Anda di halaman 1dari 16

Memahami Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Dosen Pengampu

Drs. Rachmat Yuwono, M.Ag

Disusun oleh:

Iin Warnasari (1920210020


)
(1920210021
Iis Saripah
)
(1920210026
Ismi Muliya
)
(1920210003
Ahmad Fauzi
)

Semester 5 A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) YAMISA SOREANG

2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan menyangkut Memahami Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud.

Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan di buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf bila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Soreang, 20 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

2.1 Pengertian Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud..................................................3

2.2 Macam-macam Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud...........................................5

2.3 Cara Mengetahui Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud........................................8

2.4 Hikmah Mempelajari Asbabun an Nuzul dan Asbabun al Wurud.......................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................11

Simpulan.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah


tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan
hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
datang.

Isi surat dan ayat Qur’an umumnya berkorelasi dengan peristiwa yang terjadi
pada masa dakwah Nabi, seperti surat Baqarah, al-Hasyr dan al-'Adiyat. Kadang
kala pula suatu surat atau ayat diturunkan karena adanya kebutuhan mendesak
akan hukum-hukum Islam, seperti al-Nisa', al-Anfal, al-Thalak dan lain-lain.
Eratnya hubungan antara satu ayat atau surat dengan dinamika sosial budaya yang
terjadi ketika ayat atau surat tersebut diwahyukan, meniscayakan untuk
mengetahui sebab-sebab dari diwahyukannya satu ayat atau surat, ketika ayat atau
surat terkait ditafsirkan. Para ulama menyepakati bahwa mengetahui asbabu al-
nuzul akan sangat membantu untuk mengetahui dan memahami kandungan ayat
Al-Quran sekaligus untuk mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang
dikandungnya.

Pentingnya mempelajari Asbabunnuzul agar kita semua dapat mengetahui


sebab-sebab dan awal mengenai Al-Qur’an. Maka dalam pembahasan kali ini
mengenai Asbabunnuzul yang mana merupakan salah satu ilmu yang harus
dipelajari bagi seseorang yang ingin menafsirkan Al-Quran, agar tidak terjadi
kesalahan dalam menafsirkan ayat-ayat Allah Swt.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian asbab an nuzul dan asbab al wurud?

2. Apa saja macam-macam asbab an nuzul dan asbab al wurud?

3. Bagaimana cara mengetahui asbab an nuzul dan asbab al wurud?

4. Apa saja hikmah mempelajari asbab al nuzul dan asbab al wurud?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari asbab an nuzul dan asbab al wurud.

2. Untuk mengetahui macam-macam asbab an nuzul dan asbab al wurud.

3. Untuk mengetahui cara mengetahui asbab an nuzul dan asbab al wurud.

4. Untuk mengetahui hikmah mempelajari asbab an nuzul dan asbab al


wurud.
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud

1. Pengertian Asbab an Nuzul

Kata Asbabun nuzul terdiri dari kata asbab dan an-nuzul. Asbab adalah kata
jamak dari kata mufrad sabab, yang berarti sebab, alasan. Yang di maksud dengan
nuzul adalah penurunan Alquran dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw
melalui perantara malaikat Jibril As. Karena itu istilah lengkap asalnya ialah
Asbabun Nuzulul-Qur’an yang berarti sebab-sebab turun al-Quran.

Pengertian menurut terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di antaranya:

a. Subhi Shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya
satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu
peristiwa, sebagai respons atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum
ketika peristiwa itu terjadi.
b. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa
itu terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada
nabi.
Dapat disimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa
yang melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab,
menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian
tersebut. Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa sebab turunnya suatu
ayat itu berkisar pada dua hal yaitu:

a. Apabila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai


peristiwa tersebut, seperti kisah turunnya surah Al-lahab,
b. Apabila Rasulullah SAW di Tanya tentang sesuatu hal, maka turunlah
ayat al-Qur’an untuk menerangkan hukumnya. Seperti ketika khaulah
binti sa’labah di kenakan zihar oleh suaminya Aus hin tsamit, hingga
khaulah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai hukumnya, maka
turunlah surat Al-Mujadalah ayat 3.
Namun tidak semua ayat Al-Qur’an di turunkan karena adanya suatu
peristiwa atau karena suatu pertanyaan. Ada di antara ayat Al-Qur’an yang di
turunkan sebagai permulaan tanpa sebab, seperti kewajiban muslim, mengenai
akidah dan syariat Allah SWT dalam kehidupan umat manusia.

2. Pengertian Asbab al Wurud

Pengertian asbab al wurud secara etimologi terdiri dari dua bagian kata,
yang masing-masing kata memiliki makna tersendiri. Makna kata yang pertama,
yaitu kata asbab, merupakan bentuk jamak dari sabab yang berarti habl, yaitu
segala sesuatu yang dapat saling menghubungkan antara satu dengan yang
lainnya.

Jadi, makna kata asbab adalah sebab-sebab atau alasan hadirnya suatu hadits
yang disampaikan melalui Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Sementara
itu, kata al-wurud merupakan bentuk isim mashdar dari warada-yaridu-wurudan
yang artinya datang atau sampai. Selanjutnya, kata al wurud yang merupakan
bentuk isim mashdar yang berarti datang atau sampai.

Jadi, makna kata al-wurud adalah turunnya atau datangnya suatu hadits
yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada para sahabatnya. Dengan
demikian, secara sederhana asbab wurud al-hadits dapat diartikan dengan sesuatu
yang menjadi sebab timbulnya suatu hadis.

Adapun pengertian asbab al wurud secara terminologi atau istilah adalah


sebab-sebab munculnya suatu hadits yang disampaikan Nabi Muhammad saw.
kepada sahabat-sahabatnya dalam meluruskan dan menegakkan ajaran Islam agar
para sahabat tidak melenceng dari ajaran Islam. Hasbi Ash-Shidiqi
mendefinisikan Asbabul Wurud sebagai berikut: “Ilmu yang menerangkan
sebab-sebab Nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa masanya Nabi SAW
menuturkannya.”
Dapat disimpulkan dari definisi di atas bahwa ilmu asbab wurud al-hadits
adalah ilmu yang membahas segala kejadian, baik berupa kasus maupun
pertanyaan yang menjadi penyebab datangnya suatu hadits.

2.2 Macam-macam Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud

1. Macam-macam Asban an Nuzul

Macam-macam asbab an-nuzul dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun,
asbab an-nuzul dapat dibagi kepada:

a. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/ wahyu.


Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,
misalnya turunnya Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:

Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di
peranakkan. Dan tiada seorang pun yang setara dengan dengan dia.”

Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan


terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum
ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain: “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharah) shalat
wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam shalatmu) dengan khusyu’.” Ayat di atas
menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut:
1) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di
waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan
oleh para sahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad,
bukhari, abu daud).
2) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di
waktu yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau
dua saf saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang
tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka turunlah ayat
tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu jarir).
b. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid

Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: Q.S. Ad-
dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:

Artinya: “maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.”
Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).”
Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman
yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan.”
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw. Beliau berdo’a
supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah
terjadi pada zaman nabi Yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-
sampai mereka pun makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10).
Kemudian mereka menghadap nabi SAW untuk meminta bantuan. Maka
Rasulullah SAW berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujan pun turun, maka
turunlah ayat selanjutnya (QS. Addukhan/44: 15), namun setelah mereka
memperoleh kemewahan mereka pun kembali kepada keadaan semula (sesat dan
durhaka) maka turunlah ayat ini (QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut
dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang badar.

2. Macam-macam Asbab al Wurud

Macam-macam Asbabul Wurud Menurut Imam as-Suyuthi, Asbabul wurud


dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Sebab yang berupa ayat al-qur’an

Dikarenakan banyaknya ayat-ayat al-qur’an yang turun dalam bentuk


umum, sedangkan yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah makna khusus atau
lantaran adanya kemusykilan yang membutuhkan penjelasan.
Artinya ayat al-qur’an itu menjadi penyebab Nabi SAW mengeluarkan sabdanya,
sebagai contoh ialah firman Allah SWT yang berbunyi: “Orangorang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-An’am: 82)
Ketika itu, sebagian sahabat memahami kata “azh-zhulmu” dengan
pengertian al-jaur yang berarti berbuat aniaya atau melanggar aturan. Nabi SAW.
kemudian membenarkan penjelasan bahwa yang dimaksud azhzhulmu dalam
firman tersebut adalah asy-syirku yakni perbuatan syirk (mempersekutukan
Allah),

b. Sebab yang berupa hadis

Sebab yang berupa hadis berarti pada waktu itu terdapat sebuah hadis,
namun sebagian sahabat tampaknya merasa kesulitan dalam memahaminya, maka
kemudian muncullah hadis lain yang dapat memberikan penjelasan terhadap
hadis tersebut. Contohnya: “sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di
bumi, yang dapat berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan
keburukan seseorang.” (HR. Hakim)

Dalam memahami hadis tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan,


maka mereka bertanya: Ya rasul! bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka Nabi
SAW menjelaskan lewat sabdanya yang lain, sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan
rombongan yang membawa jenazah. Para sahabat kemudian memberikan pujian
terhadap jenazah tersebut, seraya berkata: “jenazah itu baik”. Mendengar pujian
tersebut, maka Nabi berkata: “wajabat” (pasti masuk surga) tiga kali.

Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan rombongan yang membawa


jenazah lain. Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata: “dia itu orang
jahat”. Mendengar pernyataan itu, maka Nabi berkata: “wajabat”. (pasti masuk
neraka). Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para
sahabat bertanya: “Ya rasul!, mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut
memuji, sedangkan terhadap jenazah ke dua tuan ikut mencelanya. Engkau
katakan kepada kedua jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi
menjawab: Ya benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar
sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut
merekalah, malaikat akan menyatakan tentang kebaikan dan keburukan
seseorang. (HR. Al-Hakim dan Albaihaqi)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan para


Malaikat Allah di bumi yang menceritakan tentang kebaikan dan keburukan
orang dimuka bumi ialah para sahabat atau orang-orang yang mengatakan bahwa
jenazah ini baik dan jenazah itu jahat.

c. Sebab yang berupa perkara yang berkaitan dengan para pendengar di kalangan
sahabat

Contohnya adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid bin


Suwaid ats-Tsaqafi. Pada waktu itu Fath Makkah (pembukaan kota mekah) beliau
pernah datang kepada Nabi SAW seraya berkata: “saya bernazar akan shalat di
Baitul Maqdis”. Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda:
“shalat disini, yakni Masjidil Haram itu lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda:
“demi dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu sholat
disini (masjid al-Haram Makah), maka sudah mencukupi bagimu untuk
memenuhi nazarmu”. Kemudian Nabi SAW, bersabda lagi: “Shalat di masjid ini,
yaitu Masjid al-Haram itu lebih utama dari pada 100.000 kali shalat di selain
masjid al-Haram”. (H.R. Abdurrazaq dalam kitab al-Mushannafnya).

2.3 Cara Mengetahui Asbab an Nuzul dan Asbab al Wurud

1. Cara Mengetahui Asbab an Nuzul

Asbabun nuzul diketahui melalui riwayat yang disandarkan kepada Nabi


tetapi tidak semua riwayat yang disandarkan kepadanya dapat dipegang. Riwayat
yang dapat dipegang adalah riwayat yang memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagaimana ditetapkan oleh para ahli hadis, Secara khusus dari riwayat asbabun
nuzul adalah riwayat dari orang yang terlibat dan mengalami peristiwa yang
diriwayatkannya (yaitu pada saat wahyu diturunkan). Riwayat yang berasal dari
para tabi’in yang tidak merujuk kepada Rasulullah SAW dan sahabatnya
dianggap lemah (Dhaif);

Satu-satunya jalan mengetahui Asbabun Nuzul ini hanyalah dengan


periwayatan yang di terima dari ulama salaf. Setiap periwayatan mengandung
unsur sahih dan tidak sahih (di terima dan di tolak). Oleh karena itu, di butuhkan
penyeleksian dengan cara menelusuri para riwayatan yang dapat di percaya,
seperti halnya dalam periwayatan hadis. Namun, dalam periwayatan Asbabun
Nuzul, derajat yang paling tinggi adalah mauquf, tetapi hukumnya sama dengan
marfu’ (al mauquf bi hukm al mafru) yang sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
Oleh sebab itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap Asbabun Nuzul yang
di terima dari kalangan para sahabat wajib di terima, selama tidak ada riwayat
yang lebih kuat yang melemahkannya. Oleh karena itu Al-wahidy mengatakan,
“tidak di benarkan membacakan sebab-sebab turunnya AlQuran, kecuali melalui
periwayatan dan mendengarkan dari orang-orang yang menyaksikan turunnya
ayat (itu) dan mereka mengetahui serta memahami sebab-sebab turunnya dan
membahas pengertiannya,” (al-Syuuthi, I, 1993: 99)

Cara untuk mengetahui Asbabun Nuzul tidak bisa di ketahui semata-mata


dengan akal (rasio), mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan di
dengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Quran, atau dari
orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul. Karena tidak setiap riwayat
tentang “asbab al-Nuzul” yang di kemukakan oleh para sahabat dapat di terima
begitu saja, tanpa pengecekan dan penelitian lebih cermat. Hal ini juga
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang “asbab al-Nuzul” suatu ayat
merupakan pekerjaan yang sulit, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat di
kalangan para ulama tentang beberapa riwayat yang terkait dengannya. Tidak
boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Quran melainkan dengan
dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu di
turunkan dengan mengetahui sebab-sebab serta membahas pengertiannya.

2. Cara Mengetahui Asbab al Wurud

Sedangkan cara mengetahui asbab al-wurud dari hadits-hadits adalah sebagai


berikut:
a. Asbab al-wurud dapat dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud
terdapat pada hadits itu sendiri.
b. Asbab al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain, karena asbab al-
wurud hadits tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
c. Asbab al-Wurud dapat dilihat pada aqwal shahabat atau informasi
shahabat.
d. Asbab al-wurud melalui ijtihad, hal ini dilakukan apabila ada ditemukan
riwayat yang jelas mengenai asbab al-wurud.
Ada juga pendapat yang menyebutkan beberapa cara mengetahui asbab wurud
al-hadits, antara lain:
a. Jam’u al-thuruq (mengumpulkan semua jalur periwayatan) satu hadis dari
buku-buku karya ulama hadis sehingga terlacak lafal-lafal hadis tersebut.
Dengan demikian didapatkan informasi tentang sebab suatu hadis
diungkapkan oleh Nabi ‫ﷺ‬.
Sebuah hadis kadang dituliskan oleh seorang ulama dalam karyanya
dengan meringkas lafal-lafalnya dan tidak menyebutkan seluruhnya
karena beragam sebab seperti beristidlal (berargumen) dalam masalah
tertentu sehingga lafal yang menjelaskan sabab al-wurud-nya tidak
disebutkan dengan jelas. Jam’u al-thuruq merupakan salah satu langkah
mengetahui sabab wurud al-hadits karena jika semua jalur periwayatan
telah terkumpul, maka semua lafal hadis itu pun didapatkan.
b. Sabab wurud al-hadits dari keterangan para sahabat Nabi karena mereka
yang pernah hidup dan berinteraksi dengan Nabi ‫ﷺ‬, mereka
yang telah menyaksikan sebagian besar peristiwa-peristiwa yang terjadi di
zaman Nabi ‫ﷺ‬, bahkan kadang Nabi ‫ﷺ‬
menyabdakan hadisnya disebabkan karena pertanyaan salah seorang dari
sahabatnya.

2.4 Hikmah Mempelajari Asbabun an Nuzul dan Asbabun al Wurud

1. Hikmah Mempelajari Asbabun an Nuzul

Hikmah mempelajari asbabun nuzul adalah mencakup hikmah atas kaum


muslimin dan kaum non muslim dan hikmah yang dapat di petik oleh kaum
muslimin dalam mempelajari asbabun nuzul adalah dapat menambah iman kaum
muslimin setelah mempelajari asbabun nuzul. Dan adapun hikmah yang dapat di
ambil oleh kaum non muslimin adalah dapat menambah kepercayaan mereka
terhadap Al-Qur’an sehingga dengan mengetahui sebab turunnya ayat di dalam
Al-Qur’an dapat menjadikan mereka masuk ke dalam Islam.
2. Hikmah Mempelajari Asbabun al Wurud

Hikmah mempelajari asbabul Wurud yaitu Takhshish al-’Am


(Mengkhususkan yang Umum), Taqyid al-Muthlaq (Membatasi yang Mutlak),
tafshil al-Mujmal (Merinci Hal yang Masih Global), Menentukan Perkara Naskh
dan Menerangkan Mana Nasikh dan Mansukh, untuk menolong memahami dan
menafsirkan al-Hadits, untuk mengetahui ketetapan syari’at (hukum),
menjelaskan kemusykilan dan menunjukan illat suatu hukum.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi


turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Sedangkan asbab al wurud adalah sebab-sebab munculnya suatu hadits
yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-sahabatnya
dalam meluruskan dan menegakkan ajaran Islam agar para sahabat tidak
melenceng dari ajaran Islam.
2. Macam-macam Asbab an-nuzul dari segi jumlah sebab dan ayat yang
turun terbagi menjadi dua, yaitu Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
dan Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid. Sedangkan macam-macam
asbab al wurud terbagi menjadi tiga, yaitu sebab yang berupa ayat al-
qur’an, sebab yang berupa hadis, dan sebab yang berupa perkara yang
berkaitan dengan para pendengar di kalangan sahabat.
3. Cara mengetahui asbabun Nuzul , tidak bisa di ketahui semata-mata
dengan akal , mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan
di dengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Quran
dan hadits, atau dari orang-orang yang memahami asbabun nuzul dan
asbabul wurud.
4. Hikmah dari mempelajari asbab an nuzul adalah dapat menambah iman
setelah mempelajari asbabun nuzul. Dan hikmah dari mempelajari asbab
al wurud adalah dapat Menentukan Perkara Naskh dan Menerangkan
Mana Nasikh dan Mansukh, untuk menolong memahami dan menafsirkan
al-Hadits, untuk mengetahui ketetapan syari’at (hukum), menjelaskan
kemusykilan dan menunjukkan illat suatu hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Suaidi. Pan. Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-macam, Redaksi dan Urgensi.


2016.

Almufida Vol.1 No.1. Universitas Al-Washliyah Medan.

Alifuddin, Muhammad. Asbabun Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami


Makna

Qu’an. STAIN Sultan Qaimuddin Kendari.

Suheni, Mitha. Asbabun Nuzul.

Mustaqim, Asbabul Wurud, hlm. 8-9.

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta: Bulan


Bintang, 1976), h. 296.
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: Amzah,
2014), h. 177

Muhammad Nuh Siregar, Ulumul Hadis, (Medan: UINSU, 2018), h. 51.

Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2017),

Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, (Bandung; Tafakur kelompok


HUMANIORA,

2014), 61.

Anda mungkin juga menyukai