Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No.

2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

Pengaruh Kondisi Temperatur Mesophilic (35ºC) Dan Thermophilic (55ºC)


Anaerob Digester Kotoran Kuda Terhadap Produksi Biogas
Ardyanto Darmanto, Sudjito Soeparman, Denny Widhiyanuriawan
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
E-mail: ardyanto_darmanto@yahoo.com

Abstract
Content energy of biogas is not less than energy derived from petroleum, horse manure can
be used as a substrate for producing biogas. A substrate in horse manure bacteria containing framer
metan which is in the animal body ruminants. Temperature is one of the important factors that affect
on fermentation process. The aim of study was to find characterization production and composition
content biogas from horse manure on condition temperature mesophilic (35ºC) and thermophilic
(55ºC). Both of digester are running simultaneously by fermentation process for 15 days. The results
obtained from the condition that generated the biogas production of thermophilic higher than the
condition of mesophilic and conditions without heating. Biogas production optimum of each digester
generated on day 8 for thermophilic conditions, day 10 for mesophilic conditions and day 11 for the
conditions without heating. The highest result of biogas production was in thermophilic conditions
(0.1411 kg). The highest percentage of methane gas production (CH4) that produced by the
thermophilic digester conditions (59.8%).

Keywords: biogas, mesophilic, thermophilic, horse manure.

PENDAHULUAN sel akan terhenti, dengan demikian


temperatur berpengaruh terhadap proses
Kotoran kuda dapat digunakan sebagai perombakan anaerob bahan organik dan
substrat untuk memproduksi biogas. Substrat produksi gas.
dalam kotoran kuda mengandung bakteri Pada penelitian produksi biogas dengan
pembentuk metan yang juga terdapat dalam pencernaan anaerob dari silase limbah
tubuh hewan seperti kerbau, sapi, rusa, destilasi ethanol[4]. Penelitian dilakukan
domba, kambing dan hewan lainnya. Kotoran dengan kondisi mesophilic 35°C dan
kuda mempunyai kandungan karbon dan thermophilic 55°C, waktu perombakan
nitrogen yang lebih tinggi daripada anaerob 50 hari, substrat yang digunakan
kandungan karbon dan nitrogen pada adalah gandum stillage dan stillage
kotoran sapi yang merupakan sumber energi lignoselulosa. Hasil penelitian menunjukan
bagi mikroorganisme [ 1 ] . Selain itu kotoran bahwa pada kondisi thermophilic bahan
kuda memiliki prosentase kandungan substrat gandum stillage menghasilkan
sellulosa, hemisellulosa, fosfat dan kalium produksi biogas yang tinggi.
yang lebih tinggi dibandingkan Penelitian tentang produksi biogas pada
kandungan pada kotoran sapi, kecuali kondisi mesophilic dan thermophilic anaerob
kandungan lignin pada kotoran sapi lebih digester dengan menggunakan bahan uji
tinggi dibandingkan kandungan lignin berupa sampah organik [5], penelitian
pada kotoran kuda [2]. dilaksanakan dengan membandingkan hasil
Faktor penting yang mempengaruhi proses produksi biogas pada kondisi mesophilic 35°C
fermentasi untuk menghasilkan biogas dalam dan pada kondisi thermophilic 55°C dengan
digester anaerob adalah temperatur[3]. waktu tinggal selama 35 hari untuk masing –
Temperatur berperan penting dalam mengatur masing pengujian, dari hasil penelitian
jalannya reaksi metabolisme bagi bakteri, menunjukan bahwa produksi biogas pada
temperatur lingkungan yang berada lebih tinggi kondisi thermophilic menghasilkan produksi
dari temperatur yang dapat ditoleransi akan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
menyebabkan protein dan komponen sel produksi biogas pada kondisi mesophilic, serta
esensial lainnya sehingga sel akan mati. kandungan metana dari hasil kondisi
Demikian pula bila temperatur lingkungannya thermophilic lebih besar 2% dibandingkan
berada di bawah batas toleransi, transportasi produksi biogas pada kondisi mesophilic.
nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan

317
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

Penelitian pengaruh peningkatan membuat kontak antar mikroorganisme


temperatur dan penambahan urea pada dengan substrat menjadi lebih menyatu
perombakan anaerob terhadap produksi [3].
biogas dan nyala api, substrat yang digunakan Digester dengan volume 30 liter, yaitu
adalah limbah rumah makan yang 70% dari volume digester digunakan
ditambahkan dengan inokulum, digester yang untuk substrat campuran kotoran kuda
digunakan dengan volume 5 liter, yaitu 80% dan air, sedangkan sisanya (30%)
dari volume digester digunakan sebagai sebagai ruang udara.
volume kerja, sedangkan sisanya 20% c. Pengisian digester. feses kuda dan air
digunakan sebagai ruang udara, dengan dicampur dan diaduk hingga rata sesuai
temperatur fermentasi 35°C dan 50°C [3]. berat /perbandingan, masukan substrat
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil nyala kedalam digester, tutup saluran masuk
api dari fermentasi temperatur thermophilic digester dan tutup katup keluar dari
pada awal fermentasi langsung menghasilkan tanki penampungan gas, sehingga
nyala api yang besar dibandingkan dengan biogas yang terbentuk dapat mengalir
fermentasi pada temperatur mesophilic yang ke tanki penampungan gas (Gambar 1).
memerlukan waktu yang lebih lama untuk d. Jumlah masukan substrat 21 kg. Pada
menghasilkan nyala api yang besar, serta hari pertama dilakukan pengkondisian
produksi biogas yang tinggi dihasilkan dari temperatur digester I pada (35°C) dan
proses fermentasi pada temperatur 50°C. digester II pada (55°C) hingga akhir
Penelitian–penelitian sebelumnya produksi.
menggunakan kotoran ternak seperti sapi, e. Starter. Penambahan starter
domba, ayam dan kotoran kuda pada dicampurkan pada substrat untuk
temperatur kamar (Tanpa pemanasan). meningkatkan jumlah populasi bakteri
Penelitian ini menggunakan kotoran kuda fermentasi yaitu Greenphosko (G7)
sebagai substrat untuk menghasilkan biogas 10 gram.
pada temperatur kondisi mesophilic (35°C)
dan thermophilic (55°C), dengan perbandingan 6
7
5 9
kotoran kuda dan air (1:2), serta menggunakan
greenphosko (G7) sebagai bakteri starter.
8
METODE PENELITIAN 2
1
Metode yang digunakan dalam 4
penelitian ini adalah eksperimental, data yang Dig
est 10
diperoleh merupakan hasil dari proses
eksperimen dalam digester pada kondisi er
0
temperatur 35 dan 55 C, proses kedua
digester secara bersamaan.
a. Sistem yang digunakan untuk Gambar 1. Instalasi Penelitian
pembuatan biogas dalam penelitian ini
Keterangan gambar:
adalah sistem batch/curah, yaitu
1. Digester (Ø 300 mm,L 420 mm,Vol 30 L)
penggantian bahan dilakukan dengan
2. Tabung penampung gas
mengeluarkan sisa bahan yang sudah
3. Thermo kontrol
dicerna dari tangki pencerna setelah
4. Thermo kopel
produksi biogas berhenti.
5. Heater
b. Bahan campuran feses kuda dan air
6. Saluran masuk substrat
dengan perbandingan 1:2 [6].
7. Katup
Kandungan air dalam substrat dan
8.Sensor pengukur tekanan dan termokopel
homogenitas akan mempengaruhi
(Tabung penampung gas)
proses kerja bakteri , yang akan
9. Termometer payung (Digester)
membantu proses penguraian,
10. Data logger dan komputer
sedangkan homogenitas akan

318
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

HASIL DAN PEMBAHASAN sampel kotoran kuda yang di fermentasikan


selama lima belas hari menunjukan hasil
Penelitian ini menggunakan
produksi biogas yang berbeda, pada
kotoran kuda sebagai bahan substrat untuk
kondisi thermophilic produksi biogas lebih
mengetahui karakterisasi produksi biogas
tinggi dibandingkan pada kondisi
dari kotoran kuda dengan kondisi
mesophilic. Hal ini dinyatakan juga oleh
temperatur digester pada kondisi
Demeyer et al,(1981), yang melakukan
mesophilic (35°C) dan thermophilic (55°C).
penelitian digester dua fase pada kondisi
Berdasarkan data yang diperoleh
mesophilic dan thermophilic menyatakan
(Gambar 2) diketahui bahwa produksi
bahwa pada kondisi thermophilic produksi
biogas yang ditunjukan dari perubahan
gas yang dihasilkan lebih tinggi
tekanan yang dihasilkan dari digester
dibandingkan dengan kondisi mesophilic.
selama 15 hari pada kondisi thermophilic
lebih tinggi dibandingkan produksi biogas
pada kondisi mesophilic, maupun kondisi
tanpa pemanasan.
Kondisi temperatur pada masing-
masing digester tidak hanya berpengaruh
terhadap tingginya produksi biogas namun
berpengaruh juga terhadap kecepatan
waktu untuk menghasilkan produksi pada
nilai optimum. Pada kondisi thermophilic
produksi gas optimum diperoleh dalam
waktu yang lebih singkat, sedangkan nilai
optimum tekanan produksi gas pada
kondisi mesophilic dan tanpa pemanasan
membutuhkan waktu yang lebih lama
beberapa hari dibandingkan dengan kondisi Gambar 3. Grafik hubungan waktu
thermophilic (Gambar 2). Hal ini terhadap produksi biogas/hari
menunjukan bahwa kondisi temperatur
berpengaruh terhadap produksi biogas dan Dari hasil penelitian pada gambar 3.
kecepatan waktu menghasilkan biogas. Produksi yang dihasilkan digester perhari
dapat diketahui bahwa pada digester
thermophilic pada hari ke dua produksi gas
yang dihasilkan sudah mengalami
peningkatan dibandingkan digester
mesophilic dan dilanjutkan pada hari ke 5
digester thermophilic (0,0066 kg) jauh
melebihi produksi mesophilic (0,0034
kg) dan produksi gas pada kondisi tanpa
pemanasan (0,0017 kg). Hal ini
disebabkan karena pada suhu tinggi
aktivitas bakteri sangat cepat dan aktif.
Karakteristik bakteri themophilic memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri
pada kondisi mesophilic (20°C hingga
Gambar 2. Grafik hubungan waktu 40°C), pembelahan membran sel dalam
terhadap Perubahan tekanan biogas. proses berkembang biak pada bakteri
thermophilic lebih singkat. Dalam waktu
Hasil penelitian dengan variasi yang relatif singkat bakteri dapat
temperatur digester menunjukan bahwa berkembang biak lebih banyak lagi yang
kondisi mesophilic dan thermophilic pada akhirnya pada tahap hidrolisis ini (Hari ke 1

319
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

hingga ke 4) reaksi kimia pada tahap ini, dalam reaksi biokimia untuk mendegradasi
enzim yang dihasilkan bakteri hidrolisis substrat [9].
lebih banyak dan dapat merubah substrat Pada hari ke 2 digester mesophilic,
(Karbohidrat, lemak dan protein) dan unsur- produksi gas yang dihasilkan tidak berbeda
unsur lain yang terkandung pada kotoran jauh dengan produksi gas yang dihasilkan
kuda yang masih bersifat polimer oleh digester thermophilic, namun pada hari
(Karbohidrat, lemak dan protein). ke 3 dan seterusnya produksi gas yang
Selanjutnya diubah menjadi senyawa yang dihasilkan oleh digester mesophilic dan
bersifat sederhana (Monomer) seperti asam digester tanpa pemanasan tidak setinggi
organik,asam amino dan glukosa. produksi yang dihasilkan oleh digester
Dari data pada hasil produksi gas thermophilic. Hal ini disebabkan karena
hari pertama hingga ke empat merupakan pada hari pertama perkembangbiakan
fase hidrolisis dimana selain menghasilkan bakteri belum menunjukkan nilai yang
produk asam organik, dan glukosa, proses signifikan, perkembang biakan bakteri
hidrolisis menghasilkan senyawa CO2 dan dapat terjadi dalam rentang waktu jam,
H2 yang terbentuk hasil dari katabolisme dapat berkembang biak ribuan bahkan
karbohidrat (Gambar 6). Kadar CO2 yang jutaan kali dari populasi sebelumnya.
dihasilkan lebih tinggi pada kondisi Populasi bakteri yang lebih banyak
thermophilic akibat dari kecepatan reaksi pada kondisi thermophilic dapat
hidrolisis yang tinggi akibat populasi bakteri menghasilkan enzim yang lebih banyak dan
yang pesat hingga bakteri tersebut dengan konsentrasi enzim yang lebih tinggi
menghasilkan enzim sebagai biokatalisator dapat mempercepat laju reaksi biokimia
untuk mendegradasi kandungan substrat dalam proses hidrolisis, dengan ditunjukan
menjadi senyawa asam organik dan oleh produksi gas CO2 yang lebih tinggi
glukosa. dibandingkan dengan kondisi mesophilic
Enzim dan temperatur merupakan (Gambar 6). Proses hidrolisis dilakukan
salah satu kunci kecepatan pada reaksi oleh bakteri hidrolisis dimana bakteri
biokimia pada proses, dimana jumlah dan tersebut bekerja untuk mendegradasi
konsentrasi enzim yang tinggi dapat kandungan karbohidrat, lemak dan protein
mempercepat reaksi pada tahap hidrolisis. pada substrat sebagai makanan bakteri
Sedangkan kenaikan temperatur tersebut. Hasil reaksi kimia yang dihasilkan
menyebabkan tumbukan antar molekul oleh bakteri hidrolisis, yang merupakan
terjadi lebih cepat [7]. reaksi biokimia yang di katalisator oleh
Penelitian fermentasi lainnya enzim yang dihasilkan bakteri hidrolisis
menyatakan bahwa secara biologi proses berupa produk asam organik dan glukosa
fermentasi anaerobic sangat dipengaruh dan senyawa CO2 dan H2 akan diubah oleh
oleh perubahan suhu sebab anaerob bakteri asam menjadi alkohol dan asam
sensitif terhadap operasi suhu dimana asetat.
aktifitas bakteri atau mikroba bila diberi Aktivitas tertinggi bakteri pada
peningkatan suhu, bakteri akan aktif untuk kisaran temperatur 35°C hingga 55°C,
berkembang biak dan mendegradasi diatas temperatur tersebut aktifitas
substrat 2-3 kali lebih cepat dibandingkan menurun tajam hingga bakteri sama sekali
dengan perkembangbiakan bakteri pada tidak beraktifitas baik dalam
suhu ruang [8]. Pertumbuhan bakteri selain pertumbuhannya maupun produksi asam
dipengaruhi oleh kondisi temperatur, tidak asetat [10]. Asam asetat yang dihasilkan
kalah pentingnya adalah jumlah nutrisi yang dari kisaran temperatur 35°C hingga 55°C
terkandung pada substrat, semakin tinggi menunjukan hasil berbanding lurus
nilai nutrisi pada substrat yaitu protein terhadap kenaikan temperatur hingga
maka semakin tinggi populasi atau produksi optimal pada temperatur 50°C dan
pertumbuhan bakteri, yang dapat mulai menurun setelah temperatur 55°C.
menghasilkan enzim dalam jumlah yang Sejumlah besar bakteri anaerobik dan
tinggi dan memiliki konsentrasi yang tepat fakultatif yang terlibat dalam proses
hidrolisis dan fermentasi senyawa organik

320
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

antara lain adalah Bacteroides, temperatur 20°C untuk digester


Bifidobacterium, Clostridium, Lactobacillus, thermophilic dan 18°C digester mesophilic
Streptococcus. Bakteri asidogenik (Gambar 1. Ruang digester pada bagian
(Pembentuk asam) seperti Clostridium, atas).
bakteri asetogenik (Bakteri yang Temperatur berpengaruh terhadap
memproduksi asetat dan H2) seperti aktivitas mikroorganisme di dalam substrat,
Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas semakin tinggi temperaturnya (Temperatur
wolfei. optimum hidup bakteri) maka aktivitas
Gambar 4. Menunjukkan bahwa mikroorganisme juga semakin meningkat
temperatur gas pada digester thermophilic [11]. Pada temperatur 55°C
rata-rata berkisar antara 35°C, sedangkan mikroorganisme seperti
pada digester mesophilic temperatur gas Methanosarcinaceae pada permukaan
rata-rata berkisar pada 31°C. Sedangkan substrat mencapai 70-100% lebih
untuk temperatur substrat pada kedua banyak daripada di lapisan bawah atau di
digester konstant pada temperatur 35°C lapisan tengah. Pada temperatur tinggi
dan 55°C. Sedangkan temperatur gas pada (Kondisi thermophilic) pembelahan sel pada
penampung gas berkisar pada temperatur perkembangbiakan bakteri lebih cepat
2°C (digester thermophilic) dan °C dibandingkan pembelahan sel pada
(Digester mesophilic). perkembangbiakan bakteri pada kondisi
mesophilic [12].
Penelitian pada digester temperatur
tinggi, 50°C hingga 60ºC [13] menyatakan
bahwa bakteri methanosarcina sp.
berkembang biak optimum pada temperatur
55°C hingga 58ºC, sedangkan pada
temperatur diatas 58ºC perkembangbiakan
bakteri menurun dan cenderung tidak aktif,
pada temperatur tersebut produksi dan
konsentrasi asam asetat yang dihasilkan
sangat tinggi.
Pada fase asidifikasi berlangsung
secara paralel mulai dari hasil phase
hidrolisis, oleh bakteri asam hasil dari
hidrolisis diubah menjadi etanol/alkohol,
serta asam amino/asam organik diubah
menjadi asam lemak/volatile fatty acid
Gambar 4. Grafik hubungan temperatur gas
(VFA) yang terdiri atas asam butirat
terhadap waktu.
(CH3CH2CH2COOH) dan asam propionat
(CH3CH2COOH) dan pada phase
Keterangan :
selanjutnya asam butirat, propionat dan
Digester thermophilic (DT) dan mesophilic
etanol diubah menjadi asam asetat
(DM), serta tabung penampung gas
(CH3COOH) melalui kerja enzim sebagai
thermophilic (TgT) dan mesophilic (TgM).
biokatalisator.
Produk berupa asam asetat yang
Gambar 4. Menunjukkan bahwa
dihasilkan oleh bakteri asam akan langsung
temperatur gas pada digester thermophilic
bereaksi dengan enzim yang dihasilkan
rata-rata berkisar antara 35°C, sedangkan
oleh bakteri metanogen yang akan
pada digester mesophilic temperatur
menghasilkan CH4 dan CO2. Proses
gasnya rata-rata berkisar pada 31°C
metanogen berjalan secara paralel ketika
(Gambar 1. Gambar tabung penampung
asam asetat sebagai produk dari proses
gas). Sedangkan untuk temperatur substrat
asidifikasi mulai terbentuk, asam butirat,
pada kedua digester konstant pada
propionat dan asetat, merupakan senyawa
temperatur 35°C dan 55°C. Temperatur gas
yang dihasilkan oleh bakteri fermentasi
pada penampung gas berkisar pada

321
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

dimana jumlah produksi asam lemak CH4 dan CO2, sedangkan pada kondisi
tersebut tergantung pada jumlah bakteri tanpa pemanasan produksi gas setelah hari
pada substrat. [14]. ke 11 tidak menunjukan grafik yang
menurun tajam, hal ini disebabkan karena
pada kondisi tanpa pemanasan proses
fermentasi berjalan lambat sehingga
substrat belum seluruhnya berdegradasi
oleh bakteri hidrolisis maupun bakteri
asidifikasi.
Bakteri mendegradasi substrat melalui
penggunaan enzim yang dihasilkan oleh
bakteri itu sendiri, enzim yang terdiri atas
protein dan merupakan molekul yang
mengkatalisis reaksi biokimia pada proses
fermentasi baik pada proses hidrolisis,
asidifikasi dan metanogen. Dua jenis enzim
yang terlibat pada proses degradasi
Gambar 5. Grafik Akumulasi produksi substrat yaitu endoenzim dan eksoenzim.
biogas. Endoenzim dan eksoenzim diproduksi oleh
sel bakteri, namun tidak semua bakteri
Aktifitas bakteri anaerob dapat menghasilkan eksoenzim yang digunakan
dilihat dari jumlah produksi biogas yang untuk mendegradasi kandungan protein ,
dihasilkan [15].Pada gambar 5 (Hari ke 5 lemak karbohidrat dan unsur-unsur lain
dan seterusnya) produksi biogas yang yang terkandung pada substrat kotoran
dihasilkan meningkat tajam hingga hewan/kuda.
menghasilkan produksi maksimum hari ke 8 Peningkatan temperatur
untuk kondisi thermophilic yaitu produksi menyebabkan aktivitas enzim meningkat.
biogas 0,1113 kg dan produksi optimum Hal ini disebabkan oleh suhu yang makin
pada hari ke 10 untuk kondisi mesophilic tinggi akan meningkatkan energi kinetik,
0,1094 kg dan 0,1035 kg untuk kondisi sehingga menambah intensitas tumbukan
tanpa pemanasan. Hal ini menunjukan antara substrat dan enzim [16].Tumbukan
bahwa pada kondisi thermophilic proses yang sering terjadi akan mempermudah
asidifikasi berlangsung lebih maksimal pembentukan kompleks enzim-substrat,
dibandingkan pada kondisi mesophilic, sehingga produk yang terbentuk makin
sehingga dapat mempercepat proses banyak.
fermentasi dan dapat menghasilkan Penelitian dilakukan pada suhu
produksi biogas yang lebih tinggi 30°C hingga 50°C, dengan bakteri Bacillus
dibandingkan pada kondisi tanpa subtilis yaitu salah satu jenis bakteri dapat
pemanasan. tumbuh pada suhu tinggi di atas suhu
Proses asidifikasi dan metanogen tumbuh rata-rata bakteri mesophilic yaitu
pada proses fermentasi tersebut setelah 45°C -70°C. Oleh karena memiliki ciri khas
hari ke 8 (Kondisi thermophilic), hari ke 10 demikian, maka bakteri ini sebagian besar
(Kondisi mesophilic) dan hari ke 11 (Tanpa tumbuh dan hidup pada daerah bersuhu
pemanasan) berangsur-angsur menurun tinggi, seperti sumber air panas, kawah
seperti ditunjukan pada gambar 3. Baik gunung berapi, dan tempat pengomposan.
pada kondisi mesophilic dan thermophilic, Keuntungan dari bakteri ini adalah memiliki
produksi gas memperlihatkan protein yang dapat bekerja pada kondisi
kecenderungan yang menurun, hal ini lingkungan dengan suhu tinggi dimana
disebabkan karena proses penguraian protein/ enzim lain dapat mengalami
bahan substrat mulai habis untuk diubah denaturasi [17].
menjadi produk (asam asetat) yang Aplikasi enzim pada kondisi suhu
selanjutnya diubah oleh enzim yang termophilic dalam proses hidrolisa-
dihasilkan oleh bakteri metanogen menjadi asidifikasi dapat meningkatkan kinerja

322
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

biodegradasi bakteri asidogenesis. Enzim


pada proses hidrolisis meliputi protease
dan peptidase, yang memecah protein
menjadi peptida dan asam amino,
sedangkan enzim lipase untuk memecah
lemak menjadi gliserol dan asam-asam
lemak rantai panjang (Asam valeric, butirat
dan propionat) menjadi asam asetat, dan
enzim endogluconase untuk merubah
selulosa menjadi glukosa.
Proses hidrolisis merupakan proses
yang menentukan untuk proses-proses
selanjutnya kerena hasil dari proses
hidrolisis merupakan produk yang nantinya
akan diubah oleh bakteri asam dan bakteri
metanogen untuk memproduksi gas metan
dan CO2. Temperatur sangat berpengaruh Gambar 6. Grafik komposisi biogas pada
terhadap aktifitas pertumbuhan bakteri dan hari ke 4 fermentasi. (1) Tanpa pemanasan,
produksi enzim yang memiliki konsentrasi (2) Mesophilic, (3) Thermophilic
yang tepat untuk bereaksi terhadap unsur-
unsur pada substrat. Pada kondisi thermophilic yang
Produksi biogas secara akumulatif menghasilkan kandungan CH4 lebih tinggi
pada gambar 5. Produksi biogas pada pada hari ke 4 menunjukan bahwa proses
kondisi mesophilic dari awal proses hingga hidrolisis berjalan lebih sempurna
akhir proses fermentasi yaitu hingga akhir dibandingkan pada proses hidrolisis pada
hari ke 15 memperlihatkan grafik yang kondisi mesophilic. Jumlah kandungan CH4
landai dibandingkan dengan grafik produksi yang tinggi pada hari ke 4 menunjukan
biogas pada kondisi thermophilic yang bahwa senyawa CO2 dan H2 yang
cenderung mengalami kenaikan yang dihasilkan dari proses hidrolisis pada
tajam. Dari bentuk grafik dapat disimpulkan kondisi thermophilic dengan jumlah yang
bahwa produksi biogas diantara dua kondisi tinggi, dengan jumlah senyawa CO2 dan H2
tersebut, kondisi thermophilic yang yang besar akan bereaksi menjadi CH 4
menghasilkan produksi lebih tinggi yaitu dan H20 dengan jumlah senyawa yang
0,1411 kg, pada kondisi mesophilic tinggi pula.
produksi akhir biogas adalah 0,1227 kg dan
produksi tanpa pemanasan 0,1151 kg.
Komposisi biogas ditunjukkan pada
gambar 6. dan 7. Dari grafik menunjukan
bahwa pada hari ke 4 kandungan CH4 pada
kondisi mesophilic (14,6%), lebih rendah
dibandingkan pada kondisi thermophilic
yaitu 21,2%. Proses hidrolisis dan
asidifikasi dapat berjalan secara paralel,
yaitu pada saat asam organik dan glukosa
sudah terbentuk maka dijadikan substrat
oleh bakteri asidogenesis/bakteri asam
yang kemudian dijadikan sebagai produk.
Hal ini menunjukan bahwa pada hari ke 4
proses fermentasi sudah mulai
menghasilkan gas CH4 dimana digester Gambar 7. Grafik komposisi biogas pada
thermophilic menghasilkan gas CH4 yang hari ke 15 fermentasi. (1) Tanpa
lebih tinggi kandungannya dibandingkan pemanasan, (2) Mesophilic, (3)
dengan kondisi mesophilic. Thermophilic.

323
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

Prosentase CH4 yang dihasilkan yang difermentasikan selama 15 hari.


pada hari ke 4 menunjukan bahwa proses Efisiensi pada kondisi thermophilic,
hidrolisis dan pengasaman sudah mulai mesophilic dan tanpa pemanasan berkisar
berlangsung secara paralel dengan hasil antara 0,8% atau dibawah 1%. Namun
produk berupa CO2 dan H2 yang bereaksi demikian perlakuan pemanasan pada
menghasilkan CH4 dan H20. digester dapat meningkatkan prosentase
Setelah pengosongan gas pada kandungan CH4 sebesar 11,1% (Kondisi
hari ke 4, massa gas yang dihasilkan pada thermophilic) dan 7,6% (kondisi mesophilic)
kondisi thermophilic sangat meningkat dari prosentase kandungan yang dihasilkan
tajam, begitu pula prosentase kandungan digester tanpa pemanasan.
CH4 meningkat, yang ditunjukan pada Penelitian sejenis yang meneliti sampah
prosentase kandungan metana pada hari organik pada temperatur 55°C, dengan
ke 15 atau akhir produksi. Kenaikan berat substrat 114 kg menghasilkan
prosentase kandungan pada kondisi efisiensi produksi gas sebesar 6,6% [18]
thermophilic disebabkan karena dengan dan hasil penelitian yang dilakukan pada
0
menurunnya kandungan CO2 dapat temperatur 52 hingga 57 C menggunakan
menyetimbangkan kondisi stoikiometri dari beberapa campuran kotoran hewan
reaksi biokimia pada proses metanogen. menghasilkan produksi biogas 4,13% [12].
Komposisi kandungan CH4 dihasilkan dari Sedangkan penelitian yang menggunakan
reaksi kimia antar senyawa CO2 dan H2 kotoran sapi dan kotoran kuda yang diteliti
hasil proses hidrolisis , dan reaksi biokimia pada temperatur tanpa pemanasan (Yusuf
dari asam asetat hasil dari proses et,al. 2011) menghasilkan efisiensi produksi
metanogen (CH3COOH  CH4 + CO2). gas sebesar 10,9 % (254,5 ml substrat dan
Sehingga kandungan CO 2 menurun dan 37,87 ml gas).
kandungan CH4 meningkat. Produksi biogas dari kotoran sapi
0
Pada akhir proses, prosentase pada temperatur 30 hingga 38 C dengan
kandungan gas metana (CH4) yang menggunakan pengaduk, memperoleh
dihasilkan dari digester mesophilic adalah efisiensi produksi lebih dari 10%. Dari
56,3%, pada kondisi tanpa pemanasan perbandingan hasil penelitian tersebut
48,7%, sedangkan kandungan gas metana dapat disimpulkan bahwa produksi biogas
(CH4) pada digester thermophilic adalah pada penelitian ini sangat kecil yang
59,8% (Gambar 7). Hal ini menunjukan disebabkan karena pada kotoran kuda tidak
bahwa kondisi temperatur thermophilic memiliki jumlah bakteri yang mencukupi
memiliki nilai kandungan yang lebih tinggi pada proses awal untuk mendegradasi
walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. substrat [8], selanjutnya perlu dilakukan
Sedangkan prosentasi gas CO2 pada penelitian dengan menambah alat
kedua digester di akhir proses, untuk pengaduk pada digester dengan tujuan
digester mesophilic adalah 32,8%, tanpa agar temperatur substrat merata, reaksi
pemansan 22,4 %, sedangkan untuk biokimia pada digester bagian bawah dapat
digester thermophilic adalah 39%. bercampur dengan substrat bagian atas
Nilai prosentase gas (CH4) yang (merata) sehingga reaksi kimia dapat
tinggi diakhir proses menunjukan bahwa berjalan optimal.
jumlah asam lemak/volatile fatty acid (VFA) Selanjutnya pengadukan dapat
yang terdiri dari butirat, propionat dan asam berfungsi untuk memecah lapisan atas
asetat yang dihasilkan pada fase asidifikasi substrat (lapisan keras) sehingga gas yang
pada kondisi thermophilic jumlahnya lebih dihasilkan dari reaksi kimia didalam
besar dari pada asam lemak yang digester bagian tengah dan bawah dapat
dihasilkan dari kondisi mesophilic, sehingga disalurkan keatas, tidak terjebak didalam
prosentase gas metana yang dihasilkan dasar digester, sehingga meningkatkan
menjadi lebih tinggi [17]. produktivitas biogas.
Efisiensi produksi biogas yang Pada proses produksi biogas
diperoleh dari perbandingan antara massa menggunakan kotoran kuda, bakteri yang
gas yang dihasilkan dengan bahan substrat tersedia tidak sebanyak bakteri pada

324
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

kotoran sapi, dikarenakan pada Enginering, Hogskolan I Boras


pencernaan sapi proses pembusukan institute.
dilakukan dua kali, yaitu pada lambung dan [5] Vindis, P.Mursec ., Janzekovic. M.,
pada sekum (Usus besar), sedangkan pada Cus.F., 2009. The Impact Of
kuda proses pembusukan hanya satu kali Mesophilic And Thermophilic
yaitu di sekum saja. Sehingga dengan Anaerobic Digestion On Biogas
jumlah bakteri yang sedikit pada kotoran Production, University of Maribor,
kuda, tidak dapat mendekomposisi unsur- Slovenia.
unsur karbohidrat, lemak dan protein yang [6] Permana,Satria Buyung., 2012.
terkandung didalamnya. Untuk Pengaruh Perbandingan Kandungan
meningkatkan jumlah bakteri pada digestasi Kotoran Kuda Dan Air Pada
kotoran kuda perlu diadakan penambahan Mesophilic Digester Terhadap
inokulum yang berasal dari kotoran sapi Produksi Biogas. [skripsi] Universitas
atau cairan dari sampah organik yang Brawijaya Malang.
sudah terdapat banyak populasi bakteri. [7] Sastrohamidjojo, Harjono., 2005.
Kimia Dasar. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta.
KESIMPULAN
[8] Joacuim da Costa., 2011. Optimasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil Produksi Biogas Pada Anaerobic
kesimpulan bahwa produksi biogas yang Digester Biogas Type Horizontal
dihasilkan dari digester kondisi thermophilic Berbahan Baku Kotoran Sapi Dengan
lebih tinggi dibandingkan produksi biogas Pengaturan Suhu Dan Pengadukan.
pada kondisi mesophilic dan tanpa (Thesis) Institut Teknologi Sepuluh
pemanasan. November. Surabaya
[9] Pelczar,Michael., Chan,E,C.S.,2005.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerjemah
DAFTAR PUSTAKA Hadioutomo, Ratna Sri. Penerbit UI-
Press, 2010.
[1] Sastramihardja & Suriawiria., 1980. [10] Demeyer A, Jacob F, Jay M, Menguy
Faktor Lingkungan Biotis dan Abiotis G, Perrier J.,1981. La Conversion
Didalam Proses Pembentukan Bioénergétique Du Rayonnement
Biogas Serta Kemungkinan Solaire Et Les Biotechnologies. Ed.
Penggunaan Starter Technique et Documentation, Paris,
Efektif Didalamnya, Lokakarya France.
Pengembangan Energi Non- [11] Kaparaju,P., 2006. Effect of
Konvensional. Direktorat Jendral Tem perature and Active
Ketenagaan Departemen Biogas Process on Passive
Pertambangan dan Enenrgi, Jakarta. Separation of Digested Manure.
[2] Sihotang, Benikditus., 2010. Journal Bioresources Technology.
Kandungan Sen yawa Kimia Australian Government Publishing
Pada Pupuk Kandang Service.
Berdasarkan Jenis Binatangnya. [12] Solares,E.T.,Domaschko,M., Robles-
[3] Santoso, Anugrah Adi., 2010. Produksi Martínez, F., Durán-Páramo, E.,
Biogas Dari Limbah Rumah Makan Hernández-Eugenio, G.,
Melalui Peningkatan Suhu dan Bombardiere., 2010. JShort-Term
Penambahan Urea Pada Perombakan Effects Of Temperature Changes In A
Anaerob , [Skripsi], Universitas Pilot Plant For The Production Of
Sebelas Maret, Surakarta. Biogas From Poultry Litter.
[4] Omolola, Awosolu Mary., 2007.
Anaerobic Digestion Of Ethanol
Distillery Waste-Stillage For Biogas
Production [Thesis] ,Chemical

325
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 2 Tahun 2012 : 317-326 ISSN 0216-468X

[13] Zinder,S.H., Anguish,T.,


Cardwell,S.C., 1984. Effects of
Temperatur on Methanogenesis in a
0
Thermophilic (58 C) Anaerobic
Digestor. Department of Microbiology,
Cornell University, Ithaca, New York.
[14] Askar, Surayah., Abdurachman., 2001.
pengaruh penambahan zink kedalam
simulasi rumen secara invitro terhadap
produksi asam lemak atsiri. Buletin
Pertanian.
[15] Ahmad, A., Setiadi, T., Mindriany, S
dan Oei Ban Liang., 2000. Bioreaktor
Berpenyekat Anaerob untuk
Pengolahan Limbah Cair Industri Yang
Mengandung Minyak dan Lemak.
Prosiding Seminar nasional
Universitas Diponegoro.
Semarang.,D15-1-8.
[16] Kosim,Mukhamad., Putra,Surya
Rosa., 2009. Pengaruh Suhu Pada
Protease Dari Bacillus
Subtilis.(Skripsi).Jurusan Kimia FMIPA
(ITS). Surabaya.
[17] Purwati, Sri., 2011. Aplikasi Protease
dan Pengaruh Suhu Pada asidifikasi
digestasi anaerobik Dua-Tahap
Lumpur Ipal Biologi Industri Kertas,
Balai Besar Pulp dan Kertas.
[18] Eliyan, Chea., 2007. Anaerobic
Digestion Of Municipal Solid Waste In
Thermophilic Continuous
Operation,[Thesis], Asian Institute of
Technology School of Environment,
Resource and Development, Thailand.

326

Anda mungkin juga menyukai