Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


(PNA1102)

ACARA III
PENGENALAN GEJALA SERANGAN JAMUR PATOGEN

Oleh:
Akbar Mu’ammar
A1D021139
Kelas D

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa


filament (bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan
mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya.
Sebagian besar dari 100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit,
hidup pada bahan organic mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya
lebih kurang 50 spesies, menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang
sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu
berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih
dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua
tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit dapat
menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios, 1996).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila
tetap hubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang
demikian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain
membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetap dapat
menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup,
jamur yang demikian disebut parasit nonobligat (Agrios, 1996).
Jamur yang beranekaragam jenisnya tersebut biasanya hidup secara
berkelompok walaupun ada yang hidup secara soliter atau sendiri. Salah satu
kelompok jamur yang dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran
basidiokarpnya (tubuh buah) yang besar termasuk dalam divisio Basidiomycota.
Basidiomycota merupakan jenis jamur dengan basidiokarp yang tumbuh dalan
aneka bentuk, warna dan ukuran. Jamur dari divisio Basidiomycota merupakan
jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita, baik itu di tanah
lembab, batang-batang kayu lapuk/mati, maupun pada tumpukan sampah.
Kebanyakan orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang
muncul di jalan setapak dan di kebun. Dari aneka jamur Basidiomycota yang dapat
ditemukan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia.
Beberapa contoh jamur yang menguntungkan adalah Volvariella
volvaceae, Auricularia auricula, dan Schleroderma citrinum dimana jamur
tersebut bermanfaat sebagai bahan makanan. Sedangkan contoh jamur yang
merugikan manusia salah satunya adalah Amanita sp, karena menghasilkan racun
sehingga dapat menyebabkan keracunan bagi yang memakannya (Waluyanti,
2008).
Jamur mempunyai tubuh mulai dari yang sederhana yaitu 1 sel atau uniseluler,
kemudian bentuk serat atau filamen sampai dengan bentuk yang lengkap, artinya
sudah menyerupai jaringan lengkap seperti halnya pada tanaman biasa. Kehidupan
jamur dapat menjadi jasad yang saprofitik ataupun jasad yang parasitik. Kalau
kemudian kehidupan jamur ditelaah dari segi sifat kehidupan mikroba secara
umum, ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik. Artinya untuk keperluan
kehidupannya mempunyai ketergantungan sumber nutrien (zat/sumber makanan)
terutama untuk karbohidrat, dari sumber lain yang sudah ada, misalnya dari
kotoran/buangan, dari tanaman ataupun hewan yang sudah mati, dan sebagainya
(Suriawiria, 1986).
Jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau Mycetae. Diantara
sekitar 100.000 jenis jamur, sebagai besar melalui hidup sebagai saproba yang
berjasa karena melakukan dekomposisi bahan-bahan organik mati. Lebih kurang 50
jenis menyebabkan penyakit pada manusia, dan 50 jenis menyebabkan penyakit
pada hewan, kebanyakan menimbulkan penyakit kulit. Diperkirakan bahwa lebih
dari 8.000 jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan (Semangun,
1996).
Objek atau kajian dalam biologi yang sangat luas atau beragam dan kini telah
dikelompokkan atau diklasifikasikan oleh para ahli biologi menjadi 5 kingdom
(Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Monera). Selain kelima kingdom
tersebut ada satu objek lain yang juga dikaji dalam biologi, yaitu virus. Virus
dipisahkan dari kelima kingdom karena tubuh virus tidak tersusun oleh sel
melainkan oleh asam nukleat yang diselubungi protein dan belum merupakan sel.
Sedangkan kelima kingdom tubuhnya sudah berupa sel (bagi organisme uniseluler)
ataupun tersusun atas banyak sel (bagi organisme multiseluler) (Whittaker, 1969).

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengenali gejala
serangan jamur patogen tanaman, mengetahui tipe gejala jamur patogen tanaman
dan mengetahui perubahan inang setelah terkena jamur patogen.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Antraknosa Cabai (Colletotrichum gloeosporioides)

Jamur Colletotrichum gloeosporioides dapat menginfeksi batang, cabang,


ranting, daun dan buah. Infeksi pada buah bisa terjadi pada buah muda hingga buah
matang. Hingga saat ini antraknosa (patek) masih menjadi penyakit utama pada
tanaman cabai, karena penyakit ini sangat susah sekali untuk dikendalikan.
Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini pun bisa mencapai 100%. Jamur ini
berkembang pesat pada kelembaban di atas 90% dan suhu di bawah 320C. Jamur
Colletotrichum capsici dapat bertahan hidup di dalam tanah, sisa-sisa tanaman atau
buah yang telah terinfeksi. Sementara penularan penyakit antraknosa dapat
disebabkan oleh hembusan angin, alat-alat pertanian, percikan air hujan dan
penyemprotan pestisida, serta manusia. Gejala awal serangan ditandai dengan
adanya bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk.
Selanjutnya buah yang terinfeksi mengerut, membusuk dan rontok/gugur. Bercak
berbentuk bundar cekung dengan berbagai ukuran dan berkembang pada buah
muda. Pada serangan parah bercak akan bersatu dan merata hampir di seluruh
permukaan kulit buah. Martoredjo (2010) menyatakan, bahwa gejala antraknosa
mula-mula berupa bercak kecil yang selanjutnya dapat berkembang menjadi lebih
besar. Gejala tunggal cenderung berbentuk bulat, tetapi karena banyaknya titik awal
gejala maka gejala yang satu dengan yang lain sering bersatu hingga membentuk
bercak yang besar dengan bentuk tidak bulat. Pada gejala yang sudah cukup besar,
sering di bagian tepinya coklat dan di bagian tengahnya putih. Bercak yang
terbentuk umumnya agak cekung atau berlekuk dan dimulai dari bagian tengahnya
mulai terbentuk aservulus jamur yang berwarna hitam, yang biasanya membentuk
lingkaran yang berlapis.

B. Penyakit Blas Padi (Pyricularia oryzae/ Pyricularia grisea)

Jamur Pyricularia grisea (Cooke) termasuk dalam kelompok Ascomycetes.


Secara morfologi jamur ini mempunyai konidia berbentuk bulat lonjong, tembus
cahaya dan bersekat dua atau mempunyai tiga ruangan (Ou 1985). Penyakit blas
umumnya menyerang tanaman padi pada bagian daun dan leher malai. Penyakit
blas yang menyerang daun disebut sebagai blas daun dan yang menyerang leher
malai disebut blas leher (Santoso et al. 2007). Perkembangan penyakit blas menurut
(Ou 1985) adalah sebagai berikut, bentuk khas dari bercak blas adalah elips dengan
ujungnya agak runcing seperti belah ketupat. Bercak yang telah berkembang,
bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan. Bentuk
dan warna bercak bervariasi tergantung pada keadaan sekitarnya, kerentanan
varietas, dan umur bercak. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu
sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang peka,
khususnya bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah berkembang penuh
mencapai 1-1,5 cm dan lebar 0,3-0,5 cm dengan tepi berwarna coklat. Bercak pada
daun varietas peka tidak membentuk tepi yang jelas, lebih-lebih dalam keadaan
lembab dan ternaungi. Bercak tersebut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo
area). Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang
tahan. Bercak akan berkembang sampai beberapa milimeter berbentuk bulat atau
elips dengan tepi warna coklat pada varietas dengan reaksi sedang. Infeksi pada
leher malai menyebabkan pangkal malai menjadi busuk berwarna coklat keabu-
abuan mengakibatkan malai patah dan gabah hampa. Faktor kelembanan sangat
penting untuk timbulnya gejala blas, baik pada daun maupun pada leher malai
(Santoso dan Anggiani 2008).

C. Penyakit akar gada kubis (Plasmodiophora brassicae)

Plasmodiophora brassicae Wor merupakan pathogen tular tanah yang


penting dan menyebabkan penyakit akar gada pada tanaman kubis-kubisan.
Penyakit ini juga sering disebut penyakit akar pekuk atau penyakit akar bengkak.
Menurut Agrios (2005) mengklasifikasikan pathogen tersebut ke dalam kingdom
Protozoa, filum Plasmodiophoramycota, kelas Plasmodiophoramycota ordo
Plasmodiophorales, famili Plasmodiophoraceae, genus Pasmodiophora, danspesies
Plasmodiophora brassicae Wor. Penyakit akar gada disebabkan oleh P. brassicae.
yang merupakan patogen tular tanah.
Ciri khas gejala penyakit akar gada yang disebabkan oleh jamur
Plasmodiophora brassicae Wor ini terlihat pada perakaran atau kadang - kadang
tepat di bawah pangkal batang. dengan ukuran yang bervariasi karena patogen
penyebab penyakit ini mengadakanreaksi pembelahan dan pembesaran sel, yang
menyebabkan terjadinya nyali atau kelenjar yang tidak teratur dan selanjutnya
nyali-nyali ini bersatu, sehingga menjadi bengkakan memanjang yang mirip
dengan batang (gada). Rusaknya susunan jaringan akar menyebabkan rusaknya
jaringan pengangkutan air dan hara tanah terganggu. Gejala pembengkakkan
tersebut terjadi pada sebagian perakaran atau seluruh perakaran. Sebelum akhir
musim tanam dan kondisi lingkungan yang basah, akar yang membengkak akan
hancur karena diuraikan oleh bakteri dan parasit sekunder lain di dalam tanah
(Streers, 1972).
D. Penyakit gosong jagung (Ustilago maydis)

Penyakit gosong pada jagung tersebar luas di dunia, meliputi Amerika,


Meksiko, Rusia, Afrika, Australia, Selandia Baru, Eropa, dan Asia termasuk
Indonesia. Kehilangan hasil yang diakibatkan jamur pathogen Ustilago maydis bisa
mencapai 10%. Ada tiga penyebab penyakit gosong pada jagung. Pertama,
Ustilago maydis (DC) Cda. Teliosporanya berbentuk bukat sampai elip, berwarna
cokelat sampai hitam, diameter 8-11 mikrometer. Spora diploid ini tumbuh
membentuk promiselium dengan empat atau lebih sporidia. Infeksi dapat
dilakukan langsung oleh hipa tumbuh dari teliospore atau dari hasil fusi antara
sporadia dan hipa. Kedua, Sphacelotheca reilina (Kuhn) Clint. Teliospora
berbentuk bulat, berwarna cokelat kemerahan ampao hitam, berdiameter 9-12
mikrometer, berduru banyak. Teliospora berkecambah membentuk basidia dan
lateral sporidia kecill, hialin, sel tunggal, agak bulat dengan diameter 7-15
mikrometer. Teliospora berkecambah membentuk hipa Panjang yang bisa
menginfeksi. Ketiga, UStilagionoidea virens (Cke.) Sklerotia yang masak
berbentuk bulat dengan diameter 4-15 nanometer, berwarna hiaju olive, diameter
4-7 mikrometer, terbentuk pada semacam strigma pendek dari septa hipa berwarna
hijau kekuningan.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Praktikum pengenalan serangan jamur pathogen ini alat yang digunakan adalah
pensil, kertas, pewarna dan Komputer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu foto
dari 4 tanaman sehat dan 4 tanaman sakit yang terkena jamur pathogen yang telah
disiapkan asisten praktikum.

B. Prosedur Kerja

Peosedur kerja pada praktikum acara III antara lain :


1. Buku petunjuk praktikum dasar perlindungan tanaman acara III dipelajari
2. Gambar tanaman sehat dan tanaman sakit yang telah disedikan diamati
3. Gambar tanaman sehat dan tanaman sakit kemudian digambar
menggunakan pewarna dan pensil.
4. Laporan dibuat oleh praktikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Nama inang: Cabai


b. Nama patogen: Jamur antraknosa
(Colletotrichum gloeosporioides)
c. Tipe gejala: busuk kering dan
bercak-bercak hitam
d. Keterangan:
Bagian sehat: Warna cabai merah
diseluruh permukaan
Bagian yang sakit: Cabai terdapat
bercak-bercak hitam agak cekung atau
berlekuk dan dimulai dari bagian
tengahnya mulai terbentuk aservulus
jamur yang berwarna hitam, yang
biasanya membentuk lingkaran yang
berlapis. dan busuk kering.
a. Nama inang: Padi
b. Nama patogen: Jamur blas
(Pyricularia oryzae/ Pyricularia
grisea)
c. Tipe gejala: Bercak cokelat pada
daun dan ruas batang
d. Keterangan:
Bagian sehat: Warna hijau segar pada
seluruh permukaan daun dan batang
malai.
Bagian yang sakit: Warna hitam
kecolatan berbentuk belah ketupat pada
daun. Batang malai yang terinveksi
juga berwarna hitam kecoklatan dan
menyebabkan batang mudah patah.

a. Nama inang: Akar kubis


b. Nama patogen: Jamur akar gada
(Plasmodiophora brassicae)
c. Tipe gejala: akar bengkak
d. Keterangan:
Bagian sehat : Berwarna cokelat muda
dan gelap dengan bentuk seperti
serabut.
Bagian yang sakit: Akarnya besar-
besar, bentuknya seperti kunyit.
a. Nama inang: Jagung
b. Nama patogen: Jamur jagung
gosong biji (Ustilago maydis)
c. Tipe gejala: Biji gosong dan bentuk
tidak teratur
d. Keterangan:
Bagian sehat: Berwarna kuning
keemasan dan berbentuk seperti
trapesium
Bagian yang sakit: Bentuk biji jagung
Bulat tidak beraturan dan berwarna
hitam keunguan.

B. Pembahasan

Gambar pada tabel pertama, terlihat gambar cabai sehat berwarna merah utuh
pada semua bagian buahnya, namun setelah terinfeksi jamur antraknosa
(Colletotrichum gloeosporioides), setelah terjangkit, cabai timbul bintik-bintik
kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk. Selanjutnya buah yang
terinfeksi mengerut, membusuk dan rontok/gugur. Bercak yang ditimbulkan jamur
antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), berbentuk bundar cekung dengan
berbagai ukuran. Dengan rabaan, akan terasa titik-titik hitam kecil pada permukaan
cabai yang terinfeksi. Martoredjo (2010) menyatakan, bahwa gejala antraknosa
mula-mula berupa bercak kecil yang selanjutnya dapat berkembang menjadi lebih
besar. Gejala tunggal cenderung berbentuk bulat, tetapi karena banyaknya titik awal
gejala maka gejala yang satu dengan yang lain sering bersatu hingga membentuk
bercak yang besar dengan bentuk tidak bulat. Pada gejala yang sudah cukup besar,
sering di bagian tepinya coklat dan di bagian tengahnya putih. Bercak yang
terbentuk umumnya agak cekung atau berlekuk dan dimulai dari bagian tengahnya
mulai terbentuk aservulus jamur yang berwarna hitam, yang biasanya membentuk
lingkaran yang berlapis.
Pada tabel kedua terdapat gambar tanaman padi. Tanaman padi yang
terjangkit jamur antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) tampak ada bercak-
bercak hitam kecoklatan yang berbentuk belah ketupat pada daun dan ruas batang.
Perkembangan penyakit blas menurut (Ou 1985) adalah sebagai berikut, bentuk
khas dari bercak blas adalah elips dengan ujungnya agak runcing seperti belah
ketupat. Bercak yang telah berkembang, bagian tepi berwarna coklat dan bagian
tengah berwarna putih keabu-abuan. Bentuk dan warna bercak bervariasi
tergantung pada keadaan sekitarnya, kerentanan varietas, dan umur bercak. Bercak
bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus
membesar pada varietas yang peka, khususnya bila dalam keadaan lembab. Bercak
yang telah berkembang penuh mencapai 1-1,5 cm dan lebar 0,3-0,5 cm dengan tepi
berwarna coklat. Bercak pada daun varietas peka tidak membentuk tepi yang jelas,
lebih-lebih dalam keadaan lembab dan ternaungi. Bercak tersebut dikelilingi oleh
warna kuning pucat (halo area). Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti
titik kecil pada varietas yang tahan. Bercak akan berkembang sampai beberapa
milimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepi warna coklat pada varietas dengan
reaksi sedang. Infeksi pada leher malai menyebabkan pangkal malai menjadi busuk
berwarna coklat keabu-abuan mengakibatkan malai patah dan gabah hampa. Pada
tanaman padi yang sehat daun tampak hijau di seluruh permukaanya.
Lalu pada tabel nomer tiga terdaoat gambar akar kubis. Di dalam gambar,
akar kubis yang sehat berukuran kecil-kecil dan berbentuk normal. Tetapi, setelah
terjangkit jamur patogen akar gada (Plasmodiophora brassicae) gejala terlihat
pada perakaran atau kadang - kadang tepat di bawah pangkal batang. dengan
ukuran yang bervariasi karena patogen penyebab penyakit ini mengadakanreaksi
pembelahan dan pembesaran sel, yang menyebabkan terjadinya nyali atau kelenjar
yang tidak teratur dan selanjutnya nyali-nyali ini bersatu, sehingga menjadi
bengkakan memanjang yang mirip dengan batang (gada). Rusaknya susunan
jaringan akar menyebabkan rusaknya jaringan pengangkutan air dan hara tanah
terganggu. Gejala pembengkakkan tersebut terjadi pada sebagian perakaran atau
seluruh perakaran. Sebelum akhir musim tanam dan kondisi lingkungan yang
basah, akar yang membengkak akan hancur karena diuraikan oleh bakteri dan
parasit sekunder lain di dalam tanah (Streers, 1972).
Di tabel nomor 4 terdapat gambar tanaman jagung. Biji jagung yang sehat
berbentuk seperti trapezium dan berwarna kuning keemasan. Pada gambar yang
satu, terlihat biji jagung yang terinfeksi jamur jagung gosong biji (Ustilago
maydis) teliosporanya berbentuk bukat sampai elip, berwarna cokelat sampai
hitam, diameter 8-11 mikrometer. Spora diploid ini tumbuh membentuk
promiselium dengan empat atau lebih sporidia. Infeksi dapat dilakukan langsung
oleh hipa tumbuh dari teliospore atau dari hasil fusi antara sporadia dan hipa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang saya dapat pada praktikum pengenalan gejala serangan jamur
patogen pada tanaman kali ini adalah
1. Gejala yang ditimbulkan jamur patogen biasanya berupa timbulnya bercak
dan perubahan bentuk.
2. Kerusakan akibat jamur patogen relatif parah karena merubah bentuk dari
bagian yang terjangkit.
3. Penyebaran jamur kebanyakan memalui tanah dan saluran irigasi.
4. Jampur patogen hidup di suhu yang lembab.

B. Saran

Jamur patogen sangat merugikan di bidang pertanian jika tidak ditangani


dengan serius. Maka dari itu, saran yang bisa saya berikan yaitu para petani harus
lebih menambah informasi tentang jamur patogen baik jenis-jenis gejala jamur
patogen yang ada maupun cara pengendalian jamur patogen itu sendiri. Selain itu
para petani harus lebih memperhatikan kebersihan lahan dan saluran irigasi, supaya
hasil yang didapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Balitbangtan Kementerian Pertanian.


2015. Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya. Di
akses pada 06 September 2021.
https://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-
teknologi/penyakit-blas-pada-tanaman-padi-dan-cara-pengendaliannya
Dewi. BAB I, Pendahuluan.
http://scholar.unand.ac.id/20033/2/BAB%20I%20NEW%20DEWI%20wa
termark%20pdf.pdf
Kadek Intan Suryaningsih, I Made Sudana dan I Ketut Suada. 2015.
Pengendalian Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides
Penz) pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa) dengan
Menggunakan Minyak Atsiri Cengkeh dan Sereh Dapur.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/article/download/12494/8628
Niluh Sulviyani, S.P. 2019. Pengenalan Penyakit Antraknosa Pada Cabai Dan
Cara Pengendaliannya. Di akses pada 07 September 2021.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/84152/Pengenalan-
Penyakit-Antraknosa-Pada-Cabai-Dan-Cara-
Pengendaliannya/#:~:text=Penyakit%20antraknosa%20pada%20cabai%
20disebabkan,atau%20buah%20yang%20telah%20terinfeksi.
Sri Sulastri, Muhammad Ali, Fifi Puspita. Identifikasi Penyakit yang Disebabkan
oleh Jamur dan Intensitas Serangannya pada Tanaman Cabai (Capsicum
annum L.) Di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau.
https://media.neliti.com/media/publications/189749-ID-identifikasi-
penyakit-yang-disebabkan-ol.pdf
Sudir,A. Nasution, Santoso, dan B. Nuryanto. 2014. Penyakit Blas Pyricularia
grisea pada Tanaman Padi san Strateegi Pengendaliannya.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ippan/article/viewFile/
2539/2179
Tarkus Suganda’, Endah Yulia, Fitri Widiantini dan Hersanti. 2016. Intensitas
Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav.) pada Padi Varietas Ciherang Di
Lokasi Endemik dan Pengaruhnya terhadap Kehilangan Hasil.
http://jurnal.unpad.ac.id/agrikultura/article/download/10878/4861
Universitas Islam Indoneisa. BAB II, Tinjauan Pustaka
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16995/05.2%20b
ab%202.pdf?sequence=7&isAllowed=y
Universiitas Muhammadiyah Malang. BAB II, Tinjauan Pustaka.
http://eprints.umm.ac.id/46675/3/Bab%202..pdf
W. Wakman dan Burhanudin. Pengelolaan Penyakit Prapenan Jagung.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2016/11/satutujuh.pdf
BIODATA PRAKTIKAN

Nama : Akbar Mu’ammar


NIM : A1D021139
Prodi : Agroteknologi
Alamat : Desa Karangtengah RT 05/ RW 01,
Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas
E-mail : akbar.muammar@mhs.unsoed.co.id
Praktikan memulai Pendidikan tingkat dasar di MI Al-Fatah Purwodadi
lulus tahun 2015, kemudian melamjutkan ke jenjang menengah pertama di SMP
Negeri 8 Purwokerto lulus tahun 2018. Jenjang Pendidikan menengah atas lulus
tahun 2021 di SMA Negeri 2 Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai