. Selama saraf masih mampu i) Nutrisi
menghantarkan impuls, otot akan Cadangan glikogen sebagian
tetap mampu bergerak ketika ada besar bergantung pada dukungan
rangsang. nutrisi yang tepat. Diet tinggi
d) Kekuatan otot karbohidrat akan memberikan lebih
Kombinasi antara kekuatan dan banyak cadangan dalam otot
daya tahan akan menghasilkan daya dibanding diet campuran maupun
tahan otot. Tingkat kekuatan otot tinggi lemak. Permainan sepakbola
berbanding lurus dengan tingkat merupakan salah satu permainan
ketahanan otot. Misalnya, atlet yang membutuhkan daya tahan dalam
dengan bench-press maksimal 200 jangka waktu yang cukup lama. Daya
pon akan dapat melakukan tahan penting dalam permainan
pengulangan lebih banyak dengan sepakbola sebab dalam jangka waktu
beban 100 pon daripada atlet dengan 90 menit bahkan lebih, seorang
bench- press maksimal 150 pon. pemain melakukan kegiatan fisik
e) Cadangan glikogen yang terus menerus dengan berbagai
Waktu untuk menuju kelelahan bentuk gerakan seperti berlari,
salah satunya ditentukan oleh melompat, meluncur (sliding), body
seberapa banyak cadangan glikogen charge dan sebagainya yang jelas
yang masih mampu diubah menjadi memerlukan daya tahan yang tinggi.
glukosa. Pada akhirnya, glukosa Dari beberapa pendapat di atas,
digunakan sebagai energi untuk dapat disimpulkan bahwa daya tahan
melakukan aktivitas. adalah suatu kemampuan tubuh untuk
f) Berat badan bekerja dalam waktu yang lama tanpa
Berat badan yang rendah dapat mengalami kelelahan yang berarti
menunjukkan massa otot yang rendah. setelah menyeleasaikan aktivitas
Dengan demikian, metabolisme tersebut.
penghasil energi di otot akan lebih
Sekolah Sepakbola (SSB)
sedikit. Hal ini menyebabkan jumlah
cadangan energi untuk aktivitas Pengertian SSB
menjadi lebih kecil. Sekolah sepakbola (SSB)
g) Usia merupakan sebuah organisasi olahraga
Pada orang-orang terlatih, khususnya sepak bola yang memiliki
ketahanan otot akan terus meningkat fungsi mengembangkan potensi yang
dan mencapai ketahanan otot dimiliki atlet. Tujuan SSB untuk
maksimal di usia 20 tahun. Setelah menghasilkan atlet yang memiliki
itu, tingkat ketahanan otot akan kemampuan yang baik, mampu bersaing
menetap 3-5 tahun yang kemudian dengan SSB lainnya, dapat memuaskan
akan berangsur-angsur turun. masyarakat dan mempertahankan
h) Jenis kelamin kelangsungan hidup suatu organisasi
Kekuatan otot perempuan kira- (Soedjono, 1999: 2). Selain itu juga
kira 2 per 3 laki-laki. Selain itu, otot untuk melatih atlet dengan teknik yang
perempuan lebih kecil daripada otot benar, mengantarkan atlet untuk meraih
14 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)
Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

prestasi yang baik. yang baik.


SSB merupakan merupakan wadah (c) Sering menampilkan hubungan
pembinaan sepak bola usia dini yang dan koordinasi yang kurang baik.
paling tepat, saat ini sekolah-sekolah (d) Merasa mempunyai ketahanan dan
sepak bola kebanjiran siswa. Hal ini sumber energi yang terbatas.
merupakan fenomena bagus mengingat (e) Mudah lelah tetapi tidak
peran sekolah sepak bola sebagai akar dihiraukan.
pembinaan prestasi sepak bola nasional (f) Anak laki laki mempunyai
yang mampu memasok pemain bagi kecepatan dan kekuatan otot lebih
klub yang mebutuhkan. Tujuan utama baik dari pada putri
SSB sebenarnya untuk menampung dan (g) Kesiapan dan kematangan untuk
memberikan kesempatan bagi siswanya keterampilan bermain menjadi
dalam mengembangkan bakatnya. lebih baik.
Disamping itu juga memberikan dasar 2) Karakteristik Psikis atau Mental
yang kuat tentang bermain sepak bola (a) Banyak mengeluarkan energi
yang benar termasuk di dalamnya untuk fantasi
membentuk sikap, kepribadian dan (b) Ingin menetapkan pandangan
perilaku yang baik. SSB merupakan hidup
detak jantung pembinaan pesepakbolaan (c) Mudah gelisah karena keadaan
usia muda di Indonesia (Ganesha, 2010: lemah.
17). 3) Karakteristik Sosial
Latihan saat muda berkualitas (a) Ingin tetap diakui oleh
yang sistematis, metodik serta kelompoknya
berkesinambungan merupakan harga (b) Mengetahui moral dan etika
mati dalam pembinaan menuju kehidupannya
pesepakbola yang profesional dan (c) Perasaan yang makin tetap
handal (Ganesha, 2010: 18). Dalam berkembang.
menuju menjadi pemain sepakbola
Hubungan Kondisi Fisik dengan
anak-anak mengalami beragam tahapan-
Resiko Cedera Olahraga
tahapan, layaknya proses bayi dari
merangkak, berdiri hingga berjalan. Cedera olahraga adalah cedera
Secara biologis, fisiologis maupun yang terjadi pada sistem
psikologis anak-anak dan remaja di muskuloskeletal dan neuromuskuler
setiap level usia memiliki karakteristik pada atlet yang bisa terjadi pada saat
dan ciri tersendiri. Sehingga dalam latihan maupun pertandingan, secara
melatih, pelatih harus menyesuaikan sengaja maupun tidak sengaja. Cedera
dengan kondisi ini, demi efektifnya olahraga banyak terjadi pada olahraga
materi latihan yang diajarkan kepada dengan intensitas yang tinggi atau
pemain. aktifitas fisik yang terus menerus serta
kompleks dan sepakbola merupakan
Karakteristik Anak Usia 13 15 Tahun salah satu cabang olahraga yang
Menurut Sukintaka (2000:45), memiliki intensitas dan aktifitas fisik
anak setingkat SMP kira-kira yang tinggi, terus- menerus serta
mempunyai usia 13-15 tahun, kompleks.
mempunyai karakteristik sebagai Sepakbola merupakan olahraga
berikut: yang dinamis dan menuntut kesiapan
1) Karakteristik Jasmani fisik yang prima. Pergerakan pemain
(a) Laki laki maupun putri terdapat dalam pertandingan, baik dengan bola
pertumbuhan memanjang. maupun tanpa bola sangat cepat dan
(b) Membutuhkan pengaturan istirahat dengan hilir mudik mencari-cari celah

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 15


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

daerah yang dapat diterobos untuk lama tidak mengalami kelelahan yang
memasukkan bola ke gawang lawan. berlebihan (Garuda Mas, 2000:89).
Kondisi ini berlangsung dalam waktu Permainan sepak bola merupakan salah
yang cukup lama, sehingga begitu satu permainan yang membutuhkan
menguras energi dan menyebabkan daya tahan dalam jangka waktu yang
kelelahan. Dengan kondisi fisik yang cukup lama. Daya tahan penting dalam
prima maka akan ada peningkatan permainan sepak bola sebab dalam
dalam kemampuan sistem sirkulasi dan jangka waktu 90 menit bahkan lebih,
kerja jantung, peningkatan dalam seorang pemain melakukan kegiatan
kekuatan, kelentukan, stamina, fisik yang terus menerus dengan
kecepatan, dan lain-lain. Selain itu berbagai bentuk gerakan seperti berlari,
dengan kondisi fisik yang bagus, akan melompat, meluncur (sliding), body
ada ekonomi gerak yang lebih pada charge dan sebagainya yang jelas
waktu latihan, serta akan ada pemulihan memerlukan daya tahan yang tinggi.
yang cepat dalam organ-organ tubuh
Hubungan Keterampilan Teknik
setelah latihan, sehingga tidak
Dasar Sepakbola dengan Resiko
menimbulkan kelelahan yang berarti.
Cedera Olahraga
Kondisi fisik yang mendukung
keberhasilan dalam permainan Sama halnya dengan kondisi fisik,
sepakbola antara lain keterampilan teknik dasar sepakbola
strength, endurance. merupakan hal wajib yang harus
dikuasai oleh pemain sepakbola, karena
Hubungan Strenght dengan resiko tidak akan tercipta permainan sepakbola
cedera olahraga yang berkualitas serta berprestasi tinggi
Kekuatan adalah komponen tanpa adanya kemampuan teknik dasar
kondisi fisik seseorang tentang yang baik dan benar. Tetapi, gerakan
kemampuan dalam mempergunakan teknik dasar yang salah saat berlatih
otot-otot untuk menerima beban atau bertanding akan beresiko
sewaktu bekerja (Sajoto, 1995:8). menimbulkan cedera, karena
Kekuatan adalah kemampuan untuk biomekanika gerak tubuh yang salah.
membangkitkan ketegangan otot Ketidakmampuan sendi, otot serta
terhadap suatu keadaan (Garuda Mas, ligamen saat bergerak secara cepat, tiba-
2000 : 90). Strength mempengaruhi tiba dan kuat juga dapat menimbulkan
kemampuan pemain dalam usaha cedera, seperti saat melakukan passing
melindungi bola, memenangkan dan shooting maka dibutuhkan teknik
perebutan bola dengan kaki atau kepala. yang benar. Agar tidak tercipta gerakan
Dengan kekuatan yang baik tentunya torsi tubuh yang berlebihan, kompressi
dapat membuat pemain menjadi lebih tulang pada saat landing dari jumping,
cepat dan lebih eksplosif . traksi otot berlebihan saat melakukan
shooting atau passing jauh, dan stress
Hubungan endurance dengan resiko
geser sendi saat melakukan speed
cedera olahraga
dribbling (lari cepat mengejar bola
Daya tahan adalah kemampuan berhenti tiba-tiba, badan condong ke
seseorang dalam menggunakan ototnya depan dan lutut menekuk) maka hal
untuk berkontraksi secara terus menerus tersebut dapat merusak sendi/cartilage
dalam waktu yang relatif lama dengan articularis dan menimbulkan cedera/
beban tertentu (Sajoto, 1995:8). Daya rasa sakit pada pemain.
tahan adalah kemampun untuk bekerja
atau berlatih dalam waktu yang lama,
dan setelah berlatih dalam jangka waktu

16 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Hubungan Dribbling dengan resiko KESIMPULAN


cedera olahraga Pada penelitian ini dillakukan
Menggiring bola atau dribbling analisis deskripsi frekuensi strenght,
membutuhkan kemampuan otot dengan endurance dribbling, passing &
koordinasi antara kekuatan dan shooting terhadap resiko cedera olahraga
kecepatan yang baik, endurance juga sesuai dengan data hasil penelitian yang
diperlukan dalam menguasai teknik terdapat pada lampiran. Berikut
ketrampilan ini untuk membantu penjelasan dari masing- masing faktor
mencapai jarak tempuh dribbling yang dan variabel penelitian:
jauh, kemampuan otot dalam
Strenght
mengontrol kecepatan dan kekuatan
bola yang digiring jika tidak memiliki Bola (SSB) di Kota Karanganyar
flekisbilitas yang baik maka akan secara keseluruhan terdapat 1 siswa
memiliki resiko cidera dengan adanya termasuk dalam kategori kurang sekali
strech refleks dari otot. dengan resiko cedera tinggi, 2 siswa
termasuk dalam kategori kurang dengan
Hubungan Passing dengan resiko resiko cedera rendah, 62 siswa termasuk
cedera olahraga dalam kategori sedang dengan resiko
Passing adalah kemampuan cedera tinggi sebanyak 20 siswa dan
memberikan/mengoper bola dan resiko cedera rendah sebanyak 42 siswa,
kemampuan untuk menerima atau 30 siswa termasuk dalam kategori baik
menghentikan bola yang diumpankan. dengan resiko cedera tinggi sebanyak 12
kemampuan ini membutuhkan kinerja siswa dan resiko cedera rendah
otot dengan penguasaan koordinasi sebanyak 18 siswa, dan 5 siswa
menghitung kekuatan yang dikeluarkan termasuk dalam kategori baik sekali
agar bola menempuh jarak yang dengan resiko cedera tinggi sebanyak 2
diinginkan, dan kemampuan koordinasi siswa dan resiko cedera rendah sebanyak
menangkap bola dengan kecepatan 3 siswa. Dari hasil di atas dapat dilihat
bereaksi untuk menerima bola dalam bahwa sebagian besar siswa SSB di kota
posisi yang tepat agar bola yang Karanganyar memiliki kondisi fisik
diterima terkontrol dengan baik. Faktor- berupa strenght dalam kategori sedang
faktor kerja otot ini menjadi riskan dengan resiko cedera rendah.
terhadap terjadinya resiko cedera jika
Endurance
tidak dilatih dengan baik.
Bola (SSB) di Kota Karanganyar
Hubungan Shooting dengan resiko secara keseluruhan terdapat 25 siswa
cedera olahraga termasuk dalam kategori kurang dengan
Shooting adalah kemampuan untuk resiko cedera tinggi sebanyak 9 siswa
menendang bola dengan power penuh dan resiko cedera rendah sebanyak 16
dan akurasi yang baik agar bola masuk siswa, 52 siswa termasuk dalam kategori
kedalam gawang dan menciptakan gol. sedang dengan resiko cedera tinggi
Dalam gerakan shooting membutuhkan sebanyak 21 siswa dan resiko cedera
faktor power otot yang baik, faktor dari rendah sebanyak 31 siswa, 14 siswa
power sendiri memiliki resiko yang termasuk dalam kategori baik dengan
tinggi terhadap cedera karena otot resiko cedera tinggi sebanyak 2 siswa
haruslah memiliki fleksibilitas yang dan resiko cedera rendah sebanyak 12
bagus agar tidak terjadi strech refleks siswa, 9 siswa termasuk dalam kategori
yang terjadi pada otot hamstring saat baik sekali dengan resiko cedera tinggi
terjadinya kontraksi otot Quadriceps. sebanyak 3 dan resiko cedera rendah
sebanyak 6, dan tidak ada siswa yang
Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 17
Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

termasuk dalam kategori kurang sekali. Shooting


Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa Bola (SSB) di Kota Karanganyar
sebagian besar siswa sekolah sepakbola secara keseluruhan terdapat 34 siswa
(SSB) di kota Karanganyar memiliki termasuk dalam kategori kurang dengan
kondisi fisik berupa endurance dalam resiko cedera tinggi sebanyak 18 siswa
kategori sedang dengan resiko cedera dan resiko cedera rendah sebanyak 16
rendah. siswa, 43 siswa termasuk dalam kategori
Dribbling sedang dengan resiko cedera tinggi
sebanyak 10 siswa dan resiko cedera
Bola (SSB) di Kota Karanganyar
rendah sebanyak 33 siswa, 23 siswa
secara keseluruhan terdapat 8 siswa
termasuk dalam kategori baik dengan
termasuk dalam kategori kurang dengan
resiko cedera tinggi sebanyak 7 siswa
resiko cedera tinggi sebanyak 2 siswa
dan resiko cedera rendah sebanyak 16
dan resiko cedera rendah sebanyak 6
siswa. Dari hasil di atas dapat dilihat
siswa, 42 siswa termasuk dalam
bahwa sebagian besar siswa SSB di kota
kategori sedang dengan resiko cedera
Karanganyar memiliki keterampilan
tinggi sebanyak 13 siswa dan resiko
teknik dasar sepakbola shooting dalam
cedera rendah sebanyak 29 siswa, 50
kategori sedang dengan resiko cedera
siswa termasuk dalam kategori baik
rendah
dengan resiko cedera tinggi sebanyak 20
siswa dan resiko cedera rendah DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 30 siswa. Dari hasil di atas Arikunto, S. 2002. Instrumen Penelitian.
dapat dilihat bahwa sebagian besar Rineka. Jakarta.
siswa sekolah sepakbola (SSB) di kota
Karanganyar memiliki keterampilan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
teknik dasar sepakbola berupa dribbling Suatu Pendekatan Praktik: Rineka
dalam kategori baik dengan resiko Cipta. Jakarta.
cedera rendah.
Passing Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
Edisi VI. Rineka Cipta.
Bola (SSB) di Kota Karanganyar
Yogyakarta.
secara keseluruhan terdapat 3 siswa
termasuk dalam kategori kurang dengan
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian
resiko cedera tinggi sebanyak 2 siswa
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
dan resiko cedera rendah sebanyak 1
Cipta. Jakarta.
siswa, 44 siswa termasuk dalam
kategori sedang dengan resiko cedera
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian
tinggi sebanyak 17 siswa dan resiko
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
cedera rendah sebanyak 27 siswa, 53
Rineka Cipta. (2002). Managemen
siswa termasuk dalam kategori baik
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan resiko cedera tinggi sebanyak 16
siswa dan resiko cedera rendah
Clarke.1997. Principles of sport training.
sebanyak 37 siswa. Dari hasil di atas
Berlin: Sportverlag.
dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
SSB di kota Karanganyar memiliki
Hadi, S. 1990. Metodologi Research. Jilid
keterampilan teknik dasar sepakbola
I. Yogyakarta: Andi Offset.
berupa passing and shooting dalam
kategori baik dengan resiko cedera
Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik.
rendah.
Bandung: Senerai Pustaka.

18 Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online)


Prosiding SENFIKS (Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains), 1 (1) 2019, (1-19)
Available at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/
Mega Widya Putri

Ismaryati. (2006). Tes Pengukuran Soekatamsi. (2000). Teori Dan Praktek


Olahraga.UNS: Surakarta. Sepak Bola I. Surakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Koger, R. (2007). Latihan Dasar Handal Republik Indonesia.
Sepak Bola Remaja. Klaten: Saka
Mitra Kompetensi. Sport New Zealand (2012). Fundamental
Movement Skill.
Luxbacher Joseph, A. (2004). Sepakbola
Langkah Langkah Menuju Sukses. Tim Anatomi. (2003). Diktat Anatomi
Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Manusia. Yogyakarta:
Laboratorium Anatomi FIK UNY.
Matjan. 2007. Modul Kesehatan Dan
Olahraga. Bandung: FKOP UPI Tudor O, B. 1990. Theory and
Bandung methodology of training. Lowa:
Hunt Publishing
Mielke, D. (2007). Dasar-Dasar
Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Mulyono B, A. (2008). Tes Dan &


Pengukuran Pendidikan
Jasmani/Olahraga. Surakarta: UNS
Pres.

Pearce, E. C. 2006. Anatomi dan Fisiologi.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pekik, D. 2002. Dasar Kepelatihan.


Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNY.

Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik


dalam Olahraga.Semarang: IKIP
Semarang Press. Setiawan,Tri
Tunggal. 2004. Buku Ajar Renang
1.Semarang : FIK UNNES.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R &D.
Bandung: Alfabet.

Suharno H.P. (1992). Ilmu Kepelatihan


Olahraga. Yogyakarta: FPOK
IKIP.

Sukadiyanto. 2010. Pengantar Teori Dan


Metodologi Melatih Fisik. Bandung
: CV Lubuk Agung.

Sudarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta


:Depdikbud.

Copyright ©2019 FIKS, Universitas PGRI Madiun. ISSN: 2657-0211 (Online) 19

Anda mungkin juga menyukai