Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kanker serviks
1.1. Pengertian

Kanker Serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang melekat pada puncak vagina yang
disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus (HPV). Sebesar 90% kanker
serviks berasal dari dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks
sedangkan 10% lagi berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tersebut pada umumnya
menjangkit perempuan dengan usia reproduksi (Pudiastuti, 2010).

1.2. Epidemiologi

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa kasus kanker serviks akan
semakin mengalami peningkatan, dimana diperkirakan sebanyak 10 juta kasus baru per
tahun dan akan meningkat menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Di Indonesia
diperkirakan sebanyak 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi di setiap tahunnya, dengan
perkiraan angka kematian sebesar 7.500 setiap tahunnya. Selain itu, diperkirakan terjadi
41 kasus baru kanker serviks setiap harinya dan juga sebanyak 20 orang akan meninggal
dunia akibatnya.
Berdasarkan hasil penelitian Dhani Arief Prandana di RSUP. H. Adam Malik pada
tahun 2011 silam, didapati sebanyak 367 orang penderita kanker serviks dengan golongan
umur terbanyak adalah 40-55 tahun (58,3%). Kebanyakan penderita kanker serviks dengan
status pendidikan SMP-SMA (57,2%). Paritas yang paling banyak adalah 56,1%
(Masriadi, 2016).

1.3. Etiologi

Human Papilloma Virus (HPV) merupakan 99,7% etiologi kanker serviks di seluruh
dunia. Virus ini mempunyai diameter 55µm. Human Papilloma Virus (HPV) bersifat
spesifik dan hanya akan tumbuh pada sel manusia terutama pada sel-sel lapisan
permukaan atau epitel mulut rahim. Ada tiga golongan tipe HPV yang erat hubungannya
dengan kanker serviks, yaitu: HPV resiko rendah (tipe 6, 11, dan 46) yang jarang
ditemukan karsinoma invasif, HPV resiko sedang (tipe 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58), dan
yang terakhir HPV resiko tinggi (tipe 16, 18, 31). Ketiga golongan virus HPV ini dapat
menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal, namun hanya HPV resiko sedang dan
HPV resiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks (Norma, 2013).

Kasus kanker serviks sebesar 50% berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe
16. Penyebaran virus ini terjadi melalui hubungan seksual terutama pada seksual
aktif. Virus HPV menyerang selaput didalam mulut dan kerongkongan servik serta anus.
Apabila tidak terdeteksi dengan segera, infeksi virus HPV akan menyebabkan
terbentuknya sel-sel prakanker servik dalam jangka panjang (Rasjidi, 2008).

1.4. Perjalanan penyakit

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) pada umumnya terjadi pada perempuan
dengan usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap dan berkembang menjadi displasia atau
menjadi sembuh sempurna.Virus ini ditemukan pada 95% kasus kanker leher rahim
(Kemenkes, 2013).
Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi
ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah tranformasi. Sel yang mengalami mutasi
disebut sel displastik dan kelainan epitel disebut displasia (Neoplasia Intraepitel Serviks
/NIS). Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, dispalsia berat dan karsinoma in-
situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif (Kemenkes, 2013).
Lesi displasia sering juga dikenal dengan sebutan “lesi prakanker”. Perbedaan derajat
displasia didasarkan atas tebalnya epitel yang mengalami kelainan dan juga beratnya
kelainan pada sel tersebut. Sedangkan karsinoma in- situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif, tetapi membran basilnya masih dalam
keadaan utuh. Pada lesi prakanker ringan dapat mengalami regresi spontan dan dapat
menjadi normal kembali, sebaliknya lesi sedang dan berat berpotensi berubah menjadi
kanker invasif (Kemenkes, 2013).

Anda mungkin juga menyukai