Anda di halaman 1dari 17

KOLEKSI PERPUSTAKAAN PUSJATAN

KAJIAN KARAKTERISTIK LEMPUNG BOBONARO


DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

G.J. Winston Fernandez


Puslitbang Jalan dan Jembatan, Jl. A.H. Nasution 264 Bandung

RINGKASAN
Lempung Bobonaro yang tersebar di sepanjang jalan nasional pulau Timor di
provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai sifat plastisitas tinggi dan mengandung
mineral Montmorillonite, sehingga berpotensi tinggi untuk mengembang dan menyusut
pada musim hujan dan kemarau. Pada kondisi jenuh air, parameter kuat geser termasuk
kemampuan daya dukung tanah lempung Bobonaro ini menurun cukup signifikan,
sehingga tidak akan mampu mendukung beban rencana yang bekerja. Kerusakan yang
terjadi pada perkerasan aspal seperti retak-retak memanjang, permukaan bergelombang
dan amblesan pada ruas jalan nasional antara Kupang–Atambua diprediksi terjadi
akibat karakteristik tanah lempung Bobonaro tersebut.

Kata kunci : Lempung Bobonaro, Tanah ekspansif, Menyusut, Mengembang

SUMMARY
Bobonaro clay spreading along national road in Timor Island at East Nusa
Tenggara has high plasticity and contains Montmorillonite. It is potential to swell and
shrinkage on rainy and dry season. On saturated condition, shear strength included
bearing capacity Bobonaro clay will decrease significantly, and will not able to support
design load. The damage that happenned to asphalt pavement such as longitudinal
cracks, surface deformation, and subsidance at national road between Kupang-Atambua
is predicted caused by the characteristic of Bobonaro clay.

Keywords : Bobonaro clay, Expansive soil, Shrinkage, Swelling..

PENDAHULUAN menghadapi problema teknis


berupa cepat rusaknya perkerasan
1. Latar Belakang aspal jalan yang ditandai dengan
Jalan nasional antara Kupang terjadinya retak-retak memanjang,
dengan Atambua yang berbatasan bergelombang, ambles dan longsoran
dengan negara tetangga Timor Leste badan jalan.
di pulau Timor merupakan urat nadi Penanganan kerusakan dengan
perhubungan darat dari Indonesia ke melakukan pelapisan ulang aspal
negara tetangga tersebut. Sejak umumnya hanya bertahan satu
lama pada ruas jalan ini selalu musim saja. Berdasarkan data
geologi diketahui bahwa di daratan TEORI DAN HIPOTESIS
pulau Timor ditemukan penyebaran
lempung Bobonaro (Bobonaro Clay) Tanah ekspansif (Ekspansive
yang cukup luas, sehingga perlu soil) adalah tanah lempung yang
dilakukan kajian untuk mengetahui berpotensi menyusut dan
dampak yang dapat terjadi oleh jenis mengembang akibat pengaruh
batuan dasar tersebut terhadap perubahan kadar air tanah yang
konstruksi jalan. terjadi pada musim kemarau dan
musim hujan. Untuk dapat
2. Maksud dan Tujuan
mengetahui potensi kembang-susut
Maksud dari pengkajian ini tersebut perlu dilakukan analisis
adalah untuk mengetahui korelasi yang mengkorelasikan nilai kadar air
antara karakteristik tanah dasar di
tanah natural dengan batas cair (LL),
bawah badan jalan pada ruas antara
Oesapa-Oesao-Bokong, Niki Niki- batas plastis (PL), indeks plastisitas
Kefamenanu dan Maubesi-Nesam, (PI) dan batas susut (SL). Nilai kadar
yang berupa lempung Bobonaro air tanah natural yang dekat dengan
dengan terjadinya kerusakan jalan. PL menunjukkan tanah dalam kondisi
Tujuan dari pengkajian ini basah, sedangkan bila mendekati SL
adalah untuk mengetahui secara menunjukkan tanah dalam kondisi
akurat faktor penyebab kerusakan
sangat kering.
jalan sehingga dapat dilakukan teknik
Pada musim kemarau, di
penanganan yang efektif.
perkerasan aspal sekitar bahu jalan
METODOLOGI terjadi retak-retak memanjang akibat
terefleksinya retakan tanah akibat
Metode pengkajian yang
penyusutan (shrinkage). Pada kondisi
digunakan adalah metode langsung
hujan, air permukaan masuk melalui
dengan menguji contoh tanah di
retakan dan diikat oleh mineral tanah
laboratorium untuk mengetahui
lempung ekspansif sehingga terjadi
karakteristik tanah dasar di bawah
pengembangan (swelling) tanah,
badan jalan. Dengan melakukan
dan bila kadar air terus meningkat
pengujian laboratorium dapat
maka akan terjadi proses pelunakan
diketahui jenis, komposisi, mineral
(softening) tanah yang
dan klasifikasi tanah serta potensi
mengakibatkan kuat geser dan daya
pengembangan lempung Bobonaro
dukung tanah menurun sehingga
yang dapat mengakibatkan
terjadilah amblesan maupun
kerusakan konstruksi jalan di
longsoran.
atasnya.
KONDISI LAPANGAN 2. Penyebaran Lempung
Bobonaro
1. Kondisi Morfologi
Berdasarkan penyebaran
Sebagian besar pulau Timor satuan Bobonaro dalam peta geologi
ditempati oleh satuan pegunungan pulau Timor yang diterbitkan oleh
bergelombang yang berlereng landai Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi pada tahun 1974/1975
sampai agak terjal, tersusun dari
diketahui satuan formasi lempung
batuan yang bersifat lempungan dan Bobonaro sebagaimana Gambar 1.
tidak padat. Bentang morfologi Penyebaran satuan lempung
daerah sekitar jalan antara Kupang- Bobonaro tersebut yang dilalui oleh
Atambua merupakan daerah terbuka jalan nasional pada jalur tengah di
dengan penyebaran pepohonan yang pulau Timor dapat diketahui
sangat jarang (savana). sebagaimana pada Tabel 1 berikut :

Lempung Bobonaro

Gambar 1. Peta Penyebaran Lempung Bobonaro di Pulau Timor


Tabel 1.
Penyebaran Satuan Bobonaro di ruas jalan Kupang – Atambua P.Timor
No Ruas Jalan Antara Kota Link Lokasi Km
1 KUPANG – SOE Oesao-Bokong 057 Km.20-25 dari Oesao dan sktr Bokong
Bokong-Batuputih 058 Km.0-5 dari Bokong
Batuputih-Soe 059 Km.5-15 dari Batuputih dan sktr Soe
2 SOE – Soe-Niki Niki 060 Km.15-25 dari Soe
KEFAMENANU Niki Niki-Noelmuti 061 Km.0-5 dari Niki Niki
Noelmuti-Kefamenanu 062 Km.10-20 dari Noelmuti
3 KEFAMENANU – Kefamenanu-Maubesi 063 Km.0-20 dari Kefamenanu
ATAMBUA Maubesi-Nesam 064 Km.0-30 dari Maubesi
Nesam-Halilalik 065 Km.0-20 dari Nesam
4 ATAMBUA – Atambua-Lahatehan 067 Km.0-15 dari Atambua
MOTAAIN

3. Konstruksi Perkerasan Jalan tertentu di ruas Maubesi-Nesam telah


Di daerah Oesapa-Oesao- dibangun dinding pasangan batu
Bokong, jenis konstruksi perkerasan sebagai sokongan samping, namun
jalan terdiri dari lapis pondasi bawah retakan-retakan memanjang pada
agregat klas B, lapis pondasi atas aspal masih tetap terjadi.
ATB (asphalt treated base),
sedangkan lapis permukaan berupa 4. Kerusakan Yang Terjadi
AC (asphaltic concrete). Di daerah
a. Ruas Oesapa-Oesao-Bokong
Maubesi-Nesam, jenis konstruksi
perkerasan jalan umumnya terdiri Pada survei lapangan tanggal
dari perbaikan tanah dasar 12-14 Juli 2006 antara Km.16-
menggunakan batu gamping kristalin, Km.16+600, Km.20-Km.23, Km.24-
lapis pondasi bawah agregat klas B,
Km24+700, Km.25+600-Km.26,
lapis pondasi atas klas A dan lapis
permukaan Lapen yang telah dilapis Km.30-Km.32+300, Km.33+800-
dengan ATB. Km.38+500, Km.39+500-Km.40+500
Lapis permukaan aspal dan dan Km.56-Km.57 Kpg, perkerasan
bahu jalan umumnya tidak kedap air. jlan retak-retak memanjang dengan
Selokan tepi umumnya berupa galian bukaan retak maksimum selebar 20
tanpa pasangan batu. mm dan permukaan jalan
Konstruksi perkerasan jalan bergelombang dengan penurunan
umumnya telah dilapis ulang dengan antara 40-150 mm. Retakan
menambah agregat klas B dan A memanjang terletak sekitar 0.40
sebagai lapis pondasi dan lapis ATB. meter sampai 2.00 meter dari bahu
Demikian juga pada segmen- segmen jalan (Gambar 2).
pelapisan ulang (overlay) aspal,
namun masih terjadi lagi kerusakan
yang sama.

Gambar 2. Kerusakan pada ruas jalan


Oesapa-Oesao-Bokong

b. Ruas Niki Niki-Kefamenanu


Pada lokasi Km.141-Km.142 Gambar 3. Kerusakan pada ruas jalan
Kpg (Sopo) terdapat 3 lokasi Maubesi – Nesam
longsoran badan jalan ke arah
lembah. Lokasi Km.141+500 telah PENGKAJIAN TANAH DASAR
ditangani dengan konstruksi
bronjong, Km.141+700 ditangani Pengkajian karakteristik tanah
dengan bronjong di atas plat beton, dasar dilakukan melalui investigasi
sedangkan Km.141+900 ditangani lapangan dan pengujian
dengan perkuatan tanah laboratorium.
menggunakan geotekstil woven. Investigasi lapangan dengan
pemboran teknik dan sumur uji
c. Ruas Maubesi-Nesam dilakukan pada lokasi :
a. Ruas jalan Oesapa-Oesao Km.
Pada survei lapangan tanggal
20+525 dan Km.20+700 Kpg
19-20 Oktober 2005 antara
sebanyak 4 titik.
Km.214+400-Km.217+225 Kpg
b. Ruas jalan NikiNiki -
ditemukan kerusakan perkerasan Kefamenanu (Sopo) Km.141+500
aspal berupa retak-retak memanjang dan Km.141+900 Kpg sebanyak 8
pada perkerasan jalan dengan titik.
bukaan retak maksimum selebar 50 c. Ruas jalan Maubesi-Nesam
mm, kedalaman retak lebih dari 500 Km.214+400-Km.217+300 Kpg
mm dan diikuti penurunan sekitar 20 sebanyak 10 titik.
mm. Retakan memanjang terletak
Pengujian contoh tanah di
sekitar 0.50 meter sampai 2.00 meter
laboratorium dilakukan pada sampel
dari bahu jalan (Gambar 3). Pada
yang diambil dengan pemboran
segmen antara Km.214+400-
teknik (Bor/BT) dan sumur uji (TP) di
Km.215+450 telah dilakukan lapangan.
Pengujian laboratorium terdiri dari : Pada lokasi antara NikiNiki-
a. Sifat-sifat fisik tanah yang terdiri Kefamenanu (Sopo) ditemukan
dari kadar air natural (SNI 03- lapisan lempung dengan warna
1965-1990), batas cair (SNI 03- bervariasi mulai dari coklat, abu
1967-1990), batas plastis (SNI 03- kebiruan hingga hitam di permukaan
1966-1990), indeks plastisitas tanah setempat maupun pada
serta persentase kadar lempung kedalaman yang bervariasi mulai dari
(SNI 03-3423-1994). -1.30 meter hingga -4.00 meter dari
b. Mineral lempung. muka tanah setempat.
c. Nilai CBR (SNI 03-1744-1990). Sedangkan pada lokasi
Maubesi-Nesam ditemukan lapisan
Karakteristik sifat ekspansif lempung hitam pada kedalaman -
lempung Bobonaro berupa potensi 0.60 meter hingga -1.60 meter dari
pengembangan tanah dianalisis permukaan bahu jalan.
berdasarkan korelasi indeks
2. Data Hasil Pengujian Lab
plastisitas dengan kadar lempung dan
nilai activity serta keberadaan mineral Sifat fisik tanah lempung pada
lempung Montmorilonitte untuk lokasi masing-masing lokasi sebagaimana
tabel 2.
Oesapa-Oesao dan Maubesi-Nesam.
Disamping itu juga perlu untuk Tabel 2.
mengetahui kedalaman zona aktif Parameter Hasil Uji Lab
tanah sebagai ketebalan lapisan
Lokasi : Ruas jalan Oesapa-Oesao
tanah yang berpotensi mengalami Parameter Nilai
kembang-susut. Kadar Lempung (%) 73.7-87.7
Kadar Air (%) 22.4-34.8
Perubahan daya dukung tanah Batas Cair (%) 68.9-83.5
ekspansif dari kondisi tidak terendam Indeks Plastisitas (%) 35.7-51.7
ke kondisi terendam dianalisis Mineral Montmorillonite (%) 6.71-36.65

berdasarkan hasil uji CBR tanah


Lokasi : Ruas jalan Niki Niki-Kefamenanu
khusus untuk lokasi Oesapa-Oesao. Parameter Nilai
Kadar Lempung (%) 55-60.8
HASIL PENYELIDIKAN TANAH Kadar Air (%) 25.8-38.6
Batas Cair (%) 63.4-85.8
Indeks Plastisitas (%) 33.8-50.8
1. Data Pemboran dan Sumur Mineral Montmorillonite (%) tidak ada data
Uji
Lokasi : Ruas jalan Maubesi-Nesam
Di lokasi antara Oesapa-Oesao Parameter Nilai
pada kedalaman sampai -5.00 meter Kadar Lempung (%) 30-37
Kadar Air (%) 28.25-34.85
menunjukkan deskripsi lapisan tanah Batas Cair (%) 85-97
lempung hitam. Indeks Plastisitas (%) 50-63
Mineral Montmorillonite (%) 31.38-33.25
EVALUASI DAN ANALISIS 3. Analisis Potensi Pengembangan

Evaluasi dan analisis dilakukan 3a. Berdasarkan Seed, Woodward


terhadap data hasil uji laboratorium and Lundgren, 1963
dari lokasi Oesapa-Oesao dan Analisis potensi pengembangan
Maubesi-Nesam. tanah lempung dari lokasi Oesapa-
Oesao (Gambar 6a) dan Maubesi-
1. Analisis Butiran Tanah Nesam (Gambar 6b) dilakukan
setelah terlebih dahulu dihitung
Berdasarkan hasil uji gradasi
Activity berdasarkan formula : Ac=
dan hidrometer maka diketahui PI/(c-10) dengan PI adalah Indeks
distribusi butiran tanah untuk contoh Plastisitas dan c adalah kadar
tanah dari lokasi Oesapa-Oesao (OO) lempung. Untuk mengetahui klasifikasi
dan Maubesi-Nesam (MN) merupakan pengembangan (Low, Medium, High
tanah lempung lanauan dengan dan Very High) maka nilai Activity
butiran halus yang mempunyai (sebagai ordinat) dikorelasikan
dengan persen lempung (sebagai
diameter butiran lebih kecil dari 2
absis). Berdasarkan data yang ada,
mikron berkisar antara 50.2% hingga
maka potensi pengembangan tanah
87% (Gambar 4). Gradasi ini dapat dikelompokkan sebagai potensi
sebagian besar masuk dalam kategori pengembangan tinggi sampai sangat
“heavy clay” dan secara visual sesuai tinggi (very high swelling potensial).
dengan hasil bor dimana tanah dasar
berupa tanah lempung berwarna 3b. Berdasarkan Van der Merwe,
hitam. 1964
Analisis potensi pengembangan
2. Analisis Klasifikasi Tanah lainnya berdasarkan Van der Merwe
dilakukan juga untuk tanah lempung
Klasifikasi tanah dari lokasi dari Oesapa-Oesao (Gambar 7a) dan
Oesapa-Oesao berdasarkan “Unified Maubesi-Nesam (Gambar 7b) dengan
Soil Classification” memberikan hasil data indeks plastisitas yang
sebagaimana Gambar 5. bahwa titik- dikorelasikan dengan kadar lempung.
Berdasarkan data yang ada, maka
titik berada di atas A-Line dan di
potensi pengembangan tanah dapat
kanan batas nilai liquid limit (LL) =
dikelompokkan sebagai tanah dengan
50, sehingga merupakan tanah potensi pengembangan tinggi sampai
lempung dengan plastisitas tinggi sangat tinggi (Very High Swelling
(CH). Potensial).
3c. Berdasarkan Chen,1988 mendekati SL menunjukkan tanah
dalam kondisi sangat kering. Bila
Potensi pengembangan dapat
kadar air tanah natural mulai
diketahui berdasarkan nilai indeks
menunjukkan keadaan konstan pada
plastisitas pada masing-masing
kedalaman contoh tanah. tiap kedalaman, maka di atas
Berdasarkan data PI pada kedalaman tersebut merupakan zona
lokasi Oesapa-Oesao dan Maubesi- aktif tanah yang berpotensi
Nesam sebagaimana Gambar 8, mengembang/menyusut.
diketahui sebagian besar potensi Berdasarkan analisis data pada
pengembangan tanah di lokasi ini lokasi Oesapa-Oesao (Gambar 9a)
dapat dikelompokkan sebagai sangat
diketahui bahwa mulai kedalaman –
tinggi (Very High Swelling Potential).
3.00 meter dari muka tanah
4. Analisis Zona Aktif Tanah setempat menunjukkan kadar air
berdasarkan Nelson & Miller, tanah(wn), LL, PL, PI dan SL relatif
1992 konstan, maka zona aktif tanah
Potensi pengembangan tanah adalah sampai dengan kedalaman –
sangat dipengaruhi oleh terjadinya 3.00 meter.
perubahan kandungan kadar air Sedangkan dari analisis data
tanah, maka untuk itu perlu pada lokasi Maubesi-Nesam (Gambar
dilakukan analisis kedalaman zona 9b) dapat diketahui bahwa mulai
aktif tanah yaitu dengan kedalaman –2.00 meter dari muka
mengkorelasikan nilai kadar air tanah tanah setempat menunjukkan kadar
natural, batas cair (LL), batas plastis air tanah dan perbandingan kadar
(PL), indeks plastisitas (PI), batas air/indeks plastisitas (wn/PI) relatif
susut (SL) maupun perbandingan konstan,maka dengan demikian zona
kadar air/indeks plastisitas (wn/PI). aktif tanah berpotensi
Nilai kadar air tanah natural yang pengembangan adalah sampai
dekat dengan PL menunjukkan tanah dengan kedalaman –2.00 meter.
dalam kondisi basah, sedangkan bila
NO.200 OO-BM 1-1
100 OO-BM 1-2
OO-BM 1-3

90 OO-BM 1-4
OO-BM 2-1
OO-BM 2-2
80
PERCENTAGE PASSING OO-BM 2-3
OO-BM 2-4
70 OO-BM 3-1
OO-BM 3-2
60 OO-BM 3-3
D OO-BM 3-4
50 OO-BM 4-1
OO-BM 4-2
40 OO-BM 4-3
OO-BM 4-4
OO-BM 5-1
30
C E OO-BM 5-2
OO-BM 5-3
B 20 OO-BM 5-4
A
M N-BT1
10 M N-BT2
M N-BT3
0 M N-BT4
0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10 100 M N-BT5
M N-BT6
A = Sandy gravel PARTICLE SIZE (m m ) C = Silty clay M N-BT7
B = Silty sand D = Heavy clay E = Sandy silt M N-BT8

Catatan : OO = Oesapa-Oesao
MN = Maubesi-Nesam

Gambar 4. Grafik Distribusi Butiran Tanah

60 OO-BOR1
OO-BOR2
OO-BOR3
50
CH OO-BOR4
PLASTICITY INDEX

LL=50 A-LINE OO-BOR5


40 MN-DS
MN-TP1
LL=35
MN-TP2
30
MN-TP3
CI
MN-BT1
20 MN-BT2
MH & OH MN-BT3
CL MN-BT4
10 MN-BT5
CL-ML ML MI & OI
MN-BT6
& OL
0 MN-BT7
MN-BT8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
MN-BT9
LIQUID LIMIT MN-BT10

Gambar 5. Grafik “Unified Soil Classification” Ruas Jalan


Oesapa-Oesao dan Maubesi-Nesam
5

BOR 1
3
ACTIVITY

BOR 2
BOR 3
BOR 4
2
BOR 5
V e r y H ig h
H ig h
1 M e d iu m
S w e llin g Po t e n t ia l = 2 5 %
Low
S w e llin g Po t e n t ia l = 5 %
S w e llin g Po t e n t ia l = 1 . 5 %
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
P ER C EN T C L A Y S I Z ES ( f i n e r t h a n 0 . 0 0 2 m m )

Gambar 6a. Grafik Potensi Pengembangan Ruas Jalan Oesapa-Oesao (Seed,1963)

TP1
TP2
4 TP3
DS
BT1
3 BT2
ACTIVITY

BT3
BT4
2 BT5

Very High BT6

High BT7

1 Medium BT8
Sw elling Potential = 25 % BT9
Low
Sw elling Potential = 5% BT10
Sw elling Potential = 1.5%
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PERCENT CLAY SIZES (fine r than 0.002 m m )

Gambar 6b. Grafik Potensi Pengembangan Ruas Jalan Maubesi-Nesam (Seed,1963)


70

60
A c tiv ity 2 .0
50
PLASTICITY INDEX

VERY
BOR 1
40 BOR 2
A c tiv ity 1 .0 BOR 3
30 BOR 4
H IG H BOR 5

20
M E D IU M
A c tiv ity 0 .5 0
10
LO W

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
C L A Y F R A C T IO N ( % < 0 .0 0 2 m m )

Gambar 7a. Grafik Potensi Pengembangan Ruas Jalan Oesapa-Oesao


(Van der Merwe,1964)

70
TP1
60 TP2
Activity 2.0 TP3
50 DS
PLASTICITYINDEX

BT1
VERY HIGH
BT2
40
BT3
Activity 1.0
BT4
30
BT5
HIGH
BT6
20 BT7
MEDIUM
Activity 0.50 BT8
10 BT9
LOW BT10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
CLAY FRACTION (%<0.002 mm)

Gambar 7b. Grafik Potensi Pengembangan Ruas Jalan Maubesi-Nesam


(Van der Merwe,1964)
OO-BOR 1
PI (%) OO-BOR 2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 OO-BOR 3
0 OO-BOR 4
OO-BOR 5
MN-BT1
MN-BT2
1 MN-BT3
MN-BT4
DEPTH (m)

MN-BT5
MN-BT6
2
MN-BT7
MN-BT8
MN-BT9
MN-BT10
3
MN-DS
LOW MEDIUM HIGH VERY HIGH
MN-TP1
MN-TP2
4 MN-TP3

Gambar 8. Grafik Potensi Pengembangan Ruas Jalan Oesapa-Oesao dan


Maubesi-Nesam (Chen,1988)

BOR 1 (KM. 20+525 L) BOR 2 (KM. 20+525 R)


(% ) (% )
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0.00
0.00

1.00
DEPTH (m)
DEPTH (m)

1.00

2.00 2.00

3.00 3.00

4.00 4.00

w PL PI LL SL w PL PI LL SL

BOR 3 (KM. 20+700 L) BOR 4 (KM. 20+700 R)

( %)
(% )
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0.00
0.00
DEPTH (m)

1.00
DEPTH (m)

1.00
2.00
2.00
3.00
3.00

4.00
4.00

w PL PI LL SL w PL PI LL SL
BOR 5 (KM. 20+700 L)

(% )
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0.00

DEPTH (m)
1.00

2.00

3.00

4.00

w PL PI LL SL

Gambar 9a. Zona Aktif Tanah Berpotensi Pengembangan lokasi Oesapa-Oesao

Grafik Penentuan Zona Aktif Grafik Penentuan Zona Aktif

Kadar Air (%) w n/PI


0 20 40 60 80 0 0.5 1 1.5
0 0

0.5 0.5

1 1
Depth (m)
Depth (m)

wn
wn/ PI
PI

1.5 1.5

2 2

2.5 2.5

Gambar 9b. Zona Aktif Tanah Berpotensi Pengembangan lokasi Maubesi-Nesam


5. Analisis Mineral Lempung dengan X-RD di laboratorium dan
Sebagaimana kita ketahui, diperoleh komposisi mineral tanah
mineral utama pembentuk lempung lempung sebagai berikut :
ekspansif adalah kristal Hidro
Aluminum Silikat (Al2O3.νSiO2.kH2O). Tabel 4a.
Mineral Silika (Si) maupun Aluminium Komposisi Mineral Lempung
(Al) akan mengalami perubahan (lokasi Oesapa-Oesao)
mineral akibat proses pembebanan Komposisi Mineral Persentase
maupun akibat temperatur panas di Halloysite 21.57-24.40
lingkungannya. Perubahan yang
Montmorillonite 31.38-33.25
terjadi mengakibatkan terbentuknya
Calcite 15.58-25.00
mineral lempung. Sedangkan rumus
kimia mineral lempung yang Alpha Quartz 17.08-20.13
mempunyai sifat pengembangan
Tabel 4b.
tinggi adalah mineral Montmorrillonite : Komposisi Mineral Lempung
Al2Mg (Si4O10) (OH)2. kH2O (lokasi Maubesi-Nesam)
Dari hasil uji kimia di
laboratorium, diperoleh komposisi Komposisi Mineral Persentase
kimia Al2O3 dan SiO2 tanah lempung Halloysite 32.25 - 63.59
dari lokasi Oesapa-Oesao sebagai Montmorillonite 6.71 - 36.65
berikut :
Calcite 12.80 - 21.55
Tabel 3. Alpha Quartz 9.49 - 26.75
Komposisi Kimia Lempung Berdasarkan komposisi mineral
No. Al2O3 SiO2
yang ada diketahui bahwa
Montmorillonite mempunyai
Sampel (%) (%)
persentase yang cukup besar
BM 1 11.89 55.65 sehingga tanah lempung bersifat
BM 2 13.79 43.52 ekspansif.
BM 3 12.79 50.06

BM 4 18.49 50.28
6. Analisis Daya Dukung Tanah
Dasar dari Nilai CBR

Berdasarkan komposisi kimia Mengingat tanah dasar pada


SiO2 dan Al2O3 dengan jumlah lokasi kajian mempunyai sifat
persentase yang terbesar, maka mengembang yang tinggi dan
tanah lempung mempunyai indikasi berindikasi merupakan tanah
bersifat ekspansif. lempung ekspansif, maka dilakukan
Disamping pengujian komposisi analisis daya dukung tanah dari uji
kimia, juga dilakukan uji mineral CBR Laboratorium rendaman
(Soaked) dan tidak di rendam Tabel 6.
(Unsoaked). Nilai Hasil Uji CBR Laboratorium
Beban yang bekerja pada No. CBR Lab
perkerasan jalan akan didukung oleh Test Tdk Direndam Rendaman
tanah dasar yang digambarkan oleh Pit (%) (%)
TP 1 9.0 4.8
besarnya nilai CBR (California Bearing TP 2 8.6 4.7
Ratio) tanah dasar tersebut. Untuk TP 3 8.4 4.5
itu maka tanah dasar di bawah jalan
pada kedalaman –1.00 meter diuji Dari hasil uji ini diketahui
nilai CBR nya di laboratorium pada bahwa tanah dasar pada kedalaman
kondisi tidak direndam dan pada –1.00 meter mempunyai nilai CBR
kondisi direndam. tidak direndam berkisar antara 8.4 –
Berdasarkan Turnbull (1968) maupun 9.0%, sedangkan pada kondisi
The Asphalt Institute (1970) direndam menurun cukup tajam
diketahui kriteria umum batasan nilai menjadi berkisar antara 4.5 – 4.8%.
CBR untuk material tanah dasar Dengan demikian daya dukung tanah
(subgrade) yaitu sebagai berikut : dasar pada kondisi terendam
mengalami penurunan sekitar 50%.
Tabel 5. Berdasarkan kriteria material
Kriteria Umum CBR untuk tanah dasar masuk dalam klasifikasi
Material Tanah Dasar (Subgrade) “Poor”, sehingga tanah dasar
lempung dalam kondisi jenuh air
Nilai Kriteria
CBR Material Tanah Dasar
tidak akan mampu untuk mendukung
(%) Turnbull The beban yang bekerja.
Asphalt
Institute
20 – 30 Very Good Excelent KESIMPULAN
10 – 20 Good to Fair Good
5 – 10 Questionable Medium 1. Lempung Bobonaro dengan
to Fair klasifikasi CH yang mempunyai
< 5 Poor Poor sifat plastisitas tinggi sampai
sangat tinggi dengan indeks
plastisitas berkisar antara 33.8-
Berdasarkan hasil uji CBR
63% dan dengan kandungan
laboratorium yang hanya dilakukan mineral lempung Montmorillonite
pada tanah dasar lempung pada ruas berkisar antara 6.71-36.65%
jalan Oesapa-Oesao, diketahui nilai merupakan lempung yang
hasil uji CBR adalah sebagai berikut : bersifat ekspansif.
2. Perlapisan tanah dasar di bawah aspal badan jalan. Akibatnya
perkerasan jalan yang terdiri dari retak-retak tersebut terefleksi ke
lempung Bobonaro mempunyai permukaan aspal yang
potensi pengembangan tinggi mengakibatkan terjadinya retak-
sampai sangat tinggi (Very High retak yang sama pada permukaan
Swelling Potential). Dengan aspal.
demikian akan sangat b. Pada musim hujan, air hujan
dipengaruhi oleh perubahan masuk lewat celah retakan dan
kadar air tanah pada musim mineral lempung akan mengikat
kemarau maupun musim hujan. air sehingga terjadi proses
3. Kedalaman zona aktif lapisan pengembangan (swelling) tanah.
lempung Bobonaro yang Pada kondisi ini tanah terdesak
dipengaruhi oleh perubahan hingga terjadi permukaan
kadar air tanah adalah sampai bergelombang. Bila infiltrasi air
dengan kedalaman –3.00 meter makin meningkat jumlahnya
dari permukaan tanah setempat. maka pengikatan air oleh tanah
Di bawah kedalaman tersebut lempung ekspansif semakin besar
kadar air tanah relatif konstan. yang akan mengakibatkan tanah
4. Kemampuan dukung lempung mengalami proses pelembekan
Bobonaro akan menurun cukup (softening). Pada kondisi ini daya
tajam (sekitar 50%) pada kondisi dukung tanah akan menurun
jenuh air sehingga tidak akan drastis, sehingga permukaan
mampu untuk mendukung beban jalan mengalami amblesan.
yang bekerja, sesuai dengan yang
direncanakan.
SARAN
5. Berdasarkan karakteristik lempung
Bobonaro tersebut, kerusakan Disamping diperlukan analisis
perkerasan jalan diperkirakan karakteristik tanah lempung di bawah
terjadi dengan mekanisme perkerasan jalan yang mengalami
sebagai berikut : kerusakan berupa retak-retak
a. Pada musim kemarau panjang memanjang, bergelombang dan
terjadi pengurangan kadar air ambles maka untuk kebutuhan
tanah cukup besar sehingga penanggulangannya perlu dilakukan
terjadi penyusutan (shrinkage) pengendalian kadar air tanah dan
tanah yang mengakibatkan pengujian besarnya tekanan
terjadinya retak-retak dan celah pengembangan (swelling pressure)
vertikal pada tanah tersebut. tanah lempung ekspansif. Hal ini
Proses retak dimulai dari daerah dimaksudkan untuk meredusir sifat
bahu jalan dan kemudian kembang susut tanah ekspansif dan
“successive” masuk ke daerah menganalisis kebutuhan beban
tanah dasar di bawah perkerasan penyeimbang (over burden) yang
perlu ditempatkan di atasnya agar Ruas Jalan Maubesi-Nesam
tanah lempung tidak mengalami KM.214+400-KM. 217+225 Pulau
pengembangan. Timor Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Puslitbang Jalan dan
UCAPAN TERIMA KASIH Jembatan, Bandung.
Penulis tidak lupa menyampai ---------- 2006, Laporan Peninjauan
kan terima kasih yang sebesar- Lapangan Kerusakan Ruas Jalan
besarnya kepada semua pihak yang Nasional Oesapa-Oesao-Bokong
telah membantu memberikan Km.16+000-Km.57+000 Pulau
dukungan data dan saran-saran Timor, Propinsi Nusa Tenggara
untuk penyempurnaan tulisan ini. Timur, Puslitbang Jalan dan
Mudah-mudahan sumbang saran Jembatan, Bandung.
tulisan ini dapat memberi informasi Fu Hua Chen, 1975, Foundations on
tambahan, wawasan dan pengalaman Expansive Soils, Elsevier
bagi semua teknisi yang Scientific Publishing Company,
berkecimpung di bidang jalan. Amsterdam-Oxford-New York.
Jack E. Gillott, 1968, Clay in
DAFTAR PUSTAKA Engineering Geology, Elsevier
Balai Besar Keramik Deperindag, Scientific Publishing Company,
2005, Hasil Pengujian Mineral Amsterdam-Oxford-New York.
Lempung, Bandung. Pusat Litbang Geologi,1974/1975,
Departemen Pekerjaan Umum, 2004, Peta Geologi Bersistem
Pd T-10-2004-B Pedoman
Indonesia, Lembar Atambua dan
Penanganan Tanah Ekspansif
dengan Geomembran sebagai Lembar Kupang skala 1:250.000,
Penghalang Kelembaban Vertikal, Bandung.
Jakarta. Qualitec Graha. PT, 2003, Laporan
---------- 2005, Pd T-10-2005-B Akhir Perencanaan Penanggulangan
Pedoman Penanganan Tanah Longsoran Sopo I Km.141+500
Ekspansif untuk Konstruksi Jalan, Kupang dan Longsoran Sopo III
Jakarta.
Km.141+900 Kupang - Ruas
Fernandez. GJW, 2005, Laporan
Jalan Niki Niki-Kefamenanu,
Advis Teknik Penanganan Ruas
Jalan Nasional Maubesi-Nesam Propinsi Nusa Tenggara Timur,
Sta.214+400-Sta.217+225 Pulau Kupang.
Timor Propinsi Nusa Tenggara ---------- 2004, Laporan Penyelidikan
Timur, Puslitbang Prasarana Tanah - Perencanaan
Transportasi, Bandung. Penanggulangan Kerusakan Jalan
---------- 2005, Laporan Peninjauan di Pulau Timor (EIB-69 ; Maubesi
Lapangan Pelaksanaan Penanganan – Nesam), Kupang.

Anda mungkin juga menyukai