Anda di halaman 1dari 10

BAB II

STUDI LITERATUR

A. Tinjauan Umum Terhadap Hasil Belajar

1. Konsep Belajar

Dalam pengertian belajar, Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. (2009):11)

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

“Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan


tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun
implisit (tersembunyi).”

Sedangkan definisi belajar menurut Dr. Nana Sudjana (2004):28) Belajar

adalah Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang.

Belajar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pengertian berdasarkan

sudut pandang yang mereka pakai. Teori-teori belajar tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Teori Daya

Menurut teori ini, belajar adalah kegiatan individu untuk melatih daya-

daya yang ada pada dirinya. Teori didasari oleh asumsi bahwa otak

manusia memiliki suatu potensi yang berupa daya ingat, daya pikir, daya

untuk mengeksfresikan sesuatu, daya kreatif, dan daya-daya lainnya.

b. Teori Asumsi

Belajar untuk teori ini adalah melakukan resfon tertentu terhadap stimulus

(rangsangan) yang datang atau muncul dari lingkungan sekitarnya. Hal ini

8
9

didasari oleh asumsi bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk

memberikan resfon atau suatu stimulus yang datang dari lingkungannya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam situasi belajar sehingga siswa memahami

sesuatu yang baru.

c. Teori Gestalt

Berdasarkan teori Gestalt ini, belajar dapat didefinisikan terhadap

beberapa rumusan sebagai berikut:

- Pertama : Belajar adalah proses yang terjadi bila seseorang mendapat

insting di dalam suatu keadaan yang problematic. Dan yang di maksud

dengan insting adalah suatu momentum di mana pihak yang belajar secara

tiba-tiba menemukan reorganisasi baru dari unsur yang terdapat dalam

situasi belajar sehingga siswa memahami sesuatu yang baru.

- Kedua : Belajar adalah proses akhir yang dilaksanakan melalui berbuat,

mengadakan reaksi dan mengalami sesuatu yang memungkinkan

terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap baru pada pihak

belajar.

- Ketiga : Belajar adalah proses interaksi antara berbagai potensi yang ada

pada diri siswa dengan aneka potensi yang datang dari guru, siswa lainnya,

fakta-fakta yang dikenalnya, konsep-konsep yang ditemukannya dan

lingkungan hidup.

2. Fase-fase Kegiatan Belajar

Belajar apabila dipandang suatu proses, maka akan memiliki tahapan-

tahapan yang harus dilaluinya. Tahapan-tahapan tersebut dikenal dengan


10

sebutan fase-fase belajar. Robert M. Gagne mengungkapkan bahwa dalam

belajar tersebut terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:

a. Fase Apprehending atau fase pemahaman

b. Fase acqistion atau fase pemilikan

c. Fase Storage atau fase penyimpanan

d. Fase retrieval atau fase pengeluaran kembali.

Dengan ini Jerome Burner, menyatakan pendapatnya bahwa proses belajar

tersebut terdiri dari fase sebagai berikut:

 Fase penerimaan informasi

 Fase transformasi

 Fase evaluasi

Dengan diketahui dan dipahaminya teori dan fase-fase dalam belajar maka

diharapkan seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya

sesuai dengan kondisi dan tingkat psikologis siswa yang bersangkutan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam pengertiannya banyak berhubungan dengan tujuan

pembelajaran. Dengan ini Nana Sudjana, menyatakan pendapatnya bahwa

hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu:

1. Tipe hasil belajar bidang kogntif

2. Tipe hasil belajar bidang afektif

3. Tipe hasil belajar bidang psikomotor


11

Begitu pula dengan Benjamin S. Bloom (1956 : 1-10) mengklasifikasi

hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah

afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh. Menurut pandangan

ahli jiwa Gastalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh

baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar

bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh

fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan

kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam

proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar

mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku

yang dapat diukur dengan tes tertentu.

B. Tinjauan Umum Terhadap Metode Mengajar

1. Pengertian metode mengajar

Metode mengajar merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan

yang digunakan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar megajar.

Dalam pengertian metode mengajar, DR. Nana Sudjana. (2004):76)

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:


12

“Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam


mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”

Ada beberapa faktor yang menunjang teori di atas, seperti yang dikemukakan

oleh E. Kusmana (1985:164-165) adalah sebagai berikut:

a. Tujuan yang ingin dicapai

b. Faktor siswa

c. Faktor guru

d. Faktor sifat materi yang disajikan

e. Faktor waktu yang tersedia bagi pelaksanaan PBM.

Adapun di dalam memilih metode mengajar,pelajaran ada syarat-syarat yang

harus ditempuh atau mempraktekan dalam penggunaanya adalah seperti yang

digunakan oleh Drs. Yusup D. (1982:11-12) dalam bukunya Metode Mengajar

adalah sebagai berikut:

1. Metode mengajar yang digunakan harus menjamin perkembangan


kepribadian muridnya.
2. Metode mengajar yang dipakai harus memberikan kesempatan bagi ekspresi
yang relative dari kepribadian siswa.
3. Metode mengajar yang digunakan harus membangkitkan keinginan motif,
minat atau gairah murid.
4. Metode mengajar yang digunakan harus membangkitkan keinginan murid
untuk belajar lanjut, eksplorasi dan mitovasi.
5. Metode mengajar yang digunakan harus mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara untuk memperoleh pengetahuan melalui usaha
sendiri.
6. Metode mengajar yang digunakan harus dapat memadukan yang bersifat
verbalistis dan menggantikan dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan
bertujuan.
7. Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap utama yang diharapkan dalam
kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
8. Metode mengajar yang digunakan harus membimbing murid.
13

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran (Wartono, dkk, 2004). Sedangkan menurut Kunandar (2008),

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa, untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

Dan menurut Lie (2002), pembelajaran kooperatif dapat mencapai hasil yang

maksimal apa bila menerapkan lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu;

saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.

a. Cooperative Learning Model JigSaw

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam

proses belajar mengajar, yaitu type Jigsaw yang dikembangkan oleh

Aronson et. al. Menurut Lie (2002). Dalam teknik ini guru harus

memperhatikan pengetahuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa

mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu, agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Siswa juga harus bekerjasama dengan siswa lain

dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.


14

Pembelajaran kooperatif type Jigsaw merupakan salah satu type

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksinal.

Dalam model belajar ini terdapat langkah-langkah dalam

penyelenggaraannya, di mana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok

kecil berdasarkan pertimbangan tertentu (Isjoni, 2007).

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif type Jigsaw yang

dikembangkan sebagai berikut:

1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-

masing terdiri dari 4 atau 5 orang anggota kelompok dan tiap kelompok

mempunyai anggota yang heterogen, kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk tugas yang berbeda

kepada setiap siswa dari kelompok asal, yang akan dikerjakan

dikelompok ahli.

3. Setiap siswa dari kelompok asal pergi untuk membentuk kelompok ahli.

Setiap siswa yang mendapatkan tugas yang sama berkumpul untuk

mendalami materi atau tugas secara maksimal.

4. Setiap siswa yang berada dikelompok ahli kembali kekelompok asal dan

mengajarkan materi atau tugasnya kepada anggota kelompok lain.

5. Di dalam kelompok asal setiap siswa berbagi dan menggabungkan

informasi yang diperoleh dari teman kelompoknya.

6. Evaluasi terhadap materi yang diperolehnya secara individu.

7. Penghargaan individu atau kelompok.


15

b. Cooperative Learning Model TGT

Teams Games Tournament, pada mulanya dikembangkan oleh David

DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran yang

pertama dari Jhons Hopkins.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan persaingan sehat.

Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa

harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang

disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada

saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan

menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya

heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik.
16

Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok

agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar

kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan

sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba

menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang

menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang

nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit

setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah

mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke

dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya

dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan

seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing

team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super


17

Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata

mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

C. Hipotesis

Berdasarkan studi literature dan permasalahan yang telah dirumuskan pada

bagian sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe

Jigsaw lebih baik daripada yang menggunakan model kooperatif tipe Team

games Tournament (TGT).

Anda mungkin juga menyukai