Anda di halaman 1dari 127

APLIKASI MULSA DAN PUPUK GROWMORE TERHADAP

HASIL DAN MUTU BENIH TANAMAN SAWI


(Brassica chinensis L)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Novita Adi P
NIM
A41190254

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
APLIKASI MULSA DAN PUPUK GROWMORE
TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH TANAMAN SAWI
(Brassica chinensis L)

PROPOSAL SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian
(S.Tr.P) Di Program Studi Teknik Produksi Benih
Jurusan Produksi Pertanian

Oleh

Novita Adi P
NIM
A41190254

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah


ini: Nama : Novita Adi Putri
NIM : A41190254
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan
Skripsi saya berjudul “Aplikasi Mulsa dan Pupuk Growmore Terhadap Hasil dan
Mutu Benih Tanaman Sawi (Brassica chinensis L.)” merupakan gagasan dan hasil
karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Laporan Skripsi.

Jember, 05 Maret 2022

Novita Adi Putri


NIM A41190254

ii
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Novita Adi Putri


NIM : A41190254
Program Studi : Teknik Produksi
Benih Jurusan : Produksi Pertanin

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Laporan
Skripsi saya yang berjudul :

APLIKASI MULSA DAN PUPUK GROWMORE TERHADAP


HASIL DAN MUTU BENIH TANAMAN SAWI
(Brassica chinensis L)

Dengan Hak Bebas Royalty Non-Eksklusifini UPT. Perpustakaan Politeknik


Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam
bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis atau pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak


Politeknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 05 Maret 2022
Yang menyatakan,

Nama : Novita Adi Putri


NIM : A41190254

iii
MOTO
Hal yang hebat tak pernah datang dari zona
nyamanmu

iv
PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:


a) Kepada Orang Tua saya Bapak Bonari dan Ibu Sri Lalik tercinta, terima kasih
atas semua kasih sayang dan cintanya, dukungan baik moril maupun materil,
serta doa yang tak henti dan pengorbanan yang tak terhingga.
b) Bapak Ir. Suwardi, MP yang tidak lelah memberikan bimbingan, dukungan,
dan mengijinkan dalam penelitian.
c) Bapak Ibu Dosen dan teknisi Politeknik Negeri Jember khususnya Program
Studi Teknik Produksi Benih yang telah membimbing dan memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi bekal saya kedepan.
d) Almamaterku Politeknik Negeri Jember.

v
Aplikasi Mulsa dan Pupuk Growmore Terhadap Hasil dan
Mutu Benih Tanaman Sawi (Brassica chinensis L.).
Pembimbing : Ir. Suwardi, MP

Novita Adi Putri


Program Studi Teknik Produksi
Benih Produksi Pertanian

ABSTRAK

Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat disukai masyarakat, Selain


mempunyai rasa yang enak, sawi juga mempunyai banyak manfaat bagi
kesehatan. Di lain pihak, hasil sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan
masyarakat karena areal pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman
sawi masih relatif rendah. Untuk saat ini yang sangat berperan penting dalam
budidaya tanaman sawi yaitu penggunaan mulsa. Pengaplikasian jenis mulsa dan
konsentrasi pupuk growmore diharapkan mampu meningkatkan hasil dan mutu
benih tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan
Januari 2021 di lahan percobaan milik PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera, Jl.
Pepaya, Desa Pulosari, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktrial dengan 2 faktor.
Masing-masing faktor terdiri dari 3 taraf yang diulang sebanyak 3 kali. Adapun
faktor pertama yaitu penggunaan Tanpa mulsa (M0), penggunaan Mulsa plastik
putih perak (M1), penggunaan Mulsa jerami (M2). Faktor kedua yaitu konsentrasi
Pupuk Growmore 20-20-20 dengan macam konsentrasi 2 gr/L (P1), 2,5 gr/L (P2),
3 gr/L (P3). Data analisis menggunakan rumur uji f (ANOVA) dan uji lanjut
menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf error 5%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian jenis mulsa berpengaruh sangat
nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, jumlah polong per
tandan, berat benih per plot dan berpengaruh nyata pada parameter panjang daun.
Sedangkan konsentrasi Pupuk Growmore berpengaruh sangat nyata pada
parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat benih per plot dan
berpengaruh nyata pada parameter lebar daun dan jumlah polong per tandan.
Interaksi aplikasi mulsa dan pupuk growmore berpengaruh nyata pada berat
beniih per plot.

Kata Kunci : Tanaman Sawi, Aplikasi Jenis Mulsa, Konsentrasi Pupuk Growmore

vi
RINGKASAN

Aplikasi mulsa dan pupuk growmore terhadap hasil dan mutu benih tanaman sawi
(Brassica chinensis L.)., Novita Adi Putri, NIM. A41190254, Tahun 2021, 100
hlm., Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember. Ir. Suwardi, MP, (Dosen
Pembimbing)

Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat disukai masyarakat, Selain


mempunyai rasa yang enak, sawi juga mempunyai banyak manfaat bagi
kesehatan. Sawi mempunyai potensi penting sebagai sumber dalam pemenuhan
gizi untuk tubuh, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
pendapatan petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaplikasian mulsa dan pupuk
growmore terhadap hasil dan mutu benih tanaman sawi. Penelitian ini dilakukan
selama 3 bulan dari bulan november 2021 – maret 2022. Semua kegiatan
dilakukan dilahan percobaan milik PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera, Jl.
Pepaya, Desa Pulosari, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu
aplikasi jenis mulsa
(M) dan konsentrasi pupuk growmore (P), 9 kombinsai perlakuan, dan 3 kali
ulangan. Faktor M terdiri dari 3 taraf yaitu M0 (tanpa mulsa), M1 (mulsa plastik
putih perak), dan M2 (mulsa jerami). Sedangkan faktor P terdiri dari 3 taraf yaitu
P1 (2 gr/L), P2 (2,5 gr/L) dan P3 (3 gr/L). Data analisis menggunakan ANOVA
dan selanjutnya di uji lanjut menggunakan DMRT 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian jenis mulsa
berpengaruh sangat nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, lebar
daun, jumlah polong per tandan, berat benih per plot dan berpengaruh nyata pada
parameter panjang daun. Sedangkan konsentrasi Pupuk Growmore berpengaruh
sangat nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat
benih per plot dan berpengaruh nyata pada parameter lebar daun dan jumlah
polong per tandan. Interaksi aplikasi mulsa dan pupuk growmore berpengaruh
nyata pada berat beniih per plot.

vii
PRAKATA

Dengan memanjatkan segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat


Allah Swt, atas hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulisan mampu
menyelasaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Aplikasi Mulsa dan Pupuk
Growmore Terhadap Hasil dan Mutu Benih Tanaman Sawi (Brassica chinensis
L.)” dapat diselesaikan dengan baik. Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian
yang dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Januari bertempat di
PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Terapan Pertanian (S.Tr.P) di Politeknik Negeri Jember.
Penulis karya tulis ilmiah ini menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Saiful Anwar, S.TP, MP selaku Direktur Politeknik Negeri Jember,


2. Dwi Rahmawati, S.TP, MP selaku Ketua Jurusan Produksi Pertanian,
3. Ir. M. Bintoro, MP selaku Ketua Program Studi Teknik Produksi Benih,
4. Ir. Suwardi, MP selaku Dosen Pembimbing,
5. Leli Kurniasari, SP, M.i selaku kordinator TA,
6. Seluruh dosen, staff, serta teknisi TPB,
7. Dwi Rahmawati, SP. MP selaku dosen penguji,
8. Ir. Subandi selaku Direktur PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera,
9. Rezqi Lukman Azis, S.Tr.P selaku pembimbing lapang,
10. Kedua Orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
material,
11. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah ikut membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan
penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktik Kerja Lapang ini masih kurang
sempurna, mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan di masa mendatang. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Jember, Maret 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN PULIKASI ...................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
RINGKASAN.......................................................................................... x
PRAKATA .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvii
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................... ... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 4


1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
2.1 Deskripsi Sawi........................................................................ 7
2.1.1 Klasifikasi tanaman sawi ................................................. 7
2.1.2 Morfologi tanaman sawi .................................................. 8

2.2 syarat tumbuh ........................................................................ 9

2.1.1 kesuburan tanah .............................................................. 9

2.1.2 iklim................................................................................ 10

ix
2.3 Manfaat Penggunaan Mulsa ................................................... 10

2.4 Pupuk Growmore 20-20-20..................................................... 13

2.5 Hipotesis................................................................................. 15

2.6 Kerangka Berfikir .................................................................. 15

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 17

3.1 Waktu dan tempat penelitian................................................... 17

3.2 Alat dan bahan........................................................................ 17

3.3 Metode penelitian ................................................................... 18

3.4 Prosedur penelitian ................................................................. 20


3.4.1 Persiapan Lahan .............................................................. 20

3.4.2 Pemasangan Mulsa ......................................................... 20

3.4.3 Pembuatan Lubang tanam................................................ 21

3.4.4 Persiapan dan Persemaian Benih ..................................... 21

3.4.5 Penanaman ...................................................................... 21

3.4.6 Pengaplikasian pupuk Growmore 20-20-20 ..................... 21

3.4.7 Pemeliharaan................................................................... 22

3.4.8 Panen dan Pasca Panen.................................................... 24

3.5 Parameter Pengamatan............................................................ 24


3.5.1 Fase Vegetatif ................................................................. 24
3.5.2 Fase generatif ................................................................. 25

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 27


4.1 Tinggi tanaman (cm)............................................................... 30

4.2 jumlah daun (helai) ................................................................. 32

4.3 panjang daun (cm) .................................................................. 38

x
4.4 Lebar daun (cm) ..................................................................... 41

4.5 Jumlah polong per tandan (polong) ......................................... 45

4.6 Berat benih per plot (gr).......................................................... 47

4.7 Bobot 1000 butir benih (gr)..................................................... 49

4.8 Daya Berkecambah (%) .......................................................... 50

4.9 Kecepatan tumbuh (%) ........................................................... 51

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 53

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 53

5.2 Saran ..................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 54

LAMPIRAN ........................................................................................... 56

x
i
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka berfikir ............................................................................... 16

4.1 Diagram Hasil Rerata Bobot 1000 Butir Benih ................................... 50

4.2 diagram hasil rerata daya berkecambah......................................................... 51

4.3 diagram hasil rerata kecepatan tumbuh ......................................................... 52

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
3.1 Kebutuhan Pemupukan Susulan Tanaman Sawi ................................. 23
4.1 Rekapitulasi Sidik Ragam Parameter Pengamatan
Tanaman Sawi Hibrida...................................................................... 27
4.2 Matriks Perlakuan Terbaik pada Parameter
Pengamatan Tanaman Sawi............................................................... 29
4.3 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap Tinggi Tanaman pada Umur 14, 21 dan 28 HST. ................ 31
4.4 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi
pupuk growmore (P) terhadap tinggi tanaman pada
Umur 14, 21 dan 28 HST .................................................................. 33
4.5 Hasil Uji lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap Jumlah Daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST...................... 35
4.6 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap jumlah daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST. ....................... 36
4.7 Hasil Uji lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap Panjang Daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST .................... 38
4.8 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk
growmore (P) terhadap panjang daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST. 40
4.9 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap lebar daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST........................... 42
4.10 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk
growmore (P) terhadap lebar daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST. .......... 43
4.11 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap parameter jumlah polong per tandan ................................... 45
4.12 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi
pupuk growmore (P) terhadap jumlah polong per tandan................... 46

xiii
4.13 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan mulsa (M) terhadap
berat benih per plot (gram) ............................................................... 47
4.14 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan pupuk growmore (P)
terhadap berat benih per plot (gram).................................................. 48

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jadwal Kegiatan................................................................................... 56

2. Layout Penelitian ................................................................................. 57

3. Rincian Gambar per Plot/Perlakuan...................................................... 58

4. Data Pengamatan ................................................................................. 59

5. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 92

xv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sawi (Brassica chinensis L.) termasuk sayuran daun dari keluarga
cruciferae yang mempunyai ekonomis tinggi. Tanaman sawi berasal dari
Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini di budidayakan
sejak 2500 tahun yang lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan.
Masuknya sawi ke Indonesia pada abad XI bersama dengan lintas perdagangan
jenis sayuran subtropis lainya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas
(Bogor),Lembang Pangalengan (Rukmana,2007).
Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat disukai masyarakat, Selain
mempunyai rasa yang enak, sawi juga mempunyai banyak manfaat bagi
kesehatan. Hal tersebut didukung oleh laporan dari Balai Penelitian Pengkajian
Pertanian (2009) bahwa sawi mengandung sumber antioksidan, sumber vitamin
K, memperkuat imunitas, kesehatan jantung. Sawi mempunyai potensi penting
sebagai sumber dalam pemenuhan gizi untuk tubuh, peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan perbaikan pendapatan petani. Di lain pihak, hasil sawi belum
mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal pertanaman
semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif rendah.
Tabel 1.1 Produksi, Luas lahan, Produktivitas Sawi dari tahun 2016-2020
Produktivita
Produksi Luas lahan
s Tanaman
Tanaman Sawi Tanaman Sawi
Tah Sawi di
un pertahun di di Indonesia
Indonesia
Indonesia (Ton) (Ha)
(Ton/H
a)
2016 601.198 60.600 9,92
2017 627.598 61.133 10,27
2018 635.982 61.047 10,42
2019 652.727 61,871 10,54
2020 667,473 62,228 10,72
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

1
2

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan pada tahun 2016 – 2020 luas panen
tanaman sawi mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi dalam
peningkatan produksi yang tinggi. Untuk saat ini yang sangat berperan penting
dalam budidaya sawi yaitu penggunaan mulsa. Mulsa merupakan salah satu unsur
dalam budidaya tanaman. Penggunaan mulsa dapat meningkatkan hasil tanaman,
khususnya tanaman sawi.
Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi
untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan
gulma (Wudianto, 1999). Bahan yang digunakan sebagai penelitian ini adalah
tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak maupun mulsa plastik putih perak dan
mulsa jerami.
Selain penggunaan jenis mulsa yang sudah dijelaskan di atas, Peningkatan
mutu dan hasil tanaman sawi perlu diperhatikan dengan adanya penyediaan hara
bagi tanaman melalui pemupukan. Pemupukan merupakan pengaplikasian bahan
atau unsur–unsur kimia organik maupun anorganik bertujuan untuk memperbaiki
kondisi kimia tanah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tambahan bagi
tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan bisa
dilakukan dengan memberikan pupuk anorganik terutama untuk menyediakan
unsur hara baik makro maupun mikro.
Bagian tanaman sawi yang bernilai ekonomis adalah daun maka upaya
peningkatan produksi diusahakan pada peningkatan produk vegetatif untuk
mendukung upaya tersebut dilakukan pemupukan. Tanaman sawi memerlukan
unsur hara yang cukup dan tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangannya
untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu unsur hara yang sangat
berperan pada pertumbuhan daun adalah Nitrogen. Nitrogen ini berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar,
berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas (Wahyudi, 2010)
Beberapa nutrisi atau pupuk yang digunakan dalam tanaman sawi pada
umumnya meliputi Growmore, hyponex, vitabloom, vitagrow, gandapan,
gandasil, baypolan dan lainlain (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Adapun nutrisi
yang digunakan pada penelitian ini adalah Growmore 20-20-20.
3

Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,
sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara
lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Semua produk Growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :
1. Tanaman hias, bunga potong, anggrek.
2. Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada.
3. Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan).
4. Sayuran (tomat, kentang, kubis, sawi, bawang, cabe, broccoli).
5. Lapangan golf dan tanaman hidroponik.
Adapun kandungan unsur hara yang terdapat pada Growmore didominasi
oleh unsur nitrogen dan beberapa kandungan unsur hara mikro lain.
Tabel 1.1 Kandungan unsur hara nutrisi hidroponik Growmore
Jenis unsur hara Kandungan
(%)
Nitrogen (N) 20.00 %
- Ammoniacal Nitrogen 3,9 %
- Nitrate Nitrogen 5,7 %
- Urea Nitrogen 10,4 %
Phospor (P205) 20.00 %
Kalium (K2O) 20.00 %
Kalsium (Ca) 0,05 %
Magnesium (Mg) 0,10 %
Belerang/sulfur (S) 0,20 %
Boron (B) 0,02 %
Tembaga (Cu) 0,05 %
Besi (Fe) 0,10 %
Mangan (Mn) 0,0005 %
Molybdenum (Mo) 0,05
Seng (Zn) 0,05
Inert Ingredient 39.00 %
4

Pertumbuhan tanaman yang sehat dan produksi tinggi, tanaman


membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia dalam tanah. Jika
terjadi kekurangan unsur hara maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Dengan tersedianya unsur hara yang seimbang dan lengkap, maka tanaman
tumbuh dengan subur dan berkembang dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Sawi merupakan tanaman sayuran daun yang telah dibudidayakan oleh
masyarakat karena memiliki nilai komersial dan prospek yang baik. Adanya
permintaan pasar yang meningkat membuktikan bahwa tanaman ini banyak
digemari dan dikonsumsi oleh semua golongan masyarakat. Upaya yang
dilakukan yakni dengan meningkatkan kualitas mutu benih melalui pemupukan
yang harus dilakukan sebagai penyediaan hara tambahan serta memperhatikan
konsentrasi dan pengaruh jenis mulsa pada tanaman agar dapat tumbuh dengan
maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah penggunaan jenis mulsa berpengaruh terhadap produksi dan mutu
benih sawi (Brassica chinensis L)?
b. Apakah konsentrasi pupuk Growmore 20-20-20 yang diberikan berpengaruh
terhadap produksi dan mutu benih sawi (Brassica chinensis L)?
c. Apakah terdapat interaksi antara pemberian jenis mulsa pada tanaman sawi
dan konsentrasi pemupukan Growmore 20-20-20 terhadap produksi dan
mutu benih sawi (Brassica chinensis L)?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengaruh penggunaan jenis mulsa pada tanaman sawi
berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih sawi (Brassica chinensis L).
b. Mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk Growmore 20-20-20 yang
diberikan berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih sawi (Brassica
chinensis L).
5

c. Mengetahui ada tidaknya pengaruh interaksi antara pemberian jenis mulsa


pada tanaman sawi dan konsentrasi pemupukan Growmore 20-20-20
terhadap produksi dan mutu benih sawi (Brassica chinensis L).

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Mengembangkan jiwa keilmiahan dan dapat menjadi referensi dalam
penelitian selanjutnya.
b. Memberikan sumbangsih keilmuan dan mewujudkan tridharma perguruan
tinggi dalam bidang penelitian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman sawi (Brassica chinensis L) termasuk tanaman sayuran daun dari


keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pada tahun 2011,
produksi sayur-sayuran yang memberikan kontribusi produksi terbesar adalah
kacang panjang, tomat dan sawi. Di Indonesia sawi merupakan tanaman sayuran
penghasil produksi terbesar yang mencapai 580.969 ton ha-1 . Produksi sayuran
dibandingkan dengan tahun kemarin bervariasi, ada yang mengalami kenaikan,
misalnya cabe, buncis, kangkung, bayam dan sawi. Disisi lain, ada juga yang
mengalami penurunan, yakni kacang panjang, tomat, terung, mentimun, labu,
bawang merah dan daun bawang. (BPS, 2012) Sawi juga dapat diolah menjadi
berbagai macam masakan yang khas diantaranya sayur lodeh, oseng-oseng, sayur
asam, tumis serta dapat digunakan sebagai lalapan baik mentah maupun yang
sudah masak. Banyaknya masakan yang menggunakan sawi menandakan tanaman
sawi telah diterima di masyarakat untuk dikonumsi sehari-hari.
Tanaman sawi merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial
dan prospek yang baik. Selain ditinjau dari segi klimatologis, teknis dan ekonomis
sosialnya juga sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan
di Indonesia dan sayuran ini merupakan jenis sayuran yang digemari oleh semua
golongan masyarakat. Permintaan terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran kebutuhan gizi. (Haryanto,
dkk., 2006).
Untuk memperoleh pertumbuhan sawi yang optimal, efisiensi pemupukan
haruslah diperhatikan, pupuk harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan tanaman. Jika pemberian pupuk terlalu banyak maka akan
mengakibatkan keasaman pada tanah, sebaliknya jika diberikan terlalu sedikit
pengaruhnya tidak akan tampak pada tanaman tersebut. Fungsi pupuk terhadap
tanah pertanian adalah untuk menambah kandungan bahan organik atau humus
serta memperbaiki sifat-sifat tanah, terutama struktur tanah, daya mengikat air,
dan porositas tanah (Setyamidjaja, 2006).

6
7

2.1 Deskripsi Sawi


2.1.1 Klasifikasi tanaman sawi
Tanaman sawi dalam bahasa latin disebut Brassica chinensis L., salah satu
jenis tanaman sayuran daun dari keluarga (Brassicaceae) yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan sudah popular di seluruh dunia.
Klasifikasi tanaman sawi (Brassica chinensis L.) (Astawan, 2008) dalam
tata nama tumbuhan,diklasifikasikan kedalam :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Sub Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dilenidae
Ordo : Capparales
Family : Brassicaceae (Cruciferae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L
Secara umum tanaman sawi mempunyai daun berbentuk bulat dan lonjong,
lebar dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau
muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun
panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat
dan halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah
daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun
yang menyirip dan bercabang-cabang. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya
berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Khairunisa, 2015).
8

2.1.2 Morfologi Sawi


a) Akar
Tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara
menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal
pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang.
Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah
cukup dalam (Cahyono, 2003).

b) Batang
Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2007). Cahyono (2003) menambahkan bahwa sawi memiliki batang
sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.
Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih-putihan.

c) Daun
Daun sawi GS 43 ini memiliki bentuk daun terlalu bulat, bentuk tepi daun
berombak, ukuran daun terluar panjang : 17,36 – 21,58 cm, lebar : 15,06 – 17,43
cm. Warna daun terluar hijau RHS 2015 137 C, jumlah daun yang dapat di
konsumsi yaitu 13 – 17 helai. Daun sawi GS 43 juga memiliki rasa yang tidak
pahit.

d) Bunga
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran
tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap
kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota
bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
berongga dua (Rukmana, 2007). Sawi GS 43 umur mulai berbunganya yaitu 45 –
60 HST. Pada umumnya tanaman sawi berbunga berwarna kuning.
9

e) Buah
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji (Rukmana, 2007).

f) Biji
Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan
mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003). Biji
sawi GS 43 memiliki bentuk oval kecil, memiliki warna coklat kemerahan.
Memiliki bobot1000 butir benih 1,72 -1,89 gr.

2.2 Syarat Tumbuh


2.2.1 Kesuburan tanah
Tanah yang cocok untuk ditanamisawi adalah tanh yang gembur, banyak
mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman
(pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhanya adalah antara pH 6-7 (Haryanto,
dkk., 1995).
Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah
jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung
liat perlu pengolahan secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup
dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi
(Rukmana, 2007)
Sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah
tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam
unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat
jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan
demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Cahyono, 2003).
10

2.2.2 Iklim
Daerah yang cocok untuk pertumbuhan sawi tanaman sawi adalah mulai
dari ketinggian 5 meter sampai 1,200 mdpl. Namun biasanya tanaman ini di
budidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 mdpl. Sebagian besar daerah-
daerah Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto dkk, 1995).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanamam sawi adalah
daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan siang harinya 21,10C serta
penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari (Rukmana, 2007).
Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi
yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlikan tanaman
untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400 cal/cm2 setiap
hari. Sawi memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang
optimal berkisar antara 80%-90%. Curah hujan yang sesuai untuk budidaya
tanaman sawi adalah 1,000-1,500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan
sekitar 1,000-1,500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi. Akan tetapi
tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003).

2.3 Manfaat Penggunaan Mulsa


Tanaman sawi merupakan tanaman yang mudah tumbuh pada iklim tropis,
dapat dibudidayakan pada suhu rendah, sedang maupun tinggi. Peningkatan suhu
tahunan akibat pemanasan global berpengaruh pada pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan
air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara
temperatur dan kelembaban tanah (Mulyatri, 2003).
Penurunan produksi yang dapat disebabkan karena terjadi kompetisi hara
antara tanaman budidaya dan gulma, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
mulsa, dapat dengan mulsa organik maupun mulsa anorganik. Penambahan mulsa
dapat menekan pertumbuhan gulma serta menjaga kondisi kelembaban suhu
tanah. (Hasil penelitian Ramli, (2010))
11

Menurut Mahmood dkk. (2002) aplikasi mulsa dapat meningkatkan


pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Hal tersebut dikarenakan aplikasi mulsa
dapat meningkatkan dan mempertahankan kelembaban dan menjaga suhu tanah
agar tetap stabil dalam suhu yang rendah dan dapat mengurangi kompetisi
tanaman sawi dengan gulma. Aplikasi mulsa bermanfaat untuk melindungi
agregat tanah dari kerusakan oleh air hujan, penyerapan air oleh tanah,
mengurangi kecepatan aliran permukaan, mengurangi laju evaporasi dan
mengendalikan pertumbuhan gulma. Selanjutnya menurut Yang dkk. (2006)
penggunaan mulsa dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan tanaman
karena dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan mempertahankan
ketersediaan air yang dapat digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar
kedaun.
Mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu, memperbaiki sifat fisik dan sifat
kimia tanah. Hal ini memungkinkan perkembangan tanaman lebih baik dan hasil
pertanaman meningkat, baik mutu maupun kuantitasnya. (Hamdani, 2009).
Menurut Sutarto dkk. (2016) mengemukakan bahwa aplikasi mulsa dapat
meningkatkan dan mempertahankan kelembaban dan menjaga suhu tanah agar
tetap stabil dalam suhu yang rendah dan dapat mengurangi kompetisi tanaman
sawi dengan gulma. Aplikasi mulsa bermanfaat untuk melindungi agregat tanah
dari kerusakan oleh air hujan, penyerapan air oleh tanah, mengurangi kecepatan
aliran permukaan, mengurangi laju evaporasi dan mengendalikan pertumbuhan
gulma.
Penggunaan mulsa organik merupakan alternatif yang dapat digunakan
adalah mulsa organik yang terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi,
daun tebu dan batang jagung). Selain itu, penggunaan mulsa organik dapat
menambah unsur hara yang terdapat dalam tanah. Syarief (1986) menyatakan
bahwa dengan pemberian mulsa organik pada per-mukaan tanah dapat
memperbaiki struktur tanah, akibat dari meningkatnya aktivitas mikroorganisme
tanah dalam perombakan bahan organik, akhirnya dapat meningkatkan kesuburan
tanah.
12

Hasil penelitian Kholidin & Barus, (2015) menunjukkan bahwa


penambahan mulsa jerami padi dapat meningkatkan jumlah dan luas daun serta
bobot segar total pertanaman sawi. Hal ini sejalan dengan pendapat Lahadassy
dkk. (2007), untuk mencapai bobot segar tanaman yang optimal, tanaman masih
membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah
maupun ukuran sel dapat mencapai optimal serta memungkinkan adanya
peningkatan kandungan air tanaman yang optimal pula, sebagian besar bobot
segar tanaman disebabkan oleh kandungan air. Air sangat berperan terhadap
turgiditas sel sehingga sel-sel daun akan membesar.
Pemberian mulsa jerami padi di atas permukaan tanah dapat mengurangi
evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan kelembapan tanah, jerami padi juga
dapat mempertahankan kondisi di sekitar tanaman sehingga kelembapan tanah
lebih tinggi (Mayun, 2007). komposisi unsur hara dalam jerami padi adalah N
sebesar 0,66%, P sebesar 0,07%, K sebesar 0,93%, Ca sebesar 0,29%, dan Mg
sebesar 0,64%. Sedangkan komposisi lignoselulosa yang terdiri dari selulosa
sebesar 32,1%, lignin 18% dan hemiselulosa sebesar 24% (Howard,2003).
Menurut Mayun (2007), aplikasi mulsa jerami padi sebanyak 15 ton/ha
dapat meningkatkan hasil biji kering oven kacang tanah sebesar 3,09 ton
dibandingkan tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 ton atau meningkat sebesar
45,75 %. Dilanjut dengan pernyataan Herlina dkk. (2004) penggunaan mulsa
jerami menurunkan suhu tanah 0,2˚C dan mulsa plastik putih perak menaikan
suhu tanah sebesar 1,8˚C dibanding tanpa mulsa.
13

2.4 Pupuk Growmore 20-20-20

Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui


daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar
dapat langsung diserap guna mencukupi kebutuhan unsur hara bagi pertumuhan
dan perkembangan tanaman (Sutedjo 1999). Pemupukan melalui akar sering
mengalami hambatan,sehingga unsur hara yang diserap tanaman berkurang.
Keuntungan dari pemupukan melaui daun adalah penyerapan hara yang lebih
cepat dan efektif dibandingkan melalui akar, sehingga pengaruh pupuk pada
tanaman akan lebih cepat terlihat (Erwin dkk,. 1997). Lingga (1986) cit. Hartati
dkk. (1990) menambahkan bahwa penggunaan pupuk melalui daun akan
memberikan keuntungan yang mencolok karena penyerapan unsur hara yang
berjalan lebih cepat daripada kalau pupuk diberikan melalui akar.
Pupuk growmore merupakan pupuk anorganik dengan bentuk fisik seperti
kristal yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan.
Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk ini adalah N 20%, P2O5 20%,
K2O 20%, Cu 0,05%, Mg 0,10%, S 0,20%, B 0,02%, Fe 0,10%, Mn 0,05% Mo
0,0005% dan Zn 0,05% (Lingga dan Marsono, 2004). Formula ini terutama untuk
tanaman muda agar tanman segera menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Juga
diperlukan bagi tanaman yang saat-saat akhir kurang memerlukan unsur
Phosphate dan kalium yang tinggi.
Sumber nitrogen di alam tersedia sangat melimpah di udara namun tidak
bisa secara langsung digunakan oleh tanaman. Berdasarkan jenisnya nitrogen
dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Bahan organik yaitu dari
dekomposisi mahluk hidup yang mati sedangkan yang anorganik dapat dari udara
maupun hujan. Berdasarkan dari asalnya nitrogen dapat berasal secara alami yaitu
dari udara dan bantuan dari bakteri (Kasim dan Arifudin, 2011).
Fungsi dari pupuk N itu sendiri adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembentukan protein. Gejala kekurangan N ditandai dengan tanaman
kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning sekaligus gugur
14

selanjutnya, tanda kelebihan N adalah memperlambat kematangan tanaman,


batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap
penyakit. Sebab hilangnya N dari tanah adalah digunakannya oleh tanaman atau
mikroorganisme, dan N dalam bentuk NO3 - (nitrat) mudah dicuci oleh air hujan
(leaching). N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Nitrogen merupakan unsur yang paling penting dalam pertumbuhan
tanaman sawi karena nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lakitan (2008) bahwa dalam jaringan tanaman, nitrogen
merupakan unsur hara esensial dan unsur penyusun asam-asam amino, protein dan
enzim. Selain itu, nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin dan
auksin.
Fosfor telah kita ketahui bahwa sebagian besar berasal dari batuan mineral,
jadi unsur phospor sangat penting dalam proses pengangkutan karena memiliki
muatan. Beberapa fungsi dan manfaat unsur hara phospor diantaranya yaitu
berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman,
merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar,
merangsang pembentukan biji, Merangsang pembelahan sel tanaman dan
memperbesar jaringan sel (Tohari dan Yusuf, 2009).
Unsur hara kalium seperti yang diketahui bahwa kalium merupakan unsur 3
yang digunakan untuk kekebalan oleh tanaman. Jadi secara logis unsur ini sangat
berperan penting dalam produksi tanaman dikarenakan menjaga kondisi tanaman
tetap kebal dari serangan penyakit. Hal ini secara langsung menjaga produksi
tanaman tetap stabil (Nasrul dan Nastain, 2011).
15

2.5 Hipotesis
Untuk mencapai sasaran penelitian, maka hipotesis yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:
H0 = Perlakuan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap hasil dan mutu
benih Sawi (Brassica chinensis L.)
H1 = Perlakuan jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap hasil dan mutu benih
Sawi (Brassica chinensis L.)
H0 = Perlakuan pupuk Growmore 20-20-20 per tanaman tidak berpengaruh nyata
terhadap hasil dan mutu benih Sawi (Brassica chinensis L.)
H1 = Perlakuan pupuk Growmore 20-20-20 per tanaman berpengaruh nyata
terhadap hasil dan mutu benih Sawi (Brassica chinensis L.)
H0 = Tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dengan
pemberian pupuk Growmore 20-20-20 per tanaman terhadap hasil dan
mutu benih Sawi (Brassica chinensis L.)
H1 = Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dengan pemberian
pupuk Growmore 20-20-20 per tanaman terhadap hasil dan mutu benih
Sawi (Brassica chinensis L.)

2.6 Kerangka Berpikir


Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat disukai masyarakat, karena
mempunyai potensi penting sebagai sumber dalam pemenuhan gizi untuk tubuh,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan pendapatan petani. Selain
mempunyai rasa yang enak, sawi juga mempunyai banyak manfaat bagi
kesehatan. Kebutuhan sayuran sawi cenderung terus meningkat sejalan dengan
pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan, dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi. Budidaya yang kurang tepat
menyebabkan jumlah produksi menjadi menurun, sehingga perlu adanya sistem
teknik budidaya yang tepat untuk meningkatkan hasil dan mutu benih Sawi
(Brassica chinensis L.). Perlakuan macam jenis mulsa yang dikombinasikan
dengan konsentrasi pupuk Growmore 20-20-20 pertanaman menjadi menarik
untuk dilakukan penelitian.
16

Dari kerangka berpikir tersebut dapat dibuat Bagan Alir seperti Gambar 2.1
sebagai berikut.
Sawi (Brassica chinensis L.)

Sawi memiliki Kendala pada tanaman


banyak manfaat, sawi, yaitu:
yaitu:
- Kebutuhan
- Sumber antioksidan yang meningkat
- Sumber vitamin K - Teknik budidaya
- Memperkuat imunitas
yang kurang tepat
- Kesehatan jantung

Upaya untuk memenuhi kebutuhan Sawi (Brassica chinensis L.)

Meningkatkan hasil benih sawi dengan menerapkan teknik budidaya yang tepat

Aplikasi Jenis Mulsa Konsentrasi pupuk Growmore


20-20-20

Penggunaan mulsa organik


maupun mulsa anorganik dapat mengandung unsur hara makro
menekan terjadi kompetisi hara danmikroyangdapat
antara tanaman budidaya dan meningkatkan pertumbuhan
gulma yang dapat menurunkan tanaman termasuk hortikultura
hasil produksi serta kandungan unsur NPK yang
seimbang
Kebutuhan Sawi terpenuhi dan
mendapatkan hasil yang baik

Diperoleh mutu benih sawi yang unggul

Gambar 2.1 Bagan alir kerangka berpikir


7

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Januari 2021
di lahan percobaan milik PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera, Jl. Pepaya, Desa
Pulosari, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian :
1. Alat :
a) Cangkul
b) Timba
c) Meteran
d) Tugal
e) Sabit
f) Kenco
g) Sprayer/knapsack
h) Penggaris
i) Papan Nama
j) Timbangan
k) Pelubang Mulsa
2. Bahan :
a) Benih Sawi Varietas GS43
b) Pupuk Growmore 20-20-20
c) Jerami Padi
d) Mulsa plastik putih perak
e) Air
f) Furadan
g) Insektisida
h) Pupuk NPK 16-16-16
8

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini dilaksankan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Masing-masing
faktor terdiri dari 3 taraf yang diulang sebanyak 3 kali. Adapun masing-masing
faktor tersebut :
Faktor pertama aplikasi (M) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
1. M0 = Tanpa mulsa
2. M1 = Mulsa plastik putih perak
3. M2 = Mulsa jerami
Faktor kedua pupuk Growmore (P) yang terdiri dari 3 taraf konsentrasi yaitu:
1. P1 = 2 gr/L
2. P2 = 2,5 gr/L
3. P3 = 3 gr/L
Berdasarkan rancangan diatas maka dalam penelitian ini terdapat 9
kombinasi perlakuan sebagai berikut yaitu :
MOP1 : Aplikasi tanpa mulsa dan Konsentrasi pupuk growmore 2 gr/L
M0P2 : Aplikasi tanpa mulsa dan Konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr/L
M0P3 : Aplikasi tanpa mulsa dan Konsentrasi pupuk growmore 3 gr/L
M1P1 : Aplikasi mulsa plastik putih perak dan Konsentrasi pupuk growmore 2
gr/L
M1P2 : Aplikasi mulsa plastik putih perak dan Konsentrasi pupuk growmore 2,5
gr/L
M1P3 : Aplikasi mulsa plastik putih perak dan Konsentrasi pupuk growmore 3
gr/L
M2P1 : Aplikasi mulsa jerami dan Konsentrasi pupuk growmore 2 gr/L
M2P2 : Aplikasi mulsa jerami dan Konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr/L
M2P3 : Aplikasi mulsa jerami dan Konsentrasi pupuk growmore 3 gr/L
9

Terdapat 27 satuan percobaan dengan masing-masing satuan percobaan 12


tanaman, sehingga didapat total populasi 324 tanaman. Setiap satuan percobaan
terdapat 6 sampel. Model matematis RAK Faktorial adalah sebagai berikut:

Yijk = 𝜇 + 𝛼`𝑖 + 𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)ij + 𝛽k + 𝜀 ijk

Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan unit percobaan pada taraf perlakuan konsentrasi
pemupukan ke-i, variasi jenis mulsa ke-j dan Ulangan ke-k.
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan konsentrasi pemupukan ke-i
βj = pengauh jenis mulsa ke-j
αβij = pengaruh konsentrasi pemupukan ke-i dengan variasi jenis mulsa ke-j
Σijk = galat percobaan dari perlakuan konsentrasi pemupukan dan variasi jenis
mulsa.

Data hasil pengamatan dianalisis dan diolah secara statistik menggunakan


Analysis Of Varience (ANOVA). Apabila hasil menunjukkan pengaruh yang
nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5%.
10

3.4 Prosedur penelitian :


Persiapan lahan diawali dengan melihat riwayat lahan terlebih dahulu.
Setelah itu dilakukan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman budidaya
sebelumnya, kemudian dilakukan pengukuran pH tanah. pH yang cocok untuk
budidaya tanaman sawi sekitar 5,5-7,0.
3.4.1 Persiapan Lahan
a. Pengolahan lahan, dilakukan dengan cangkul atau bajak, dengan
kedalaman 25-30 cm dengan tujuan tekstur tanah menjadi gembur dan
rata. Pengolahan lahan juga dimaksudkan untuk membersihkan lahan dari
sisa tanaman sebelumnya,
b. Melakukan pengukuran pH tanah menggunakan pH meter. Pengukuran
dilakukan dengan cara menancapkan alat pengukur (soil tester) ke dalam
tanah yang kering sebelum dilakukan pengapuran,
c. Melakukan pengapuran apabila pH tanah < dari 6 (tanah masam).
Pengapuran menggunakan kapur bangunan (gamping) yang telah
didinginkan dan diayak terlebih dahulu dengan dosis 2 ton/ha untuk
menaikkan 1 strip nilai pH tanah,
d. Membuat bedengan semu dengan lebar 100 cm, tinggi 20-25 cm, jarak
antar plot 30 cm, jarak antar ulangan 50 cm dan panjang 120 cm untuk
masing-masing plot perlakuan,
e. Melakukan pembalikan tanah dengan menggunakan cangkul,
f. Sejarah lahan yang digunakan untuk penelitian ini sebelumnya ditanami
dengan tanaman cabai.

3.4.2 Pemasangan Mulsa


Setelah pengolahan tanah selesai, setelah itu pemasangan mulsa yang
dimana menggunakan mulsa plastik putih perak , mulsa jerami, dan tanpa
menggunakan mulsa.
11

3.4.3 Pembuatan Lubang tanam


Pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tugal dengan kedalaman 2 -
4 cm. Hal ini bertujuan agar bibit sawi yang ditanam tersebut tidak terlalu dalam.

3.4.4 Persiapan dan Persemaian Benih


a. Benih yang digunakan adalah benih kelas foundation seed dengan kode GS
43
b. Sebelum ditanam benih disemai terlebih dahulu menggunakan bak persegi
panjang dengan cara disebar secara merata dengan sekitar 2 - 4 cm.
c. Pindah tanam atau tranpalanting dilakukan pada saat bibit sudah berumur 7-
10 HSS (berdaun 3-5 helai) dengan cara bibit dicabut kemudian di tanam di
plot yang telah disediakan dengan cara satu lubang satu bibit tanaman sawi
dengan jarak 20 x 20 cm.

3.4.5 Penanaman
a. Penanaman dilakukan pada saat benih yang telah disemai sudah berumur 7-
10 HSS dengan cara dicabut kemudian ditanam satu lubang dengan jarak 20
x 20 cm di bedengan yang telah disediakan.
b. Pindah tanam dari persemaian ke lahan penelitian sebaiknya dilakukan pada
sore hari.

3.4.6 Pengaplikasian pupuk Growmore 20-20-20


Pengaplikasian pupuk growmore 20-20-20 dilakukan dengan konsentrasi 2
gr/L, 2,5 gr/L, 3 gr/L sesuai perlakuan, dengan dosis 200 ml/Tanaman sesuai
ketentuan perusahaan dan diaplikasikan sebanyak 3 kali pada saat tanaman
berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST dengan cara dikocor.
12

3.4.7 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Penyiraman
Tanaman yang telah tumbuh disiram secara rutin untuk menjaga
kelembaban tanah tempat tumbuhnya. Sebaiknya, tanaman disiram 2 kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Saat musim kemarau, intensitas air yang digunakan
untuk menyiram tanaman diperbanyak. Namun, saat musim penghujan tiba,
kurangi intensitas air yang digunakan. Jika curah hujan tinggi, tanaman tidak
perlu disiram 2 kali sehari karena kelembaban tanah yang tinggi.

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma pada tanaman budidaya
sehingga dapat mencapai target produksi. Penyiangan di antara baris tanaman
lahan dilakukan secara mekanik menggunakan kored. Penyiangan di areal lahan
dilakukan secara kimiawi yaitu menggunakan herbisida berbahan aktif parakuat
diplorid dengan dosis yang digunakan yakni 75 ml/tangki semprot. Pembersihan
gulma dilakukan pada umur 5 HST – 55 HST, terutama vase vegetatif yang
merupakan vase kritis tanaman terhadap serangan gulma.

c. Penyulaman
Penanaman dari benih sulam dilakukan pada umur 7 – 10 hari setelah
tanam. Penanaman dari bibit sulam dilakukan 3-5 hari setelah pindah tanam.
Penyulaman dilakukan pada sore hari.

d. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menutup akar yang terlihat keluar dari
permukaan tanah. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan sanitasi lahan pada
fase vegetatif.
13

e. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan yaitu menggunakan pupuk susulan tanaman
sawi yang dilakukan 3 kali selama penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut :

Tabel 3.1 Kebutuhan Pemupukan Susulan Tanaman Sawi


Pemupuk HST Bahan Dosis Aplikasi
an (gr)/Tanaman
Susulan 1 10 - NPK 16-16- 2 Ditugal
15 16
Susulan 2 20 - NPK 16-16- 3 Ditugal
35 16
Susulan 3 40 - NPK 16-16- 3 Ditugal
45 16
Sumber : PT. Wira Agro Nusantara Sejahtera

f. Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) dilakukan secara mekanik
menggunakan tangan dan alat bantu lainnya. Apabila kondisi hama sudah
mencapai ambang batas ekonomi, pengendalian dapat dilakukan menggunakan
pestisida kimia. Adapun beberapa hama yang perlu dikendalikan pada budidaya
tanaman sawi antara lain :
a) Kumbang daun (Chrysomela scripta),
b) Oret-oret / lefminer (Liriomyza sp.),
c) Ulat daun (Pluttela sp),
d) Ulat grayak (Spodoptera litura),
e) Bekicot / siput,
f) Busuk daun (Phytpptora sp),
g) Busuk batang,
h) Layu bakteri (Pseudomonas sp).
Hama-hama diatas dikendalikan dengan berbagai pestisida di antaranya
dengan bahan aktif :
a) Propineb 70% untuk hama Antraknose,
b) Imidakloprid 25% untuk hama kutu kebul (Bemisia tabaci) dan Calandra,
c) Metomil 40% untuk hama ulat grayak (Spodoptera litura),
d) Fipronil 50 g/L dan Dimehipo 400 g/L untuk hama thrips,
14

e) Sulfamide untuk penyegar tanaman, (termasuk bakterisida)


f) Emil 99% untuk perekat / perata pestisida,
g) Emmamektin untuk hama ulat hijau atau leafminer .

3.4.8 Panen dan Pasca Panen


a. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90 – 95 HST, atau tanaman telah
mencapai masak fisiologis dengan ciri morfologi tanaman yaitu polong
sudah berwarna coklat dan kering serta biji mulai berwarna coklat
kehitaman,
b. Menjemur polong sawi secara manual sampai kadar air 8,0 %,
c. Setelah itu polong yang sudah di jemur dan sesuai ketentuan kadar air dari
perusahaan lalu polong di buka dan dipilih dan dikumpulkan biji sawi
tersebut,
d. Melakukan sortasi benih sawi menggunakan ayakan manual dan
memisahkan benih tidak bernas, benih terserang penyakit dan kotoran yang
terikut ke dalam proses sortasi seperti sisa polong, kerikil dll.

3.5 Parameter Pengamatan


Adapun parameter pengamatan yang akan diamati dalam penelitian ini
sebagai berikut :
3.5.1 Fase Vegetatif
a) Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali mulai umur 14 HST.
Pengukuran dari pangkal batang di permukaan tanah sampai daun tertinggi.
b) Panjang Daun (cm)
Pengukuran menggunakan meteran dari pangkal daun paling atas sampai
ujung daun paling bawah. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali mulai
umur 14 HST.
15

c) Jumlah Daun (helai)


Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna pada
tanaman sawi. Dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST setelah tanam dan
perhitungan jumlah daun dilakukan setiap 7 hari sekali pada umur 14 HST. Data
yang diambil merupakan pertambahan jumlah daun yang dihitung yakni selisih
jumlah daun tanaman pada hari terakhir dengan hari pertama pengambilan data.
d) Lebar Daun (cm)
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali mulai umur 14HST.
Pengukuran pada setiap daun yang ada dalam satu tanaman sawi (sampel).

3.5.2 Fase Generatif


a) Jumlah Polong per Tandan (polong)
Pengamatan dilakukan pada saat polong tumbuh merata pada tandan dan
cabang pada tanaman, tetapi pada pengamatan kali ini menghitung jumlah polong
per tandan.
b) Berat benih per plot (gr)
Pengamatan dilakukan pada saat benih sawi sudah kering dan dikumpulkan
di jadikan satu di wadah plastik klip, setelah itu di timbang menggunakan
timbangan digital (gr)

3.5.3 Uji Mutu


3.5.3.1 Bobot 1000 Butir benih (gr)
Bobot 1000 butir benih dilakukan secara manual dengan mengambil contoh
kerja pada benih yang telah disortir sebanyak 100 butir x 8 kali ulangan.
Kemudian hasil yang diperoleh dikonversi dalam 1000 butir benih.

3.5.3.2 Kecepatan Tumbuh (KcT) (%)


Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan kecambah normal harian selama
periode perkecambahan. Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap hari
dimulai dari hari ke-1 sampai final count hari ke-7. Rumus kecepatan tumbuh
adalah sebagai berikut:
16

%𝐾𝑁1 %𝐾𝑁2 %𝐾𝑁3 %𝐾𝑁7


KCT % = + + ……
𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙 1 𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙 2 𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙 3 𝑒𝑡𝑚𝑎𝑙 7

3.5.3.3 Daya Berkecambah (%)


Pengujian daya kecambah dilakukan menggunakan metode Uji Pada Kertas
(PK) tissue dengan cara benih sawi dikecambahkan pada 1 lembar kertas yang
dilapis 3 tissue. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah benih
kecambah normal pada hari ke 5 (first count) dan hari ke 7 (final count). Daya
berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah kecambah normal first count + normal final


𝐷𝐵 % = × 100 %
count Jumlah benih yang dikecambahkan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Aplikasi Jenis Mulsa dan Konsentrasi Pupuk Growmore


Terhadap Hasil dan Mutu Benih Tanaman Sawi (Brassica chinensis L.). Dari
judul tersebut pengamatan dilaksanakan dengan mengunakan beberapa
parameter yaitu parameter pada fase vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang daun, lebar daun), parameter pada fase generatif (Jumlah polong per
tandan dan berat benih per plot), serta parameter pada uji mutu benih (bobot
1000 butir, daya berkecamabah, kecepatan tumbuh). Hasil rekaputulasi sidik
ragam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Sidik Ragam Parameter Pengamatan Tanaman Sawi
Hibrida
Not
Parameter Pengamatan asi
Faktor Faktor (P) Interaksi M X
(M) P
Tinggi Tanaman 14 Hst (cm) ** * ns
*
Tinggi Tanaman 21 Hst (cm) ** * ns
*
Tinggi Tanaman 28 Hst (cm) ** * ns
*
Jumlah Daun 14 Hst (helai) ** * ns
*
Jumlah Daun 21 Hst (helai) ** * ns
*
Jumlah Daun 28 Hst (helai) ** * ns
*
Panjang Daun 14 Hst (cm) * * ns
*
Panjang Daun 21 Hst (cm) * * ns
*
Panjang Daun 28 Hst (cm) * * ns
*
Lebar Daun 14 Hst (cm) ** * ns
Lebar Daun 21 Hst (cm) ** * ns
Lebar Daun 28 Hst (cm) ** * ns
Jumlah polong per
Tandan (polong) ** * ns
Berat benih per plot (gr) ** * *
*
Bobot 1000 butir benih (gr) ns n ns
s
Daya Berkecambah (%) ns n ns
s
Kecepatan Tumbuh (%) ns n ns
s
Keterangan : (M) = Aplikasi jenis mulsa, (P) = Konsentrasi pupuk growmore,
(**) = Berbeda Sangat Nyata, (*) = Berbeda Nyata, (ns) = Berbeda Tidak
Nyata

27
28

Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa faktor aplikasi jenis mulsa (M) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata
pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun umur 14, 21, 28 HST,
jumlah polong per tandan dan berat benih per plot. Kemudian parameter
panjang daun umur 14, 21, 28 HST menunjukkan hasil berbeda nyata.
Sedangkan parameter bobot 1000 butir benih dan daya berkecambah
menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
Pada perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P) menunjukkan hasil
berbeda sangat nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
daun umur 14, 21, 28 HST dan berat benih per plot. Parameter lebar daun umur
14, 21, 28 HST dan jumlah polong per tandan menunjukkan hasil berbeda nyata.
Sedangkan pada parameter bobot 1000 butir, daya berkecambah dan kecepatan
tumbuh menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore
menunjukkan hasil berbeda nyata pada parameter berat benih per plot, tetapi
tidak berbeda nyata pada semua parameter yang lainnya. Kemudian matriks
perlakuan terbaik dari setiap parameter dapat dilihat pada Tabel 4.2 Sebagai
berikut.
29

Tabel 4.2 Matriks Perlakuan Terbaik pada Parameter Pengamatan Tanaman Sawi
Perlakuan Hasil
Parameter Perlakuan
M P Mx M P Mx
P P
Tinggi Tanaman 14 Hst (cm) M P2 - 17, 16,7 -
1 91 5
Tinggi Tanaman 21 Hst (cm) M P2 - 23, 22,5 -
1 27 8
Tinggi Tanaman 28 Hst (cm) M P2 - 42, 41,7 -
1 91 5
Jumlah Daun 14 Hst (helai) M P2 - 4,7 4,75 -
1 4
Jumlah Daun 21 Hst (helai) M P2 - 7,4 7,37 -
1 1
Jumlah Daun 28 Hst (helai) M P2 - 11, 11,9 -
1 91 8
Panjang Daun 14 Hst (cm) M P2 - 5,7 5,26 -
1 5
Panjang Daun 21 Hst (cm) M P2 - 9,8 10,0 -
1 8 2
Panjang Daun 28 Hst (cm) M P2 - 21, 21,9 -
1 46 9
Lebar Daun 14 Hst (cm) M P2 - 4,2 4,56 -
1 3
Lebar Daun 21 Hst (cm) M P2 - 7,6 7,66 -
1 6
Lebar Daun 28 Hst (cm) M P2 - 16, 16,4 -
1 15 3
Jumlah polong per Tandan
(polong) M P2 - 37, 36,7 -
1 20 0
Berat benih per plot (gr) M P2 M1 58, 61,2 66,5
1 P2 98 5 6
Bobot 1000 butir benih (gr) - - - - - -
Daya Berkecambah (%) - - - - - -
Kecepatan Tumbuh (%) - - - - - -
Keterangan : (M) = Aplikasi jenis mulsa dan (P) = Konsentrasi pupuk growmore

Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa pada parameter tinggi tanaman umur 14, 21
dan 28 HST perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan mulsa plastik putih perak
(M1) dengan nilai berturut-turut 17,91 cm, 23,27 cm, dan 42,91 cm. Pada
parameter jumlah daun sawi pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan terbaik
terdapat pada perlakuan (M1) dengan nilai berturut-turut yaitu 4,74 helai, 7,41
helai dan 11,91 helai. Pada parameter panjang daun umur 14, 21 dan 28 HST
perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (M1) dengan nilai berturut-turut yaitu
5,75 cm, 9,88 cm dan 21,46 cm. Pada parameter lebar daun umur 14, 21, dan 28
HST perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (M1) dengan nilai berturut-turut
30
4,23 cm, 7,66 cm, 16,15 cm. Pada parameter jumlah polong per tandan dan berat
benih per plot perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (M1) dengan nilai 37,20
polong dan 58,98 gr.
31

Pada perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P) parameter tinggi tanaman


umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (P2) dengan
nilai berturut-turut yaitu 16,75 cm, 22,58 cm dan 41,75 cm. Pada parameter
jumlah daun sawi pada umur 14, 21 dan 28 HST perlakuan terbaik terdapat pada
perlakuan (P2) dengan nilai berturut-turut yaitu 4,75 helai, 7,37 helai dan 11,98
helai. Pada parameter panjang daun umur 14, 21, dan 28 HST perlakuan terbaik
terdapat pada perlakuan (P2) dengan nilai berturut-turut yaitu 5,26 cm, 10,02 cm
dan 21,99 cm. Pada parameter lebar daun umur 14, 21, dan 28 HST perlakuan
terbaik terdapat pada perlakuan (P2) dengan nilai berturut-turut 4,56 cm, 7,66 cm,
16,43 cm. Pada parameter jumlah polong per tandan dan berat benih per plot
perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan (P2) dengan nilai 36,70 polong dan
61,25 gr.
Interaksi antara aplikasi mulsa dan pupuk growmore terdapat pada
parameter berat benih per plot perlakuan mulsa plastik putih perak dan
konsentrasi 2,5 gr pupuk growmore (M1P2) dengan nilai yaitu 66,56 gr.

4.1 Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi tanaman merupakan terjadinya pertambahan panjang dari ruas-ruas
batang tanaman, dimana meristem apikal aktif membelah dan menandakan
mengalami pertumbuhan. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan tinggi
tanaman guna mengetahui terjadinya bertambahnya pertumbuhan pada tanaman
sawi pada umur 14, 21 dan 28 HST setelah dilakukan perlakuan aplikasi jenis
mulsa dan konsentrasi pupuk growmore.
Berdasarkan data yang telah didapat dan disajikan dalam Tabel 4.1 dimana
perlakuan aplikasi jenis mulsa menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
parameter tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST. Kemudian pada perlakuan
konsentrasi pupuk growmore menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
parameter tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 HST. Interaksi antara perlakuan
aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore pada parameter tinggi
tanaman menunjukkan hasil berbeda tidak nyata di umur 14, 21 dan 28 HST.
32

Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi
pada faktor M (aplikasi jenis mulsa) berbeda sangat nyata. Berikut Hasil Uji
BNT 5% pada parameter pengamatan tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M) terhadap
Tinggi Tanaman pada Umur 14, 21 dan 28 HST.
Umur Perlaku Rerata tinggi tanaman Not
an (cm) asi
14 hst M2 13,53 a
M0 15,02 ab
M1 17,91 b
21 hst M2 19,36 a
M0 20,86 ab
M1 23,27 b
28 hst M2 38,53 a
M0 40,02 ab
M1 42,91 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas aplikasi jenis mulsa berpengaruh sangat nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi. Pada saat tanaman berumur 14, 21
dan 28 HST nilai tertinggi untuk tinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan
yaitu mulsa plastik putih perak (M1) dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 17,91
cm, 23,27 cm, dan 42,91 cm. Kemudian disusul perlakuan tanpa mulsa (M0) pada
saat tanaman berumur 14, 21, dan 28 HST yang memiliki nilai rerata berturut-
turut yaitu 15,02 cm, 20,86 cm, dan 40,02 cm. Setelah itu disusul perlakuan
terendah yaitu perlakuan mulsa jerami (M2) pada umur 14, 21, dan 28 HST
dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 13,53 cm, 19,36 cm, dan 38,53 cm.
Dari Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwasannya nilai tertinggi terdapat
perlakuan mulsa plastik putih perak (M1). Hal ini diduga karena perlakuan mulsa
plastik putih perak (M1) pertumbuhan tinggi tanaman tidak terhambat oleh
organime penggangu tanaman (OPT) sehingga menunjukkan hasil yang terbaik
pada setiap umur tanaman sawi. Penurunan produksi yang dapat disebabkan
33

karena terjadi kompetisi hara antara tanaman produksi/budidaya dengan gulma,


hal ini dapat diatasi dengan menggunakan mulsa plastik putih perak.
Penggunaan mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma serta menjaga
kondisi kelembaban suhu tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutarto, dkk.
(2016) pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengaplikasian macam mulsa
berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman sawi karena aplikasi mulsa
dapat meningkatkan dan mempertahankan suhu tanah dalam suhu tanah yang
dibutuhkan tanaman sawi, aplikasi mulsa juga dapat menekan pertumbuhan
gulma, maka dengan pengaplikasian mulsa dapat meningkatkan tinggi tanaman.
Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang mengkaji kelayakan usaha
taninya oleh Kusumasiwi dkk. (2011) yang menyebutkan bahwa budidaya sawi
caisim menggunaan mulsa plastik putih perak layak untuk dikembangkan.
Dilanjut dengan pernyataan Syaifuddin dan Pranowo (2007) menyatakan bahwa
perlakuan tanpa mulsa menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar,
sehingga terjadi defisit air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman.
Cekaman air akan menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan
fotosintesis menurun. Sedangkan perlakuan mulsa jerami (M2) terendah hal ini
diduga karena aplikasi mulsa jerami menjadi tempat organisme pengganggu
seperti ulat dan penggunaan mulsa jerami menyebabkan tanah kelembapan terus
menerus sehingga menghambat pertumbuhan tanaman sawi.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 notasi pada faktor P
(konsentrasi pupuk growmore) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
umur tanaman 14, 21 dan 28 HST. Berikut Hasil Uji BNT 5% pada parameter
pengamatan tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST dapat dilihat pada Tabel 4.4
berikut ini.
34

Tabel 4.4 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap tinggi tanaman pada Umur 14, 21 dan 28 HST
Umur Perlaku Rerata tinggi tanaman Not
an (cm) asi
14 HST P3 14,61 a
P1 15,11 ab
P2 16,75 b
21 HST P3 20,44 a
P1 20,94 ab
P2 22,58 b
28 HST P3 39,61 a
P1 40,11 ab
P2 41,75 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa pada parameter tinggi


tanaman umur 14, 21 dan 28 HST nilai yang tertinggi tanaman sawi terdapat pada
perlakuan konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr yaitu (P2) dengan nilai berturut-
turut yaitu 16,75 cm, 22,58 cm dan 41,75 cm . Setelah itu disusul oleh parameter
tinggi tanaman perlakuan konsentrasi growmore 2 gr (P1) pada umur 14, 21 dan
28 HST yaitu dengan menunjukkan nilai 15,11 cm, 20,94 cm dan 40,11 cm.
Setelah itu disusul oleh parameter tinggi tanaman terendah perlakuan konsentrasi
pupuk growmore 3 gr (P3) pada umur 14, 21 dan 28 HST yaitu dengan nilai
berturut-turut 14,61 cm, 20,44 cm dan 39,61 cm.
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
pupuk growmore 2,5 gr (P2) menghasilkan tinggi tanaman dengan rerata tertinggi
yaitu 41,75 cm. Hal ini diduga karena perlakuan (P2) sangat efektif dan efisien
dalam menunjang pertumbuhan serta unsur hara yang diserap secara optimal oleh
tanaman sawi. Pertumbuhan vegetatif sangat dipengaruhi oleh unsur N karena
unsur N dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (Harjowigeno, 1992).
35

Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore


terhadap tinggi tanaman tidak terdapat interaksi pada umur 14, 21 dan 28 HST.
Hal ini diduga karena faktor genetik tanaman dan juga faktor lingkungan dari
tanaman itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Gustianty (2016) yang menyatakan bahwa
kombinasi dari kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan
interaksi pada tanaman, ada kalanya kombinasi tersebut mendorong
pertumbuhan, menghambat pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan
respon.

4.2 Jumlah daun (helai)


Jumlah daun merupakan banyaknya daun yang telah membuka sempurna
yang berada pada tanaman sawi yang dihitung dalam satuan helai daun. Pada
penelitian ini dilakukan pengamatan jumlah daun guna mengetahui terjadinya
pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi pada umur 14, 21 dan 28 HST
setelah dilakukan perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore.
Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi
pada faktor M (aplikasi jenis mulsa) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
parameter jumlah daun umur 14, 21 dan 28 HST, hasil uji BNT 5% dapat dilihat
pada Tabel 4.5 berikut ini.
36

Tabel 4.5 Hasil Uji lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M) terhadap
Jumlah Daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST
Umur Perlaku Rerata Jumlah Daun Not
an (helai) asi
14 M0 4,30 a
HST
M2 4,31 ab
M1 4,74 b
21 M0 6,96 a
HST
M2 6,98 ab
M1 7,41 b
28 M0 11,46 a
HST
M2 11,48 ab
M1 11,91 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan tabel 4.5 perlakuan aplikasi jenis mulsa berpengaruh sangat


nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi. Pada umur 14, 21 dan 28 HST nilai
tertinggi terdapat pada mulsa plastik putih perak (M1) dengan nilai jumlah daun
tertinggi berturut-turut 4,74 helai, 7,41 helai, dan 11,91 helai. Kemudian disusul
dengan perlakuan jenis mulsa jerami (M2) pada umur 14, 21 dan 28 HST dengan
nilai rerata berturut-turut 4,31 helai, 6,98 helai dan 11,48 helai. Terakhir disusul
dengan nilai terendah menggunakan perlakuan tanpa mulsa (M0) pada umur 14,
21 dan 28 HST dengan jumlah daun berturut-turut 4,30 helai, 6,96 helai dan 11,46
helai.
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa aplikasi mulsa plastik
putih perak berpengaruh sangat nyata untuk menigkatkan jumlah daun pada
tanaman sawi. Hal tersebut diduga mampu menekan pertumbuhan gulma yang
berada di area tanaman produksi serta dapat menjaga kondisi kelembapan suhu
tanah. Sehingga unsur hara dalam tanah dapat tercukupi dan tanaman akan
mampu tumbuh dengan optimal. Mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu,
memperbaiki sifat fisik dan sifat kimia tanah. Hal ini memungkinkan
perkembangan tanaman lebih baik dan hasil pertanaman meningkat, baik mutu
maupun kuantitasnya (Hamdani, 2009). Jumlah daun yang semakin banyak
37

mendukung penyerapan cahaya yang semakin besar sehingga proses fotosintesis


semakin meningkat dan mendorong peningkatan laju pertumbuhan tanaman. Hal
ini sejalan dengan pendapat Harjadi (1991) dalam Widiastuti, dkk (2004), dimana
efisiensi penyerapan cahaya oleh daun, akan mempengaruhi laju pertumbuhan.
Jumlah daun meningkat dengan diimbangi laju asimilasi bersih yang tinggi, akan
menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi pula.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 notasi pada faktor P
(konsentrasi pupuk growmore) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
umur tanaman 14, 21 dan 28 HST. Berikut Hasil Uji BNT 5% pada parameter
pengamatan jumlah daun umur 14, 21 dan 28 HST dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap jumlah daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST.
Umur Perlaku Rerata Jumlah Daun Not
an (helai) asi
14 P3 4,31 a
HST
P1 4,33 ab
P2 4,75 b
21 P3 6,98 a
HST
P1 7,00 ab
P2 7,37 b
28 P3 11,48 a
HST
P1 11,50 ab
P2 11,98 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.6 perlakuan konsentrasi pupuk growmore berpengaruh


sangat nyata pada pada parameter jumlah daun umur 14, 21 dan 28 HST. Pada
umur 14, 21 dan 28 HST nilai tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi 2,5 gr
(P2) dengan nilai jumlah daun berturut-turut yaitu 4,57 helai, 7,37 helai dan 11,98
helai. Kemudian disusul dengan perlakuan konsentrasi 2 gr (P1) pada umur 14, 21
dan 28 HST dengan nilai jumlah daun berturut-turut yaitu 4,33 helai, 7,00 helai
dan 11,50 helai. Terakhir dengan nilai terendah terdapat pada perlakuan
38

konsentrasi 3 gr (P3) pada umur 14, 21 dan 28 HST dengan nilai jumlah daun
berturut-turut yaitu 4,31 helai, 6,98 helai dan 11,48 helai.
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
pupuk growmore 2,5gr (P2) menghasilkan jumlah daun rerata tertinggi yaitu
sebesar 11,87 helai. Hal itu diduga dalam proses pembentukan organ vegetatif
daun, tanaman membutuhkan unsur hara nitrogen dalam jumlah yang seimbang.
Tanaman yang hanya dipanen daunnya seperti kubis, selada, sawi, kangkung dan
bayam membutuhkan unsur nitrogen tinggi. Tanaman-tanaman tersebut lebih
difokuskan pada pembentukan daunnya, sehingga fase vegetatif dari tanaman
tersebut dirangsang untuk lebih dominan. Menurut Lestari (2009), nutrisi yang
diberikan pada tanaman harus dalam komposisi yang tepat. Bila kekurangan atau
kelebihan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu dan hasil
produksi yang diperoleh pun kurang maksimal. Disusul dengan pernyataan
Ruhnayat (2007) penggunaan konsentrasi larutan hara N di atas titik optimum
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Hasil ini juga sejalan dengan
fakta bahwa hara N bersifat racun bagi tanaman apabila diberikan terlalu banyak
(Buckman and Brady, 1982). Dalam penelitian Nugroho (2013), Gandasil dan
Growmore berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun.
Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore
terhadap jumlah daun tidak terdapat interaksi pada umur 14, 21, dan 28 HST.
Diduga karena faktor genetik tanaman dan juga faktor lingkungan dari tanaman
itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Gustianty (2016) yang menyatakan bahwa kombinasi dari
kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan interaksi pada
tanaman, ada kalanya kombinasi tersebut mendorong pertumbuhan, menghambat
pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon.
39

4.3 Panjang Daun (cm)


Pengukuran panjang daun dilakukan dengan cara mengukur daun tanaman
sawi hijau yaitu mulai dari pangkal tangkai daun sampai ujung daun melalui ibu
tulang daun. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan panjang daun guna
mengetahui terjadinya pertambahan panjang daun pada tanaman sawi pada umur
14, 21 dan 28 HST setelah dilakukan perlakuan aplikasi jenis mulsa dan
konsentrasi pupuk growmore.
Berdasarkan data yang telah didapat dan disajikan dalam Tabel 4.1 dimana
perlakuan aplikasi jenis mulsa pada parameter panjang daun umur 14, 21, dan 28
HST berbeda nyata. Kemudian pada perlakuan konsentrasi pupuk growmore
parameter panjang daun umur 14, 21 dan 28 HST menunjukkan hasil berbeda
sangat nyata. Kemudian Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi
pupuk growmore menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada parameter panjang
daun.
Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi
pada faktor M (aplikasi jenis mulsa) menunjukkan hasil berbeda nyata pada
parameter panjang daun umur 14, 21 dan 28 HST, hasil uji BNT 5% dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M) terhadap
Panjang Daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST
Umur Perlaku Panjang Daun Not
an (cm) asi
14 hst M0 5,51 a
M2 5,56 ab
M1 5,75 b
21 hst M0 9,53 a
M2 9,58 ab
M1 9,88 b
28 hst M0 20,95 a
M2 21,06 a
M1 21,46 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%
40

Berdasarkan tabel 4.7 perlakuan aplikasi jenis mulsa berpengaruh nyata


terhadap lebar daun tanaman sawi pada saat umur 14, 21 dan 28 HST dengan
perlakuan aplikasi mulsa plastik putih perak (M1) menunjukkan hasil paling
tinggi dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 5,75 cm, 9,88 cm dan 21,46 cm.
Setelah itu disusul dengan perlakuan mulsa jerami (M2) pada umur 14, 21 dan 28
HST menunjukkan hasil dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 5,56 cm, 9,58 cm
dan 21,06 cm. Kemudian disusul dengan perlakuan terendah perlakuan aplikasi
tanpa mulsa (M0) pada umur 14, 21 dan 28 HST menunjukkan hasil dengan rerata
berturut-turut yaitu 5,51 cm, 9,53 cm dan 20,95 cm.
Berdasarkan Tabel 4.7 pada perlakuan aplikasi jenis mulsa tertinggi terdapat
pada perlakuan mulsa plastik putih perak (M1), hal ini diduga karena penggunaan
mulsa plastik putih perak dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
yang akan mempermudah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pembentukan dan perkembangan (Creamer er al. 1996 dalam Sumarni dkk.
2006). Hal inilah yang menyebabkan suhu tanah tetap rendah sehingga
memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 notasi pada faktor P
(konsentrasi pupuk growmore) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
umur tanaman 14, 21 dan 28 HST. Berikut Hasil Uji BNT 5% pada parameter
pengamatan panjang daun umur 14, 21 dan 28 HST dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut ini.
41

Tabel 4.8 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap panjang daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST.
umur perlaku Rerata panjang daun not
an (cm) asi
14 hst P3 5,29 a
P1 5,39 ab
P2 5,62 b
21 hst P3 9,59 a
P1 9,69 ab
P2 10,02 b
28 hst P3 20,99 a
P1 21,06 ab
P2 21,99 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.8 perlakuan konsentrasi pupuk growmore berpengaruh


sangat nyata pada umur 14, 21 dan 28 HST terhadap parameter panjang daun.
Pada saat tanaman umur 14, 21, dan 28 HST konsentrasi pupuk gowmore 2,5 gr
(P2) menunjukkan hasil paling tinggi dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 5,62
cm, 10,02 cm dan 21,99 cm. Setelah itu disusul dengan perlakuan konsentrasi
pupuk growmore 2 gr (P1) menunjukkan nilai rerata berturut-turut yaitu 5,39 cm,
9,69 cm dan 21,06 cm. Kemudian disusul dengan perlakuan konsentrasi pupuk
growmore 3 gr (P3) menunjukkan hasil terendah dengan nilai rerata berturut yaitu
5,29 cm, 9,59 cm dan 20,99 cm.
Berdasarkan Tabel 4.7 pada perlakuan konsentrasi 2,5 gr pupuk growmore
ini berpengaruh sangat nyata terhadap panjang daun tanaman sawi. Hal ini diduga
ketersedian unsur hara merupakan suatu yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman sawi hijau. Dilanjut dengan pernyataan Setyati (1988) bahwa dengan
tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk proses
pertumbuhan tanaman, proses pembelahan, proses fotosintesis, dan proses
pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ
tanaman tumbuh cepat terutama pada fase vegetatif. Pemberian nitrogen yang
optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan sintesis
42

protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau
dan meningkatkan ratio pucuk akar. Oleh karena itu pemberian nitrogen yang
optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (Nur dan 589 Thohari,
2005). Hal tersebut sejalan dengan penyataan Lestari (2009), nutrisi yang
diberikan pada tanaman harus dalam komposisi yang tepat. Bila kekurangan atau
kelebihan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu dan hasil
produksi yang diperoleh pun kurang maksimal.
Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore
terhadap panjang daun tidak terdapat interaksi pada umur 14, 21, dan 28 HST.
Diduga karena faktor genetik tanaman dan juga faktor lingkungan dari tanaman
itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Gustianty (2016) yang menyatakan bahwa kombinasi dari
kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan interaksi pada
tanaman, ada kalanya kombinasi tersebut mendorong pertumbuhan, menghambat
pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon.

4.4 Lebar Daun (cm)


Parameter lebar daun di ukur dengan menggunakan meteran pada bagian
daun yang terlebar. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan jumlah daun guna
mengetahui terjadinya pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi pada umur
14, 21 dan 28 HST setelah dilakukan perlakuan aplikasi jenis mulsa dan
konsentrasi pupuk growmore.
Berdasarkan data yang telah didapat dan disajikan dalam Tabel 4.1 dimana
perlakuan aplikasi jenis mulsa pada parameter lebar daun umur 14, 21, dan 28
HST berbeda sangat nyata. Kemudian pada perlakuan konsentrasi pupuk
growmore parameter lebar daun umur 14, 21 dan 28 HST menunjukkan hasil
berbeda sangat nyata. Kemudian Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan
konsentrasi pupuk growmore menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada
parameter lebar daun.
43

Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi
pada faktor M (aplikasi jenis mulsa) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
parameter lebar daun umur 14, 21 dan 28 HST, hasil uji BNT 5% dapat dilihat
pada Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M) terhadap
lebar daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST.
Um Perlaku Rerata lebar daun Not
ur an (cm) asi
14 hst M0 3,51 a
M2 3,64 ab
M1 4,23 b
21 M0 7,38 a
hst
M2 7,48 ab
M1 7,65 b
28 M0 15,07 a
hst
M2 15,67 ab
M1 16,15 b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan tabel 4.9 perlakuan aplikasi jenis mulsa berpengaruh sangat


nyata terhadap lebar daun tanaman sawi pada saat umur 14, 21 dan 28 HST
dengan perlakuan aplikasi mulsa plastik putih perak (M1) menunjukkan hasil
paling tinggi dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 4,23 cm, 7,65 cm dan 16,15
cm. Setelah itu disusul dengan perlakuan mulsa jerami (M2) pada umur 14, 21
dan 28 HST menunjukkan hasil dengan nilai rerata berturut-turut yaitu 3,64 cm,
7,48 cm dan 15,67 cm. Kemudian disusul dengan perlakuan terendah perlakuan
aplikasi tanpa mulsa (M0) pada umur 14, 21 dan 28 HST menunjukkan hasil
dengan rerata berturut-turut yaitu 3,51 cm, 7,38 cm dan 15,07 cm.
Berdasarkan Tabel 4.9 pada perlakuan aplikasi jenis mulsa tertinggi terdapat
pada perlakuan mulsa plastik putih perak (M1), hal ini diduga karena penggunaan
mulsa plastik putih perak dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
yang akan mempermudah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pembentukan dan perkembangan (Creamer er al. 1996 dalam Sumarni dkk.
44

2006). Hal inilah yang menyebabkan suhu tanah tetap rendah sehingga
memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Dilanjut dengan
pernyataan Syaifuddin dan Pranowo, (2007) menyatakan bahwa, Perlakuan tanpa
mulsa menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi
defisit air yang menghambat pertumbuhan tanaman. cekaman air akan
menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan fotosintesis menurun.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 notasi pada faktor P
(konsentrasi pupuk growmore) parameter lebar daun umur 14, 21 dan 28 HST
menunjukkan hasil berbeda sangat nyata. Berikut Hasil Uji BNT 5% pada
parameter pengamatan lebar daun umur 14, 21 dan 28 HST dapat dilihat pada
Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap lebar daun pada Umur 14, 21 dan 28 HST.
Umur Perlaku Rerata lebar daun not
an (cm) asi
14 hst P3 3,53 a
P1 3,64 ab
P2 4,56 b
21 hst P3 7,42 a
P1 7,43 ab
P2 7,66 b
28 hst P3 15,34 a
P1 15,54 ab
P2 16,43 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pada parameter lebar


daun umur 14, 21 dan 28 HST nilai yang paling tinggi tanaman sawi terdapat pada
perlakuan konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr yaitu (P2) dengan nilai rerata
berturut-turut yaitu 4,56 cm, 7,66 cm, dan 16,43 cm. Setelah itu disusul oleh
parameter lebar daun perlakuan konsentrasi growmore 2 gr (P1) pada umur 14, 21
dan 28 HST dengan menunjukkan nilai rerata berturut-turut yaitu 3,64 cm, 7,43
cm dan 15,54 cm. Setelah itu disusul oleh parameter lebar daun perlakuan
45

konsentrasi growmore 3 gr (P3) dengan nilai terendah pada umur 14, 21 dan 28
HST dengan menunjukkan nilai rerata berturut-turut yaitu 3,53 cm, 7,42 cm dan
15,34 cm.
Berdasarkan Tabel 4.8 pada perlakuan konsentrasi 2,5 gr pupuk growmore
ini berpengaruh sangat nyata terhadap lebar daun tanaman sawi. Hal ini diduga
apabila kebutuhan unsur N tercukupi, maka dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Seperti diketahui unsur N pada tanaman berfungsi untuk meningkatkan
pertumbuhan daun sehingga daun akan menjadi banyak jumlahnya dan akan
menjadi lebar dengan warna yang lebih hijau yang akan meningkatkan kadar
protein dalam tubuh tanaman (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988). Dan disusul
dengan pernyataan menurut Ruhnayat (2007) penggunaan konsentrasi larutan hara
N di atas titik optimum menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Hasil ini
juga sejalan dengan fakta bahwa hara N bersifat racun bagi tanaman apabila
diberikan terlalu banyak (Buckman and Brady, 1982).
Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore
terhadap lebar daun tidak terdapat interaksi pada umur 14, 21, dan 28 HST.
Diduga karena faktor genetik tanaman dan juga faktor lingkungan dari tanaman
itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Gustianty (2016) yang menyatakan bahwa kombinasi dari
kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan interaksi pada
tanaman, ada kalanya kombinasi tersebut mendorong pertumbuhan, menghambat
pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon.
46

4.5 Jumlah Polong per Tandan (polong)


Pengamatan dilakukan pada saat polong tumbuh merata pada tandan dan
cabang pada tanaman, tetapi pada pengamatan kali ini menghitung jumlah polong
per tandan. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan jumlah polong per tandan
guna mengetahui terjadinya pertambahan jumlah polong per tandan pada tanaman
sawi setelah dilakukan perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore.
Berdasarkan data yang telah didapat dan disajikan dalam Tabel 4.1 dimana
perlakuan aplikasi jenis mulsa pada parameter jumlah polong per tandan
menunjukan hasil berbeda sangat nyata. Kemudian pada perlakuan konsentrasi
pupuk growmore parameter jumlah polong per tandan menunjukkan hasil berbeda
nyata. Kemudian Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore menunjukkan hasil berbeda tidak nyata pada parameter jumlah polong
per tandan.
Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi
pada faktor M (aplikasi jenis mulsa) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
parameter jumlah polong per tandan. Hasil uji BNT 5% dapat dilihat pada Tabel
4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan aplikasi jenis mulsa (M)
terhadap parameter jumlah polong per tandan
Perlaku Rerata jumlah polong per tandan Not
an (polong) asi
M0 34,89 a
M2 35,61 a
M1 37,20 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa pada parameter jumlah


polong per tandan menunjukkan nilai tertinggi tanaman sawi pada perlakuan
aplikasi mulsa plastik putih perak (M1) dengan rerata 37,20 polong. Setelah itu
disusul perlakuan aplikasi mulsa jerami (M2) dengan rerata jumlah polong 35,61
polong. Setelah itu disusul perlakuan aplikasi tanpa mulsa (M0) dengan rerata
jumlah polong 34,89 polong.
47

Dari Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwasannya aplikasi mulsa plastik


putih perak (M1) merupakan aplikasi mulsa terbaik pada parameter jumlah polong
per tandan. Pemantulan sinar matahari dapat mempengaruhi fotosintesis tanaman
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen (Cahyono, 2003). Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Lamont (1993), bahwa cahaya matahari yang
diserap oleh tanaman dapat mempengaruhi bagian tanaman, oleh karena itu proses
fotosintesis lebih optimal dan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan
pembentukan buah.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 notasi pada faktor P
(konsentrasi pupuk growmore) menunjukkan hasil berbeda nyata pada umur 14,
21 dan 28 HST. Berikut Hasil Uji BNT 5% pada parameter pengamatan jumlah
polong per tandan dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan konsentrasi pupuk growmore (P)
terhadap jumlah polong per tandan
Perlaku Rerata jumlah polong per tandan Not
an (polong) asi
P3 35,61 a
P1 35,70 ab
P2 36,70 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa pada parameter jumlah


polong per tandan menunjukkan nilai yang paling tinggi tanaman sawi pada
perlakuan konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr (P2) dengan rerata jumlah 36,70
polong. kemudian disusul perlakuan konsentrasi 2 gr (P1) dengan rerata jumlah
35,70 polong. Setelah itu disusul dengan perlakuan konsentrasi 3 gr (P3) dengan
rerata jumlah 35,61 polong.
Dari tabel 4.12 tersebut bahwasannya perlakuan konsentrasi pupuk
growmore 2,5 gr (P2) menunjukkan hasil terbaik pada parameter jumlah polong
per tandan. Hal ini diduga Apabila kebutuhan unsur N tercukupi, maka dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Hasil ini juga sejalan
dengan fakta bahwa hara N bersifat racun bagi tanaman apabila diberikan terlalu
banyak (Buckman and Brady, 1982). Disusul dengan pernyataan Lakitan (1996)
48

bahwa perubahan tunas vegetatif menjadi tunas generatif merupakan perubahan


yang sangat besar, karena struktur jaringannya menjadi berbeda sekali. Perubahan
tersebut merupakan cerminan dari pemacuan kelompok gen-gen tertentu yang
berperan dalam pembentukan bunga/buah dan penghambatan terhadap kelompok
gen-gen lainnya yang berperan dalam pembentukan organ vegetatif.
Interaksi antara aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore
terhadap jumlah polong per tandan tidak terdapat interaksi pada umur 14, 21, dan
28 HST. Diduga karena faktor genetik tanaman dan juga faktor lingkungan dari
tanaman itu sendiri kurang mendukung aktivitas dari kedua perlakuan. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Gustianty (2016) yang menyatakan bahwa
kombinasi dari kedua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan
interaksi pada tanaman, ada kalanya kombinasi tersebut mendorong pertumbuhan,
menghambat pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon.

4.6 Berat benih Per Plot (gr)

Berdasarkan data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi pada
faktor M (aplikasi jenis mulsa) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata. Berikut
Hasil Uji BNT 5% pada parameter berat benih per plot dapat dilihat pada Tabel
4.13 berikut ini.

Tabel 4.13 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan mulsa (M) terhadap berat benih
per plot (gram)
Rerata berat benih per
Perlaku plot Not
an asi
(gr)
M2 52,89 a
M0 55,57 a
M1 58,98 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Dari tabel 4.13 perlakuan aplikasi jenis mulsa yang berpengaruh paling baik
dalam mendukung berat benih per plot pada tanaman sawi adalah perlakuan M1
(mulsa plastik putih perak) memberikan berat benih per plot paling tinggi yaitu
49

58,98 gr. Kemudian disusul dengan perlakuan M0 (tanpa mulsa) memberikan


berat benih per plot 55,57 gr. Kemudian disusul berat yang terendah yaitu
perlakuan M2 (mulsa jerami) dengan berat 52,89 gr.
Dari tabel 4.13 tersebut bahwasannya perlakuan Hal ini diduga karena
terjaga kelembapannya sehingga tanaman sawi mampu tumbuh dan berkembang
dengan lebih maksimal serta adanya pantulan sinar matahari dari mulsa tersebut
sehingga menyebabkan pertumbuhan dapat maksimal dibandingkan dengan
penggunaan mulsa lainnya. Pemantulan sinar matahari dapat mempengaruhi
fotosintesis tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen
(Cahyono, 2003). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Lamont (1993), bahwa
cahaya matahari yang diserap oleh tanaman dapat mempengaruhi bagian tanaman,
oleh karena itu proses fotosintesis lebih optimal dan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah.
Berdasarkan data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi pada
faktor P (pupuk growmore) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata. Berikut
Hasil Uji BNT 5% pada parameter pengamatan kemunculan bunga pertama dapat
dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Perlakuan pupuk growmore (P) terhadap
berat benih per plot (gram)
Perlaku Rerata berat benih per plot Not
an (gr) asi
P3 47,88 a
P1 58,31 b
P2 61,25 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji DMRT taraf 5%

Dari tabel 4.14 tersebut bahwasannya perlakuan pupuk growmore yang


berpengaruh paling baik dalam mendukung berat benih per plot pada tanaman
sawi adalah perlakuan konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr (P2) memberikan berat
benih per plot terbaik yaitu 61,25 gr. Kemudian disusul dengan perlakuan (P1)
konsentrasi pupuk growmore 2 gr adalah 58,31 gr. Kemudian disusul perlakuan
yang paling ringan yaitu adalah perlakuan (P3) konsentrasi pupuk growmore 3 gr
dengan 47,88 gr. Perlakuan P2 berpengaruh sangat nyata terhadap berat benih per
50

plot, asimilat yang dihasilkan oleh tanaman digunakan untuk pembentukan biji
cukup seimbang untuk perlakuan konsentrasi pupuk growmore 2,5 gr (P2). Hal ini
sependapat dengan Radja dan Susanto (2009), bahwa pupuk N mempunyai
peranan untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan maupun hasil tanaman
dalam aplikasinya tidak boleh berlebihan, karena hanya pada takaran tertentu saja
penggunaan pupuk tersebut akan dapat memberikan hasil yang optimal. Disusul
dengan pernyataan Gardner dkk. (1991) bahwa keuntungan optimum untuk
produksi tergantung dari suplai hara dan air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman.

4.7 Bobot 1000 butir benih (gr)


Bobot 1000 butir benih merupakan bobot dari 1000 butir benih yang diukur
dengan menimbang 100 butir benih sawi yang diambil dari setiap unit perlakuan
dan diulang sebanyak 8 kali dan dikalkulasi. Berdasarkan hasil sidik ragam pada
Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (ns) terhadap bobot 1000
butir benih . Interaksi antara perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore pada parameter bobot 1000 butir benih menunjukkan hasil berbeda
tidak nyata.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi pada
faktor M (aplikasi jenis mulsa) dan notasi pada faktor P (konsentrasi pupuk
growmore) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (ns) pada bobot 1000 butir
benih. Rata – rata bobot 1000 butir benih bisa dilihat di gambar grafik sebagai
berikut :
51

0.12

0.11

0.11

0.10

0.10

Gambar 4.1 diagram hasil rerata bobot 1000 butir benih

Berdasarkan Diagram 4.1 diatas rerata bobot 1000 butir benih menunjukkan
bahwa perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore tidak
berpengaruh atau non signifikan (ns) terhadap parameter bobot 1000 butir benih
sawi, serta tidak ada interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore. Hal ini diduga faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi
genetik benih. Setiap varietas memiliki identitas genetik yang berbeda. Faktor
genetik yang mempengaruhi ukuran benih adalah susunan genetik, ukuran biji,
dan berat jenis. Berat dan ukuran benih sering bervariasi pada jenis yang sama,
hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Haryadi dkk. 2006).
Faktor yang mempengaruhi baik tidaknya kualitas benih antara lain faktor genetik
dan faktor fisik/lingkungan (IRRI, 2003).

4.8 Daya Berkecambah (%)


Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan
aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap daya berkecambah. Interaksi antara perlakuan
aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore pada parameter daya
berkecambah menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi pada
faktor M (aplikasi jenis mulsa) dan notasi pada faktor P (konsentrasi pupuk
growmore) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (ns) pada parameter daya
berkecambah. Rata – rata daya berkecambah bisa dilihat di gambar grafik sebagai
berikut :
52

99
98
97
96
95
94
93
M0P1 M0P2 M0P3 M1P1 M1P2 M1P3 M2P1 M2P2 M2P3

Gambar 4.2 diagram hasil rerata daya berkecambah

Berdasarkan Diagram 4.2 diatas rerata daya berkecambah menunjukkan


hasil daya berkecambah yang tinggi yaitu berkisar 95% - 98,5% sehingga benih
yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan dapat dikatakan mempunyai mutu
yang baik karena berdasarkan standar mutu fisiologis benih sawi keputusan
menteri pertanian 2017 menyatakan bahwa benih sawi memiliki daya
berkecambah 80 % untuk benih induk. Dikarenakan masing-masing perlakuan
memiliki relative daya berkecambah sama tinggi sehingga hasil sidik ragam
menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata. Hal ini diduga karena benih induk
sawi GS 43 ini memiliki karakter sifat fisiologis daya berkecambahnya tinggi.
4.9 Kecepatan Tumbuh (%)
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 4.1 menunjukkan perlakuan
aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap kecepatan tumbuh. Interaksi antara perlakuan
aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore pada parameter kecepatan
tumbuh menunjukkan hasil berbeda tidak nyata.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1 notasi pada
faktor M (aplikasi jenis mulsa) dan notasi pada faktor P (konsentrasi pupuk
growmore) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (ns) pada parameter kecepatan
tumbuh. Rata – rata kecepatan tumbuh bisa dilihat di gambar grafik sebagai
berikut :
53

0.165
0.16
0.155
0.15
0.145
0.14
0.135
0.13
M0P1 M0P2 M0P3 M1P1 M1P2 M1P3 M2P1 M2P2 M3P3

Gambar 4.3 diagram hasil rerata kecepatan tumbuh

Berdasarkan Diagram 4.3 diatas rerata kecepatan tumbuh menunjukkan


bahwa perlakuan aplikasi jenis mulsa dan konsentrasi pupuk growmore tidak
berpengaruh atau non signifikan (ns) terhadap parameter kecepatan tumbuh benih
sawi, serta tidak ada interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan konsentrasi pupuk
growmore. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam
penyimpanan yaitu faktor dalam yang meliputi jenis dan sifat benih, viabilitas
awal da n kadar air benih, sedangkan faktor luar meliputi kelembapan, temperatur,
gas disekitar benih dan mikroorganisme (Sutopo, 1985). Ukuran berat dan besar
kecilnya benih juga mempengaruhi cadangan makanan yang dimiliki benih. Benih
yang memiliki cadangan makanan yang cukup untuk perkecambahan akan
menghasilkan kecepatan tumbuh yang tinggi. Biji bernas umumnya memiliki
cadangan makan yang banyak dan tersimpan dalam kotiledon. Benih
berkecambah dengan kondisi perkecambahan yang sesuai ketersediaan air yang
cukup memberikan peluang bagi benih untuk tumbuh menjadi kecambah normal
pada waktu yang relatif singkat dikarenakan banyaknya cadangan makanan yang
tersimpan di dalam kotiledon menyebabkan benih mengalami metabolisme yang
lebih aktif. Tingginya nilai KCT menunjukkan semakin tinggi pula vigor benih
tersebut (Sutopo, 2004)
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan aplikasi mulsa putih perak (M1) berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter tinggi tanaman umur 28 HST (42,91 cm), jumlah daun
umur 28 HST (11,91 helai), lebar daun umur 28 HST (16,15 cm), jumlah
polong per tandan (37,20 polong) dan berat benih per plot (58,98 gr).
Berpengaruh nyata terhadap parameter panjang daun perlakuan (M1) umur
28 HST (21,46 cm).
2. Perlakuan aplikasi pupuk growmore (P2) berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter tinggi tanaman umur 28 HST (41,75 cm), jumlah daun umur 28
HST (11,98 helai), panjang daun umur 28 HST (21,99 cm) dan berat benih
per plot (61,25 gr). Berpengaruh nyata terhadap perlakuan (P2) parameter
lebar daun umur 28 HST (16,43 cm) dan parameter jumlah polong per
tandan (36,70 polong).
3. Interaksi antara aplikasi mulsa dan pupuk growmore berpengaruh nyata
terhadap parameter berat benih per plot perlakuan (M1P2) dengan nilai
yaitu (66,56 gr).

5.2 Saran
Perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan macam konsentrasi
growmore yang lebih bervariasi serta menambahkan jenis pemakaian mulsa agar
dapat meningkatkan hasil mutu benih sawi.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aditya,Arif, Kus Hendarto, Darwin Pangaribuan, dan Kuswanto Futas Hidayat.


2013. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak Dan Jerami Padi
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum
annum L.) Di Dataran Tinggi. J. AGROTEK TROPIKA, 1(2), 147-152.
[diakses tanggal 29 mei 2021]

Amir Baso. 2018. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada Jarak Tanam Yang Berbeda.
Savana Cendana, 3(4): 61-63. [diakses tanggal 29 April 2021]

Azizah, dkk.2016. “Respon Macam Pupuk Organik dan Macam Mulsa Terhadap
Hasil Tanaman Sawi Caisim (brassica juncea L.) Var. Tosakan.” Jurnal
ilmu pertanian tropika dan subtropika 1 (1): 44-51 [diakses tanggal 26 mei
2021]

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Tanaman Sayuran Dan Buah-Buahan


Semusim Indonesia. BPS-Statistics Indonesia. [Diakses Tanggal 29 April
2021]

Erawan, Dedi, Wa Ode Yani, dan Andi Bahrun. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Urea.
Agroteknos, 1(3):19-25. [Diakses Tanggal 29 Agustus 2020]

Ginting. E. Charles .,Pinem. I. M., dan Tobing. C. M. 2013. Pengaruh Penggunan


Beberapa Mulsa Plastik dan Varietas Terhadap Serangan Penyakit
Antraknosa (Colletotricum capsicii Sydow.) pada Tanaman Cabai
(Capsicum Annum L.) di lapangan. Jurnal Online Agroteknologi 1(4).

Hamdani, J,S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Kultivar Kentang (Solanum Tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran
Medium. Jurnal Agronomi. 37 (1): 14-20

Lesilolo, M. K, J. Riry dan E.A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas Dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar Di Pasaran Kota Ambon.
Agrologia, 1(2), Hal. 1-9. [Diakses Tanggal 29 Mei 2021]

Nurbati,Fasokha, Gembong Haryono, Agus Suprapto.2017.”Pengaruh Pemberian


Mulsa dan Jarak Tanam Pada Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max , L.
Merrill.) Var. Grobogan”.VIGOR , 2(2),41-47. [Diakses Tanggal 29 Mei
2021]

54
Oktabriana, Giska. 2017. Upaya Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman
Sawi Hijau (Brassica Juncea L.) Dengan Pemberian Pupuk Organic Cair.
AGRIFO, 1(2), Hal. 1-7. [Diakses Tanggal 29 April 2021]

Prabawa, Putu Shantiawan, I Putu Parmila, Dan Made Suarsana.2020. “Invigorasi


Benih Sawi Pagoda (Brassica Narinosa) Kadaluarsa Dengan Berbagai
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Alami”. Agro Bali: Agricultural Journal
[Diakses Tanggal 29 Mei 2021]

Sarif, Pristianingsih, Abd. Hadid, Imam Wahyudi. 2015. Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis
Pupuk Urea. E-J.AGROTEKBIS, 3(5):585-591. [Diakses Tanggal 29 April
2021]

Sakalena, Firnawati. 2015. Pengaruh Pemberian Jenis Kompos Limbah Pertanian


Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Sawi (Brassica Juncea L.)Di Polibag. Klorofil, 1(2): 82-89. [Diakses
Tanggal 29 April 2021]

Sutarto, Annisa Ulfa, Koesriharti, Dan Nurul Aini. 2016. Respon Tiga Jenis Sawi
(Brassica Sp.) Terhadap Aplikasi Macam Mulsa. Jurnal Produksi Tanaman,
6(4): 447-453. [Diakses Tanggal 29 April 2021]

Sutopo, L., 1985. Teknologi benih. Rajawali. Jakarta. 18 halaman.[diakses tanggal


5 mei 2021]

Tripama, Bagus Dan Muhammad Rizal Yahya. 2018. Respon Konsentrasi Nutrisi
Hidroponik Terhadap Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) .
Agritrop, 16(2). [Diakses Tanggal 29 Mei 2021]

Untung , Joko A, Bertje. R. 1. Sumayku, Dan M. G. M Polii. 2018. Pengaruh


Pemberia Variasi Dosis Jamur Trichoderma Sp Terhadap Peningkatan
Perkecambahan Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.).Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi, Manado. [Diakses Tanggal 29 Mei 2021]

Yalang, Adnan, Henry Barus, Abdul Rauf. 2016. Efek Residu Kombinasi Mulsa
Jerami Dengan Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Sawi (Brassica Juncea L.) Pada Penanaman Kedua. Ej. Agrotekbis, 4(3) :
295-302. [Diakses Tanggal 29 April 2021]

Yuliani, Ida, Septiana Dwi Utami, Ismail Efendi. 2018. Pengaruh Kombinasi
Pupuk Kandang Dengan Urea Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brassica
Juncea L.). Bioscientist, 1(6). [Diakses Tanggal 29 Mei 2021]

55
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan


Okt November Desember Jan
N Jenis Kegiatan ober uar
o i
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Lahan
2 Pemasangan Mulsa
3 Pembuatan Lubang Tanam
4 Persiapan dan Persemaian
Benih
5 Penanaman
6 Pengaplikasian Pupuk
Growmore
7 Pengamatan / Pengambilan
data
8 Pemeliharaan
9 Panen dan Pasca Panen

56
Lampiran 2. Layout Penelitian

U
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
50 cm
100 cm

M1P2 M0P1 M2P1 120 cm

30 cm

M2P1 M2P2 M0P2

M1P1 M0P2 M2P3

M0P2 M1P1 M0P3

M2P3 M2P1 M1P1 1.320 cm

M0P1 M1P2 M1P3

M1P3 M0P3 M2P2

M2P2 M2P3 M1P2

M0P3 M1P3 M0P1

400 cm

57
Lampiran 3. Rincian Gambar per Plot/Perlakuan

50
cm

20
cm

20
c
m

120 cm

100
cm

58
Lampiran 4. Data Pengamatan

1. Tabel Data Pengamatan Tinggi Tanaman


a. Tinggi tanaman umur 14 HST
BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-
1 2 3
RATA
M0P1 14,3 14,4 14,9 43,67 14,56
2 0 5
M0P2 14,8 14,4 15,2 44,62 14,87
8 7 7
M0P3 15,7 15,7 15,5 46,93 15,64
3 0 0
M1P1 13,4 13,9 13,5 40,95 13,65
2 7 7
M1P2 20,4 20,3 20,4 61,25 20,42
7 8 0
M1P3 14,2 14,1 14,1 42,55 14,18
5 7 3
M2P1 16,1 18,3 16,8 51,33 17,11
3 8 2
M2P2 16,5 16,2 15,8 48,57 16,19
0 7 0
M2P3 13,1 12,8 12,3 38,27 12,76
0 3 3
JUMLAH 138, 140, 138, 418,13
80 57 77
RATA- 15,4 15,6 15,4 15,49
RATA 2 2 2

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 43,6 51,3 40,9 135,95 15,11
7 3 5
P2 44,6 48,5 38,2 150,73 16,75
2 7 7
P3 46,9 61,2 42,5 131,45 14,61
3 5 5
JUMLAH 135, 121, 121,7 418,13
22 77 7
RATA- 15,0 17,9 13,5 15,49
RATA 2 1 3

Tabel Anova
F.Ta
SK DB J KT F.Hitung bel NOTA
K 5% 1% SI
perlakuan 8 123,7117 15,4639 15,4444 2,591096 3,8895 **
6 96 18 72

59
Lampiran 4. Data Pengamatan
ulangan 2 0,235638 0,11781 0,11767 3,633723 6,2262 NS
9 06 47 35
faktor M 2 89,05508 44,5275 44,4714 3,633723 6,2262 **
4 94 47 35
faktor P 2 22,61644 11,3082 11,2939 3,633723 6,2262 **
2 86 47 35
faktor M 4 12,04016 3,01004 3,00625 3,006917 4,7725 NS
XP 1 24 28 78
galat 1 16,02016 1,0012
6 6
total 2 127,6917
6

60
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,57
Q 7714
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT 0 1,7319 1,8163 1,86 1,90472 1,93 1,95 1,96 1,976
/RP 8648 3272 8905 2954 1298 0362 5383 9372
PERLAKUAN M2P M1P1 M1P3 M0P M0P2 M0P M2P M2P M1P2
3 1 3 2 1 NOT
RERAT 12,76 13,65 14,18 14,56 14,87 15,64 16,19 17,11 20,42 ASI
A
M2P3 12,76 0 a
M1P1 13,65 0,89 0 ab
M1P3 14,18 1,42 0,53 0 ab
c
M0P1 14,56 1,8 0,91 0,38 0 bc
d
M0P2 14,87 2,11 1,22 0,69 0,31 0 bc
d
M0P3 15,64 2,88 1,99 1,46 1,08 0,77 0 cd
e
M2P2 16,19 3,43 2,54 2,01 1,63 1,32 0,55 0 de
M2P1 17,11 4,35 3,46 2,93 2,55 2,24 1,47 0,92 0 e
M1P2 20,42 7,66 6,77 6,24 5,86 5,55 4,78 4,23 3,31 0 f

61
b. Tinggi Tanaman umur 21 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 20,1 20,2 20,78 61,17 20,39
5 3
M0P2 20,7 20,3 21,10 62,12 20,71
2 0
M0P3 21,5 21,5 21,33 64,43 21,48
7 3
M1P1 19,2 19,8 19,40 58,45 19,48
5 0
M1P2 26,3 26,2 26,23 78,75 26,25
0 2
M1P3 20,0 20,0 19,97 60,05 20,02
8 0
M2P1 21,9 24,2 22,65 68,83 22,94
7 2
M2P2 22,3 22,1 21,63 66,07 22,02
3 0
M2P3 18,9 18,6 18,17 55,77 18,59
3 7
JUMLAH 191, 193, 191,2 575,63
30 07 7
RATA- 21,2 21,4 21,25 21,32
RATA 6 5

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 61,1 68,83 58,45 188,45 20,94
7
P2 62,1 66,07 55,77 203,23 22,58
2
P3 64,4 78,75 60,05 183,95 20,44
3
JUMLAH 187, 213,65 174,2 575,63
72 7
RATA- 20,8 23,74 19,36 21,32
RATA 6

Tabel Anova
F.Ta
SK DB J K F.Hitun bel NOTA
K T g SI
5% 1%
perlakuan 8 123,7117 15,4639 15,444 2,5910961 3,8895 **
6 5 8 72
ulangan 2 0,235638 0,11781 0,1176 3,6337234 6,2262 NS
9 71 7 35
faktor M 2 89,05508 44,5275 44,471 3,6337234 6,2262 **
4 49 7 35
62
faktor P 2 22,61644 11,3082 11,293 3,6337234 6,2262 **
2 99 7 35
faktor M 4 12,04016 3,01004 3,0062 3,0069172 4,7725 NS
XP 1 52 8 78
galat 1 16,02016 1,0012
6 6
total 2 127,6917
6

63
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,57
Q 7714
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT/ 0 1,73198 1,81633 1,86 1,90472 1,93 1,95 1,96 1,97
RP 6477 2717 890 2954 129 036 538 693
5 8 2 3 7
PERLAKU M2P M1P1 M1P3 M0P M0P2 M0P M2P M2P M1P
AN 3 1 3 2 1 2 NOT
RERAT 18,59 19,48 20,02 20,39 20,71 21,48 22,02 22,94 26,25 ASI
A
M2P3 18,59 0 a
M1P1 19,48 0,89 0 ab
M1P3 20,02 1,43 0,54 0 ab
c
M0P1 20,39 1,8 0,91 0,37 0 bc
d
M0P2 20,71 2,12 1,23 0,69 0,32 0 bc
d
M0P3 21,48 2,89 2 1,46 1,09 0,77 0 cd
e
M2P2 22,02 3,43 2,54 2 1,63 1,31 0,54 0 de
M2P1 22,94 4,35 3,46 2,92 2,55 2,23 1,46 0,92 0 e
M1P2 26,25 7,66 6,77 6,23 5,86 5,54 4,77 4,23 3,31 0 f

64
c. Tinggi Tanaman umur 28 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 39,32 39,4 39,9 118,67 39,56
0 5
M0P2 39,88 39,4 40,2 119,62 39,87
7 7
M0P3 40,73 40,7 40,5 121,93 40,64
0 0
M1P1 38,42 38,9 38,5 115,95 38,65
7 7
M1P2 45,47 45,3 45,4 136,25 45,42
8 0
M1P3 39,25 39,1 39,1 117,55 39,18
7 3
M2P1 41,13 43,3 41,8 126,33 42,11
8 2
M2P2 41,50 41,2 40,8 123,57 41,19
7 0
M2P3 38,10 37,8 37,3 113,27 37,76
3 3
JUMLAH 363,80 365, 363, 1.093,13
57 77
RATA- 40,42 40,6 40,4 40,49
RATA 2 2

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 118,67 126, 115, 360,95 40,11
33 95
P2 119,62 123, 113, 375,73 41,75
57 27
P3 121,93 136, 117, 356,45 39,61
25 55
JUMLAH 360,22 386, 346, 1.093,13
15 77
RATA- 40,02 42,9 38,5 40,49
RATA 1 3

Tabel Anova
F.Ta
SK DB JK K F.Hitung bel NOTA
T 5% 1% SI
perlakuan 8 123,7117 15,4639 15,44449 2,591096 3,8895 **
6 6 18 72
ulangan 2 0,235638 0,11781 0,117670 3,633723 6,2262 NS
9 6 47 35
faktor M 2 89,05508 44,5275 44,47149 3,633723 6,2262 **
4 4 47 35
65
faktor P 2 22,61644 11,3082 11,29398 3,633723 6,2262 **
2 6 47 35
faktor M 4 12,04016 3,01004 3,006252 3,006917 4,7725 NS
XP 1 4 28 78
galat 1 16,02016 1,0012
6 6
total 2 127,6917
6

66
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,57
Q 7714
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT 0 1,73198 1,8163 1,86 1,90472 1,93 1,95 1,96 1,976
/RP 6477 3272 8905 2954 1298 0362 5383 9372
PERLAKUAN M2P M1P1 M1P3 M0P M0P2 M0P M2P M2P M1P2
3 1 3 2 1 NOT
RERA 37,76 38,65 39,18 39,56 39,87 40,64 41,19 42,11 45,42 ASI
TA
M2P3 37,76 0 a
M1P1 38,65 0,89 0 a
b
M1P3 39,18 1,42 0,53 0 a
b
c
M0P1 39,56 1,8 0,91 0,38 0 b
c
d
M0P2 39,87 2,11 1,22 0,69 0,31 0 b
c
d
M0P3 40,64 2,88 1,99 1,46 1,08 0,77 0 c
d
e
M2P2 41,19 3,43 2,54 2,01 1,63 1,32 0,55 0 d
e
M2P1 42,11 4,35 3,46 2,93 2,55 2,24 1,47 0,92 0 e
M1P2 45,42 7,66 6,77 6,24 5,86 5,55 4,78 4,23 3,31 0 f

67
2. Tabel Data Pengamatan Jumlah Daun

a. Jumlah Daun umur 14 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-
1 2 3
RATA
M0P1 4,1 4,33 4,33 12,83 4,28
7
M0P2 4,1 4,67 4,33 13,17 4,39
7
M0P3 4,3 4,17 4,17 12,67 4,22
3
M1P1 4,6 4,50 4,50 13,67 4,56
7
M1P2 5,3 5,33 4,83 15,50 5,17
3
M1P3 4,6 4,67 4,17 13,50 4,50
7
M2P1 4,0 4,33 4,17 12,50 4,17
0
M2P2 4,8 4,33 4,50 13,67 4,56
3
M2P3 4,1 4,17 4,33 12,67 4,22
7
JUMLAH 40, 40,50 39,33 120,17
33
RATA- 4,4 4,50 4,37 4,45
RATA 8

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 12,83 13,67 12,50 39,00 4,33
P2 13,17 15,50 13,67 42,33 4,75
P3 12,67 13,50 12,67 38,83 4,31
JUMLAH 38,67 42,67 38,83 120,17
RATA- 4,30 4,74 4,31 4,45
RATA

Tabel Anova
F.Ta
SK D J KT F.Hitun bel NOTA
B K g SI
5 1%
%
perlakuan 8 2,26749 0,2834 4,6012 2,59109618 3,8895 *
36 53 72 *
ulangan 2 0,0 0,0442 0,7181 3,633723468 6,2262 N
9 39 63 35 S
faktor M 2 1,13786 0,5689 9,2359 3,633723468 6,2262 *
3 08 35 *
68
faktor P 2 0,86625 0,4331 7,0313 3,633723468 6,2262 *
5 28 15 35 *
faktor M 4 0,26337 0,0658 1,0688 3,00691728 4,7725 N
XP 4 44 94 78 S
galat 1 0,98559 0,0616
6 7
total 2 2,98971
6 2

69
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,14
Q 3294
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT 0 0,42959 0,45051 0,46 0,4724414 0,47903 0,48 0,48 0,49
/RP 6399 7371 355 03 2942 376 748 035
7 2 7 3
PERLAKU M2P M2P3 M0P3 M0P M0P2 M1P3 M2P M1P M1P No
AN 1 1 2 1 2 tas
i
RERAT 4,17 4,22 4,22 4,28 4,39 4,5 4,56 4,56 5,17
A
M2P1 4,17 0 a
M2P3 4,22 0,05 0 a
M0P3 4,22 0,05 0 0 a
M0P1 4,28 0,11 0,06 0,06 0 a
M0P2 4,39 0,22 0,17 0,17 0,11 0 a
M1P3 4,5 0,33 0,28 0,28 0,22 0,11 0 a
M2P2 4,56 0,39 0,34 0,34 0,28 0,17 0,06 0 a
M1P1 4,56 0,39 0,34 0,34 0,28 0,17 0,06 0 0 a
M1P2 5,17 1 0,95 0,95 0,89 0,78 0,67 0,61 0,61 0 b

70
b. Jumlah Daun Umur 21 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 6,8 7,0 7,0 20,83 6,94
3 0 0
M0P2 6,8 7,3 7,0 21,17 7,06
3 3 0
M0P3 7,0 6,8 6,8 20,67 6,89
0 3 3
M1P1 7,3 7,1 7,1 21,67 7,22
3 7 7
M1P2 8,0 8,0 7,5 23,50 7,83
0 0 0
M1P3 7,3 7,3 6,8 21,50 7,17
3 3 3
M2P1 6,6 7,0 6,8 20,50 6,83
7 0 3
M2P2 7,5 7,0 7,1 21,67 7,22
0 0 7
M2P3 6,8 6,8 7,0 20,67 6,89
3 3 0
JUMLAH 64, 64, 63, 192,17
33 50 33
RATA- 7,1 7,1 7,0 7,12
RATA 5 7 4

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUML RATA-
AH RATA
P1 20, 21, 20, 63,00 7,00
83 67 50
P2 21, 23, 21, 66,33 7,37
17 50 67
P3 20, 21, 20, 62,83 6,98
67 50 67
JUMLAH 62, 66, 62, 192,17
67 67 83
RATA- 6,9 7,4 6,9 7,12
RATA 6 1 8

Tabel Anova
F.Ta
SK D JK KT F.Hitun bel NOTA
B g SI
5 1
% %
perlakuan 8 2,2674 0,2834 4,6012 2,59109618 3,8895 **
9 36 53 72
ulangan 2 0,0884 0,0442 0,7181 3,633723468 6,2262 NS
77 39 63 35
faktor M 2 1,1378 0,5689 9,2359 3,633723468 6,2262 **
71
6 3 08 35
faktor P 2 0,8662 0,4331 7,0313 3,633723468 6,2262 **
55 28 15 35
faktor M 4 0,2633 0,0658 1,0688 3,00691728 4,7725 NS
XP 74 44 94 78
galat 1 0,9855 0,0616
6 97
total 2 2,9897
6 12

72
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,14
Q 3294
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
M 0 2 3 4 5 6 7 8 9
XP
DMR 0 0,42959 0,45051 0,46 0,472 0,47 0,48 0,48 0,490
T/RP 6399 7371 3557 4414 9033 3762 7487 353
PERLAK M2P M0P3 M2P3 M0P M0P2 M1P M2P M1P M1P No
UAN 1 1 3 2 1 2 tasi
RER 6,83 6,89 6,89 6,94 7,06 7,17 7,22 7,22 7,83
ATA
M2P1 6,83 0 a
M0P3 6,89 0,06 0 a
M2P3 6,89 0,06 0 0 a
M0P1 6,94 0,11 0,05 0,05 0 a
M0P2 7,06 0,23 0,17 0,17 0,12 0 a
M1P3 7,17 0,34 0,28 0,28 0,23 0,11 0 a
M2P2 7,22 0,39 0,33 0,33 0,28 0,16 0,05 0 a
M1P1 7,22 0,39 0,33 0,33 0,28 0,16 0,05 0 0 a
M1P2 7,83 1 0,94 0,94 0,89 0,77 0,66 0,61 0,61 0 b

73
c. Jumlah Daun Umur 28 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 11,3 11,5 11,5 34,33 11,44
3 0 0
M0P2 11,3 11,8 11,5 34,67 11,56
3 3 0
M0P3 11,5 11,3 11,3 34,17 11,39
0 3 3
M1P1 11,8 11,6 11,6 35,17 11,72
3 7 7
M1P2 12,5 12,5 12,0 37,00 12,33
0 0 0
M1P3 11,8 11,8 11,3 35,00 11,67
3 3 3
M2P1 11,1 11,5 11,3 34,00 11,33
7 0 3
M2P2 12,0 11,5 11,6 35,17 11,72
0 0 7
M2P3 11,3 11,3 11,5 34,17 11,39
3 3 0
JUMLAH 104, 105, 103, 313,67
83 00 83
RATA- 11,6 11,6 11,5 11,62
RATA 5 7 4

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 34,33 35,17 34,0 103,50 11,50
0
P2 34,67 37,00 35,1 106,83 11,98
7
P3 34,17 35,00 34,1 103,33 11,48
7
JUMLAH 103,17 107,17 103, 313,67
33
RATA- 11,46 11,91 11,4 11,62
RATA 8

Tabel Anova
F.Ta
SK D J KT F.Hitung bel NOTA
B K SI
5% 1%
perlakuan 8 2,26749 0,28343 4,601252 2,591096 3,8895 *
6 61 18 72 *
ulangan 2 0,08847 0,04423 0,718162 3,633723 6,2262 N
7 9 84 47 35 S
faktor M 2 1,13786 0,5689 9,235908 3,633723 6,2262 *
3 14 47 35 *
74
faktor P 2 0,86625 0,43312 7,031315 3,633723 6,2262 *
5 8 24 47 35 *
faktor M X 4 0,26337 0,06584 1,068893 3,006917 4,7725 N
P 4 4 53 28 78 S
galat 1 0,98559 0,0616
6 7
total 2 2,98971
6 2

75
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,14
Q 3294
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT/ 0 0,42959 0,4505 0,46 0,47244 0,47 0,48 0,48 0,4903
RP 6399 1737 3557 1403 9033 3762 7487 5319
PERLAKU M2P M2P3 M0P3 M0P MOP2 M1P M2P M1P M1P2
AN 1 1 3 1 1 Not
RERAT 11,33 11,39 11,39 11,44 11,56 11,67 11,72 11,72 12,33 asi
A
M2P1 11,33 0 a
M2P3 11,39 0,06 0 a
M0P3 11,39 0,06 0 0 a
M0P1 11,44 0,11 0,05 0,05 0 a
MOP2 11,56 0,23 0,17 0,17 0,12 0 a
M1P3 11,67 0,34 0,28 0,28 0,23 0,11 0 a
M2P1 11,72 0,39 0,33 0,33 0,28 0,16 0,05 0 a
M1P1 11,72 0,39 0,33 0,33 0,28 0,16 0,05 0 0 a
M1P2 12,33 1 0,94 0,94 0,89 0,77 0,66 0,61 0,61 0 b

76
3. Tabel Data Pengamatan Panjang Daun

a. Panjang Daun umur 14 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-
1 2 3
RATA
M0P1 5,6 5,68 5,5 16,87 5,6
0 8 2
M0P2 5,7 5,48 5,5 16,77 5,5
0 8 9
M0P3 5,4 5,28 5,2 15,92 5,3
3 0 1
M1P1 5,5 5,67 5,6 16,83 5,6
5 2 1
M1P2 5,8 5,90 5,8 17,57 5,8
5 2 6
M1P3 5,6 5,72 5,6 17,02 5,6
8 2 7
M2P1 5,6 5,52 5,6 16,78 5,5
3 3 9
M2P2 5,6 5,72 5,5 16,93 5,6
7 5 4
M2P3 5,5 5,25 5,4 16,32 5,4
8 8 4
JUMLAH 50, 50,22 50, 151,00
70 08
RATA- 5,6 5,58 5,5 5,59
RATA 3 6

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 16,87 16, 16, 50,48 5,61
83 78
P2 16,77 17, 16, 51,27 5,70
57 93
P3 15,92 17, 16, 49,25 5,47
02 32
JUMLAH 49,55 51, 50, 151,00
42 03
RATA- 5,51 5,7 5,5 5,59
RATA 5 6

Tabel Anova
F.Ta
SK DB J K F.Hitung bel Nota
K T si
5 1
% %
77
perlakuan 8 0,556296 0,06953 4,0750 2,59109618 3,8895 *
7 62 72 *
ulangan 2 0,023395 0,01169 0,6855 3,633723468 6,2262 N
8 08 35 S
faktor M 2 0,20858 0,10429 6,1116 3,633723468 6,2262 *
89 35
faktor P 2 0,229691 0,11484 6,7302 3,633723468 6,2262 *
6 74 35 *
faktor M 4 0,118025 0,02950 1,7291 3,00691728 4,7725 N
XP 6 43 78 S
galat 16 0,273025 0,01706
4
total 26 0,711296

78
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,07
Q 5419
SSR 5% 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
M XP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/ 0 0,2261 0,23711 0,2 0,2486561 0,2521 0,25 0,25 0,25
RP 0594 7103 439 99 2547 4614 6575 8084
8
PERLAKUAN M0P M2P3 M0P2 M2P M1P1 M0P1 M2P M1P M1P
3 1 2 3 2 Not
RERAT 5,31 5,44 5,59 5,59 5,61 5,62 5,64 5,67 5,86 asi
A
M0P3 5,31 0 a
M2P3 5,44 0,13 0 a
b
M0P2 5,59 0,28 0,15 0 b
M2P1 5,59 0,28 0,15 0 0 b
M1P1 5,61 0,3 0,17 0,02 0,02 0 b
c
0,18 0,03 0,03
M0P1 5,62 0,31 0,01 0 b
0,2 0,05 0,05 c
M2P2 5,64 0,33 0,23 0,08 0,08 0,03 0,02 0 b
c
M1P3 5,67 0,36 0,06 0,05 0,03 0 b
c
M1P2 5,86 0,55 0,42 0,27 0,27 0,25 0,24 0,22 0,19 0 c

79
b. Panjang Daun umur 21 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 9,50 9,4 9,38 28,30 9,4
2 3
M0P2 9,58 10, 9,70 29,37 9,7
08 9
M0P3 9,50 9,2 9,42 28,13 9,3
2 8
M1P1 9,55 9,7 9,70 28,95 9,6
0 5
M1P2 10,07 10, 9,87 30,18 10,
25 06
M1P3 9,88 9,7 9,55 29,15 9,7
2 2
M2P1 9,78 9,3 9,70 28,85 9,6
7 2
M2P2 9,62 9,6 9,70 29,00 9,6
8 7
M2P3 9,37 9,3 9,35 28,08 9,3
7 6
JUMLAH 86,85 86, 86,3 260,02
80 7
RATA- 9,65 9,6 9,60 9,63
RATA 4

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-RATA
P1 28,30 28,9 28,85 86,10 9,57
5
P2 29,37 30,1 29,00 88,55 9,84
8
P3 28,13 29,1 28,08 85,37 9,49
5
JUMLAH 85,80 88,2 85,93 260,02
8
RATA- 9,53 9,88 9,55 9,63
RATA

Tabel Anova
F.Ta
SK D JK KT F.Hitung bel Nota
B si
5% 1%
perlakuan 8 1,18539 0,1481 4,1879 2,5910961 3,8895 *
1 74 91 8 72 *
ulangan 2 0,0157 0,0078 0,2218 3,6337234 6,2262 N
5 67 68 35 S
faktor M 2 0,43360 0,2168 6,1276 3,6337234 6,2262 *
1 53 68 35

80
faktor P 2 0,61755 0,3087 8,7272 3,6337234 6,2262 *
1 76 46 68 35 *
faktor M X 4 0,13423 0,0335 0,9485 3,0069172 4,7725 N
P 9 6 32 8 78 S
galat 1 0,56609 0,0353
6 1 81
total 2 1,61724
6 3

81
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,10
Q 8598
SSR 5% 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
MXP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/ 0 0,3255 0,34143 0,35 0,35804 0,36 0,36 0,36 0,37
RP 7718 2506 1315 8019 3044 6627 9451 1623
PERLAKU M2P M0P3 M0P1 M2P M1P1 M2P M1P M0P M1P
AN 3 1 2 3 2 2 Not
RERAT 9,36 9,38 9,43 9,62 9,65 9,67 9,72 9,79 10,06 asi
A
M2P3 9,36 0 a
M0P3 9,38 0,02 0 a
M0P1 9,43 0,07 0,05 0 a
M2P1 9,62 0,26 0,24 0,19 0 a
b
M1P1 9,65 0,29 0,27 0,22 0,03 0 a
b
M2P2 9,67 0,31 0,29 0,24 0,05 0,02 0 a
b
M1P3 9,72 0,36 0,34 0,29 0,1 0,07 0,05 0 b
c
M0P2 9,79 0,43 0,41 0,36 0,17 0,14 0,12 0,07 0 b
c
M1P2 10,06 0,7 0,68 0,63 0,44 0,41 0,39 0,34 0,27 0 c

82
c. Panjang Daun Umur 28 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLA RATA-RATA
1 2 3
H
M0P1 21,0 21,0 20,8 63,02 21,
8 5 8 01
M0P2 20,9 21,0 21,2 63,17 21,
2 5 0 06
M0P3 20,8 20,7 20,7 62,38 20,
7 3 8 79
M1P1 20,9 20,9 20,9 62,80 20,
8 0 2 93
M1P2 21,5 21,5 21,6 64,73 21,
8 2 3 58
M1P3 21,1 20,8 21,2 63,28 21,
8 2 8 09
M2P1 21,1 20,8 21,0 63,02 21,
0 3 8 01
M2P2 21,1 21,3 21,3 63,80 21,
2 3 5 27
M2P3 21,0 20,8 20,8 62,70 20,
0 2 8 90
JUMLAH 189, 189, 190,0 568,90
84 05 2
RATA- 21,0 21,0 21,1 21,07
RATA 9 1 1

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-RATA
P1 63,0 62,8 63,0 188,83 21,06
2 0 2
P2 63,1 64,7 63,8 191,70 21,99
7 3 0
P3 62,3 63,2 62,7 188,37 20,99
8 8 0
JUMLAH 188, 190, 189,5 568,90
57 82 2
RATA- 20,9 21,4 21,0 21,07
RATA 5 6 6

Tabel Anova
F.Ta
SK D JK K F.Hitun bel Nota
B T g si
5 1%
%
perlakuan 8 1,2887 0,1610 4,45726 2,59109618 3,8895 **
19 9 3 72
ulangan 2 0,0587 0,02936 0,81250 3,633723468 6,2262 NS
29 5 1 35
faktor M 2 0,2834 0,14171 3,92121 3,633723468 6,2262 *
83
33 6 1 35
faktor P 2 0,7254 0,36274 10,0368 3,633723468 6,2262 **
82 1 3 35
faktor M 4 0,2798 0,06995 1,93550 3,00691728 4,7725 NS
XP 04 1 4 78
galat 16 0,5782 0,03614
56 1
total 26 1,5871
71

84
4. Tabel Data Pengamatan Lebar Daun

a. Lebar Daun umur 14 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLA RATA-RATA
1 2 3
H
M0P1 3,6 3,5 3,5 10,62 3,
0 2 0 5
4
M0P2 3,8 3,4 3,7 11,00 3,
0 3 7 6
7
M0P3 3,2 3,3 3,4 10,00 3,
2 2 7 3
3
M1P1 3,7 3,5 4,2 11,45 3,
2 0 3 8
2
M1P2 5,0 5,0 5,2 15,33 5,
8 4 1 1
1
M1P3 3,8 3,7 3,7 11,32 3,
0 8 3 7
7
M2P1 3,7 3,8 3,2 10,80 3,
0 7 3 6
0
M2P2 3,7 3,4 3,8 11,12 3,
7 7 8 7
1
M2P3 3,8 3,5 3,5 10,80 3,
0 0 0 6
0
JUMLAH 34, 33, 34, 102,43
48 42 52
RATA- 3,8 3,7 3,8 3,79
RATA 3 1 4

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 10, 11,45 10, 32,86 3,64
62 80
P2 11, 15,33 11, 37,45 4,56
00 12
P3 10, 11,32 10, 32,12 3,53
00 80
JUMLAH 31, 38,09 32, 102,43
62 72
RATA- 3,5 4,23 3,6 3,79
85
RATA 1 4

Tabel Anova
F.Ta
SK DB J K F.Hitun bel Notas
K T g i
5 1
% %
perlakuan 8 6,328191 0,7910 4,87695 2,59109618 3,8895 **
24 1 72
ulangan 2 0,086238 0,0431 0,26584 3,633723468 6,2262 NS
19 4 35
faktor M 2 2,669102 1,3345 8,22799 3,633723468 6,2262 **
51 4 35
faktor P 2 1,850865 0,9254 5,70562 3,633723468 6,2262 *
33 9 35
faktor M 4 1,808224 0,4520 2,7870 3,00691728 4,7725 NS
XP 56 9 78
galat 1 2,595142 0,1621
6 96
total 2 7,115109
6

86
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,2
Q 325
2
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MXP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/R 0 0,69709 0,731042 0,75 0,766617 0,77 0,78 0,79 0,79
P 4418 312 220 844 7314 4987 1032 5683
2
PERLAKU M2P M0P1 M2P1 M2P M0P2 M2P M1P M1P M1P
AN 3 3 2 3 1 2 No
RERATA 3,33 3,54 3,6 3,6 3,67 3,71 3,77 3,82 5,11 tas
i
M2P3 3,33 0 a
M0P1 3,54 0,21 0 a
M2P1 3,6 0,27 0,06 0 a
M2P3 3,6 0,27 0,06 0 0 a
M0P2 3,67 0,34 0,13 0,07 0,07 0 a
M2P2 3,71 0,38 0,17 0,11 0,11 0,04 0 a
M1P3 3,77 0,44 0,23 0,17 0,17 0,1 0,06 0 a
M1P1 3,82 0,49 0,28 0,22 0,22 0,15 0,11 0,05 0 a
M1P2 5,11 1,78 1,57 1,51 1,51 1,44 1,4 1,34 1,29 0 b

87
b. Lebar Daun Umur 21 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLA RATA-RATA
1 2 3
H
M0P1 7,33 7,25 7,5 22,12 7,
3 3
7
M0P2 7,40 7,55 7,4 22,42 7,
7 4
7
M0P3 7,33 7,33 7,2 21,93 7,
7 3
1
M1P1 7,62 7,27 7,5 22,45 7,
7 4
8
M1P2 7,96 7,99 7,9 23,93 7,
8 9
8
M1P3 7,47 7,57 7,5 22,53 7,
0 5
1
M2P1 7,58 7,23 7,5 22,33 7,
2 4
4
M2P2 7,55 7,57 7,4 22,57 7,
5 5
2
M2P3 7,47 7,35 7,4 22,30 7,
8 4
3
JUMLAH 67,71 67,1 67, 202,58
1 76
RATA- 7,52 7,46 7,5 7,50
RATA 3

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 22,12 22, 22,3 66,90 7,43
45 3
P2 22,42 23, 22,5 68,91 7,66
93 7
P3 21,93 22, 22,3 66,77 7,42
53 0
JUMLAH 66,47 68, 67,2 202,58
91 0
RATA- 7,39 7,6 7,47 7,50
RATA 6

88
Tabel Anova
F.Ta
SK D J KT F.Hitun NOTA
bel
B K g SI
5 1%
%
perlakuan 8 0,8650 0,1081 4,1709 2,5910961 3,8895 **
07 26 93 8 72
ulangan 2 0,0295 0,0147 0,5701 3,6337234 6,2262 NS
58 79 05 68 35
faktor M 2 0,3503 0,1751 6,7574 3,6337234 6,2262 **
51 75 46 68 35
faktor P 2 0,3214 0,1607 6,2002 3,6337234 6,2262 *
62 31 46 68 35
faktor M 4 0,1931 0,0482 1,8631 3,0069172 4,7725 NS
XP 95 99 41 8 78
galat 16 0,4147 0,0259
73 23
total 26 1,0865
85

89
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,09
Q 2958
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
M XP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/ 0 0,27868 0,2922 0,30 0,30648 0,31 0,31 0,31 0,31
RP 665 5845 0718 0949 0757 3825 6241 8101
PERLAKU M0P M0P1 M2P3 M2P M0P2 M1P M1P M2P M1P
AN 3 1 1 3 2 2 Not
RERATA 7,31 7,37 7,43 7,44 7,47 7,48 7,51 7,52 7,98 asi
M0P3 7,31 0 a
M0P1 7,37 0,06 0 a
M2P3 7,43 0,12 0,06 0 a
M2P1 7,44 0,13 0,07 0,01 0 a
M0P2 7,47 0,16 0,1 0,04 0,03 0 a
M1P1 7,48 0,17 0,11 0,05 0,04 0,01 0 a
M1P3 7,51 0,2 0,14 0,08 0,07 0,04 0,03 0 a
M2P2 7,52 0,21 0,15 0,09 0,08 0,05 0,04 0,01 0 a
M1P2 7,98 0,67 0,61 0,55 0,54 0,51 0,5 0,47 0,46 0 b

90
c. Lebar Daun Umur 28 HST

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 15,7 15,5 14,3 45,65 15,22
7 0 8
M0P2 15,7 15,4 15,5 46,82 15,61
8 8 5
M0P3 15,4 13,5 14,1 43,15 14,38
3 5 7
M1P1 15,7 15,5 15,4 46,73 15,58
5 8 0
M1P2 17,9 17,9 17,9 53,94 17,98
8 8 8
M1P3 16,7 16,7 16,7 50,30 16,77
6 8 6
M2P1 15,6 16,3 15,5 47,47 15,82
0 7 0
M2P2 15,5 15,8 15,7 47,10 15,70
5 3 2
M2P3 15,4 15,3 15,6 46,48 15,49
5 7 7
JUMLAH 144, 142, 141, 427,64
07 44 12
RATA- 16,0 15,8 15,6 15,84
RATA 1 3 8

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 45,65 46,7 47,47 139,85 15,54
3
P2 46,82 53,9 47,10 147,86 16,43
4
P3 43,15 50,3 46,48 139,93 15,34
0
JUMLAH 135,6 150, 141,05 427,64
2 97
RATA- 15,07 16,1 15,67 15,84
RATA 5

Tabel Anova
F.Ta
SK D JK K F.Hitun bel NOTA
B T g SI
5% 1%
perlakuan 8 24,6352 3,0794 4,91175 2,5910961 3,8895 **
9 11 4 8 72
ulangan 2 0,48525 0,2426 0,38699 3,63372346 6,2262 NS

91
2 26 6 8 35
faktor M 2 13,4748 6,7374 10,7463 3,63372346 6,2262 **
5 23 9 8 35
faktor P 2 4,69973 2,3498 3,7481 3,63372346 6,2262 *
6 68 1 8 35
faktor M 4 6,46070 1,6151 2,57625 3,0069172 4,7725 NS
XP 6 77 5 8 78
galat 16 10,0311 0,6269
6 47
total 26 28,2057
4

92
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,45
Q 7146
SSR 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
5%
MX 0 2 3 4 5 6 7 8 9
P
DMRT/ 0 1,37052 1,437 1,47 1,50721 1,52 1,54 1,55 1,56
RP 3687 267 8867 0339 8239 3325 5211 4354
PERLAKU M0P M0P1 M2P3 M1P M1P1 MOP M2P M1P M1P
AN 3 1 2 2 3 2 Not
RERATA 14,38 15,22 15,49 15,51 15,58 15,61 15,7 16,77 17,98 asi
M0P3 14,38 0 a
M0P1 15,22 0,84 0 a
b
M2P3 15,49 1,11 0,27 0 b
c
M1P1 15,51 1,13 0,29 0,02 0 b
c
M1P1 15,58 1,2 0,36 0,09 0,07 0 b
c
MOP2 15,61 1,23 0,39 0,12 0,1 0,03 0 b
c
M2P2 15,7 1,32 0,48 0,21 0,19 0,12 0,09 0 b
c
M1P3 16,77 2,39 1,55 1,28 1,26 1,19 1,16 1,07 0 c
d
M1P2 17,98 3,6 2,76 2,49 2,47 2,4 2,37 2,28 1,21 0 d

93
5. Tabel Data Pengamatan Jumlah Polong Per Tandan

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-
1 2 3
RATA
M0P1 35,0 34,83 35,0 104,83 34,94
0 0
M0P2 35,6 34,50 35,1 105,33 35,11
7 7
M0P3 34,5 34,67 34,6 103,83 34,61
0 7
M1P1 36,5 36,67 36,5 109,67 36,56
0 0
M1P2 38,6 38,17 38,5 115,33 38,44
7 0
M1P3 37,0 36,33 36,5 109,83 36,61
0 0
M2P1 35,6 35,67 35,5 106,83 35,61
7 0
M2P2 35,1 35,83 35,8 106,83 35,61
7 3
M2P3 35,6 35,67 35,5 106,83 35,61
7 0
JUMLAH 323, 322,33 323,1 969,33
83 7
RATA- 35,9 35,81 35,9 35,90
RATA 8 1

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 104, 109, 106,83 321,33 35,70
83 67
P2 105, 115, 106,83 327,50 36,70
33 33
P3 103, 109, 106,83 320,50 35,61
83 83
JUMLAH 314, 334, 320,50 969,33
00 83
RATA- 34,8 37,2 35,61 35,90
RATA 9 0

Tabel Anova
F.Ta
SK D J KT F.Hitun bel Nota
B K g si
5% 1%
perlakuan 8 32,569 4,07124 11,8082 2,591096 3,8895 *
96 5 8 18 72 *
ulangan 2 0,1255 0,06275 0,18202 3,633723 6,2262 N
14 7 2 47 35 S
94
faktor M 2 25,248 12,6244 36,6161 3,633723 6,2262 *
97 9 9 47 35 *
faktor P 2 3,2489 1,62448 4,71167 3,633723 6,2262 *
71 6 5 47 35
faktor M 4 4,0720 1,01800 2,9526 3,006917 4,7725 N
XP 16 4 3 28 78 S
galat 1 5,5164 0,34477
6 61 9
total 2 34,014
6 4

95
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,33
Q 9008
SSR 5% 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
MXP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/R 0 1,01 1,06 1,09 1,117708 1,13 1,14 1,15 1,16
P 6345 584 669 621 3303 449 3304 0085
PERLAKU M0P M0P M0P M2P1 M2P2 M2P3 M1P1 M1P3 M1P2
AN 3 1 2 Not
RERATA 34,61 34,94 35,11 35,61 35,61 35,61 36,56 36,61 38,44 asi
M0P3 34,61 0 a
M0P1 34,94 0,33 0 a
b
M0P2 35,11 0,5 0,17 0 a
b
M2P1 35,61 1 0,67 0,5 0 b
c
M2P2 35,61 1 0,67 0,5 0 0 b
c
M2P3 35,61 1 0,67 0,5 0 0 0 b
c
M1P1 36,56 1,95 1,62 1,45 0,95 0,95 0,95 0 c
M1P3 36,61 2 1,67 1,5 1 1 1 0,05 0 c
M1P2 38,44 3,83 3,5 3,33 2,83 2,83 2,83 1,88 1,83 0 d

96
6. Tabel Data Pengamatan Berat Benih Per Plot

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-
1 2 3
RATA
M0P1 57,8 57,46 57,6 172,98 57,
7 5 66
M0P2 60,9 60,42 60,8 182,18 60,
2 4 73
M0P3 48,1 48,07 48,7 144,93 48,
6 0 31
M1P1 61,3 61,12 61,2 183,75 61,
7 6 25
M1P2 66,6 66,54 66,4 199,69 66,
8 7 56
M1P3 49,2 49,11 49,0 147,36 49,
0 5 12
M2P1 56,0 56,00 56,0 168,04 56,
3 1 01
M2P2 56,7 56,24 56,3 169,35 56,
5 6 45
M2P3 46,4 46,04 46,1 138,60 46,
6 0 20
JUMLAH 503, 501,00 502, 1.506,88
44 44
RATA- 55,9 55,67 55,8 55,81
RATA 4 3

Tabel Dua Arah


M0 M1 M2 JUMLAH RATA-
RATA
P1 172, 183, 168,04 524,77 58,31
98 75
P2 182, 199, 169,35 551,22 61,25
18 69
P3 144, 147, 138,60 430,89 47,88
93 36
JUMLAH 500, 530, 475,99 1.506,88
09 80
RATA- 55,5 58,9 52,89 55,81
RATA 7 8

Tabel Anova
F.Ta
SK JK K F.Hitun bel Nota
D T g si
5% 1%
B
perlakuan 8 1099, 137,4 49,5 2,59 3,8 *
90 9 9 9 *
ulangan 2 0,33 0,17 0,06 3,63 6,2 N

97
3 S
faktor M 2 167,7 83,85 30,2 3,63 6,2 *
1 4 3 *
faktor P 2 888,6 444,3 160, 3,63 6,2 *
1 0 26 3 *
faktor M X 4 43,59 10,90 3,93 3,01 4,7 *
P 7
galat 1 44,36 2,77
6
total 2 1100,
6 67

98
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,96133
Q 1462
SSR 5% 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
MXP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/R 0 2,88 3,02 3,109 3,16950 3,213731 3,24545 3,2 3,28967
P 207 242 9073 9829 076 5014 704 6262
2 6 5
PERLAKUAN M2P3 M0P M1P M2P1 M2P2 M0P1 M0P2 M1P M1P2
3 3 1 No
RERATA 46,2 48,3 49,1 56,01 56,45 57,66 60,73 61,2 66,56 tasi
1 2 5
M2P3 46,2 0 a
M0P3 48,31 2,11 0 a
M1P3 49,12 2,92 0,81 0 a
M2P1 56,01 9,81 7,7 6,89 0 b
M2P2 56,45 10,25 8,14 7,33 0,44 0 b
M0P1 57,66 11,46 9,35 8,54 1,65 1,21 0 b
c
M0P2 60,73 14,53 12,4 11,6 4,72 4,28 3,07 0 c
2 1 d
M1P1 61,25 15,05 12,9 12,1 5,24 4,8 3,59 0,52 0 d
4 3
M1P2 66,56 20,36 18,2 17,4 10,55 10,11 8,9 5,83 5,31 0 e
5 4

99
7. Tabel Data Pengamatan Bobot 1000 Butir Benih

BLOK
PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA
1 2 3
M0P1 0, 0,10 0, 0,31 0,10
1 1
0 0
M0P2 0, 0,11 0, 0,31 0,10
1 1
0 0
M0P3 0, 0,10 0, 0,31 0,10
1 1
0 1
M1P1 0, 0,10 0, 0,31 0,10
1 1
0 0
M1P2 0, 0,11 0, 0,33 0,11
1 1
1 1
M1P3 0, 0,11 0, 0,31 0,10
1 1
0 0
M2P1 0, 0,10 0, 0,31 0,10
1 1
1 0
M2P2 0, 0,10 0, 0,31 0,10
1 1
0 1
M2P3 0, 0,11 0, 0,31 0,10
1 1
0 0
JUMLAH 0, 0,94 0, 2,80
9 9
3 3
RATA- 0, 0,10 0, 0,10
RATA 1 1
0 0

Tabel Dua Arah


M0 M M2 JUMLAH RATA-
1 RATA
P1 0,31 0, 0,31 0,92 0,10
3
1
P2 0,31 0, 0,31 0,95 0,11
3
3
P3 0,31 0, 0,31 0,93 0,10
3
1
JUMLAH 0,93 0, 0,92 2,80
9
10
0
5
RATA- 0,10 0, 0,10 0,10
RATA 1
1

Tabel Anova
F.Ta
SK D JK KT F.Hitun bel Nota
B g si
5 1%
%
perlakuan 8 0,0001 1,62E- 1,9326 2,59109618 3,8895 N
3 05 19 72 S
ulangan 2 2,67E- 1,34E- 0,1592 3,633723468 6,2262 N
06 06 65 35 S
faktor M 2 2,86E- 1,43E- 1,7029 3,633723468 6,2262 N
05 05 1 35 S
faktor P 2 3,54E- 1,77E- 2,1071 3,633723468 6,2262 N
05 05 98 35 S
faktor M 4 6,58E- 1,65E- 1,9601 3,00691728 4,7725 N
XP 05 05 84 78 S
galat 1 0,0001 8,4E-
6 34 06
total 2 0,0001
6 98

10
1
Uji Lanjut DMRT 5%

UJI DMRT TARAF 5% PERLAKUAN M X P


S 0,00
Q 1673
SSR 5% 0 2,998 3,144 3,235 3,297 3,343 3,376 3,402 3,422
MXP 0 2 3 4 5 6 7 8 9
DMRT/ 0 0,00 0,00 0,00 0,005516 0,00 0,00 0,00 0,00
PERLAKU RP M 5016 526 5412 159 5593 5648 5692 5725 Not
RERATA 0,100,100,100,10 asi
AN 0 M0 M0 M1 M1P3 M2 0,100,100,100,100,11
M2 M2 M1
P P2 P3 P1 P1 P2 P3 P2
1

M0P1 0,10 0 a
M0P2 0,10 0 0 a
M0P3 0,10 0 0 0 a
M1P1 0,10 0 0 0 0 a
M1P3 0,10 0 0 0 0 0 a
M2P1 0,10 0 0 0 0 0 0 a
M2P2 0,10 0 0 0 0 0 0 0 a
M2P3 0,10 0 0 0 0 0 0 0 0 a
M1P2 0,11 0,0 0, 0, 0, 0,01 0, 0, 0, 0 a
1 01 01 01 01 01 01

Hasil Rerata Berat 1000 Butir Benih

0.12
0.11
0.11
0.10
0.10
M0P1M0P2M0P3M1P1M1P3M2P1M2P2M2P3M1P2

10
2
8. Tabel Data Pengamatan Kecepatan Tumbuh

BLOK
PERLAKUA JUMLA RATA-
1 2 3 4
N H RATA
M0P1 0,16 0,16 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
5 3 6
M0P2 0,16 0,16 0, 0,14 0, 0,
1 6 1
6 2 6
M0P3 0,15 0,16 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
6 3 6
M1P1 0,13 0,15 0, 0,13 0, 0,
1 5 1
4 5 4
M1P2 0,16 0,17 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
4 3 6
M1P3 0,16 0,15 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
6 3 6
M2P1 0,16 0,16 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
7 5 6
M2P2 0,14 0,16 0, 0,14 0, 0,
1 6 1
6 5
M3P3 0,16 0,15 0, 0,16 0, 0,
1 6 1
6 3 6
JUMLAH 1,38 1,42 1, 1,37 5,57
4
RATA- 0,1533 0,157778 0,1555 0,15 0,15
RATA 33 56 22

Tabel Dua Arah


PERLAKU M0 M1 M2 JUMLAH RATA-RATA
AN
p1 0,63 0,55 0,65 1,83 0,15
p2 0,62 0,63 0,6 1,85 0,15
p3 0,63 0,63 0,63 1,89 0,16
JUMLAH 1,88 1,81 1,88 5,57
RATA- 0,15 0,15 0,16 0,15
RATA

Tabel Anova
F tabel
SK D JK KT F Not
B Hitung asi 5% 1
10
3
8. Tabel Data Pengamatan Kecepatan Tumbuh
%
Perlakuan 8 0,0017 0,0 1,06 NS 2,64 4,
00 00
Blok 3 0,0002 0,0 0,28 NS 3,29 5,
00 42
Faktor M 2 0,0003 0,0 0,69 NS 3,68 6,
00 36
Faktor P 2 0,0003 0,0 0,69 NS 3,68 6,
00 36
Faktor 2 0,0011 0,0 2,86 NS 3,68 6,
MX P 01 36
Galat 15 0,0030 0,0
00
Total 23 0,0035

10
4
Hasil Rerata Kecepatan Tumbuh

0.165

0.16

0.155

0.15

0.145

0.14

0.135
M0P1 M0P2 M0P3 M1P1 M1P2 M1P3 M2P1 M2P2 M3P3
0.13

10
5
9. Tabel Data Pengamatan Daya Berkecambah

Bl
Perlakuan ok Jumlah Rata-
1 2 3 4 rata
M0P1 96 94 96 98 384 96,00
M0P2 94 94 98 96 382 95,50
M0P3 98 96 98 98 390 97,50
M1P1 10 94 100 94 388 97,00
0
M1P2 98 100 100 96 394 98,50
M1P3 94 100 98 10 392 98,00
0
M2P1 98 98 98 98 392 98,00
M2P2 98 96 92 94 380 95,00
M2P3 94 96 98 92 380 95,00
JUMLAH 87 868 878 86 3482
0 6
RATA- 96, 96,44 97,56 96, 96,72
RATA 67 22

Tabel Dua Arah


PERLAKU M M1 M2 JUMLAH RATA-
AN 0 RATA
P1 38 388 392 1164 97,0
4
P2 38 394 380 1156 96,3
2
P3 39 392 380 1162 96,8
0
JUMLAH 11 1174 115 3482
56 2
RATA- 96 97,8 96, 96,72
RATA ,3 0

Tabel Anova
F tabel
SK DB JK KT F Notasi
Hitung 5% 1%
Perlakuan 8 60,222 7,52 0,77 NS 2,64 4,00
2 8
Blok 3 9,2222 3,07 0,31 NS 3,29 5,42
4
Faktor M 2 22,888 11,4 1,16 NS 3,68 6,36
9 44
Faktor P 2 22,888 11,4 1,16 NS 3,68 6,36
9 44
Faktor M 2 14,444 7,22 0,73 NS 3,68 6,36
xP 4 2
10
6
9. Tabel Data Pengamatan Daya Berkecambah
Galat 1 147,44 9,83
5 44 0
Total 2 193,22
3 22

10
7
Hasil Rerata Daya Berkecambah

99

98

97

96

95

94

93 M0P1M0P2M0P3M1P1M1P2M1P3M2P1M2P2M2P3

10
8

Anda mungkin juga menyukai