AIR
DAFTAR ISI
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1. Air dan lingkungan
1.2. Potensi Sumber-sumber Air
1
LANGKAH – LANGKAH STRATEGIS PENGHEMATAN
BIDANG AIR
BAB I.
PENDAHULUAN.
2
waduk, embung, long storage sungai, sumur resapan dan sebagainya.
Guna memenuhi kebutuhan air secara proporsional , diperlukan
kebersamaan dalam pemanfaatan air dengan mentaati tata pengaturan
air yang telah disepakati bersama dan melaksanakan budaya hemat air.
3
Kab.Sragen; sebagian kecil wilayah utara Kab.Karanganyar. (Luasan
Zona Musim + 37.5%)
d. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juli 2011
meliputi : Kab.Banjarnegara bagian timur laut, Kab.Wonosobo
bagian utara; sebagian kecil wilayah selatan Kab.Pekalongan dan
Kab.Batang.(Luasan Zona Musim + 3.125%)
B. Bendung.
Dari hasil pantauan 35 Bendung Kontrol Point di Jawa Tengah yang
dilakukan pantuan setiap Minggu dan kondisi Minggu Ke II bulan
September tahun 2011 sebagai berikut :
a) Sungai-sungai Jawa Utara bagian Timur menunjukkan faktor K
Kabupaten Jepara 0,40, Kabupaten Kudus antara 0,58 s/d 1,
sedangkan Bendung Kontrol point di Kabupaten Rembang,
Kabupaten Blora dan Kabupaten Pati menunjukan angka 0.
b) Sungai-sungai Jawa Utara Bagian Barat menunjukkan faktor K
di masing-masing Kabupaten terjadi perbedaan yang cukup
menonjol di Kaseperti Batang, Pekalongan, kecuali Pemalang
faktor K > 0.64 dan Brebes sedang pengeringan
c) Sungai-sungai Jawa Selatan Bagian Timur menunjukkan faktor
0,50 < K < 1.00 seperti daerah Sragen, Karanganyar,
4
Sukoharjo, Boyolali , Klaten dan Wonogiri dan Karanganyar
kosong.
d) Sungai-sungai Jawa Selatan Bagian Barat menunjukkan faktor
K = 1 seperti Banjarnegara , Banyumas dan Cilacap.
Dimanfaatkan :
Belum dimanfaatkan :
- Degradasi (pencemaran) : 514 milyar m3 (0,78%)
5
BAB II
KEBIJAKAN TATA PENGATURAN AIR.
6
dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
Mempunyai tujuan memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat
secara adil dan dilakukan mengutamakan fungsi sosial untuk
mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaatan air,
membayar biaya jasa pengelolaan SDA dan dengan melibatkan
masyarakat.
7
2.1.4. Penyediaan Air
Penyediaan SDA dilaksanakan berdasarkan rencana
pengelolaan SDA yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta
memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari hari dan irigasi bagi
pertanian rakyat dalam system irigasi yang sudah ada merupakan
prioritas utama penyediaan SDA diatas semua kebutuhan. Apabila
penetapan urutan prioritas penyediaan SDA menimbulkan kerugian
bagi pemakai SDA, Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib
mengatur kompensasi kepada pemakainya.
8
Pengembangan SDA diselenggarakan berdasarkan rencana
pengelolaan SDA dan rencana tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan :
daya dukung SDA.
kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.
kemampuan pembiayaan.
Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
9
lingkungan. Dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerja
sama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari
pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pengusahaan dapat berbentuk :
penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan
yang ditentukan dalam perizinan.
pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu sesuai
persyaratan yang ditentukan dalam perizinan.
pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai
persyaratan yang ditentukan dalam perizinan.
2.1.9. Koordinasi
Pengelolaan SDA dilakukan melalui koordinasi dengan
mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para
10
pemilik kepentingan dalam bidang SDA. Wadah koordinasi yang
bernama dewan SDA atau dengan nama lain, beranggotakan unsur
pemerintah dan unsure non pemerintah dalam jumlah yang seimbang
atas dasar prinsip keterwakilan, mempunyai tugas pokok menyusun
dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan SDA.
Wadah koordinasi pada wilayah sungai dapat dibentuk sesuai
dengan kebutuhan pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang
bersangkutan. Hubungan kerja antar wadah koordinasi tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan wilayah sungai bersifat
konsultatif dan koordinatif.
11
4) Pemantapan master plan dan program pengembangan sumber daya
air secara terpadu.
5) Pemantapan kualitas dan kuantitas jaringan stasiun dan data
hidrologi, serta sumber daya air lainnya untuk pengembangan data
dasar perencanaan yang handal.
6) Pengelolaan sumber daya air melalui korporasi secara bertahap.
7) Perlindungan kawasan srategis dan sentra produksi dari ancaman
banjir dan kekeringan.
Khusus tata pengaturan air dalam irigasi diupayakan selalu
bekerjasama dengan para pengguna air, melalui rapat-rapat 2
mingguan di tingkat Satker pada masing-masing Balai PSDA di
Jawa Tengah dimana pada forum tersebut telah disampaikan
kondisi air serta rencana pemanfaatan dan pengaturannya ( pola
tata tanam, alokasi air dsb.) kemudian didiskusikan dan
ditetapkan bersama untuk diaplikasikan pada distribusi air mulai
dari intake s/d ditingkat usaha tani. Adapun pada tingkat yang
lebih tinggi menggunakan forum-forum rapat PPTPA di Tingkat
Kabupaten dan PPTPA ditingkat Propinsi. Pada prinsipnya
pemanfaatan air diupayakan seefektif mungkin mungkin, adil dan
merata secara partisipatif, yakni sejak rencana, pealaksanaan, O
& P dan evaluasi semua pihak pengguna diikutsertakan, sehingga
tidak perlu ada unjuk rasa dari salah satu pihak untuk
memaksakan kehendak yang pada akhirnya hanya akan
menambah masalah semakin rumit.
12
c. Mencegah kehilangan atau kebocoran air pada sumber air, pipa atau
saluran transmisi, instalasi pengolahan air, jaringan distribusi, dan
unit pelayanan
d. Mengembangkan dan menerpakan teknologi hemat air
e. Menerapkan praktek penggunaan air secara berulang
f. Mendaur ulang air yang telah dipakai
g. Memberikan insentif bagi pelaku penghemat air, dan
h. Memberikan disinsentif bagi pelaku boros air
Penggunaan sumber daya air dilakukan berdasarkan prinsip :
a. Penghematan penggunaan
b. Ketertiban dan keadilan
c. Ketepatan penggunaan
d. Keberlanjutan penggunaan, dan
e. Penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air
tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan
Penggunaan sumber daya air dilakukan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang
terkait dengan penggunaan sumber daya air.
13
BAB. III.
PERMASALAHAN PENGHEMATAN AIR
Permasalahan penghematan air yang terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah yaitu :
3.1 Kerusakan Daerah Aliran Sungai;
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya
kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi
dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian
(perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai juga telah
menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.
Dampak Kerusakan DAS yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit)
air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu
juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi.
Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim
penghujan dan kekeringan di musim kemarau.
14
DI keweangan Provinsi sebanyak 10 DI dengan kondisi baik 4 bh (4 %), rusak
ringan 48 bh ( 45 %), rusak sedang 54 bh ( 51%).
15
BAB. IV.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN PERMASALAHAN
16
BAB.V.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Ketersediaan air semakin terbatas karena akibat makin merosotnya
fungsi hutan dan daerah resapan dan berkurangnya hutan serta lahan
resapan karena didesak oleh kebutuhan baik untuk pertanian,
perumahan, nafkah dlsb. ditambah pencemaran
2. Ketidak taatan pihak-pihak tertentu dalam melaksanakan kesepakatan
pola dan tata tanam telah merusak kepercayaan para pihak yang ikut
rapat sehingga mengakibatkan pengaturan air jadi tidak karuan, dan
mengancam kekeringan sawah-sawah yang lain.
3. Masih banyaknya kerusakan pada sarana dan prasarana SDA ( Irigasi,
Sungai dan Waduk );
4. Peraturan terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Air belum
tersosialisasi kepada seluruh pihak terkait;
5. Koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan secara optimal.
6.2. Saran
1. Perlunya ketegasan dalam pelaksanaan pola tata tanam sehingga
semua pihak tidak ada yang dirugikan.
2. Perbaikan yang menyeluruh pada sarana prasarana SDA yang rusak
3. Perlunya kesadaran masyarakat dalam melestarikan SDA
4. Peningkatan koordinasi antara instansi terkait dalam pengelolaan SDA
17