Anda di halaman 1dari 31

ISU-ISU KRITIS PENDIDIKAN PROGRESIF DI ERA 4.

0 IR
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah pedagogik transformatif
Dosen Pengampu: Drs Aslam M.pd

Disusun oleh:
Fahimah Dinan Karimah (1901025281)
SafitriYani (1901025077)
Hasnanda Amania (1901025257)
Nurul Masitoh (1901025101)
Kelas 3C

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ISU ISU KRITIS PENDIDIKAN
PROGRESIF DI ERA 4.0”

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta. ........ 2020

penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................2
B. Rumusan masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................2
A. Kritis Pendidikan Di Era 4.0...........................................................2
B. Pendidikan Di Era 4.0......................................................................2
C. Peran Guru Dalam Pendidikan Di Era 4.0....................................2
BAB III....................................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................2
B. Saran.................................................................................................2

BAB 1
PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan manusia.
Melalui pendidikan, seseorang dapat mengaktualisasi dirinya dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam pendidikan pasti ada yang
mendidik dan yang dididik. Idealnya, seorang pendidik harus mampu
menciptakan suasana belajar yang memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik. Metode dalam mengajar pun harus bervariasi disesuaikan
dengan konten materi yang akan disampaikan, sehingga peserta didik bisa
dengan mudah mengkonstruksi pengetahuannya dengan senang tanpa
merasa terbebani.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan, perlu adanya interaksi dan
komunikasi yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Proses
belajar yang dialogis dapat memacu kreativitas peserta didik dan
menstimulus keberanian untuk menyatakan gagasan atau ide yang
dimilikinya. Pendidik pun perlu untuk memberikan respon yang positif
terhadap apa yang disampaikan oleh peserta didik sebagai bentuk
apresiasi dan penanaman nilai percaya diri. Perilakui ini tentunya
memerlukan tindak lanjut sebagai wujud aktualisasi diri.
Dalam praktiknya, di Indonesia masih banyak ditemui pelaksanaan
pendidikan yang meletakkan peserta didik sebagai objek, yaitu objek
penerima pengetahuan. Pengetahuan diumpamakan sebagai barang jadi
yang siap diberikan kepada peserta didik, sehingga konsep pengetahuan
yang didapat adalah hasil penalaran sendiri, bukan pengetahuan bentukan.
Untuk memecahkan atau mengatasi kesenjangan antara ilmu mendidik
dengan praktik mendidik dibutuhkan pemikiran kritis dan usaha nyata
sebagai bentuk kesadaran pendidikan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dibuat rumusan masalah :
1.apa itu kritis pendidikan di era 4.0 ?
2.Bagaimana Pendidikan di era 4.0?

3
3.bagaimana peran guru dalam pendidikan di era 4.0 ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu kritis pendidikan

2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pendidikan di era 4.0

3. Mahasiswa dapat mengetahui peran guru dalam pendidikan di Era 4.0

BAB II
PEMBAHASAN

A. kritis Pendidikan di Era 4.0

4
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a
process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan
(reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan
yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga
memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk
mencapai suatu hasil.
Dengan melihat pendapat sciner diatas dan kita padukan pada
kenyataan terhadapa hasil pendidikan yang ada di Indonesia sunguh masih
jauh dari harapan, salah satu contoh pembelajaran yang ada di Indonesia
adalah pembelajaran di Indonesia lebih menekana siswanya untuk
mengahafal materi pembelajan, sehingga dalam proses ujian atau tugas
siswa cenderung menyotek buku  dari pada ia mengembangkan idenya,
karena sistim penilian yang diberikan oleh guru harus sama dengan apa
yang ada di dalam buku.ini merupakan salah masalah dalam proses
pembelajaran.
Berikut  beberapa masalah lain dalam pembelajaran yang terjadi di
indonesia:
 Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau
berpartisipasi di dalam belajar

 Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di


mulai

 Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian


muncul di kalangan antar mahasiswa

 Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan


nilai

 Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar

Beberapa masalah pemebelajaran di atas sering terjadi dalam


proses  bejalanya pendidikan kita di Indonesia, kejadian- kejadian tersebut

5
murupakan masalah sangat sering terjadi, maka dari itu guru, kepalah
sekoalah dan oknum-oknum yang terlibat dalam pengembangan pendidikan
di Indonesia harus mampu melihat titik-titik menuculnya masalah-masalah
tersebut.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia merupakan akumulasi
dari sejumlah faktor, antara lain: guru yang tidak berkualitas, fasilitas
pendidikan yang kurang mendukung, perpustakaan dan laboratorium yang
tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai, kepemimpinan kepala
sekolah yang tidak efektif, dan rendahnya minat/motivasi siswa untuk
belajar. Pendidikan yang rendah tersebut berimplikasi pada rendahnya
kualitas Sumber Daya Manuasia (SDM) Indonesia. SDM yang rendah juga
berbanding lurus dengan kemiskinan dan ketidakmakmuran penduduk,
yang berujung pada kesengsaraan dan penderitaan rakyat.
1. Issu kritis berdasarkan aspek guru
  

a.   Rendahnya Kualitas Guru


         Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU
No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
masyarakat.

b.      Rendahnya Kesejahteraan Guru


Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang
rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada
sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.

    2. Issu kritis aspek Siswa

6
a)      Faktor intern belajar
Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat
menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau
kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri
siswa, yaitu:
 Sikap Terhadap Belajar
 Motivasi belajar

 Konsentrasi belajar

 Kemampuan mengolah bahan ajar

 Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar

 Menggali hasil belajar yang tersimpan

 Kemampuan berprestasi

 Rasa percaya diri siswa

 Intelegensi dan keberhasilan belajar

 Kebiasaan belajar

 Cita-cita siswa
b)      Faktor ekstern belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping
itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat,
bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas
belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan
baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di
sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa,
maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai
berikut:
 Guru sebagai pembina siswa dalam belajar

 Sarana dan prasarana pemb elajarn

 Kebijakan penilaian

 Lingkungan sosial siswa di sekolah

7
 Kurikulum sekolah

Seperti disebutkan di atas bahwa dewasa ini muncul berbagai isu kritis
perihal mutu (layanan) pendidikan di Indonesia. Isu-isu kritis tersebut
berada pada tataran mikro, mezo dan makro. Secara Mikro, ada sejumlah
isu/persoalan kritis yang muncul di sekolah dalam kaitannya dengan mutu
(layanan) pendidikan. Isu-isu tersebut diataranya adalah kualitas,
kompetensi dan komitmen guru (tenaga pengajar) yang masih rendah,
terbatasnya alat bantu belajar (learning aids) di kelas dan laboratorium,
minimnya buku pelajaran dan referensi di perpustakaan, dan rendahnya
tingkat kesejahteraan guru. Hal ini diperkuat oleh BPS, BAPPENAS, dan
UNDP dalam Weda (2007) bahwa dewasa ini banyak sekolah yang tidak
dilengkapi dengan peralatan, dan buku pelajaran yang memadai, bahkan di
sekolah dasar tercatat sekitar setengah guru SD yang tergolong tidak
berkualitas.
Secara mezo, kemampuan kepala sekolah dalam mengelolah sekolah
masih rendah.  Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2006: 176) bahwa
kepala sekolah belum responsif terhadap tuntutan dinamika perubahan yang
terjadi, banyak aktifitas sekolah berlangsung by the way bukan by
design dengan ciri perencanaan yang memprihatikan. Ukuran keberhasilan
sekolah tidak terlepas dari profesionalisme dan kepemimpinan (leadership)
kepala sekolah untuk mengelolah sekolah. Ia juga diharapkan dapat menjalin
kerjasama, komunikasi dan kordinasi yang baik dengan seluruh stakeholder
sekolah, mulai dari stakeholder internal (guru, tenaga administrasi) hingga
stakeholder pendidikan yang sifatnya eksternal seperti pemerintah (Dinas
Pendidikan), para donor (penyandang dana), komite sekolah, siswa dan
orang tua siswa. Dengan demikian, maka akan tercipta sistem manajemen
struktural pendidikan dasar yang baik.
Secara makro. Peran pemerintah melalui kebijakannya di bidang
pendidikan sangat menentukan keberhasilan pencapaian mutu layanan
pendidikan di sekolah. Jumlah dana/anggaran yang dialokasikan kepada
pendidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) masih
menuai berbagai persoalan. Demikian halnya program pendidikan gratis di

8
sejumlah daerah (sebagai contoh program pendidikan gratis di Sulawesi
Selatan) dinilai oleh banyak kalangan tidak dapat menghasilkan pendidikan
yang bermutu. Guru mengeluh, kualitas pendidikan terancam, demikian
judul tulisan yang dimuat di salah satu halaman harian Fajar bertajuk
Menggugat Pendidikan Gratis (Fajar, 13 Oktober 2008). Permasalahan
tersebut adalah akibat minimnya dana BOS dan terbatasnya dana dari
program pendidikan gratis dari Pemerintah Propinsi dan Daerah, dan
keterlambatan penyaluran dana tersebut. Masalah kritis ini berdampak pada
kegiatan kesiswaan di sekolah, dan antusiasme guru untuk  mengajar
mengalami penurunan karena mereka juga tidak memperoleh tambahan
penghasilan yang memadai. ”Yang pasti, setelah program pendidikan gratis
ini berjalan, sebulannya kami kehilangan pendapatan hingga Rp. 500 ribu,”
keluh salah seorang guru (Fajar, 13 Oktober 2008). Dengan minimnya
anggaran pendidikan tersebut, maka seyogyanya pemerintah terus berupaya
untuk merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20% sehingga mutu
layanan pendidikan dapat terwujud, sebagaimana diamanatkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Pendidikan di Era 4.0

Perubahan dalam kehidupan masyarakat saat ini maju dengan


pesat, industri 4.0 berkembang dengan mencipta sesuatu yang baru, dan
dengan adanya perubahan-perubahan baru yang begitu cepat, pendidikan
sebagai suatu bagian kehidupan masyarakat harus mempersiapkan
berbagai perubahan yang terjadi, agar dapat diantisipasi melalui upaya
memperbaiki proses pendidikan dan pembelajaran

Kita dapat melihat keberhasilan suatu negara  menghasilkan


sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas, sangat tergantung
pada kualitas penyelenggaraan kegiatan atau proses belajar-mengajar di
sekolah dan lembaga pendidikan sejenis yang diselenggarakan untuk
seluruh lapisan rakyat Indonesia. Sedang dalam kenyataannya sulit untuk
dibantah bahwa kualitas kegiatan atau proses belajar mengajar tersebut,

9
sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor guru dalam
mengimplementasikan jabatan/pekerjaan sebagai sebuah profesi.

Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia


saat ini adalah, mutu pendidikan Indonesia yang masih rendah
dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Survei Program for
International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang baru saja dirilis
pada Selasa (3/12/2019) menyatakan studi ini menilai 600.000 anak
berusia 15 tahun dari 79 negara setiap tiga tahun sekali. Studi ini
membandingkan kemampuan matematika, membaca, dan kinerja sains
dari tiap anak.
Untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada
peringkat 6 dari bawah alias peringkat 74. Skor rata-rata Indonesia adalah
371, berada di bawah Panama yang memiliki skor rata-rata 377. Lantas,
untuk kategori matematika, Indonesia berada di peringkat 7 dari bawah
(73) dengan skor rata-rata 379. Indonesia berada di atas Arab Saudi yang
memiliki skor rata-rata 373. Kemudian untuk peringkat satu, masih
diduduki China dengan skor rata-rata 591. Survei PISA ini merupakan
rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia.
Berdasarkan pada kondisi tersebut, terlihat mutu pendidikan di
Indonesia masih jauh dari harapan. Hal ini memberikan dampak kurang
mampunya pendidikan menghasilkan sumber daya manusia yang mandiri,
yang memiliki etos kerja tinggi serta produktif untuk menghadapi revolusi
industri 4.0. Akibat rendahnya kwalitas SDM  berakibat pada  tingginya
tingkat pengangguran lulusan  jenjang sekolah tingkat atas maupun
sarjana serta kecendrungan untuk hanya menjadi pekerja kelas menengah.
Dengan kata lain pendidikan di Indonesia masih kurang memenuhi
harapan masyarakat akan lulusan  yang bermutu.

Pada abad ini, sangat diperlukan paradigma dalam belajar dengan


melakukan perubahan atau reformasi dalam pembelajaran guna mencari
cara-cara baru yang lebih efektif dalam pembelajaran. Disinilah tuntutan
peran kreativitas guru untuk menemukan serta melaksanakan kinerja yang

10
inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Ini adalah tantangan
yang dapat dibilang tidak hanya berfokus pada yang diajarkan, tetapi juga
cara pengajarannya yang mana pendidikan tersebut sendiri didasarkan
pada kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan yang ada di masa depan.

Dunia pendidikan sebagai suatu sub sistem kehidupan masyarakat


perlu menyikapi dengan terbuka berbagai inovasi yang ada dalam dunia
pendidikan, maupun yang terjadi dalam bidang kehidupan lainnya sebagai
upaya untuk mengintegrasikannya agar dapat dicapai suatu kondisi
pendidikan yang tidak tertinggal dengan perubahan yang terjadi di
masyarakat sebagai akibat akumulasi inovasi. Mengacu pada
permasalahan yang telah dikemukakan diatas, kajian pembelajaran inovasi
memasuki era pendidikan 4.0 merupakan tuntutan dalam dunia pendidikan
yang merupakan suatu keharusan untuk selalu mencermati perubahan-
perubahan yang terjadi untuk menghadapi industri 4.0.

C. Peran Guru dalam pendidikan di Era 4.0

Era revolusi industri 4.0 mengakibatkan perubahan diberbagai


bidang termasuk Pendidikan. Penelitian ini mengkaji bagaimana peran
guru dalam mengajar di era Pendidikan 4.0. Metode dalam penelitian ini
adalah studi literatur. Studi literatur yang menggunakan berbagai sumber
tertulis seperti jurnal dan dokumen- dokumen yang relevan terhadap
penelitian ini. Studi ini difokuskan pada peran guru sebagai seorang
pendidik dalam pendidikan dan pembelajaran. Peran penting guru adalah
dalam memajukan pendidikan, karena guru dapat langsung dengan siswa
dalam pembelajaran. Guru sebagai pendidik didalam pembelajaran pada
era Pendidikan 4.0 ini harus memiliki soft skill yang kuat, antara lain:
berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif (Cann, 2016). Hasil
studi menunjukkan bahwa peran guru tidak dapat tergantikan oleh
teknologi. Peran guru yang tidak dapat diletakkan tersebut antara lain:
teladan dalam tindakan, atau sikap karakter dan inspiratif serta pasion.
Interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dapat membangun dan
mengembangkan karakter siswa.Kata Kunci: peran, guru, pendidikan 4.0

11
Strategi yang dapat dilakukan oleh para stakeholder pendidikan,
baik guru/dosen, praktisi pendidikan, komite sekolah, dewan pendidikan
hingga masyarakat/dunia usaha melalui program tanggung jawab sosial
(CSR) untuk berperan serta dalam peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia adalah sebagai berikut: i) Menjadi tenaga advokasi dan
pendamping dalam dunia pendidikan untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan, khususnya tentang mutu pendidikan yang dari hari
kehari menampakkan hasil yang kurang menggembirakan, ii) Menjadi
mitra pemerintah untuk mencari jalan keluar terhadap persoalan-persoalan
pendidikan, baik pada tingkat lokal, regional, maupun nasional, iii)
Bersama-sama dengan stakeholder pendidikan lainnya (kepala sekolah,
guru, orang tua murid/siswa, anggota komite sekolah, dan masyarakat
lainnya) untuk memikirkan solusi alternatif terhadap isu-isu kritis dalam
pendidikan, iv) Melakukan kajian-kajian atau telaah kritis, dan hasil
kajian atau telaah tersebut disampaikan kepada pengambil kebijakan
(pemerintah dan pemerintah daerah), v) Menyelenggarakan pendidikan
non formal, pelatihan, workshop, roundatable discussion, seminar, dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan kompetensi baik
kepada guru maupun siswa, vi) Bekerjasama dengan lembaga lain yang
memiliki perhatian, kepedulian,  dan minat yang sama untuk senantiasa
memikirkan pendidikan yang bermutu, dan mencari jalan keluar terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dalam hal mutu pendidikan
yang rendah, vii) Memberikan dukungan kepada pemerintah terhadap
gerakan-gerakan peningkatan kualitas peserta didik dan masyarakat,
seperti Gerakan Membaca, sumbangan buku-buku bekas berkualitas, dan
lain-lain, dan viii) Mengambil inisiatif dan memelopori segenap
pembaruan dan implementasi kebijakan pendidikan kearah yang lebih
baik.

12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Pada dasanya banyak isu-isu mengenai kritis dalam pendidikan di era 4.0.
Sehingga Pendidikan harus dapat menyadarkan kaum tertindas agar mempunyai
kesadaran kritis. Terdapat tiga kesadaran, yang

13
pertama kesadaran magis adalah individu yang tidak melawan atau mengubah
realitas hidupnya, mereka justru menyesuaikan diri dengan realitas yang ada.Yang
kedua kesadaran naïf. Pada tingkat kesadaran ini, individu sudah mengetahui
penyebab keadaan tertindas itu namun mereka belum mau beraksi. Pada tingkat
kesadaran ketiga ini orang mampu menafsirkan secara mendalam permasalahan
yang dihadapinya.
Implikasi teori Paulo Freire dengan praktik pendidikan masa kini. Di tingkat
kesadaran yang pertama, yaitu kesadaran magissiswa hanya menerima dengan
serta merta apa yang diberikan guru dan mematuhi seluruh instruksi guru. Tidak
ada proses dialog yang terjalin antara guru dengan siswa, sehingga siswa tidak
merasa bahwa sesungguhnya ia tertindas. Di tingkat kesadaran yang kedua, siswa
sudah mengetahui bahwa apa yang dikatakan guru tidak selalu sesuai dengannya,
tetapi siswa belum mau bertindak atau berusaha untuk mematahkan pendapat
guru. Di tingkat kesadaran yang ketiga, siswa berusaha secara sadar mengubah
atau mengganti sistem yang menindas menjadi sistem yang adil dan bisa mereka
kuasai.

B. Saran
Pendidikan harus memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pe
ndapatnya agar ada proses dialogis antar siswa dengan guru.
Persekolahan diharapkan mampu menanamkan kesadaran kritis pada sisw,
baik dengan memberikan rangsangan sesuai kebutuhan siswa atau member
ikan respon yang tepat.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://soekardiweda.blogspot.com/2012/11/isu-kritis-pendidikan-di-
indonesia.html
http://puisisangmagister.blogspot.com/2017/04/isu-isu-kritis-problematika-
pendidikan.html?m=1
https://lpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/pembelajaran-inovasi-
memasuki-era-pendidikan-4-0

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ………………………………………      i
DAFTAR ISI  ………………………………………….……..      ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  ……………………………………………………..       1
B.     Rumusan Masalah  ………………………………………………….       1
C.     Tujuan ………………………………………………………………        1

BAB II PEMBAHASAN                                                                
A.    Garis Kurva dan Sudut ………  …………………………………….      2
B.      Sudut  …………………………….………………………………...       3
C.     Segi Banyak  ………………………………………………………..       3
D.    Lingkaran ………………………………  ………………………….       4
E.     Simetri Bangun Datar  ………………………………………………….  4
F.      Pengubinan  …………………………………………………………       5
G.    Bidang Koordinat  …………………………………………………        6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulalan  ……………………………………………………….     7
B.     Saran  ………………………………………………………………..     7

DAFTAR PUSTAKA  ………………………………………….  8

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan mulai dari
kelas rendah sampai kelas tinggi dengan demikian sudah sepantasnya para
mahasiswa selama mengikuti perkuliahan perlu dibekali matematika dasar,
pendidikan matematika sd kelas rendah, dan pembelajarannya serta cara-cara
pengadaan alat-alat peraga.
Setelah mahasiswa mempelajari buku agar diharapkan mereka mampu memilih
alternative cara pengajarannya nantinya disekolah dasar.

B.   Rumusan masalah
1.      Apa pengertian kurva, titik, garis, dan sudut?
2.      Apa pengertian segi banyak ?
3.      Apa pengertian lingkaran?
4.      Apa pengertian pengubinan?

iv
C.   Tujuan
1.      Memahami pengertian kurva, titik, garis, dan sudut.
2.      Memahami pengertian segi banyak.
3.      Memahami pengertian lingkaran.
4.       Memahami pengertian pengubinan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Titik, Garis dan Kurva
Sesuatu sigmen/ruas garis mempunyai sifat bahwa panjangnya
terhingga,tidak mempunyai tebal,dan mempunyai dua titik ujung.contoh dalam
kehidupan sehari-hari agar siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
ruas garis,cara nya adalah menuliskan satu huruf kapital pada masing-masing titik
ujung ruas garis tersebut.
Titik : tidak memiliki dimensi dan dilambangkan dengan sebuah
noktah kecil “ ”. Sebuah titik biasanya dinotasikan dengan sebuah huruf
besar, A, B, C, dan seterusnya.
Garis; garis merupakan kumpulan tak terhingga banyaknya titik dan oleh
karenanya panjangnya tak terbatas; Sebuah garis biasanya dinotasikan
dengan huruf kecil: a, b, c, dan seterusnya
Sudut adalah gabungan dari dua sinar garis yang tidak berlawanan dan
yang titik pangkalnya berimpit. Titik pangkal tersebut disebut titik sudut.
Dalam

v
penyusunan suatu bangun geometri, maka sudut juga dapat dibentuk oleh
dua ruas
garis yang salah satu titik ujungnya berimpit.
Kurva dapat dipikirkan sebagai himpunan.titik yang dapat digambar tampa
mengangap pencil yang digunakan untuk menggambarnya.

 
 
 
 
 
                                                                                                      
                                                           

Masing-masing penggalan gambar tersebut dihasilkan tanpa mengangkat


pensil yang digunakan untuk menggambarnya. Nampaknya semua penggalan
gambar
tersebut tidak memiliki makna, tetapi dalam geometri masing-masing
sudah
memiliki nama, yakni kurva.
Kurva sederhana adalah kurva yang dapat digambarkan tanpa ada titik yang
diulang kecuali mungkin titik-titik ujungnya.
 

Jika sebuah kurva dapat digambar tanpa ada titik yang diulang kecuali
mungkin titik-titik ujungnya maka kurva tersebut disebut kurva sederhana. Secara
khusus, jika kedua titik ujungnya berimpit, maka disebut kurva sederhana
tertutup.

B.    Sudut
Sudut adalah gabungan dari dua sinar garis yang tidak berlawanan
dan
yang titik pangkalnya berimpit. Titik pangkal tersebut disebut titik sudut. Dalam
penyusunan suatu bangun geometri, maka sudut juga dapat dibentuk oleh dua ruas
garis yang salah satu titik ujungnya berhimpit.
Besar suatu sudut dimaksudkan sebagai besarnya rentangan yang dibentuk

vi
oleh kedua kaki sudut. Besar sudut dinyatakan dalam satuan derajad
(dilambangkan dengan °) atau dalam satuan radian. Salah satu alat yang
dipergunakan untuk mengukur besarnya sudut adalah busur derajad. Skala
yang
ada dalam busur derajad biasanya mulai dari 0sampai 180
 

 
 
 
 
                                                        
A

                     O                                                B

                        Berdasarkan
besarnya maka sudut dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok:
a. Sudut lancip, yakni sudut yang besarnya kurang dari 90;
b. Sudut siku-siku, yakni sudut yang besarnya adalah 90;
c. Sudut tumpul, yakni sudut yang besarnya lebih dari 90.
 

(i)                                                   (ii)                                (iii)
Pada gambar diatas sudut (i) merupakan sudut lancip, sudut (ii) merupakan sudut
siku-siku dan sudut (iii) merupakan sudut tumpul. 

C.    Segi Banyak

Suatu segi banyak


( polygon) yang semua sisi-sisinya dan semua sudut-sudutnya tidak sama, seperti
segi tiga sembarang, segi empat sembarang, dan seterusnya suatu segi banyak
yang semua sisi-sisinya dan semua sudut-sudutnya kongruen disebut segi banyak
beraturan atau segi 4 beraturan.Contoh :

vii
           

    Segi tiga sama sisi                          Persegi                                  Segi


lima

           
D.    Lingkaran
Suatu lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang yang
mempunyai jarak yang sama pada suatu titik tetap (yang disebut titik pusat
lingkaran) jarak antara titik pusat dan suatu titik pada lingkaran disebut jari-jari
lingkaran.
 

            Luar lingkaran dapat dicari dengan cara membagi menjadi daerah


jaring-jaring menyerupai segi tiga jarring-jaring tersebut kemudian disusun
sehingga membentuk bangun yang mendekati jajaran genjang .

                                               
Jari-jari                       
lingkaran                                             

                                                                            

viii
                                                                             setengah keliling
lingkaran

E.    Simetri Bangun Datar


Suatu bangun memiliki simetri jika ada transformasi sedemikian hingga
bayangannya berimpit dengan bangun semula.
Simetri pada prinsipnya merupakan sebuah transformasi yang diterapkan
pada sebuah bangun datar sebagai medianya. Ada dua macam simetri
yakni
 simetri lipat dan simetri putar. Simateri lipat merupakan penerapan
pencerminan
pada sebuah bangun datar, sedangkan simetri putar merupakan penerapan
putaran
(rotasi).
Konsep simetri akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila mereka
dilibatkan untuk melakukan suatu kegiatan yang berkenaan dengan
penanaman
konsep tersebut. Misalnya, untuk menanamkan konsep simetri lipat pada
persegi
panjang, berilah siswa selembar kertas yang berbentuk persegi panjang;
kemudian
perintahkan agar siswa melipat kertas itu sedemikian hingga satu bagian
kertas
tepat menutupi bagian yang lainnya. Setelah berhasil, mintalah mereka
untuk
kembali melipat kertas tersebut dengan sumbu lipat yang lain sedemikian
hingga
satu bagian kertas tepat menutupi bagian yang lainnya. Apabila berhasil,
maka
setelah kertas dibuka kembali, siswa akan mendapatkan bekas lipatan.

a.     Simetri putar
Pada penanaman konsep simetri
putar, siswa juga ditugasi untuk melakukan percobaan sendiri. Misalnya tentang
konsep simetri putar pada bangun persegi . Berilah mereka selembar
kertas atau potongan triplek berbentuk persegi panjang. Mintalah mereka untuk

ix
menjiplak sisi bangun tersebut di atas kertas sehingga merupakan sebuah bingkai
untuk kertas atau potongan triplek tersebut. Dengan menggunakan titik potong
diagonalnya sebagai titik pusat putaran kemudian mulai memutar kertas atau
triplek tersebut sampai 360o, mintalah siswa untuk mencatat berapa kali kertas
atau triplek tersebut menempati bingkainya.
 

                    
D
 
 
 
 
 
                                        C

                    A                                             B

F.    Pengubinan
Daerah segibanyak adalah gabungan antara segibanyak dan daerah
didalamnya.
Penyusunan daerah-daerah segibanyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga
menutup
bidang secara sempurna (tidak ada bagian yang tidak tertutup) dinamakan
pengubinan.
Kita dapat membentuk ubin dengan segitiga-segitiga siku-siku.

Pengubinan dengan segi banyak beraturan


Pengubinan yang dibentuk oleh segibanyak beraturan disebut segi banyak
beraturan. Dalam hal segi banyak beraturan membentuk ubin, ukuran sudutnya
haruslah pembagi 360⁰, karena bilangan cacah yang menyatakan banyaknya segi

x
n beraturan bertemu di satu titik sudut adalah membentuk sudut 360⁰. Jelaslah,
bahwa segitiga beraturan (segitiga sama kaki), segiempat beraturan (persegi), dan
segienam beraturan, sudut dalamnya berturut-berturut adalah 60⁰, 90⁰, dan 120⁰,
dimana 60⁰ dan 120⁰ masing-masing pembagi 360⁰, sehingga sebanyak
segibanyak tersebut membentuk ubin. Selanjutnya untuk segilima beraturan sudut
dalamnya 108⁰, dan 108⁰ bukan pembagi 360⁰.

G.    Bidang koordinat

Koordinat adalah bilangan yang


dihubungkan dengan suatu titik pada garis bilangan itu.

                                    B (o,b)                         P (a,b)                                    


                                                                                                                                     
                                                                                                                                     
                                                                                                                                     
                                                                                                         A
(a,o)                        

Setiap titik P pada bidang diberi notasi menggunakan pasangan bilangan


atau “koordinat” yang ditentukan oleh dua garis yang saling tegak lurus.

Jarak

Jarak adalah suatu kumpulan antara satu lintasan tertentu. Misalnya kita
dapat menentukan jarak dua titik menggunakan koordinat.

                                                                                                   Q
(c,d)

xi
                                                                   
      P(a,b)               R(c,b)    

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Titik : tidak memiliki dimensi dan dilambangkan dengan sebuah
noktah kecil “ ”. Sebuah titik biasanya dinotasikan dengan sebuah huruf
besar, A, B, C, dan seterusnya.
Garis; garis merupakan kumpulan tak terhingga banyaknya titik dan oleh
karenanya panjangnya tak terbatas; Sebuah garis biasanya dinotasikan
dengan huruf kecil: a, b, c, dan seterusnya.
Sudut adalah gabungan dari dua sinar garis yang tidak berlawanan dan
yang titik pangkalnya berimpit. Titik pangkal tersebut disebut titik sudut. Dalam
penyusunan suatu bangun geometri, maka sudut juga dapat dibentuk oleh dua ruas
garis yang salah satu titik ujungnya berhimpit.
Suatu lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang yang
mempunyai jarak yang sama pada suatu titik tetap (yang disebut titik pusat
lingkaran) jarak antara titik pusat dan suatu titik pada lingkaran disebut jari-jari
lingkaran.
simetri putar merupakan penerapan putaran (rotasi).
Daerah segibanyak adalah gabungan antara segibanyak dan daerah
didalamnya.
Penyusunan daerah-daerah segibanyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga
menutup
bidang secara sempurna (tidak ada bagian yang tidak tertutup)
dinamakan pengubinan.

Koordinat adalah bilangan yang


dihubungkan dengan suatu titik pada garis bilangan itu.

xii
B.     SARAN
Sebagai calon guru hendaknya memahami metode atau cara-cara mengajarkan
materi bangun datar kepada siswa SD agar mudah diterima dan dipelajari.
http://hidayatianjar.blogspot.com/2015/02/makalah-pendidikan-matematika-
kelas.html

xiii
Pembelajaran Pengubinan di Sekolah Dasar - Pengubinan merupakan
penempatan bangun datar dalam suatu luasan secara tepat tanpa celah.
Prosedur penempatan bangun datar dalam menutupi sebuah luasan ini bertujuan
menghasilkan sebuah karya seni namun menggunakan prinsip-prinsip
matematika.  Pengubinan sendiri digunakan pada zaman Romawi Kuno dan
merupakan Karya Seni dalam kebudayaan Muslim. 

Kata tessellation (pengubinan) sendiri berasal dari bahasa Yunani tessera, yang


dikaitkan dengan  aegiempat dan ubin. Agaknya ini adalah sebuah  indikasi dan
fakta bahwa ubin bentuk segiempat  adalah yang paling mudah untuk saling
menutupi bidang segiempat yang lain tanpa menyisahkan celah.. Ubin adalah
fitur umum seni dekoratif dan terjadi di dunia alami di sekitar kita. Dua orang
pada prinsipnya bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mengembangkan
pengubinan: Roger Penrose, seorang ahli matematika terkemuka, dan seniman,
M.C.Escher.

Mengingat sejarah dan tujuan dari pengubinan ini, pembelajaran matematika


topik pengubinan dapat diintegrasikan dengan sejarah (IPS) ketika anak belajar
tentang sejarah Romawi Kuno atau Kerajaan Islam. Pengubinan juga
memberikan kesempatan pada anak-anak untuk menghasilkan karya seni
dengan menghubungkan topik atau materi lintas mata pelajaran seperti prakarya,
matematika dan sejarah.

Pengubinan merupakan salah satu konsep matematika penting yang diberikan


kepada siswa sejak usia sekolah dasar. Oleh karena itu para guru dan juga calon
guru mesti memahami konsep pengubinan tersebut agar dapat mengajarkan
konsep pengubinan pada siswa sekolah dasar.

1. Pengertian Pengubinan
Daerah segibanyak adalah gabungan antara segibanyak dan daerah didalamnya.
Penyusunan daerah-daerah segibanyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga menutup
bidang secara sempurna (tidak ada bagian yang tidak tertutup) dinamakan pengubinan.
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan pengubinan dengan segitiga-segitiga siku-siku
dan pengubinan dengan segitiga sama kaki.

Gambar Model Pengubinan dengan Segitiga Samakaki dan Segitiga Siku Siku

xiv
2. Pengubinan dengan berbagai segibanyak
Perhatikan kedua gambar di atas. Pada gambar pertama menunjukkan
pengubinan dengan segitiga siku-siku. Pola pada pengubinan ini adalah ada 6
segitiga siku-siku bertemu pada satu titik. Keadaan seperti ini dikatakan bahwa
konfigurasi segitiga siku-siku bertemu di satu titik adalah (3, 3, 3, 3, 3, 3).

Barisan enam 3-an ini menyatakan bahwa ada enam segitiga siku-siku bertemu
pada setiap titik sudutnya. Hal serupa juga terjadi pada gambar kedua. Pada
gambar kedua, konfigurasi segitiga sama kaki bertemu di satu titik adalah
juga (3, 3, 3, 3, 3, 3).

Mintalah siswa bekerja dalam kelompok membuat pengubinan dengan


menggunakan segitiga sama sisi, persegipanjang, trapesium, dan layang-layang.
Kemudian mintalah mereka menuliskan konfigurasinya.

Perhatikan gambar sebuah bangun segienam beraturan di atas. Jika kita akan
melihat apakah mungkin kita dapat melakukan pengubinan dengan bangun-
bangun segienam itu dan bagaimana bentuk konfigurasi segienam beraturan itu
bertemu pada satu titik, maka harus memusatkan perhatian pada salah satu
sudut segi enam beraturan itu. Untuk itu perhatikan lingkaran yang ada pada
salah satu sudut segienam beraturan di atas. Misalkan kita telah mengetahui
bahwa besar satu sudut segi enam beraturan adalah 120 dan kita telah
mengetahui bahwa besar sudut satu lingkaran penuh adalah 360. Kita ingin
mengetahui apakah mungkin ada beberapa segienam beraturan lain yang dapat
menutup daerah lingkaran yang tersisa. Karena kita sudah mempunyai sudut
sebesar 120, kita masih memerlukan gabungan sudut dari beberapa segienam
beraturan yang besarnya adalah 360 – 120 = 240. Karena itu kita memerlukan
dua buah bangun segienam lagi. Dengan demikian, konfigurasi pengubinan
dengan menggunakan segienam beraturan bertemu pada sebuah titik adalah (6,
6, 6).

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah mungkin kita membuat pengubinan


menggunakan hanya bangun-bangun segilima beraturan? Misalkan kita telah
mengetahui bahwa besar satu sudut segi lima beraturan adalah 1080. Untuk itu

xv
kita masih memerlukan gabungan sudut-sudut dari beberapa segilima beraturan
yang besarnya 360 – 108 = 252. Ada berapa buah sudut segilima beraturan
sehingga berukuran 2520? Karena satu sudut segilima beraturan besarnya 1080,
kita tidak memperoleh bilangan bulat yang menyatakan banyaknya sudut
segilima yang diperlukan. Dengan demikian, kita tidak dapat melakukan
pengubinan dengan menggunakan hanya bangun-bangun segilima dan
gambarnya kira-kira seperti tampak berikut ini.
  

Untuk menentukan pengubinan bangun-bangun segibanyak beraturan, kita harus


memahami besar setiap sudut pada segibanyak beraturan. Kita telah mengetahui
bahwa jumlah ukuran sudut segitiga adalah 180 dan besar ukuran sudut satu
lingkaran penuh adalah 360. Meskipun demikian, mungkin banyak diantara kita
belum mengetahui besar ukuran setiap sudut dalam segibanyak beratuarn.
Untuk itu, sebelum mengakhiri pembahasan pengubinan, kita bicarakan sedikit
tentang besar ukuran setiap sudut pada segibanyak beraturan, yaitu sebagai
berikut:

1. Segitiga beraturan (segitiga sama sisi)


Karena jumlah ukuran sudut dalam segitiga beraturan adalah 180, besar ukuran
setiap sudutnya adalah 60.

2. Segiempat beraturan (persegi)


     Karena segiempat beraturan dapat dibangun dari dua segitiga, maka jumlah
ukuran sudut dalam segiempat itu adalah 2 x 180 = 360 (lihat gambar di bawah
ini). Dengan demikian, besar ukururan setiap sudutnya adalah 90.

xvi
3. Segilima beraturan
     Perhatikan gambar berikut ini.

 Baca juga: Alat Peraga Matematika untuk Pengubinan

Gambar di atas adalah segilima beraturan yang dibagi menjadi lima buah
segitiga kongruen. Setiap segitiga itu mempunyai jumlah ukuran sudut 1800,
akibatnya, lima buah segitiga mempunyai jumlah ukuran sudut 5 x 180 = 900.
Ukuran sudut ini menunjukkan gabungan antara jumlah ukuran segilima
beraturan dan besar sudut pusatnya (sudut yang ada di tengah-tengah segilima).
Karena ukuran sudut pusat itu adalah 360, jumlah ukuran segilima beraturan itu
adalah 900 – 360 = 540. Dengan demikian, besar setiap sudut dalam segilima
beraturan adalah 540 : 5 = 108.

BACA JUGA:
 Bangun Ruang : Kubus,Balok, Prisma Segitiga, Limas, Tabung, Kerucut
Bola
 Beberapa Aktivitas Pembelajaran Simetri Lipat dan Simetri Putar di
Sekolah Dasar

 Mengenal Tahap-Tahap Perkembangan Pemahaman Anak Usia Sekolah


Dasar dalam Belajar Geometri

4. Segienam beraturan
    Perhatikan gambar berikut ini.

xvii
 

Gambar di atas adalah segienam beraturan yang dibagi menjadi enam buah
segitiga kongruen. Setiap segitiga itu mempunyai jumlah ukuran sudut 1800,
akibatnya, enam buah segitiga mempunyai jumlah ukuran sudut 6 x 1800 =
10800. Ukuran sudut ini menunjukkan gabungan antara jumlah ukuran segilima
beraturan dan besar sudut pusatnya (sudut yang ada di tengah-tengah segilima).
Karena ukuran sudut pusat itu adalah 360, jumlah ukuran segienam beraturan itu
adalah 1080 – 360 = 720. Dengan demikian, besar setiap sudut dalam segilima
beraturan adalah 720 : 60 = 120.

Dari hasil nomor 1 sampai dengan nomor 4 di atas, kita dapan memperoleh pola
untuk mencari besar steiap sudut segibanyak beraturan. Pola itu adalah sebagai
berikut:

https://www.tipsbelajarmatematika.com/2017/02/pembelajaran-pengubinan-di-
sekolah-dasar.html

xviii

Anda mungkin juga menyukai