Anda di halaman 1dari 5

D.

Kegiatan Pembelajaran 4
1. Sistem Per - Unit
2. Tujuan Materi Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menyederhanakan sistem tenaga listrik dari kapasitas
besar menjadi yang lebih sederhana menggunakan sistem per-unit
2. Mahasiswa mampu menjelaskan arti nilai actual dan nilai dasar pada sistem
tenaga listrik.

3. Materi Pembelajaran
Sistem Per Unit adalah Suatu sistem perhitungan / komputasi yang
menyederhanakan kapasitas, parameter, dan variabel sistem tenaga listrik ke
dalam bentuk perbandingan antara nilai-nilai aktual dari masing – masing
peralatan (komponen) dengan suatu nilai dari komponen atau peralatan yang
dianggap sebagai dasar.
Nilai dasar yang digunakan adalah kapasitas (daya) dari suatu peralatan
dan tegangan dari suatu sistem jaringan yang dianggap sesuai untuk dipakai.
Dari nilai aktual dasar ini kemudian nilai-nilai aktual komponen yang lainnya
dibandingkan terhadapnya menurut besaran (satuan) yang sama sehingga
diperoleh rasio dari peralatan yang lain dengan peralatan yang dinggap dasar
mempunyai nilai satu. Dari nilai rasio (per unit) dan/atau besaran dasar (daya
dan tegangan) diperoleh nilai per unit dan / atau nilai dasar turunan untuk
besaran-besaran fisik yang lainnya dengan menggunakan hukum-hukum fisika
yang berlaku.
Pada Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di
mana kilovolt (kV) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan
tegangan. Karena besarnya daya yang harus disalurkan, kilowatt atau megawatt
dan kilovolt-ampere atau megavolt¬ampere adalah istilah-istilah yang sudah
biasa dipakai. Tetapi, kuantitas-kuantitas tersebut di atas bersama-sama dengan
ampere dan ohm sering juga dinyatakan sebagai suatu persentase atau per unit
dari suatu nilai dasar atau referensi yang ditentukan (specified) untuk masing-
masing. Misalnya, jika sebagai tegangan dasar dipilih 120 kV, maka tegangan-
tegangan sebesar 108, 120, dan 126 kV berturut-turut menjadi 0,90; 1,00; dan
1,05 per unit, atau 90, 100, dan 105%. Definisi nilai per unit untuk suatu
kuantitas ialah perbandingan kuantitas tersebut terhadap nilai dasarnya yang
dinyatakan dalam desimal. Perbandingan (ratio) dalam persentase adalah 100
kali nilai dalam per unit. Kedua metode perhitungan tersebut, baik dengan
persentase maupun dengan per unit, lebih sederhana bila menggunakan
langsung nilai-nilai ampere, ohm, dan volt yang sebenarnya. Metode per unit
mempunyai sedikit kelebihan dari metode persentase, karena hasil perkalian
dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam per unit sudah langsung diperoleh
dalam per unit juga, sedangkan hasil perkalian dari dua kuantitas yang
dinyatakan dalam persentase masih harus dibagi dengan 100 untuk
mendapatkan hasil dalam persentase.
Tegangan, arus, kilovolt-amper dan impedansi mempunyai hubungan
sedemikian rupa sehingga pemilihan nilai dasar untuk dua saja dari kuantitas-
kuantitas tersebut sudah dengan sendirinya menentukan nilai dasar untuk kedua
kuantitas yang lainnya. Jika nilai dasar dari arus dan tegangan sudah dipilih,
maka nilai dasar dari impedansi dan kilovolt-amper dapat ditentukan. Impedansi
dasar adalah impedansi yang akan menimbulkan jatuh-tegangan (voltage drop)
padanya sendiri sebesar tegangan dasar jika arus yang mengalirinya sama
dengan arus dasar. Kilovolt-amper dasar pada sistem fasa-tunggal adalah hasil
perkalian dari tegangan dasar dalam kilovolt dan arus dasar dalam amper.
Biasanya megavolt-amper dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt adalah
kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar atau referensi. Jadi untuk sistem
fasa tunggal atau sistem fasa tiga di mana istilah arus berarti arus saluran, istilah
tegang-an berarti tegangan ke netral, dan istilah kilovolt-amper berarti kilovolt-
amper per fasa, berlaku rumus-rumus berikut ini untuk hubungan bermacam-
macam kuantitas:

dasar kVA1 φ
Arus dasar, A =
tegangan dasar, kV LN .........................................(4.1)

tegangan dasar, V LN
Impedansi dasar=
arus dasar, A ......................................(4.2)

2
( tegangan dasar, kV LN ) x 1000
Impedansi dasar =
dasar, kVA1 φ .......................(4.3)
2
( tegangan dasar, kV LN )
Impedansi dasar =
dasar, MVA 1φ ................................(4.4)

Daya Dasar, kW1φ = Dasar, kVA1φ ……………………….…(4.5)

Daya Dasar, MW1φ = Dasar, MVA1φ ………………….…….(4.6)

…(4.7)

Dalam persamaan-persamaan di atas, subkrip 1f dan LN berturut-turut


menunjukkan "per fasa" dan "saluran-ke-netral", untuk persamaan-persamaan yang
berlaku bagi rangkaian fasa tiga. Jika persamaan-persamaan tersebut dipakai untuk
rangkaian ber¬fasa-tunggal, kVLN berarti tegangan pada saluran berfasa-tunggal,
atau tegangan salur¬an-ke-tanah jika salah satu salurannya diketanahkan.
Suatu contoh dengan angka-angka akan memperjelas hubungan-hubungan
yang baru saja dibicarakan. Misalnya, jika kVA3f dasar = 30.000 kVA; dan kVLL
dasar = 120 kV di mana subskrip 3f dan LL berturut-turut berarti "fasa tiga" dan "antar-saluran,"
maka:

30.000 120
kVA1f dasar = = 10.000 kVA; dan kVLN dasar = = 69,2 Kv
3 √3

Untuk tegangan antar-saluran yang sebenarnya sebesar 108 kV, tegangan saluran-kenetral
adalah 108/√3 = 62,3 kV, dan

108 62,3
tegangan per unit = = = 0,9
120 69,2
Untuk daya fasa tiga total sebesar 18.000 kW, daya per fasa adalah 6000 kW, dan Daya per-

18.000 6.000
unit = = = 0,6
30.000 10.000
Sudah tentu, nilai megawatt dan megavolt-amper dapat saja menggantikan nilai kilowatt dan
kilovolt-amper untuk seluruh pembahasan di atas. Jika tidak dinyatakan lain, suatu nilai dasar
tegangan dalam suatu sistem fasa tiga adalah tegangan antar-saluran, dan suatu nilai dasar kilovolt-
amper atau megavolt-amper adalah nilai dasar untuk total fasa tiga.
Impedansi dasar dan arus dasar dapat langsung dihitung dari nilai nilai fasa tiga untuk kilovolt
dasar dan kilovolt amper dasar. Jika diartikan bahwa kilovolt-amper dasar dan tegangan dasar dalam
kilovolt secara berturut-turut sama dengan kilovolt-ampere dasar untuk total tiga-fasa dan tegangan
dasar antar-saluran, maka diperoleh:
kVA φ3 dasar
Arus dasar, A =
√ 3 x tegangan dasar, kV LL .....................................(4.8)

Dan dari persamaan 3.8 maka ;

( tegangan dasar, kV LL / √ 3 )2 x 1000


Impedansi dasar =
kVA φ3 /3 dasar .....................(4.9)
2
( tegangan dasar, kV LL ) x 1000
Impedansi dasar =
kVA φ3 dasar ...........................(4.10)
2
( tegangan dasar, kV LL ) x 1000
Impedansi dasar =
MVA φ3 dasar ..........................(4.11)

Contoh 3.1: Tegangan terminal dari sebuah beban terhubung Y yang terdiri atas tiga
impedansi yang sama sebesar 20 30° W adalah 4,4 kV antar-saluran. Impe¬dansi
pada masing-masing saluran dari ketiga saluran yang menghubungkan beban ke rel
dan sebuah substantion adalah ZL = 1,4 75°W. Tentukanlah tegangan antar-saluran
pada rel substation dengan cara kerja per unit de¬ngan tegangan dasar 4,4 kV, dan
arus dasar 127 A sehingga baik besarnya tegangan maupun besarnya arus menjadi
1,0 per unit. Pada Gambar dibawah memperlihatkan rangkaian dan kuantitas-
kuantitas yang dibicarakan.

4.400/√ 3
Solusi: Impedansi dasar adalah: = 20,0 W
127
dan karena itu besarnya impedansi beban adalah juga 1,0 per unit. Impedansi kawat
adalah:
0
1,4 ∠75
Z= =0 , 07 pu
20
0 0 0 0 0 0
V an=1,0 ∠0 +1∠ -30 x0,07 ∠75 =1∠0 +0,07∠45 =1,0495+ j 0,0495=1,051∠2,7 pu
4400
V LN =1 , 051 x =2670
√3 V, atau 2,67 kV

Jika soal yang harus dipecahkan menjadi lebih kompleks dan terutama jika
menyangkut transformator, keuntungan dari perhitungan dalam per unit akan
menjadi lebih jelas.

Anda mungkin juga menyukai