Anda di halaman 1dari 17

LANGKAH – LANGKAH STRATEGIS PENGHEMATAN BIDANG

AIR

DAFTAR ISI

BAB. I. PENDAHULUAN
1.1. Air dan lingkungan
1.2. Potensi Sumber-sumber Air

BAB.II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


2.1. Kebijakan umum
2.2. Tata Pengaturan Air
2.3. Pengaturan Penghematan Air

BAB.III. PERMASALAHAN PENGHEMATAN AIR


3.1. Kerusakan DAS
3.2. Kerusakan Infrastruktur SDA
3.3. Pelanggaran Rencana dan Pola Tanam
3.4. Tinjau ulang Pola Operasi Waduk

BAB.V. LANGKAH – LANGKAH PENANGANAN


PERMASALAHAN
5.1. Penanganan non fisik
5.2. Penanganan secara fisik

BAB.VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

1
LANGKAH – LANGKAH STRATEGIS PENGHEMATAN
BIDANG AIR

BAB I.
PENDAHULUAN.

1.1. Air dan Lingkungan.


Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk semakin
meningkat tanda terkendali, yang memberikan dampak meningkat pula
kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan baik untuk rumah tangga,
industri, irigasi, penggelontoran dan lain-lainnya.
Pada sisi lain ketersediaan air semakin terbatas, akibat kondisi
lingkungan daerah-daerah resapan air seperti hutan sebagai kantong air
alami atau bahkan sebagai regulator air alami mengalami kemerosotan
fungsi akibat perusakan yang disebabkan oleh manusia karena terdesak
kebutuhan baik itu untuk nafkah, perumahan atau lahan usaha serta
pencemaran air, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik antar
pemanfaat air dan antar wilayah.
Kondisi tersebut di atas berdampak jika musim hujan terjadi banjir
dan pada musim kemarau terjadi kekeringan yang terjadi di berbagai
wilayah di Jawa Tengah . Hal ini apabila tidak segera dilakukan langkah-
langkah penanganan permasalahan akan membawa kerugian bagi
kehidupan pada masa mendatang.
Dalam pemanfaatan air agar dipertimbangkan daya dukung alam
dengan tidak memaksakan kehendak menggunakan air yang tidak sesuai
dengan kapasitas sumber air yang ada. Dari pengalaman menunjukkan
bahwa kekeringan terjadi lebih banyak disebabkan oleh perilaku manusia
daripada kondisi alam itu sendiri.
Usaha konservasi perlu terus digalakkan seperti memperbanyak
tampungan-tampungan air alami maupun tampungan buatan seperti,

2
waduk, embung, long storage sungai, sumur resapan dan sebagainya.
Guna memenuhi kebutuhan air secara proporsional , diperlukan
kebersamaan dalam pemanfaatan air dengan mentaati tata pengaturan
air yang telah disepakati bersama dan melaksanakan budaya hemat air.

1.2. Potensi Sumber Sumber Air


Jawa Tengah beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim
hujan terjadi antara bulan Oktober sampai dengan Maret dan musim
kemarau pada bulan April sampai dengan September. Pada daerah Jawa
Tengah bagian timur musim hujan lebih pendek atau musim kemaraunya
lebih panjang.

1.2.1 Prakiraan Awal Musim Kemarau 2011


a. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan April 2011
meliputi : Pati bagian timur. (Luasan Zona Musim + 3.125%)
b. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Mei 2011
meliputi : Kab.Blora, Kab.Rembang, Kab.Wonogiri, Kab.Sukoharjo,
Kab.Klaten, Kab.Boyolali; sebagian besar wilayah Kab.Semarang,
Kab.Sragen, Kab.Grobogan, dan Kab.Karanganyar,; sebagian wilayah
Kab.Magelang dan Kab.Jepara; Kab.Purworejo dan Kab.Kudus bagian
selatan; Kab.Kebumen bagian tenggara; sebagian kecil wilayah
Kab.Demak; Kab.Brebes bagian utara; Kab.Tegal bagian barat laut.
(Luasan Zona Musim + 56.25%)
c. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juni 2011
meliputi : Kab.Cilacap, Kab.Banyumas, Kab.Purbalingga, Kab.
Pemalang, Kab.Kendal, Kodya Semarang; sebagian besar wilayah
Kab. Brebes, Kab.Kebumen, Kab.Purworejo, Kab.Temanggung, Kab.
Pekalongan, Kab.Batang, Kab.Demak, Kab.Banjarnegara, Kab.
Wonosobo; Kab.Kudus dan Kab.Semarang bagian utara; sebagian
wilayah Kab.Magelang dan Kab.Jepara; sebagian kecil wilayah barat
Kab.Pati dan Kab.Grobogan; sebagian kecil wilayah selatan

3
Kab.Sragen; sebagian kecil wilayah utara Kab.Karanganyar. (Luasan
Zona Musim + 37.5%)
d. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juli 2011
meliputi : Kab.Banjarnegara bagian timur laut, Kab.Wonosobo
bagian utara; sebagian kecil wilayah selatan Kab.Pekalongan dan
Kab.Batang.(Luasan Zona Musim + 3.125%)

1.2.2 Ketersediaan Air.


A. Bendungan /Waduk.
Pantauan 38 waduk di Jawa Tengah per Minggu II September 2011
sebagai berikut :
a. 1 waduk dalam perbaikan (Waduk Lodan).
b. 9 waduk dalam kondisi kosong
c. 4 waduk dalam kondisi dibawah rencana operasi
d. 22 waduk dalam kondisi diatas rencana operasi
e. 2 waduk dalam kondisi sesuai rencana

B. Bendung.
Dari hasil pantauan 35 Bendung Kontrol Point di Jawa Tengah yang
dilakukan pantuan setiap Minggu dan kondisi Minggu Ke II bulan
September tahun 2011 sebagai berikut :
a) Sungai-sungai Jawa Utara bagian Timur menunjukkan faktor K
Kabupaten Jepara 0,40, Kabupaten Kudus antara 0,58 s/d 1,
sedangkan Bendung Kontrol point di Kabupaten Rembang,
Kabupaten Blora dan Kabupaten Pati menunjukan angka 0.
b) Sungai-sungai Jawa Utara Bagian Barat menunjukkan faktor K
di masing-masing Kabupaten terjadi perbedaan yang cukup
menonjol di Kaseperti Batang, Pekalongan, kecuali Pemalang
faktor K > 0.64 dan Brebes sedang pengeringan
c) Sungai-sungai Jawa Selatan Bagian Timur menunjukkan faktor
0,50 < K < 1.00 seperti daerah Sragen, Karanganyar,

4
Sukoharjo, Boyolali , Klaten dan Wonogiri dan Karanganyar
kosong.
d) Sungai-sungai Jawa Selatan Bagian Barat menunjukkan faktor
K = 1 seperti Banjarnegara , Banyumas dan Cilacap.

1.3 Potensi Air dan Sumber Air

Potensi air dan sumber air permukaan di Jawa Tengah yang


dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan adalah sebagai berikut :

Potensi : 65,733 milyar m3 (100%)

Dimanfaatkan :

- Konservasi (waduk, embung, dll): 2,308 milyar m 3 (3,51%)

- Non konservasi : 25,282 milyar m3 (38,46%)

Belum dimanfaatkan :
- Degradasi (pencemaran) : 514 milyar m3 (0,78%)

- Terbuang ke laut : 37,628 milyar m3 (57,24%).

Sedangkan potensi air bawah tanah yang teridentifikasi sebanyak 12,268


milyar m3, sementara yang diambil dan dipergunakan untuk keperluan
domestik (rumah tangga dan air minum) sebanyak 1,714 milyar m 3 dan
kebutuhan industri sebanyak 0,147 milyar m 3.

5
BAB II
KEBIJAKAN TATA PENGATURAN AIR.

2.1. Kebijakan umum


Kebijakan umum dalam pengelolaan sumber daya air adalah sesuai
yang diamanatkan Undang - Undang RI Nomor. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air yang secara garis besar sebagai berikut:

2.1.1. Konservasi Sumber Daya Air ( SDA ).


Konservasi Sumber Daya Air ( SDA ) ditujukan untuk menjaga
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi
sumber daya air. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan
melalui:
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air;
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. Pengisian air pada sumber air
d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
f. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
g. Rehabilitasi daerah sempadan sumber air;
h. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan atau
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam,dan kawasan
pelestarian alam.

2.1.2. Pendayagunaan Sumber Daya Air ( SDA ).


Pendayagunaan Sumber Daya Air dilakukan melalui kegiatan
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan
pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pengelolaan
sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai,

6
dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
Mempunyai tujuan memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat
secara adil dan dilakukan mengutamakan fungsi sosial untuk
mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaatan air,
membayar biaya jasa pengelolaan SDA dan dengan melibatkan
masyarakat.

2.1.3 Penatagunaan Sumber Daya Air ( SDA ).


Penetapan zona merupakan salah satu acuan untuk
penyusunan atau perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana
pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang bersangkutan, hal ini
untuk menetapkan zona pemanfaatan dan peruntukan air pada
sumber air.
Penetapan zona pemanfaatan SDA dilakukan :
 mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budidaya.
 menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara
teknis hidrologis.
 Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis
sempadan sumber air.
 Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan.
 Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang
berkepentingan.
 Memperhatikan fungsi kawasan.
Penetapan peruntukan air pada sumber air setiap wilayah sungai
dilakukan dengan memperhatikan :
 daya dukung sumber air.
 jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi
pertumbuhannya.
 perhitungan dan proyeksi kebutuhan SDA.
 Pemanfaatan air yang sudah ada.

7
2.1.4. Penyediaan Air
Penyediaan SDA dilaksanakan berdasarkan rencana
pengelolaan SDA yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta
memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari hari dan irigasi bagi
pertanian rakyat dalam system irigasi yang sudah ada merupakan
prioritas utama penyediaan SDA diatas semua kebutuhan. Apabila
penetapan urutan prioritas penyediaan SDA menimbulkan kerugian
bagi pemakai SDA, Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib
mengatur kompensasi kepada pemakainya.

2.1.5. Penggunaan air


Penggunaan SDA dilaksanakan sesuai penatagunaan dan
rencana penyediaan SDA yang telah ditetapkan dalam rencana
pengelolaan SDA wilayah sungai bersangkutan dan ditujukan untuk
pemanfaatan SDA serta prasarananya sebagai media dan atau
materi. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari hari, sosial dan
pertanian rakyat dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber air
dan lingkungannya atau prasarana umum yang bersangkutan.
Setiap orang atau badan usaha berupaya menggunakan air secara
daur ulang dan menggunakan kembali air.

2.1.6. Pengembangan Sumber Daya Air ( SDA )


Pengembangan SDA dilaksanakan tanpa merusak
keseimbangan lingkungan hidup, ditujukan untuk peningkatan
kemanfaatan fungsi SDA guna memenuhi kebutuhan air baku rumah
tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan, pertambangan,
ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya.

8
Pengembangan SDA diselenggarakan berdasarkan rencana
pengelolaan SDA dan rencana tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan :
 daya dukung SDA.
 kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.
 kemampuan pembiayaan.
 Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.

Pengembangan sumber daya air meliputi :


 air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air
permukaan lainnya.
 air tanah pada cekungan air tanah.
 air hujan.
 air laut yang berada didarat.
Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan
sumber air permukaan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan
karakteristik dan fungsi sumber air yang bersangkutan.
Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah dilakukan
secara terpadu dalam pengembangan SDA pada wilayah sungai
dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah.
Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan
dengan mengembangkan teknologi modifikasi cuaca.
Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada didarat
dilakukan dengan memperhatikan fungsi lingkungan hidup.

2.1.7. Pengusahaan Sumber Daya Air ( SDA )


Pengusahaan SDA permukaan yang meliputi satuan wilayah
sungai hanya dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik negara atau
milik daerah di bidang pengelolaan SDA atau kerja sama antara
badan usaha milik negara dengan badan usaha milik daerah.
Diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi social dan kelestarian

9
lingkungan. Dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerja
sama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari
pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pengusahaan dapat berbentuk :
 penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan
yang ditentukan dalam perizinan.
 pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu sesuai
persyaratan yang ditentukan dalam perizinan.
 pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai
persyaratan yang ditentukan dalam perizinan.

2.1.8. Pemberdayaan dan Pengawasan.


Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan
pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan SDA
secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan SDA. Dilaksanakan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan SDA
dengan melibatkan masyarakat. Diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta
pendampingan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan SDA,
diselenggarakan kegiatan pengawasan terhadap seluruh proses dan
hasil pelaksanaan pengelolaan SDA pada setiap wilayah sungai.
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya melaksanakan pengawasan dengan melibatkan
peran masyarakat. Pemerintah menetapkan pedoman pelaporan dan
pengaduan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan SDA.

2.1.9. Koordinasi
Pengelolaan SDA dilakukan melalui koordinasi dengan
mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para

10
pemilik kepentingan dalam bidang SDA. Wadah koordinasi yang
bernama dewan SDA atau dengan nama lain, beranggotakan unsur
pemerintah dan unsure non pemerintah dalam jumlah yang seimbang
atas dasar prinsip keterwakilan, mempunyai tugas pokok menyusun
dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan SDA.
Wadah koordinasi pada wilayah sungai dapat dibentuk sesuai
dengan kebutuhan pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang
bersangkutan. Hubungan kerja antar wadah koordinasi tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan wilayah sungai bersifat
konsultatif dan koordinatif.

2.2. Tata Pengaturan Air


Dalam upaya mewujudkan pendayagunaan sumberdaya air secara
optimal guna menunjang peningkatan produksi pertanian, pengendalian
banjir, penyediaan air bersih, pengembangan permukiman, industri,
pariwisata dan kelistrikan secara terintegrasi dan berkelanjutan ditempuh
kebijakan untuk mengelola sumber daya air dengan pendekatan yang
menyeluruh terhadap suatu wilayah sungai sebagai satuan wilayah
pengembangan.

Pemikiran tersebut mendasari bahwa sungai mulai dari mata airnya,


daerah pengalirannya sampai ke muara merupakan satu kesatuan,
sehingga harus dikelola secara terpadu, dengan prinsip one river, one
plan, one integrated management dengan langkah-langkah yang
mencakup :
1) Pemantapan pengelolaan prasarana dan sarana sumber daya air
secara efektif dan efisien melalui kerjasama berbagai pihak terkait.
2) Peningkatan partisipatif masyarakat dan swasta mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi.
3) Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan penertiban administrasi.

11
4) Pemantapan master plan dan program pengembangan sumber daya
air secara terpadu.
5) Pemantapan kualitas dan kuantitas jaringan stasiun dan data
hidrologi, serta sumber daya air lainnya untuk pengembangan data
dasar perencanaan yang handal.
6) Pengelolaan sumber daya air melalui korporasi secara bertahap.
7) Perlindungan kawasan srategis dan sentra produksi dari ancaman
banjir dan kekeringan.
 Khusus tata pengaturan air dalam irigasi diupayakan selalu
bekerjasama dengan para pengguna air, melalui rapat-rapat 2
mingguan di tingkat Satker pada masing-masing Balai PSDA di
Jawa Tengah dimana pada forum tersebut telah disampaikan
kondisi air serta rencana pemanfaatan dan pengaturannya ( pola
tata tanam, alokasi air dsb.) kemudian didiskusikan dan
ditetapkan bersama untuk diaplikasikan pada distribusi air mulai
dari intake s/d ditingkat usaha tani. Adapun pada tingkat yang
lebih tinggi menggunakan forum-forum rapat PPTPA di Tingkat
Kabupaten dan PPTPA ditingkat Propinsi. Pada prinsipnya
pemanfaatan air diupayakan seefektif mungkin mungkin, adil dan
merata secara partisipatif, yakni sejak rencana, pealaksanaan, O
& P dan evaluasi semua pihak pengguna diikutsertakan, sehingga
tidak perlu ada unjuk rasa dari salah satu pihak untuk
memaksakan kehendak yang pada akhirnya hanya akan
menambah masalah semakin rumit.

2.3. Pengaturan Penghematan air


Upaya penghematan air dapat dilakukan dengan cara :
a. Menerapkan tarif penggunaan air yang bersifat progresif
b. Menggunakan air secara efisien dan efektif untuk segala macam
kebutuhan

12
c. Mencegah kehilangan atau kebocoran air pada sumber air, pipa atau
saluran transmisi, instalasi pengolahan air, jaringan distribusi, dan
unit pelayanan
d. Mengembangkan dan menerpakan teknologi hemat air
e. Menerapkan praktek penggunaan air secara berulang
f. Mendaur ulang air yang telah dipakai
g. Memberikan insentif bagi pelaku penghemat air, dan
h. Memberikan disinsentif bagi pelaku boros air
Penggunaan sumber daya air dilakukan berdasarkan prinsip :
a. Penghematan penggunaan
b. Ketertiban dan keadilan
c. Ketepatan penggunaan
d. Keberlanjutan penggunaan, dan
e. Penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air
tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan
Penggunaan sumber daya air dilakukan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang
terkait dengan penggunaan sumber daya air.

13
BAB. III.
PERMASALAHAN PENGHEMATAN AIR

Permasalahan penghematan air yang terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah yaitu :
3.1 Kerusakan Daerah Aliran Sungai;
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya
kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi
dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian
(perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai juga telah
menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.
Dampak Kerusakan DAS yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit)
air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu
juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi.
Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim
penghujan dan kekeringan di musim kemarau.

3.2. Kerusakan Infrastruktur SDA


Pengelolaan SDA dan ketahanan pangan selama ini merupakan salah satu
tantangan utama yang selalu dihadapi. Ditengan tingginya laju perubahan
lahan pertanian produktif menjadi areal pemukiman, industri dan lain
sebagainya, pemerintah menghadapi tantantangan besar guna mengulang
sukses tahun 2009 dalam swasembada pangan.
Kendala dalam penyediaan air utamanya karena tidak seimbanganya siklus
hidrologi, kondisi ini diperburuk dengan degradasi kondisi daerah resapan dan
kemampuan penyediaan air dari sumber air.
Permasalahan pokok ke dua adalah kondisi sarana prasarana pendukung
budidaya tanaman pangan, berdasarkan hasil audit tahun 2010 sebagi
berikut :
Daerah Irigasi kewenangan Pusat sebanyak 35 DI kondisi rusak ringan 28 bh
(80 %), rusak sedang 7 bh ( 20 %).

14
DI keweangan Provinsi sebanyak 10 DI dengan kondisi baik 4 bh (4 %), rusak
ringan 48 bh ( 45 %), rusak sedang 54 bh ( 51%).

3.2 Pelanggaran Pola dan Tata Tanam


Masyarakat petani masih belum sepenuhnya menaati pola dan rencana tata
tanam yang telah disepakati yang dituangkan dalam SK Bupati/Walikota, dan
masih adanya keyakinan menggunakan pranoto mongso.

3.4 Tinjau Ulang Pola Operasi Waduk;


Pengaturan pola oprasi waduk dimaksudkan agar penyelenggaraan
bendungan dan pengelolaannya dapat dilaksanakan secara tertib dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan, kelayakan teknis, kelayakan
ekonomis, dan kelayakan keamanan bendungan. Dengan perkembangan
kondisi yang terjadi sudah waktunya untuk mengkaji ulang pola-pola oprasi
waduk yang sudah ada, namun sampai saat ini belum dapat dilaksanakan.

15
BAB. IV.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN PERMASALAHAN

Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah telah melakukan upaya penanganan


permasalahan yang terdiri dari :
5.1 Penanganan secara non fisik
a. Waduk/bendungan
Mengupayakan pedoman pola operasi waduk;
b. Irigasi
1. Pengaturan Pola dan Rencana Tata Tanam
2. Melakukan rapat koordinasi tingkat Provinsi, dan ditindaklan juti
dengan rapat pada tingkat Bakorwil
3. Melakukan rapat 2 mingguan dalam pengaturan air irigasi;
4. Meminimumkan kehilangan air pada jaringan irigasi untuk
meningkatkan efisiensi air dalam pengaturan alokasi air
5. Melakukan pemberdayaan kepada Petani Pemakai Air ( P3A )
ketaatan tata tanam dalam mendapatkan kecukupan air dan
mengurangi konflik;
6. Melakukan kawal air
7. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar waduk / bendungan;
8. Sosialisasi peraturan terkait dengan pengelolaan sumber daya air.

5.2 Penanganan secara fisik


1. Membangun bangunan konservasi;
2. Melakukan perbaikan saluran irigasi;
3. Melakukan perbaikan/penggantian bangunan pintu pada bendung;
4. Melakukan perbaikan/penggantian bangunan ukur pada saluran irigasi;
5. Melakukan perbaikan/penggantian pintu pada bangunan pengambilan
bendungan;
6. Melakukan perbaikan kerusakan pada tubuh bendungan;
7. Melakukan perbaikan bangunan sungai;

16
BAB.V.
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Ketersediaan air semakin terbatas karena akibat makin merosotnya
fungsi hutan dan daerah resapan dan berkurangnya hutan serta lahan
resapan karena didesak oleh kebutuhan baik untuk pertanian,
perumahan, nafkah dlsb. ditambah pencemaran
2. Ketidak taatan pihak-pihak tertentu dalam melaksanakan kesepakatan
pola dan tata tanam telah merusak kepercayaan para pihak yang ikut
rapat sehingga mengakibatkan pengaturan air jadi tidak karuan, dan
mengancam kekeringan sawah-sawah yang lain.
3. Masih banyaknya kerusakan pada sarana dan prasarana SDA ( Irigasi,
Sungai dan Waduk );
4. Peraturan terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air belum
tersosialisasi kepada seluruh pihak terkait;
5. Koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan secara optimal.

6.2. Saran
1. Perlunya ketegasan dalam pelaksanaan pola tata tanam sehingga
semua pihak tidak ada yang dirugikan.
2. Perbaikan yang menyeluruh pada sarana prasarana SDA yang rusak
3. Perlunya kesadaran masyarakat dalam melestarikan SDA
4. Peningkatan koordinasi antara instansi terkait dalam pengelolaan SDA

17

Anda mungkin juga menyukai