Anda di halaman 1dari 3

APA ITU PADI HIBRIDA??

2019-05-17 10:48:58 oleh Admin

Tentunya petani khususnya di Kabupaten Sumenep sudah tidak asing lagi dengan istilah “padi
hibrida”. Bahkan beberapa petani sudah membudidayakan padi ini, diantaranya Sembada B5,
Sembada 16, Sembada 989, Mapan P-05,Arize 6444 Gold dsb. Walaupun petani sudah mengenal
padi hibrida dan potensi produksinya, beberapa diantara mereka masih bertanya-tanya “apa yang
dimaksud padi hibrida”, “apa bedanya dengan padi inbrida”, “mengapa benih padi hibrida jauh lebih
mahal dari benih inbrida” dsb. Untuk memperkaya pengetahuan kita tentang padi hibrida, berikut
beberapa informasi terkait dengan padi hibrida.
Apa yang Dimaksud dengan ”Padi Hibrida”?
Padi hibrida merupakan keturunan pertama (F1) hasil persilangan tetua jantan dan betina yang
menunjukkan sifat superior (heterosis). Pada dasarnya penggunaan tanaman hibrida secara
komersial ditujukan untuk meningkatkan  hasil produksi melalui eksploitasi heterosis. Heterosis atau
dikenal sebagai Vigor Hibrida  secara umum mengarah kepada keunggulan dari F1 yang melebihi
tetuanya, misalnya terkait dengan vigor pertumbuhan, vitalitas, kapasitas reproduksi, ketahanan
terhadap stress, kemampuan beradaptasi, hasil produksi dan karakter lainnya.
Apa Perbedaan Antara “Padi Hibrida” dan “Padi Inbrida”?
Perbedaan antara padi hibrida dan inbrida pada dasarnya terletak di metode perbanyakan. Padi
inbrida seperti varietas Ciherang, IR 64, Situbagendit, Mekongga dsb merupakan hasil dari
penyerbukan terbuka (open pollination), sedangkan padi hibrida dihasilkan melalui proses
persilangan tetua betina (dikenal CMS Line atau A Line) dan tetua jantan (dikenal Restorer
Line atau R line). Perbedaan lainnya juga terletak pada proses produksi, dimana pada padi hibrida
terdapat beberapa perlakuan yang tidak ditemukan pada produksi padi inbrida seperti sinkronisasi
pembungaan, aplikasi hormone GA3 (Gibberelin), dan penyerbukan buatan.
 
Keunggulan Apa yang Dimiliki oleh Padi Hibrida?
Keunggulan padi hibrida bisa dilihat dari 3 aspek, yaitu karakter morfologis, penampakan fisiologis
dan hasil. Keunggulan dalam karakter morfologis ditunjukkan  oleh :
1. Kuantitas dan kualitas akar yang lebih baik, meliputi kisaran penetrasi akar, kedalaman akar,
lebar rizosfer, jumlah akar adventif per tanaman dan jumlah serabut akar;
2. Kemampuan menghasilkan anakan lebih awal dan lebih cepat;
3. Malai yang lebih besar dan lebih berat.

 
Manifestasi dari keunggulan dalam penampakan fisiologis, yaitu berupa tingginya rasio  biji : jerami
dibandingkan varietas inbrida. Hal ini terjadi dikarenakan :

1. Aktivitas perakaran yang lebih tinggi, dari periode pembentukan anakan hingga keluar malai,
dan lebih-lebih pada fase pembentukan/perkembangan primordial malai.
2. Area luas daun yang lebih besar sehingga area fotosintesisnya juga lebih besar
3. Efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan area
luas daun, sehingga padi hibrida mampu menghasilkan populasi tanaman yang berproduksi
tinggi.
4. Distribusi dari hasil asimilasi yang lebih tinggi pada padi hibrida, yang ditunjukkan oleh total
berat kering daun.

 
Keunggulan ketiga yaitu terkait dengan hasil produksi. Bertahun-tahun fakta dilapangan
menunjukkan bahwa padi hibrida  menunjukkan hasil 20 % lebih tinggi dibandingkan varietas
inbrida.
Apakah Penggunaan Padi Hibrida Memiliki Kelemahan?
Hal mendasar bahwa efek heterosis yang dimiliki oleh F1 Hibrida tidak bisa diturunkan pada
generasi berikutnya, sehingga biji keturunan F1 tidak bisa digunakan sebagai benih. Akibatnya
petani harus membeli benih padi hibrida lagi setiap kali akan tanam. Kelemahan lainnya yaitu padi
hibrida lebih rentan terhadap serangan OPT khususnya hama wereng batang coklat, penggerek
batang dan penyakit hawar daun bakteri. Padi hibrida juga membutuhkan kondisi lingkungan yang
kondusif secara intensif agar dapat mengekspresikan efek heterosisnya, sehingga dibutuhkan
teknologi budidaya yang tepat, semisal melalui pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu)
padi sawah.
 
Mengapa Benih Padi Hibrida Lebih Mahal dari Benih Padi Inbrida?
Benih padi hibrida memang dibandrol lebih mahal dari benih padi inbrida. Bila harga benih padi
inbrida berkisar antara Rp 10.000,- hingga Rp 15.000 per kilo, maka harga benih padi hibrida bisa
diatas Rp 70.000,- per kilo. Mengapa jauh lebih mahal??karena produksi padi hibrida membutuhkan
biaya yang lebih besar dan memiliki resiko kegagalan yang lebih tinggi khususnya bila diproduksi di
dalam negeri. Beberapa factor yang menjadi kendala pengembangan produksi padi hibrida di
Indonesia adalah pertama, sulitnya mendapatkan areal sawah berupa hamparan sehingga seringkali
menggunakan isolasi waktu untuk produksi. Waktu tanam yang tidak serempak dengan sekitarnya
mengakibatkan resiko serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) semakin tinggi. Kedua,
factor iklim dimana perbedaan suhu siang dan malam seringkali ekstrim. Ketiga, Sumber Daya
Manusia (SDM) yang belum memadai sehingga masih membutuhkan pendampingan yang intensif.
Selain itu, harga benih tetuanya saja rata-rata diatas Rp 1.000.000,- per kilonya karena Indonesia
belum memproduksi sehingga harus impor, sehingga sudah terbayang mengapa biaya produksinya
lebih mahal. Ini menjadi salah satu alasan mengapa Negara kita masih mengimpor sebagian besar
benih padi hibrida untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
 
Bagaimana Cara Memproduksi Benih Padi Hibrida?
Berbicara tentang metode produksi benih padi hibrida, sedikit banyak juga akan menjelaskan
mengapa harga benihnya lebih mahal. Terdapat 4 hal mendasar yang membedakan antara produksi
benih padi hibirda dan inbrida, yaitu penggunaan tetua, sinkronisasi pembungaan, aplikasi GA3 dan
bantuan polinasi.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa padi hibrida (F1) merupakan hasil persilangan
antara tetua betina (CMS/A Line) dengan tetua jantan (Restorer/R Line), sehingga keberadaan tetua
menjadi syarat utama dalam kegiatan produksi. A Line bersifat steril sehingga tidak mungkin
mengalami penyerbukan sendiri, namun bisa diserbuki oleh polen dari tanaman padi lainnya.
Sedangkan R Line merupakan varietas penyerbuk yang menyerbuki A Line untuk menghasilkan
hibrida (F1).
Persyaratan kedua yaitu sinkronisasi pembungaan. Tahapan ini juga menjadi pembeda dengan
produksi benih padi inbrida. Produksi padi hibrida bergantung pada penyerbukan silang kedua
tetuanya, sehingga sangat penting untuk mensinkronkan waktu keluarnya malai, lebih-lebih jika
durasi pertumbuhan kedua tetuanya sangat berbeda. Tahapan ini membutuhkan metode
pengamatan khusus untuk memprediksi waktu keluarnya malai. Apabila dalam hasil pengamatan
terjadi perbedaan yang signifikan maka perlu segera diambil keputusan atau tindakan untuk
mempercepat atau memperlambat durasi pertumbuhan salah satu tetua. Tindakan yang dilakukan
yaitu berupa pengelolaan pemupukan dan atau pengairan. Apabila sinkronisasi pembungaan tidak
tercapai maka durasi penyerbukan akan lebih singkat sehingga bulir akan banyak yang hampa
karena tidak terbuahi.
Perlakuan ketiga yang menjadi kunci agar mampu menghasilkan benih yang banyak/tinggi yaitu
aplikasi hormone Gibberellin (GA3). Hormon ini berperan dalam menstimulasi pemanjangan sel.
Mengapa perlakuan ini sangat penting untuk dilakukan?Aplikasi GA3 membuat malai A Line menjadi
keluar penuh sehingga semakin besar kemungkinan jumlah bulir yang tersebuki dan terisi,
meningkatkan kisaran eksersi stigma, menambah tinggi tanaman dan membuat anakan-anakan
yang muncul belakangan menjadi lebih tinggi dan produktif.
Persyaratan keempat yaitu penyerbukan bantuan, dilakukan dengan menggoyang-goyangkan
malai R Line menggunakan tali selama anthesis berlangsung untuk membantu supaya polen
terbang, menyebar dan menyerbuki A Line. Proses ini lebih efektif dilakukan pada kondisi tidak
berangin (semilir). Umumnya dilakukan pagi hari saat bunga tanaman A Line mekar dan sore hari
saat bunga tanaman R Line masih mekar, meskipun jika bunga A line-nya sedikit yang mekar .
Kesalahan dalam melaksanakan tahapan ini akan fatal akibatnya terhadap hasil produksi karena
bulir akan banyak yang hampa.
Setiap tahapan pertumbuhan menjadi sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan dari
kegiatan produksi padi hibrida. Pertanyaannya adalah sudah siapkah kita untuk maju? Tidak hanya
menjadi konsumen benih padi hibrida tapi bergerak menjadi produsen benih padi hibrida, sehingga
meminimalisir ketergantungan terhadap benih impor. (DK)
Referensi :
Longping, Y. dkk. 2011. Hybrid Rice Technology. LPHT Co. Ltp. China

Anda mungkin juga menyukai