Anda di halaman 1dari 10

1

Identifikasi Karakteristik Sosiodemografi terhadap Pola Sikap Masyarakat Kota


Malang tentang Swamedikasi Urtikaria
Yohanita Nilam Sari, Dewi Martha Indria, Erna Sulistyowati*
*
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Persentase penduduk Indonesia yang melakukan swamedikasi tergolong tinggi. Swamedikasi yang
salah dan pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang diderita dikhawatirkan menimbulkan masalah baru. Faktor
sosiodemografi dan sosiokognitif secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku swamedikasi. Belum ada
penelitian tentang swamedikasi urtikaria di Kota Malang. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sosiodemografi terhadap sikap swamedikasi masyarakat Kota Malang.
Metode: Penelitian dengan desain deskriptif analitik cross sectional dengan kuesioner yang sudah divalidasi
menggunakan uji Pearson’s. Responden penelitian merupakan masyarakat Kota Malang sebanyak 251 responden
yang terdiri dari kelompok kontrol (n=97) dan kelompok uji (n=154). Responden kelompok kontrol merupakan
masyarakat yang tidak pernah mengalami urtikaria, sedangkan responden kelompok uji merupakan masyarakat
yang pernah atau sedang mengalami urtikaria. Analisa data menggunakan Mann Whitney dan Rank Spearman
dengan hasil signifikan bila p<0,05.
Hasil: Kelompok kontrol didapatkan sebanyak 97 responden dan kelompok uji didapatkan 154 responden. Responden
penelitian terbanyak memiliki usia 51-55 tahun dengan jenis kelamin didominasi oleh perempuan. Pendidikan
responden terbanyak adalah lulusan perguruan tinggi. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan dengan
pendapatan lebih dari 4 juta rupiah. Pada kelompok kontrol yang dibandingkan dengan kelompok uji tidak didapatkan
perbedaan kecuali pada karakteristik pendidikan (p 0,001 dan r 0,257), pada karakteristik lainnya tidak didapatkan
hasil yang signifikan.
Kesimpulan: Karakteristik sosiodemografi pendidikan berpengaruh terhadap sikap swamedikasi urtikaria
masyarakat Kota Malang.
Kata Kunci: Pendidikan, Sosiodemografi, Sikap, Swamedikasi, Urtikaria.

*Korespondensi:
Erna Sulistyowati, dr., M.Kes., PhD
Jl. MT. Haryono 193 Telp. (0341) 578920, Fax. (0341) 558958, Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144
e-mail : dr_erna@unisma.ac.id

Correlation Between Sociodemographic and Attitude of Malang Citizens about Self


Medication on Urticaria
Yohanita Nilam Sari, Dewi Martha Indria, Erna Sulistyowati*
*
Faculty of Medicine Malang Islamic University

ABSTRACT
Background: The percentage of Indonesians who practice self-medication is high. Improper self-medication and
lack of knowledge about the disease will cause new problems. Sociodemographic and sociocognitive factors can
indirectly influence self-medication behavior. There is no research on urticaria self-medication in Malang City.
This study aims to determine the influence of sociodemographic on the attitude of self-medication in Malang City.
Method: Research with cross sectional analytic descriptive design using validated questionnaire with Pearson’s
correlation. Respondents in this study were 251 Malang citizens consisting of the control group (n=97) and the test
group (n=154). Respondents in the control group were citizens who had never experienced urticaria, while
respondents in the test group were citizens who had or are experiencing urticaria. Analysis of data using Mann
Whitney and Rank Spearman with significant result if p<0,05.
Result: The control group was obtained as many as 97 respondents while the test group obtained 154 respondents. Most
respondents are 51-55 years old and the gender being dominated by woman. Most of the respondents education level is
college graduated. Most of the respondents salary are more than 4 million Indonesian Rupiah. There were significant
difference between control and test group on educational characteristics (p 0,001 and r 0,257). However, there were no
significant result on other characteristics.
Conclusion: Education level affects the attitude on self-medication of Malang citizens.
Keyword: Education, Sociodemographic, Self-Medication, Atittude, Urticaria.

*Correspondence:
Erna Sulistyowati, dr., M.Kes., PhD
Jl. MT. Haryono 193 phone. (0341) 578920, Fax. (0341) 558958, Malang, East Java, Indonesia, 65144
e-mail : dr_erna@unisma.ac.id
2
PENDAHULUAN METODE
Urtikaria merupakan reaksi vaskular yang terjadi Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
pada kulit ditandai edema yang mudah muncul dan Desain penelitian ini menggunakan deskriptif
menghilang secara perlahan.1 Angka kejadian analitik cross sectional yang dilakukan di Kota
urtikaria pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.2 Malang mulai dari bulan November hingga
Belum ada data yang jelas terkait prevalensi urtikaria Desember 2020. Penelitian ini telah disetujui oleh
di Indonesia. Data rekam medis Poli Kulit dan KEPK RSI UNISMA Malang dengan No.
Kelamin RSSA Malang menunjukkan adanya 35/IX/2020/RSI.UNISMA.
peningkatan angka kunjungan pasien urtikaria
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.3 Sedangkan Populasi Penelitian
di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, sebagian besar Subjek penelitian merupakan masyarakat Kota
pasien urtikaria tidak memeriksakan penyakitnya Malang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
kembali karena merasa dapat meneruskan pengobatan Responden terdiri dari responden kelompok kontrol
serta dapat mengobati sendiri saat kambuh.4 Adanya yang merupakan masyarakat Kota Malang yang
anggapan masyarakat tentang manifestasi klinis belum pernah menderita urtikaria, dan responden
urtikaria yang ringan dan dapat diobati sendiri, kelompok uji yang merupakan masyarakat yang
mengakibatkan banyaknya penderita urtikaria yang pernah atau sedang mengalami urtikaria.
berpeluang untuk melakukan swamedikasi. Berdasarkan hasil penghitungan sampel
Swamedikasi merupakan usaha seseorang dalam menggunakan rumus Lemeshow tingkat kepercayaan
mengobati penyakit yang diderita tanpa resep dokter.5 95% didapatkan sampel minimal yaitu sebanyak 117
Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014 responden kelompok kontrol dan 117 responden
menunjukkan persentase penduduk Indonesia yang kelompok uji. Alur penelitian mendapatkan
terlibat swamedikasi sebesar 61,05%.6 Di Indonesia responden dapat dilihat pada Gambar 1.
masih belum terdapat penelitian yang secara pasti
membahas tentang swamedikasi pada penyakit kulit Masyarakat domisili Kota
urtikaria khususnya di Kota Malang. Perilaku Malang Kriteria Inklusi :
1. Bersedia menjadi
swamedikasi yang tidak tepat serta kurangnya responden.
pengetahuan tentang penyakit yang diderita justru 2. Untuk kelompok kontrol
akan dapat menimbulkan masalah ataupun keluhan Masyarakat yang memahami adalah yang belum
atau pernah melakukan pernah mengalami
baru.7 Swamedikasi adalah salah satu cara swamedikasi pada penyakit urtikaria, sedangkan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. kulit urtikaria untuk kelompok uji
adalah yang sedang atau
Upaya masyarakat meningkatkan kesehatannya pernah mengalami
dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Diantara urtikaria.
3. Sedang atau pernah
faktor tersebut terdapat faktor sosiodemografi dan Responden yang telah
melakukan swamedikasi
sosiokognitif yang meliputi sikap, persepsi, motivasi, mengisi kuesioner n=267
obat-obatan atau ramuan
serta konsep sehat dan sakit.8 Selain itu perilaku tradisional.
4. Masyarakat domisili
pencarian pengobatan seseorang dapat dipengaruhi Kota Malang sesuai
Total responden n=251
oleh adanya persepsi tentang kerentanan dan KTP.
keparahan penyakit, persepsi tentang keuntungan
tindakan yang dilakukan serta pencetus tindakan yang Tidak memenuhi kriteria
Kel. Kontrol Kel. Uji inklusi n=16
dapat berasal dari luar dirinya.9 Adanya keinginan n=97 n=154 - Bukan masyarakat domisili
yang muncul dari dirinya sendiri atau orang lain juga (masyarakat (masyarakat Kota Malang
- Tidak pernah melakukan
akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan yang belum yang sedang
swamedikasi
tindakan. Ketika seseorang menginginkan pernah atau pernah
mengalami mengalami
kesembuhan dan memiliki kesempatan untuk urtikaria) urtikaria)
memperolehnya maka seseorang akan berupaya
untuk mendapatkannya.10 Faktor-faktor tersebut Gambar 1. Alur Penentuan Responden Penelitian
secara tidak langsung dapat mempengaruhi
swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat. Instrumen Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan Kuesioner penelitian terdiri dari 7 bagian yang
diketahui bahwa sebagain besar masyarakat masih terdiri atas kuesioner data demografi, profil penyakit
banyak yang melakukan swamedikasi. Selain itu data kulit urtikaria, profil swamedikasi, profil
tentang swamedikasi urtikaria juga masih belum swamedikasi terhadap obat tradisional, sikap
diketahui secara pasti khususnya Kota Malang. Hal swamedikasi, sikap terhadap obat tradisional, dan
tersebut membuat peneliti ingin mengetahui pengaruh rasionalitas ketepatan swamedikasi. Dari 7 bagian
karakteristik sosiodemografi terhadap sikap kuesioner tersebut, terdapat 2 bagian kuesioner yang
swamedikasi dan pengaruh sikap swamedikasi tidak digunakan yaitu kuesioner profil swamedikasi
terhadap ketepatan penggunaan obat swamedikasi obat tradisional dan kuesioner sikap terhadap obat
penyakit kulit urtikaria pada masyarakat Kota tradisional. Pada bagian tersebut banyak yang tidak
Malang. terisi oleh responden sehingga data yang didapatkan
dari bagian kuesioner tersebut tidak digunakan.
3
Pembuatan dan Validitas Kuesioner Hasil dan Analisa Data Perbedaan Sikap dan
Kuesioner penelitian merupakan kuesioner yang Ketepatan Swamedikasi antara Kelompok
diambil dan diadaptasi dari penelitian Mukorromah Kontrol dan Kelompok Uji
tahun 2019.11 Pertanyaan kuesioner tersebut menjadi Perbedaan antara kedua kelompok dianalisa
acuan pembuatan kuesioner dan disesuaikan dengan dengan korelasi Mann Whitney U Test. Hasil memiliki
variabel yang diteliti. perbedaan yang signifikan apabila diperoleh nilai p
Keseluruhan pertanyaan kuesioner telah diuji <0,05. Analisa perbedaan dapat diamati pada Tabel 1.
validitas menggunakan korelasi Pearson’s dan Pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap sikap
dinyatakan valid (r hitung>r tabel). Nilai reliabilitas swamedikasi didapatkan p 0.724. Sedangkan
kuesioner menggunakan Cronbach Alpha didapatkan pengaruh sikap swamedikasi terhadap ketepatan
>0,801 yang menunjukkan bahwa keseluruhan penggunaan obat didapatkan hasil p 0.189.
kuesioner reliabel yang tergolong kuat.
Tabel 1 Perbedaan Sikap dan Ketepatan
Swamedikasi antara Kelompok Kontrol dan
Pengambilan Data Penelitian
Kelompok Uji
Pengambilan data penelitian dilakukan secara
daring dengan mendistribusikan tautan google form Variabel p Hasil
melalui aplikasi WhatsApp yang telah diberikan Sikap Swamedikasi 0.724 Tidak ada perbedaan
penjelasan terkait penelitian dan menjelaskan kriteria antara kelompok uji
inklusi penelitian. Ketepatan Penggunaan dan kontrol
0.189
Obat Swamedikasi
Keterangan:
Teknik Analisa Data Analisa uji statistik menggunakan Mann Whitney dengan
Data dianalisa dengan Mann Whitney U Test hasil (p) nilai p value signifikan jika p<0,05
untuk melihat perbedaan antara kelompok kontrol
dan kelompok uji, serta uji Rank Spearman untuk Hasil dan Analisa Data Pengaruh Karakteristik
melihat ada tidaknya hubungan antar variabel dengan Sosiodemografi terhadap Sikap Swamedikasi
data yang bersifat ordinal. Pada Penyakit Kulit Urtikaria
Pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap
HASIL PENELITIAN sikap swamedikasi dianalisa menggunakan korelasi
Karakteristik Responden Rank Spearman dengan hasil bermakna apabila
Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan 251 p<0,05 dan r>0,201. Hasil analisa statistik dapat
responden yang terdiri dari 97 responden kelompok diamati pada Tabel 2.
kontrol dan 154 responden kelompok uji. Usia responden dengan sikap swamedikasi
Karakteristik yang diteliti adalah karakteristik kategori baik pada kelompok kontrol banyak
sosiodemografi meliputi usia, jenis kelamin, ditemukan pada usia 51-55 tahun sedangkan pada
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan responden. kelompok uji didapatkan pada usia 20-25 tahun. Hasil
Rentang usia terbanyak pada kedua kelompok analisa data didapatkan p 0,698 dan r -0,04 pada
penelitian adalah 51-55 tahun. Pada kelompok kontrol kelompok kontrol. Pada kelompok uji diperoleh nilai
didapatkan sebanyak 26 responden (16,88%) p 0,119 dengan nilai r -0,126.
sedangkan pada kelompok uji sebanyak 32 responden Jenis kelamin responden penelitian yang memiliki
(20,78%). sikap swamedikasi kategori baik lebih banyak
Jenis kelamin responden penelitian didominasi ditemukan pada perempuan. Sedangkan laki-laki
oleh perempuan. Pada kelompok kontrol didapatkan lebih banyak yang memiliki sikap swamedikasi
sebanyak 58 responden (37,66%) dan 101 responden kurang jika dibandingkan dengan perempuan. Pada
(65,58%) pada kelompok uji. kelompok kontrol didapatkan p 0,308 dan r 0,105
Pendidikan responden kedua kelompok sedangkan pada kelompok uji memiliki nilai p 0,428
didapatkan hasil terbanyak yaitu lulusan perguruan dengan r 0,064.
tinggi. Pada kelompok kontrol didapatkan sebanyak Responden penelitian pada kedua kelompok
57 responden (37,01%) dan 78 responden (50,65%) dengan sikap swamedikasi kategori baik lebih banyak
pada kelompok uji. didapatkan pada lulusan perguruan tinggi. Hasil
Responden penelitian lebih banyak yang memiliki kelompok kontrol didapatkan p 0,9 dengan nilai r -
pekerjaan. Sebanyak 76 responden (78.4%) 0,13 sedangkan kelompok uji memiliki p 0,001
responden kelompok kontrol dan 110 responden dengan r 0,257.
(71.4%) kelompok uji. Jumlah responden yang bekerja memiliki sikap
Pendapatan responden terbanyak pada kedua swamedikasi yang hampir mirip antara kategori
kelompok yaitu di atas Rp. 4.000.000. Didapatkan 28 cukup dan kurang. Kelompok kontrol memiliki nilai
responden (18,18%) kelompok kontrol dan 38 p 0,453 dan r -0,077. Sedangkan pada kelompok uji
responden (24,68%) kelompok uji. didapatkan p 0,281 dengan r 0,087.
4

Tabel 2 Hasil Uji Karakteristik Sosiodemografi Responden Terhadap Sikap Swamedikasi Pada Penyakit Kulit Urtikaria

Kelompok Kontrol Kelompok Uji


Karakteristik Sikap Swamedikasi Sikap Swamedikasi
N p r N p r
Kurang Cukup Baik Kurang Cukup Baik
Usia (tahun)
20-25 0 (0%) 14(14.43%) 8(8.25%) 22(14.29%) 0(0%) 14(9.09%) 11(7.14%) 25 (16.23%)
26-30 1(1.03%) 3 (3.09%) 4(4.12%) 8 (5.19%) 1(0.65%) 5 (3.25%) 3 (1.95%) 9 (5.84%)
31-35 0(0%) 1 (1.03%) 6(6.19%) 7 (4.55%) 0(0%) 4 (2.6%) 9 (5.84%) 13 (8.44%)
36-40 2(2.06%) 3 (3.09%) 6(6.19%) 11 (7.14%) 0(0%) 9 (5.84%) 8 (5.19%) 17 (11.04%)
0.698 -0,04 0.119 -0,126
41-45 2(2.06%) 2 (2.06%) 2(2.06%) 6 (3.9%) 3 (1.95%) 12 (7.79%) 8 (5.19%) 23 (14.94%)
46-50 0(0%) 7 (7.22%) 4(4.12%) 11 (7.14%) 0(0%) 13 (8.44%) 6 (3.9%) 19 (12.34%)
51-55 5(5.15%) 11 (11.34%) 10 (10.31%) 26(16.88%) 3 (1.95%) 20 (12.99%) 9 (5.84%) 32 (20.78%)
≥ 56 0(0%) 2 (2.06%) 4(4.12%) 6(3.9%) 1 (0.65%) 8 (5.19%) 7 (4.55%) 16 (10.39%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 6(6.19%) 17 (17.53%) 16 (16.49%) 39(25.32%) 2(1.3%) 33 (21.43%) 18 (11.69%) 53 (34.42%)
0.308 0,105 0.428 0.064
Perempuan 4(4.12%) 26 (26.8%) 28 (28.87%) 58(37.66%) 6(3.9%) 52 (33.77%) 43 (27.92%) 101 (65.58%)
Pendidikan
Tidak Tamat SD 0(0%) 1 (1.03%) 0(0%) 1 (0.65%) 0(0%) 0(0%) 1 (0.65%) 1(0.65%)
Tamat SD 0(0%) 2 (2.06%) 0(0%) 2(1.3%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%)
SMP 0(0%) 2 (2.06%) 4(4.12%) 6(3.9%) 0.9 -0,13 1 (0.65%) 10(6.49%) 0 (0%) 11 (7.14%) 0.001* 0,257 **
SMA 5(5.15%) 11 (11.34%) 15 (15.46%) 31(20.13%) 4(2.6%) 40 (25.97%) 20 (12.99%) 64 (41.56%)
Perguruan Tinggi 5(5.15%) 27 (27.84%) 25 (25.77%) 57(37.01%) 3 (1.95%) 35 (22.73%) 40 (25.97%) 78 (50.65%)
Pekerjaan
Tidak bekerja 0 (0%) 11 (11.3%) 10 (10.3%) 21 (21.6%) 2 (1.3%) 28 (18.2%) 14 (9.1%) 44 (28.6%)
0.453 -0,077 0.281 0,087
Bekerja 10(10.3%) 32 (33.0%) 34 (35.1%) 76 (78.4%) 6 (3.9%) 57 (37.0%) 47 (30.5%) 110 (71.4%)
Pendapatan (Rupiah)
Tidak Berpenghasilan 0(0%) 6 (6.19%) 6(6.19%) 12 (7.79%) 0 (0%) 13 (8.44%) 9 (5.84%) 22 (14.29%)
< 1.000.000 0(0%) 5 (5.15%) 3(3.09%) 8 (5.19%) 1 (0.65%) 12 (7.79%) 4(2.6%) 17 (11.04%)
1.000.000-2.000.000 1(1.03%) 6 (6.19%) 5(5.15%) 12 (7.79%) 1 (0.65%) 13 (8.44%) 7 (4.55%) 21 (13.64%)
0.785 -0,28 0.114 0,128
2.100.000-3.000.000 2(2.06%) 9 (9.28%) 6(6.19%) 17(11.04%) 2(1.3%) 17(11.04%) 9 (5.84%) 28 (18.18%)
3.100.000-4.000.000 2(2.06%) 7 (7.22%) 11 (11.34%) 20(12.99%) 3 (1.95%) 14 (9.09%) 11 (7.14%) 28 (18.18%)
>4.000.000 5(5.15%) 10(10.31%) 13 (13.4%) 28(18.18%) 1 (0.65%) 16 (10.39%) 21 (13.64%) 38 (24.68%)
Keterangan:
Analisa statistik Rank Spearman dengan hasil bermakna apabila (*) p <0,05 dan (r) nilai korelasi (**) r hitung > r tabel (r tabel=0,201)
5
Responden pada kedua kelompok dengan Hasil dan Analisa Data Pengaruh Sikap
pendapatan diatas Rp. 4.000.000 banyak yang Swamedikasi terhadap Ketepatan Penggunaan
memiliki sikap swamedikasi kategori baik. Pada Obat Swamedikasi Pada Penyakit Kulit Urtikaria
kelompok kontrol didapatkan p 0,785 dengan r -0,28 Analisa menggunakan korelasi Rank Spearman
sedangkan kelompok uji memiliki nilai p 0,114 dan r dimana hasil bermakna bila p<0,05 dan r>0,201 yang
0,128. digambarkan dalam Tabel 3.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat Hasil uji Rank Spearman pada kelompok kontrol
pengaruh karakteristik sosiodemografi kecuali pada didapatkan p 0,717 dengan nilai korelasi 0,037.
pendidikan responden kelompok uji. Korelasi Rank Sedangkan pada kelompok uji didapatkan p 0,316
Spearman menunjukkan hasil nilai p 0,001 < 0,005 dengan nilai korelasi -0,81. Sehingga tidak terdapat
dengan nilai korelasi 0,257. Hal ini menunjukkan pengaruh sikap swamedikasi terhadap ketepatan
bahwa pendidikan pada kelompok uji berpengaruh pengobatan pada kelompok kontrol maupun
terhadap sikap swamedikasi dengan arah korelasi kelompok uji.
positif.

Tabel 3. Pengaruh Sikap Swamedikasi Responden (Kelompok Kontrol) Terhadap Ketepatan Penggunaan
Obat Swamedikasi Pada Penyakit Kulit Urtikaria
Kelompok Komtrol Kelompok Uji
Sikap
Ketepatan Pengobatan Ketepatan Pengobatan
Swamedikasi p r p r
Kurang Cukup Baik Kurang Cukup Baik
7 2 1 3 5 0
Kurang
(4.55%) (1.3%) (0.65%) (1.95%) (3.25%) (0%)
15 24 4 40 40 5
Cukup 0.717 0,037 0.316 -0,81
(9.74%) (15.58%) (2.6%) (25.97%) (25.97%) (3.25%)
19 21 4 35 20 6
Baik
(12.34%) (13.64%) (2.6%) (22.73%) (12.99%) (3.9%)
Keterangan:
Analisa uji statistik menggunakan Rank Spearman dengan hasil (p) nilai p value bermakna apabila p <0,05, dengan (r) nilai
korelasi bermakna apabila (**) r hitung>r tabel (r tabel=0,201)

PEMBAHASAN Hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan sikap


Perbedaan Sikap dan Ketepatan Swamedikasi swamedika maupun ketepatan swamedikasi pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Uji kedua kelompok. Hal ini mungkin dapat disebabkan
Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada karena data antar kelompok yang hamper mirip
perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok uji. persebarannya apabila dilihat dari frekuensi datanya.
Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan Faktor dari responden sangat berpengaruh dalam
perilaku swamedikasi pada kedua kelompok. penelitian dikarenakan saat mengisi kuesioner
Kemudahan responden dalam mendapatkan obat diperlukan keseriusan, kejujuran, dan konsentrasi.
kemungkinan dapat mempengaruhi sikap serta Penelitian yang dilakukan secara daring juga
ketepatan swamedikasi yang dilakukan. Responden mempengaruhi kinerja penelitian yang kurang
penelitian menyatakan bahwa mendapat obat optimal. Pengisian kuesioner yang kurang tepat juga
swamedikasi di apotek dengan keluhan gatal. Selain dapat diakibatkan jawaban responden yang
itu responden banyak menyatakan memiliki jarak dipengaruhi pendapat masing-masing atau penilaian
rumah dengan apotek terdekat tidak lebih dari 500 yang subyektif. Menurut teori HBM, persepsi
meter sampai 1 kilometer. seseorang dapat mempengaruhi niat dan kemudian
Menurut penelitian swamedikasi yang mempengaruhi dalam memutuskan suatu tindakan.11
menggunakan teori Health Belief Model
menyebutkan bahwa tidak ada korelasi antara Pengaruh Usia Responden terhadap Sikap
perilaku swamedikasi dengan teori HBM yang Swamedikasi Penyakit Kulit Urtikaria
meliputi persepsi tentang penyakit yang diderita dan Pada penelitian ini didapatkan karakteristik usia
tindakan yang dilakukan.12 Sikap seseorang tidak berpengaruh terhadap sikap swamedikasi.
didapatkan dengan cara alami atau juga bisa diperoleh Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wicaksono
secara tidak langsung. Adanya faktor-faktor yang (2019) yang menyatakan usia tidak berpengaruh
mempengaruhi sikap akan membuat pembentukan terhadap sikap swamedikasi seseorang.15 Menurut
atau perubahan sikap seseorang.13 Menurut Insany et Yuliastuti et al., (2018) faktor utama yang
al (2015) pengalaman masyarakat ketika melakukan mempengaruhi sikap swamedikasi seseorang adalah
swamedikasi menggunakan resep dari dokter tingkat pengetahuan yang dimiliki.15 Sedangkan usia
sebelumnya sangat mempengaruhi ekspektasi pada tidak selalu dapat menggambarkan tingkat
pengobatan yang dilakukan berikutnya. Pengalaman pengetahuan swamedikasi. Responden yang memiliki
pribadi yang dimiliki adalah salah satu faktor yang usia yang lebih muda tidak selalu memiliki
mampu mempengaruhi pembentukan sikap serta pengetahuan lebih rendah dibandingkan yang lebih
perilaku individu.11 tua, sehingga sikap yang dimiliki juga akan berbeda-
beda.16
6
Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan swamedikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
bahwa pelaku swamedikasi banyak didapatkan pada Yulianti et al., (2016) yang menyatakan pendidikan
usia lebih dari 30 tahun.17 Kelompok usia dewasa berpengaruh dan dapat membentuk sikap.
cenderung mulai merasakan penurunan kesehatan pembentukan sikap dapat terjadi ketika seseorang
maupun tanda-tanda penyakit degeneratif yang akan menempuh Pendidikan dan mempelajari, mengetahui,
meningkatkan penggunaan obat. Sedangkan pada lalu memahami sesuatu yang kemudian akan
remaja dapat dikatakan masih sehat secara fisiologis membentuk sikap seseorang.24
sehingga kesempatan untuk melakukan swamedikasi Data Badan Pusat Statistik tahun 2020
tergolong rendah. Semakin bertambah usia seseorang menyebutkan pendidikan terakhir masyarakat
maka semakin banyak dan bertambah pengalamannya Indonesia dengan usia diatas 15 tahun didominasi
sehingga akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.17 dengan pendidikan SMA atau sederajat yaitu
Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang sebanyak 29,1%.25 Namun berdasarkan dari
respondennya didominasi oleh kelompok usia 51-55 penelitian didapatkan bahwa pendidikan terakhir
tahun. responden didominasi oleh perguruan tinggi. Hal ini
Pada usia lanjut kemungkinan terjadi proses menunjukkan bahwa pendidikan responden penelitian
degenerasi, konsumsi makanan yang tidak adekuat, tergolong baik dibandingkan dengan rata-rata
serta menurunnya kekebalan tubuh dan system pendidikan masyarakat Indonesia.
sirkulasi.18 Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan Adanya perbedaan tingkat pendidikan dalam
obat swamedikasi pada usia lanjut harus lebih berhati- masyarakat dapat menimbulkan perbedaan sikap
hati karena dapat menimbulakan reaksi idiosinkrasi swamedikasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang
dimana obat memberikan efek yang berbeda dari efek diharapkan akan mempermudah dalam menerima
semestinya.19 Pada usia lanjut terdapat perubahan informasi serta memiliki wawasan pengetahuan yang
secara fisiologis yang dapat menyebabkan lebih luas.26 Husna dan Dipahayu (2017) menyebutkan
mudah mendapatkan masalah penggunaan obat yang bahwa seseorang berpendidikan tinggi cenderung
dapat menyebabkan efek samping obat semakin buruk melakukan swamedikasi yang rasional. Semakin
serta membuat efektifitasnya turun.20 tinggi pendidikan akan semakin baik pengetahuannya
sehingga dapat melakukan swamedikasi yang tepat,
Pengaruh Jenis Kelamin Responden terhadap aman, dan rasional. Selain itu, seseorang menjadi
Sikap Swamedikasi Penyakit Kulit Urtikaria lebih kritis sehingga membuat kebutuhan akan
Sebagian besar jenis kelamin responden adalah informasi kesehatan meningkat.27
perempuan dan lebih banyak yang memiliki sikap Penyebab terjadinya kesalahan melakukan
baik. Hasil ini sesuai dengan data Badan Pusat swamedikasi diantaranya adalah keterbatasan
Statistik Kota Malang tahun 2020 yang mencatat pengetahuan serta cara penggunaan obat
penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan masyarakat.28 Semakin tinggi pendidikan maka akan
laki-laki.20 Herli (2019) menyebutkan bahwa semakin rasional dan hati-hati saat memilih obat yang
perempuan diduga lebih peduli terhadap kesehatan digunakan swamedikasi. Adanya keterbatasan
dibandingkan laki-laki sehingga lebih banyak terlibat masyarakat dapat mengakibatkan masyarakat
dalam swamedikasi.21 Perempuan cenderung berhati- semakin sensitif terhadap informasi obat yang dapat
hati dalam melakukan pengobatan pada dirinya serta membuat pengobatan tidak rasional apabila tidak
memiliki pengetahuan lebih baik tentang obat diimbangi informasi yang benar.28 Sikap yang
daripada laki-laki.22 dimiliki seseorang merupakan suatu respon pada pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan Mukorromah sebuah objek dimana semakin tinggi pendidikan yang
(2019) yang menyebutkan bahwa jenis kelamin tidak dimiliki maka pola pikir dan tingkat kematangan
berhubungan dengan sikap swamedikasi.11 Hal ini berpikirnya akan semakin baik dan semakin
dapat diakibatkan karena informasi dapat diperoleh mempermudah untuk merespon informasi.24
oleh siapapun tanpa melihat jenis kelaminnya.23
Responden yang belum pernah mendapatkan Pengaruh Pekerjaan Responden terhadap Sikap
penyuluhan kesehatan sebelumnya memungkinkan Swamedikasi Penyakit Kulit Urtikaria
informasi yang didapatkan hanya berasal dari
Berdasarkan frekuensi data penelitian, responden
pengalaman orang sekitar. Oleh karena itu dibutuhkan
yang memiliki pekerjaan diketahui memiliki sikap
penyuluhan kesehatan yang memberikan edukasi
lebih baik dibandingkan responden yang tidak
tentang swamedikasi yang baik dan benar. Selain itu
bekerja. Seseorang yang memiliki status ekonomi
kemungkinan responden tidak konsentrasi saat
tinggi serta suasana pekerjaan yang baik akan
mengisi kuesioner yang diberikan akibat penelitian
membuat pengalaman dan pengetahuan pengobatan
yang dilakukan secara daring sehingga dapat menjadi
yang diperoleh semakin baik.14 Pekerjaan berperan
salah satu faktor perancu.23
dalam menentukan pola pikir untuk menentukan
sesuatu, karena status pekerjaan akan mempengaruhi
Pengaruh Pendidikan Responden terhadap Sikap
pemilihan tentang hal terkait kesehatan.29 Jenis
Swamedikasi Penyakit Kulit Urtikaria
pekerjaan berkaitan dengan status ekonomi seseorang
Pendidikan responden terbanyak adalah
dimana masyarakat yang memiliki pekerjaan dengan
pendidikan lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan
pendapatan tinggi akan mempermudah seseorang
hasil statistik diketahui bahwa pendidikan responden
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.30 Lingkungan
kelompok uji berpengaruh terhadap sikap
7
pekerjaan akan membuat sesama individu rasional. Kurangnya pengetahuan masyarakat
berinteraksi dan bertukar informasi sehingga terhadap obat yang digunakan dapat menimbulkan
yang diperoleh akan semakin banyak.31 perilaku konsumsi obat menjadi tidak rasional dan
Namun berdasarkan dari penelitian ini didapatkan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengobatan
bahwa pekerjaan tidak memiliki pengaruh terhadap dalam swamedikasi.35 Masyarakat sebaiknya
sikap swamedikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian memahami tentang gejala penyakit, mengetahui obat
Wicaksono (2019) dan Mukorromah (2019) yang yang sesuai dengan indikasi, mengikuti petunjuk
menyebutkan pekerjaan tidak memiliki hasil penggunaan obat, mengawasi hasil pengobatan serta
signifikan terhadap sikap dalam swamedikasi.11,14 Hal efek sampingnya.
ini mungkin dapat dipengaruhi penyebaran kuesioner Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa
yang kurang merata yang diakibatkan karena responden banyak yang memilih melakukan
penyebaran kuesioner juga dilakukan melalui kantor swamedikasi pada urtikaria menggunakan obat
kelurahan dan kantor kecamatan untuk membantu chlorpheniramine atau biasa disebut masyarakat
mencapai target yang diperlukan. Ada kemungkinan dengan sebutan CTM. Penggunaan CTM dalam
besar jika pegawai kantor kelurahan dan kantor mengatasi urtikaria merupakan pilihan yang kurang
kecamatan juga ikut mengisi kuesioner yang tepat karena CTM termasuk dalam obat antihistamin
dititpkan. generasi pertama yang memiliki efek sedasi. Panduan
pengobatan urtikaria EAACI tahun 2018
Pengaruh Pendapatan Responden terhadap Sikap menyebutkan bahwa terapi lini pertama untuk
Swamedikasi Penyakit Kulit Urtikaria menangani urtikaria adalah dengan menggunakan
Berdasarkan dari penelitian ini didapatkan bahwa obat antihistamin generasi kedua seperti cetirizine dan
pendapatan seseorang tidak berpengaruh pada sikap loratadine, kemudian terapi lini kedua dapat dengan
swamedikasi yang dimiliki. Namun jika dilihat dari meningkatkan dosis hingga 4 kali.36 Sedangkan
frekuensi data yang didapatkan, kedua kelompok menurut PERDOSKI tahun 2017, penanganan
didominasi dengan pendapatan lebih dari 4 juta dan urtikaria dapat dilakukan dengan menggunakan
lebih banyak yang memiliki sikap baik. Hal ini antihistamin generasi kedua non sedatif kemudian
kemungkinan diakibatkan karena penyebaran apabila tidak berhasil yang diberikan antihistamin
kuesioner yang kurang merata serta pengisian generasi pertama yang bersifat sedatif.37
jawaban responden yang kurang tepat. Hasil Menurut Pusat Informasi Obat Nasional
penelitian didapatkan bahwa pekerjaan didominasi penggunaan CTM akan menimbulkan beberapa efek
pegawai negri pada kedua kelompok, sehingga samping yang dapat mengganggu aktivitas. Efek yang
memungkinkan pendapatan responden masih dalam dapat timbul antara lain efek sedasi, gangguan saluran
rentang yang sama yang dapat menyebabkan cerna, efek antimuskarinik, efek sentral, serta dapat
pendapatan responden kurang beragam dan menimbulkan stimulasi SSP paradoksal. Selain itu
kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian. CTM dapat menyebabkan reaksi alergi serta
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Ilhamdani sensitivitas silang pada obat terkait.38
(2017) yang menyatakan apabila pendapatan tinggi Pada penelitian Tuarissa et al., (2014) didapatkan
maka seseorang akan cenderung memilih layanan bahwa masyarakat lebih mengenal CTM sebagai obat
kesehatan yang memiliki kualitas dan fasilitas lebih tidur.39 Selain itu masyarakat juga masih belum
baik.32 Suffah (2017) menyebutkan bahwa memahami tentang takaran atau dosis obat yang
pendapatan seseorang berpengaruh dalam upaya digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
masyarakat melakukan pencegahan maupun masih kurang paham cara melakukan swamedikasi
penanganan untuk meningkatkan kesehatan keluarga yang benar. Tidak semua keluhan urtikaria dapat
termasuk swamedikasi.33 Keluarga yang memiliki ditangani sendiri menggunakan obat seadanya.
pendapatan tinggi akan cenderung untuk Terdapat urtikaria yang parah yang memungkinkan
mempraktikkan gaya hidup mewah dan konsumtif terjadi syok anafilaktik dan juga urtikaria yang
dikarenakan merasa mampu mendapatkan apa yang disertai angioedema. Oleh karena itu diperlukan
dibutuhkan. Semakin tinggi ekonomi keluarga maka edukasi kepada masyarakat tentang cara pemakaian
semakin baik pemberdayaan masyarakat sehingga obat yang tepat sebagai penanganan pertama pada
tingkat pendidikan akan meningkat yang membuat urtikaria dan perlu dijelaskan pula kapan sebaiknya
mudahnya akses untuk mendapatkan informasi.34 harus meminta pertolongan dokter.
Meriati et al., (2013) menyebutkan bahwa
Pengaruh Sikap Swamedikasi Responden pemberian edukasi pada masyarakat dapat menambah
Terhadap Ketepatan Pengobatan Swamedikasi pengetahuan dalam memilih dan menggunakan
Penyakit Kulit Urtikaria obat.40 Hal ini dapat diasumsikan sebagai masyarakat
Pada penelitian ini didapatkan tidak terdapat yang memiliki pengetahuan lebih tentang
pengaruh antara sikap swamedikasi terhadap swamedikasi akan mempengaruhi sikap swamedikasi
ketepatan penggunaan obat pada kedua kelompok. yang dimiliki sehingga ketepatan pengobatannya
Penelitian ini bertolak belakang dengan Kristina et al., menjadi lebih baik. Tidak jarang masyarakat
(2007) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan mendapatkan informasi swamedikasi dari media
antara sikap swamedikasi dan ketepatan massa atau media sosial yang terkadang promosi obat
pengobatan.35 Pengetahuan dan sikap berkaitan yang disampaikan saat ini terkesan dilebih-lebihkan
dengan perilaku swamedikasi yang aman, sesuai, dan dan bersifat subjektif. Apabila hal ini tidak disertai
8
pemberian informasi yang sesuai akan membuat [3] Dewi, Anak Agung I D. Hubungan Profil Pasien
masyarakat melakukan swamedikasi secara tidak Urtikaria Dengan Kejadian Urtikaria di RSUD
tepat.40 Dr. Saiful Anwar Malang. Skripsi. Universitas
Hasil penelitian yang tidak signifikan dapat Brawijaya. 2018.
diakibatkan karena adanya pengaruh dari lingkungan [4] Widiasmara, D. and Hutomo, M. Urtikaria -
selain pengaruh dari sikap swamedikasi seseorang. Studi Retrospektif. (Urticaria a Retrospective
Faktor lainnya yang mempengaruhi swamedikasi Study). 2010. (318), pp. 5–12.
adalah faktor budaya dan sosioekonomi meliputi [5] Jajuli, M. and Sinuraya, R. K. Artikel Tinjauan:
akses fasilitas kesehatan serta pengaturan penjualan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Risiko
obat yang lemah.9 Responden banyak menjawab obat Pengobatan Swamedikasi. Farmaka. 2018.
yang digunakan untuk swamedikasi didapatkan dari 16(1), pp. 48–53.
apotek dengan jarak yang sangat dekat. Menurut [6] Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi
Insany et al., (2015) kemudahan memperoleh obat- Nasional (SUSENAS) Tahun 2014. Jakarta:
obatan di apotek hingga kios di pinggir jalan dapat Badan Pusat Statistik. 2014.
mengakibatkan terjadinya ketidakrasionalan [7] Galato, D. et al. Responsible self-medication:
penggunaan obat pada masyarakat.9 review of the process of pharmaceutical
attendance: [review] TT - Responsável pela
KESIMPULAN auto-medicação: análise do processo de
1. Sikap swamedikasi dan ketepatan penggunaan atendimento farmacêutico: [revisão]’, Braz. j.
obat swamedikasi tidak berbeda antara pharm. Sci. 2009. 45(4), pp. 625–633.
kelompok kontrol dengan kelompok uji. [8] Widayati, A., Suryawati, S., de Crespigny, C.,
2. Karakteristik sosiodemografi pendidikan Hiller, J.E., Self medication with antibiotics in
berpengaruh terhadap sikap swamedikasi Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional
urtikaria masyarakat Kota Malang, sedangkan population-based survey. BMC Research Notes
karakteristik lainnya tidak berpengaruh. 4. 2011. 491.
3. Sikap swamedikasi tidak mempengaruhi [9] Insany et al. ‘Association between Perceived
ketepatan pengobatan masyarakat Kota Malang. Value and Self-Medication with Antibiotics: An
Observational Study Based on Health Belief
Model Theory’, Indonesian Journal of Clinical
SARAN Pharmacy, (2015), 4(2), pp. 77–86. doi:
1. Menggunakan data sekunder pasien urtikaria
10.15416/ijcp.2015.4.2.77.
untuk memudahkan mencari responden dan
[10] Efayanti, E., Susilowati, T. and Imamah, I. N.
menurangi bias penelitian.
‘Hubungan Motivasi dengan Perilaku
2. Melakukan penelitian secara offline atau tatap
Swamedikasi’, Jurnal Penelitian Perawat
muka agar dapat dilakukan pemantauan secara
Profesional, (2019), 1(1), pp. 21–32. doi:
langsung pada responden yang mengisi
10.37287/jppp.v1i1.12.
kuesioner.
[11] Mukorromah, Asti Laila. Hubungan Faktor
3. Melakukan penelitian dengan karakteristik
Sosiodemografi dengan Tingkat Pengetahuan
kelompok kontrol dan kelompok uji dengan
dan Sikap Swamedikasi pada Masyarakat
perlakuan yang lebih spesifik, misalnya dengan
Kelurahan Prenggan Kotagede. 2019. Skripsi.
menggunakan responden dari rumah sakit
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
tertentu.
[12] Zulkarni, Yosmar, R. and Yuliagus. ‘Gambaran
4. Memberikan edukasi tentang swamedikasi pada
Perilaku Keluarga Dalam Swamedikasi Melalui
masyarakat serta melakukan uji pre-test dan post-
Pendekatan Teori Health Belief Model (HBM)
test.
di Kecamatan Kinali Zulkarni’, Jurnal Stamina,
(2018) , pp. 1–11.
UCAPAN TERIMAKASIH [13] Kardewi, Ersita. Hubungan Pengetahuan, Sikap
Terimakasih saya ucapkan kepada Ikatan Orangtua dan Perilaku Terhadap Self Medication
Mahasiswa FK UNISMA yang telah mendukung dan Penggunaan Obat Analgesik Bebas di Stikes
membiayai penelitian ini. Bina Husada. Sriwijaya Journal of Medicine.
2018. 1(1), pp. 16–23
DAFTAR PUSTAKA [14] Wicaksono, Koko Wahid. Pengaruh Edukasi
[1] Aisah, Siti dan Effendi, Halim. Ilmu Penyakit Tentang Gema Cermat Terhadap Sikap
Kulit dan Kelamin. Jakarta:Badan Penerbit Masyarakat di Kecamatan Parigi Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Melakukan Swamedikasi. 2019. Skripsi.
2019. Universitas Islam Indonesia
[2] Fricke, J. et al. Prevalence of Chronic Urticaria [15] Yuliastuti, F., Hapsari, W.S., Mardiana, T.
in Children and Adults Across The Globe: GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat Cerdas
Systematic Review with Meta-Analysis. Menggunakan Obat) bagi Guru Sekolah Dasar
Allergy: European Journal of Allergy and Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang.
Clinical Immunology. 2020. 75(2), pp. 423– Community Empowerment. 2018. 3, 34.
432. [16] Sholiha, S., Fadholah, A. and Artanti, L. O.
Tingkat Pengetahuan Pasien Dan Rasionalitas
9
Swamedikasi Di Apotek Kecamatan Colomadu. [28] Utaminingrum, W., Lestari, J. E. and Kusuma,
Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy. A. M. Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi
2019. 3(2), pp. 1–11. Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Dalam
[17] Kristina, S. A., Prabandari, Y. S. and Pengobatan Sendiri Pada Pasien Program
Sudjaswadi, R. Perilaku Pengobatan Sendiri Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Farmasains, 2015. 2(6).
Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. [29] Sari, R. N. A. and Estri, S. A. T. S. ‘Hubungan
Majalah Farmasi Indonesia. 2008. 19(June), Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan
pp. 32–40. Terhadap Pemilihan Kosmetik Pencerah Kulit
[18] Fibrianty, F. Gambaran Pengetahuan dan Pada Wanita’, Mutiara Medika, 2012. 12(3),
Karakteristik Masyarakat RW 08 Kelurahan Pp. 170–176.
Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan [30] Anis, Farkhan. Hubungan Faktor
Sendiri Terhadap Penggunaan Obat Antiseptik. Sosiodemografi Terhadap Pengetahuan
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Swamedikasi dan Penggunaan Obat Common
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Cold di Desa Wukirsari Kecamatan
Hidayatullah. Jakarta. 2009 Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
[19] Fleg JL, Aronow WS, Frishman WH. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Cardiovascular drug therapy in elderly: benefits Yogyakarta. 2017.
and challenges. Nature Review Cardiology. [31] Kurniasih, K. A., Supriani, S. and Yuliastuti, D.
2011 8: 13-26 ‘Analisis Faktor Tingkat Pengetahuan
[20] Badan Pusat Statistik Kota Malang. Jumlah Masyarakat Tentang Tindakan Swamedikasi
Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Diare’, Media Informasi, (2020) 15(2), pp. 101–
Kelamin Tahun 2018-2020. Malang: Badan 105. doi: 10.37160/bmi.v15i2.321.
Pusat Statistik. 2020. [32] Ilhamdani, A. L. ‘Hubungan Antara Status
[21] Herli, Aldea P C. Hubungan Antara Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Pemilihan Pelayanan
Pengetahuan Orang Tua dengan Ketepatan Kesehatan Di Desa Karanggeneng Kecamatan
Swamedikasi Obat Ibuprofen pada Anak di Boyolali Kabupaten Boyolali Tahun 2016’,
Apotek Kota Malang. Skripsi. Universitas Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Brawijaya Malang. 2019. (2017). 4, pp. 9–15.
[22] Panero, Cinzia.,, Persico, Luca. Attitudes [33] Suffah, Nisa’in K. Pengaruh Tingkat
Toward and Use of Over The Counter Pengetahuan Terhadap Tindakan Swamedikasi
Medications among Teenagers: Evidence from Diare di Kecamatan Karanggeneng Lamongan.
an Italian Study. International Journal of Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana
Marketing Studies. 2016. Vol 8(3). Malik Ibrahim Malang. 2017.
[23] Alatas, S. S. S. ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan [34] Utari, D. and Setiono, W. ‘Hubungan Status
Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Ekonomi Keluarga Dengan Perilaku Pengobatan
Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Sendiri (Self-Medication)’, Media Ilmu
Jakarta Timur’, eJournal Kedokteran Kesehatan, (2016). 5(1), pp. 7–13. doi:
Indonesia, (2013). 1(1). doi: 10.30989/mik.v5i1.45.
10.23886/ejki.1.1596.53-57. [35] Kristina, S. A., Prabandanri, Y. S. and
[24] Yulianti, T.S., Meilina, W., Wijayanti, P. Sudjaswadi, R. ‘Perilaku Pengobatan Sendiri
Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat yang Rasional pada Masyarakat’, Berita
Pengetahuan Tentang Kesehatan Jiwa Dengan Kedokteran Masyarakat, (2007) 23(4), pp. 176–
Sikap Masyarakat Terhadap Pasien Gangguan 183.
Jiwa Di Rw XX Desa Duwet Kidul, Baturetno, [36] Hide, Michihiro., Takahagi, Shunsuke., and
Wonogiri. KOSALAJIK. 2016. Vol. 4 No. 1 Hiragun. Takaaki. Urticaria and Angioedema. In
Maret 2016. : Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH,
[25] Subdirektorat Statistik Pendidikan dan McMichael AJ, Orringer JS, editors.
Kesejahteraan Sosial. Potret Pendidikan Fitzpatrick's Dermatology 9th Edition. New
Indonesia Statistik Pendidikan. Jakarta : Badan York: McGraw-Hill. p. 684, 687-690, 691-695,
Pusat Statistik. 2020. 697, 702, 703. 2019.
[26] Nilamsari, N. and Handayani, N. ‘Tingkat [37] Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Pengetahuan Akan Mempengaruhi Tingkat Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan
Depresi Penderita Kanker’, Journal of Health Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Sciences, (2018). 7(2), pp. 107–113. doi: Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
10.33086/jhs.v7i2.498. 2017.
[27] Husna, H. I. and Dipahayu, D. Pengaruh [38] BPOM. Informatorium Obat Nasional
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Rasionalitas Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Penggunaan Analgesik Oral Non Steroid Anti- Makanan. 2015.
Inflamatory Drug Golongan Non Selective [39] Tuarissa, S., Wullur, A. C., and Citraningtyas,
COX-1 dan COX-2 Secara Swamedikasi. G. ‘Profil Penggunaan Obat Klorfeniramin
Journal of Pharmacy and Science. 2017. 2(2),
pp. 24–29.
1
Maleat Pada Masyarakat di Kelurahan Bailang W. ‘Dampak Penyuluhan Pada Pengetahuan0
Dan Kelurahan Karombasan Kota Manado’, Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – Penggunaan Obat Batuk Swamedikasi Di
UNSRAT, (2014), 3(4), pp. 22–37. Kecamatan Malalayang’, Pharmacon, (2013),
[40] Meriati, N. W. E., Goenawi, L. R. and Wiyono, 2(3)

Anda mungkin juga menyukai