IV
Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.H. Dr. Kasman Abdullah, S.H., M.H.
Prof. Dr. Marten Arie, S.H., M.H. Muh. Zulfan Hakim, S.H., M.H.
Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. Fajlurrahman Jurdi, S.H., M.H.
Dr. Anshori Ilyas, S.H., MH. Dian Utami Mas Bakar, S.H., M.H.
Dr. Muh, Hasrul, S.H., M.H. Dr. Andi Bau Inggit AR, S.H., M.H.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul IV mata
kuliah Hukum Acara PTUN dan Praktik Peradilan TUN, dengan judul Kompetensi Peradilan
TUN
Penulisan modul ajar ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu bentuk bahan ajar
yang diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada matakuliah
ini. Selain itu, modul ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para dosen
pengampu dalam sistematisasi penyajian materi. Modul ini dibuat berdasarkan RPS, dengan
capaian pembelajaran mata kuliah yang telah disesuaikan dengan level KKNI.
Tim Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Pada kesempatan ini pula Tim Penulis memohon maaf apabila terdapat
kekurangan/kekeliruan dalam modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan
berguna dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Terima kasih.
Penulis,
Tim Dosen Pengampu
PRAKATA .............................................................................................................................ii
KEGIATAN BELAJAR
Mata kuliah Hukum Acara PTUN dan Praktik Peradilan TUN ini merupakan
matakuliah yang berbasis teori dan praktik. Total bobot mata kuliah ini adalah 4 sks, dimana
bobot teori adalah 2,6 sks, dan bobot praktik adalah 1,4 sks. Oleh karena itu penyajian
matakuliah ini dilakukan dengan bentuk pembelajaran berupa kuliah, dengan menggunakan
berbagai macam metode pembelajaran, dan bentuk pembelajaran berupa praktik. Modul IV
ini membahas mengenai kompetensi Peradilan TUN. Berdasarkan RPS, modul ini akan
diberikan pada pertemuan kelima. Adapun sub-capaian pembelajaran mata kuliah yang
diharapkan adalah mahasiswa mampu membedakan karakteristik Peradilan TUN.
Modul IV ini disajikan dalam satu kegiatan belajar. Agar peserta kuliah mampu
memperlajari modul ini dengan baik, peserta kuliah diharapkan membaca langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Bacalah semua uraian dari setiap kegiatan belajar. Tahapan ini diperlukan agar peserta
kuliah mendapat informasi dari setiap tahapan;
b. Buatlah catatan tersendiri mengenai poin-poin penting dalam Uraian sehingga
memudahkan Anda untuk belajar;
c. Kerjakanlah latihan dan tugas sesuai instruksi yang telah disediakan;
d. Bacalah rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang aspek-aspek
esensial dari setiap kegiatan belajar;
e. Kerjakan tes formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda mencapai
tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar. Tes formatif tersebut akan dikerjakan pada
Sikola;
f. Apabila hasil tes Anda telah mencapai persentase kelulusan yang telah ditetapkan maka
anda bisa melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Namun apabila Anda belum
mencapai nilai persentase kelulusan, maka Anda disilahkan untuk mengulangi tes
formatif.
A. Deskripsi Singkat
Ruang lingkup materi pembelajaran pada pertemuan ini yaitu mengenai pengertian dan
pembagian kompetensi, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kompetensi relatif dan
kompetensi absolut Peradilan TUN dan Pengadilan Tinggi TUN.
B. Relevansi
Pada materi pembelajaran ini peserta mata kuliah diarahkan untuk membaca terlebih
dahulu literatur atau referensi yang telah dianjurkan, dan peraturan perundangan-undangan
tentang PTUN. Selain itu, mahasiswa diharapkan sudah memahami latar belakang
pembentukan Peradilan TUN di Indonesia, dan memahami perbedaan istilah Peradilan,
Pengadilan, Peradilan Administrasi Murni dan Semu, dan memahami tentang karakteristik
Peradilan TUN.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
1. Kompetensi Relatif
Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan sesuai dengan objek atau materi
atau pokok sengketanya.
1. Kompetensi Relatif
Pasal 54
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan diajukan
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah
satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman penggugat
untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
2. Kompetensi Absolut
Pasal 49
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan :
a. dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
“suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum perdata apabila
ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur tersebut
dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri atau terdiri atas dua bentuk dalam
hal penyelesaian itu harus dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang
mengeluarkan keputusan yang bersangkutan, maka prosedur tersebut dinamakan
"banding administratif'”.
1. bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara di
tingkat banding.
2. bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam
daerah hukumnya.
2. Rangkuman
Pertanyaan:
E. Tes Formatif
Apabila hasil tes formatif peserta kuliah telah mencapai nilai 80 ke atas maka peserta
kuliah dapat melanjutkan pembelajaran pada kegiatan belajar berikutnya. Namun apabila
belum mencapai batas tersebut maka peserta kuliah diminta untuk mengulangi membaca
modul dan mengulangi tes formatif berdasarkan instruksi dosen. Selanjutnya, mahasiswa juga
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat mengenai
kompetensi Peradilan TUN.