Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PDR

PERANCANGAN PERATURAN DAERAH


ILUSTRASI SOAL
Salah satu tujuan berdirinya negara serta terbentuknya pemerintahan adalah untuk mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan rakyat sebagaimana termaktub dalam Pancasila serta alinea keempat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang salah satunya dilakukan
dengan pemenuhan hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan merupakan salah satu bentuk hak asasi
manusia, di mana setiap orang memiliki hak untuk hidup sehat, berada dalam lingkungan yang sehat,
serta dijamin aksesnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Selain dalam alinea keempat Pembukaan, hak atas kesehatan pun dijamin dalam Pasal 28 H ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemenuhan hak atas kesehatan ini
dilakukan berdasarkan asas (1) Perikemanusiaan; (2) Pemberdayaan dan Kemandirian; (3) Keadilan
dan Kemerataan; dan (4) Pengutamaan dan Manfaat. Adapun yang harus dilakukan untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan adalah dengan peningkatan (1) Upaya Kesehatan; (2)
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; (3) Pembiayaan Kesehatan; (4) Sumber Daya Manusia
Kesehatan; (5) Penyediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan; (6) Manajemen, Informasi, dan
Regulasi Kesehatan; dan (7) Pemberdayaan Masyarakat.

Di awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan adanya penyakit yang disebut sebagai Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Setidaknya telah ditemukan
dua jenis coronavirus yang menyebabkan penyakit dengan gejala berat yaitu Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Gejala umum
infeksi COVID-19 adalah gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas.
Masa inkubasi virus ini rata-rata terjadi selama 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
Pada kasus yang berat, virus ini dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan kematian. Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat dan penyebaran ke
berbagai negara sejak pertama kali virus ini diidentifikasi terjadi dalam waktu yang singat
dikarenakan mobilitas masyarakat. Thailand merupakan negara pertama di luar China yang
melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus
pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara
lain. Hingga Oktober 2020, World Health Organization (WHO) melaporkan adanya 45.428.731
kasus terkonfirmasi dengan kematian sejumlah 1.185.721 jiwa.

COVID-19 oleh WHO telah dinyatakan sebagai pandemi global dan di Indonesia dinyatakan sebagai
jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat serta bencana non-alam yang
tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga kerugian ekonomi yang signifikan sehingga perlu
dilakukan upaya penanggulangan yang di dalamnya termasuk pencegahan serta pengendalian.
Perlindungan terhadap kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah sehingga perlu adanya kerja sama yang baik agar wabah dan kedaruratan
kesehatan masyarakat dalam masa pandemi COVID-19 ini dapat segera teratasi.

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau mengobati COVID-
19. Pengobatan yang saat ini digunakan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Adapun
beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu masih diteliti melalui uji klinis.

Strategi penanggulangan COVID-19 perlu dilakukan dengan memperhatikan (1) Koordinasi,


Perencanaan, dan Pemantauan; (2) Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat; (3)
Surveilans, Tim Gerak Cepat, Analis Risiko, dan Penyelidikan Epidemiologi; (4) Pintu Masuk
Negara dan Wilayah, Perjalanan Internasional dan Domestik, dan Transportasi; (5) Laboratorium; (6)
Pengendalian Infeksi; (7) Manajemen Kasus; (8) Dukungan Operasional dan Logistik; dan (9)
Keberlangsungan Pelayanan dan Sistem Esensial. Selain itu, perlu juga memperhatikan kondisi
transmisi di komunitas dan kondisi keterbatasan kapasitas baik dari segi infrastruktur maupun
sumber daya manusia.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa perlindungan kesehatan masyarakat membutuhkan


kerja sama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka secara khusus di Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Daerah Provinsi memandang perlu untuk membuat sebuah peraturan yang di dalamnya
mengatur mengenai pencegahan dan penanggulangan COVID-19.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Peraturan Daerah ini adalah:
- Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
- Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan/atau morfologi suatu organ
dan/atau jaringan tubuh manusia, termasuk kelainkan biokimia yang akan menimbulkan
gangguan fungsi.
- Penderita adalah setiap orang yang mengidap Penyakit tertentu.
- Coronavirus Disease 2019 yang selanjutnya disingkat COVID-19 adalah Penyakit Menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2.
- Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 adalah kegiatan mencegah Penyakit COVID-19 dan
menangani Penderita COVID-19 agar tidak terjadi perluasan/penularan/kecacatan/kematian
akibat penyakit melalui Upaya Kesehatan Promotif, Preventif, Kuratif, Paliatif, dan Rehabilitatif.
- Sistem Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat SKN adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa lndonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
- Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
- Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.
- Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
- Penyakit Menular adalah Penyakit yang dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh agen
biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit.
- Penyakit Tidak Menular adalah Penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang
perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang.
- Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat.
- Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi.
- Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan, baik Promotif, Preventif, Kuratif, Paliatif,
maupun Rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
- Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar Penyakit
Menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan meskipun belum
menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan alat
angkut, atau barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang yang
mengandung penyebab Penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah
kemungkinan penyebaran Penyakit ke orang dan/atau barang di sekitarnya.
- Karantina Rumah adalah pembatasan penghuni dalam suatu rumah beserta isinya yang diduga
terinfeksi Penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran Penyakit atau kontaminasi.
- Isolasi adalah pemisahan Penderita dan yang atau diduga sakit dari orang sehat yang dilakukan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau di kediaman masing-masing atas pengawasan petugas medis
untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
- Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan Penyakit,
merawat Penderita, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
- Obat adalah bahan atau paduan bahan, temrasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
- Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan Penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan Penyakit, dan pemulihan kesehatan.
- Upaya Kesehatan Promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
- Upaya Kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pencegahan
yang dilakukan untuk menghindari atau mengurangi faktor risiko, masalah, dan dampak buruk
akibat Penyakit.
- Upaya Kesehatan Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan Penyakit, pengurangan penderitaan akibat Penyakit, pengendalian
Penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas Penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
- Upaya Kesehatan Rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan Penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
- Upaya Kesehatan Paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup Penderita dan
keluarga dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
identifikasi awal, pengkajian secara menyeluruh, pengobatan nyeri, pencegahan penderitaan
meliputi masalah fisik, psiko sosial dan spiritual.
- Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran COVID-19.
- Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Adalah penting bagi setiap orang untuk melaksanakan kewajibannya dalam upaya Pencegahan dan
Penanggulangan COVID-19 yaitu: a. melaksanakan Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif; b.
melaksanakan dan mendukung Upaya Kesehatan Kuratif dan/atau Rehabilitatif; c. melaporkan
adanya Penderita atau diduga Penderita sebagai akibat yang ditimbulkan dari COVID-19; dan d.
mematuhi larangan dan melaksanakan ketetapan Gubernur dalam upaya mencegah dan
menghentikan penularan COVID-19. Bila kewajiban ini dilanggar, pelanggar dapat dikenakan sanksi
administrasi yang berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan/atau c. denda administratif.
Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi administrasi ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.

Adapun dalam pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19, Gubernur dapat


melakukan pembatasan kegiatan kemasyarakatan di bidang keagamaan, kegiatan sosial, dan/atau
kegiatan ekonomi, yang lebih lanjut diatur dengan Peraturan Gubernur.

Salah satu bentuk Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 dapat dilakukan melalui Pembatasan
Sosial Berskala Besar. Dengan persetujuan Menteri, Pemerintah Daerah dapat melakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar di Daerah. Pelaksanaannya harus didasarkan pada pertimbangan
epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, teknis operasional,
pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Kriteria yang harus
dipenuhi untuk dilakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Pencegahan dan
Penanggulangan COVID-19 adalah: a. jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat COVID-19
meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan b. terdapat kaitan
epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain. Pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar ini diusulkan oleh Gubernur kepada Menteri. Menteri akan kemudian menetapkan
status Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan memperhatikan pertimbangan Ketua Pelakana
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Selain dengan melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar, Pencegahan dan Penanggulangan COVID-
19 juga dilakukan dengan adanya Protokol Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. Protokol
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 dibentuk oleh Pemerintah, sedangkan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Protokol tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah juga wajib untuk melakukan sosialisasi secara masif
penerapan Protokol Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 dengan melibatkan masyarakat,
pemuka agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan unsur masyarakat lainnya.

Untuk menyusun Peraturan Daerah ini, terdapat peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi
acuan atau dasar pembentukan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236).
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita
Negara tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomr 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan
Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4010).
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063).
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3273).
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072).
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6414).
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516).
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tantang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3656).
10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723).
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755).
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 915).
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1609)
14. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431).
15. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193).
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan Balita (KIBBLA) Di Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Tahun 2009 Nomor 9).
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Swasta di Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2007
Nomor 8).
18. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5570).
19. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6444).
20. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6478).

Terdapat pula aturan dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah seperti Pasal 18 ayat (6)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

SOAL:
Susunlah Peraturan Daerah Provinsi berdasarkan uraian di atas. Peraturan Daerah yang disusun
sekurang-kurangnya harus mencantumkan:

Poin
No. Pokok Pengaturan
maksimum
Judul, frasa pembuka, jabatan pembentuk Peraturan Daerah dimaksud, serta
1. 10
diktum.
Konsiderans (menimbang) yang memuat landasan filosofis, sosiologis, dan
2. yuridis sebagai dasar pertimbangan dan latar belakang pembentukan 15
Peraturan Daerah dimaksud.
Dasar hukum (mengingat) sebanyak 10 (sepuluh) buah dari peraturan
perundang-undangan di atas, pilihlah yang harus dicantumkan dan dianggap
3. 5
paling relevan untuk menjadi dasar pembentukan Peraturan Daerah
dimaksud.
4. Ketentuan umum, minimal 10 (sepuluh) butir. 10
Materi pokok yang diatur, terdiri dari 5 (lima) buah norma/kaidah perilaku
5. 30
sesuai struktur dasar kaidah. Beri juga analisis struktur kaidahnya.
Ketentuan kewenangan, terdiri dari 2 (dua) buah norma/kaidah
6. 10
kewenangan.
7. Ketentuan sanksi, terdiri dari 1 (satu) buah norma/kaidah sanksi. 5
8. Ketentuan peralihan, terdiri dari 1 (satu) buah norma/kaidah peralihan. 5
9. Ketentuan penutup, terdiri dari 1 (satu) buah norma/kaidah penutup. 5
10. Bagian penutup. 5

*****

Anda mungkin juga menyukai