Anda di halaman 1dari 4

BAB 14.

TERATOGENESIS

A. Pengantar teratogenesis
Teratologi merupakan cabang ilmu embriologi yang mempelajari penyebab
perkembangan abnormalitas morfologi dan anatomi embrio. Abnormlitas yang terjadi
dapat disebabkan oleh faktor mutasi gen, stimulasi lingkungan atau kombinasi
keduanya. Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘teratos’, yang berarti
monster, dan ‘genesis’ yang berarti asal. Dengan demikian, teratogenesis didefinisikan
sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan yang
menghasilkan monster. Ilmu yang mempelajari tentang teratogenesis adalah
teratologi. Teratologi adalah studi tentang kelainan perkembangan fisiologi. Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya teratogenesis adalah teratogen.
Teratogenik juga dapat diartikan terjadinya perkembangan tidak normal dari
mulai sel selama gestasi yang menyebabkan kerusakan pada embrio dan berakibat
pembentukan organ-organ berlangsung menjadi cacat. Teratogenesis dapat terjadi
karena pembentukan cacat bawaan. Awalnya teratogenesis dikaitkan karena akibat
malnutrisi pada wanita semasa kehamilan.
Namun penelitian selanjutnya menyebutkan bahwa ada pengaruh zat kimia
terhadap terjadinya terjadinya teratogenik. Penelitian tersebut berawal dari
penggunaan thalidomide, yaitu semacam obat hipnotik-sedatif. Obat tersebut
digunakan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di Jerman, dan terbukti relatif non
toksik atau mematikan pada hewan coba atau manusia. Obat tersebut digunakan
sebagai peringan rasa mual-mual pada hamil muda.
Sayangnya, penggunaan obat tersebut menimbulkan efek negatif yang luar
biasa. Ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi thalidomide bayi yang dilahirkan
ditemukan cacat baik dalam bentuk Amelia (Tidak memiliki tangan dan kaki),
fokomelia (Lengan dan kaki tidak lengkap), bibir sumbing (Labioschisis), tanpa langit-
langit (Palatoschisis), tanpa mata (Anophtalmus), tanpa telinga (Anotia), tanpa
tempurung kepala (Anencephali), hingga abnormalitas berbagai organ tubuh. Sampai
pada pertengahan tahun 1962, thalidomide ditarik dari peredaran di seluruh dunia.
Namun tragisnya, untuk menghentikan tragedi obat ini diperlukan waktu yang lama,
yaitu 8 tahun dengan telah memakan korban lebih dari 10.000 bayi diketahui
menderita cacat

B. Prinsip-prinsip teratogenik
Wilson pada tahun 1959, mengungkapkan mengenai prinsip-prinsip teratologi.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Kerentanan terhadap teratogenesis tergantung pada genotip konseptus dan cara
komposisi genetik ini berinteraksi dengan lingkungan. Genom orang tua (Ibu)
sangat penting dalam hal metabolism obat, ketahanan terhadap infeksi, dan
proses-proses biokimiawi serta molukuler lainnya yang akan mempengaruhi
perkembangan embrio dalam uterus
2. Kerentanan terhadap teratogen pada stadium yang berbeda akan berbeda pula.
Saat paling sensitif timbulnya cacat lahir ada masa gestasi pada minggu ketiga
sampai kedelapan (Masa embriogenesis). Tiap stadium sangat rentan dan masing-
masing sistem organ dapt mempunyai satu lebih stadium kerentanan. Sebagai
contoh: palatoskisis dapat terbentuk pada tingkat blastokista (hari ke-6), masa
gastrulasi (hari ke-14), pada tingkat tunas tungkai dini (minggu ke-5), atau ketika
bilah-bilah palatum sedang terbentuk (minggu ke-7). Tidak menutup
kemungkinan cacat juga terjadi setelah masa embriogenesis.
3. Timbulnya pertumbuhan dan perkembangan abnormal dipengaruhi oleh besarnya
dosis dan/atau lamanya paparan terhadap suatu teratogen.
4. Kerja dan mekanisme teratogen sangat spesifik terhadap sel-sel dan jaringan yang
sedang mengalami pertumbuhdan dan perkembangan
5. Hasil akhir adanya pengaruh teratogenik adalah adanya perkembangan abnormal,
malformasi, keterlambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi, hingga kematian.

C. Faktor Penyebab Teratogenesis


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya kejadian teratogenik,
yaitu: Faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan diantaranya dapat
terjadi karena adanya agen-agen infektif seperti virus Rubella (Campak Jerman),
sitomegalovirus, Virus Herpes Simpleks, Varisela (cacar air), Virus Imunodefisiensi
Manusia (HIV), Toksoplasmosis, Sifilis, adanya radiasi atau adanya zat-zat Kimia yan
gberpotensi menyebabkan kejadian teratogen. Zat-zat kimia tersebut dapat berupa
minuman beralkohol (Etanol), jenis psikotropik dan narkotik (Nitrazepam atau
mogadon).
Selain itu faktor lingkungan juga dapat dikarenakan terjadinya defisiensi
nutrisi. Sekalipun banyak macam defisiensi nutrisi, khususnya kekurangan vitamin,
telah terbukti bersifat teratogenik pada banyak percobaan, belum ada bukti yang
nyata bahwa keadaan ini teratogenik pula bagi manusia. Kecuali kretinisme endemik,
yang berhubungan dengan kekurangan yodium pada ibu, tidak ditemukan analogi
antara percobaan pada binatang dan manusia.
Sementara itu, faktor kromosom dan genetik dapat berupa kelainan jumlah
kromosom, misal aneuploidi yang disebabkan oleh nondisjunction pada waktu pada
waktu meiosis dan mitosis dan dapat mengenai autosom atau kromosom seks.
Contoh, trisomi 21 (Sindrom Down), biasanya disebabkan oleh adanya satu kopi ekstra
kromosom 21 (Trisomi 21). Trisomi 18, penderita dengan susunan kromosom ini
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: keterbelakangan jiwa, cacat jantung
kongenital, telinga yang letaknya rendah, dan fleksi jari-jari dan tangan. Trisomi 13,
menyebabkan keterbelakangan jiwa, cacat jantung kongenital, tuli, bibir sumbing dan
palatoskisis, dan cacat-cacat mata misalnya mikroftalmia, anoftalmia, dan koloboma.
Sindrom Klinefelter, hanya ditemukan pada pria dan biasanya diketahui pada saat
pubertas, adalah kemandulan, atrofi testis hialinisasi tubuli seminiferi, dan kebanyakan
mengalami ginekomastia. Sindrom Turner, ditemukan pada wanita yang ditandai
dengan tidak adanya ovarium (disgenesis gonad) dan tubuh yang pendek, leher yang
berselaput, limfedema anggota badan, cacat rangka, dan dada lebar dengan puting
susu lebar. Sindrom Tripel X, penderita sindrom tripel X selalu infantil, dengan
menstruasi yang sedikit sekali dan sedikit keterbelakangan jiwa. Mereka mempunyai
2 badan kromatin seks di dalam selnya.
Kelainan-kelainan struktural kromosom bisa mengenai satu atau lebih
kromosom dan biasanya disebabkan karena pemecahan oleh kromosom. Pemecahan
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan semacam virus, radiasi dan obat. Adanya
gen-gen Mutan juga banyak menimbulkan cacat kongenital pada manusia yang
diturunkan, dan beberapa diantaranya jelas mengikuti pola mendel. Pada banyak
kasus, Kelainan dapat langsung disebabkan oleh perubahan pada satu buah gen saja,
karena itu dinamakan mutasi gen tunggal.
Pada kromosom X dan Y pada laki-laki, gen akan membentuk pasangan-
pasangan atau alel dan terdapat dua faktor untuk setiap penentu genetik, satu dari
laki-laki dan satu lainnya dari perempuan. Jika sebuah gen mutan menghasilkan
kelainan pada satu faktor, meskipun terdapat satu alel normal, keadaan ini disebut
mutasi dominan. Namun apabila kedua alel harus abnormal (faktor ganda) atau jika
mutasi yang terjadi adalah terkait-X pada laki-laki, keadaan ini dinamakan mutasi
resesif.

Anda mungkin juga menyukai