Disusun Oleh :
Ferry Chandra Kusuma (D1A020184)
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan
diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut :
Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., pajak
adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1])
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah
Pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat
dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang
dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.
Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan
yang ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN,
Pendapatan Negara dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan
hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak. Hibah adalah sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik
perorangan maupun badan usaha dan daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri terdiri dari pajak penjualan atas
barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari Bea
masuk dan pajak ekspoor.[2])
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:
A. Menurut Golongannya
Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan
Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
B. Menurut Sifatnya
Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.
C. Menurut Lembaga Pemungutnya
Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak
penerangan jalan.[3])
Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini yang
kami bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah.
B. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa dasar pemungutan pajak
2. Apa saja jenis jenis pajak daerah
3. Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah.
4. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Memahami tentang definisi pemungutan pajak
2. Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia
3. Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah
4. Untuk memahami permasalahan perpajakan daerah
BAB II
PEMBAHASAN
B. Saran
Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik,
sudah sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan
berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-
permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan
kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan pada
daerah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA