Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME telah diselesaikannya makalah ini yang berjudul
“MAKALAH HUKUM PAJAK TENTANG UU NO.28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH” . Makalah ini dibuat atas dasar acuan dan paduan dari perkuliahan Hukum Pajak
dan Buku Pilar-Pilar Perpajakan yang ditulis oleh Dr. Oyok Abuyamin Bin H.Abas Z pada halaman 528
sub bab A.
Harapan saya adalah supaya makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca
yang hendak memperluas pengetahuannya dalam proses pembelajarannya.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran dari para pembaca yang nantinya telah membaca makalah ini sangat
saya harapkan untuk kesempurnaan makalah dikemudian hari.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6
A. Definisi Pajak Menurut Para Ahli & Pengertian Pajak Daerah..............................6
B. Jenis-jenis Pajakan Daerah....................................................................................9
C. Fungsi Pajak Daerah............................................................................................. 15 
D. Permasalahan dalam Perpajakan Daerah.............................................................16

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 18


A. KESIMPULAN...................................................................................................... 18
B. SARAN................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 2


BAB   I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya
adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut  :
1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani,  pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara
untuk menyelenggarakan pemerintah.
2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., pajak
adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran
hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1])
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah Pasal
23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 3


Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan Pajak
Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang dalam hal ini
sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.
Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan yang
ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN, Pendapatan Negara
dibagi  dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam
negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Hibah adalah
sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik perorangan maupun badan usaha dan
daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri  terdiri dari pajak penjualan atas barang
mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB),
cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari Bea masuk dan pajak ekspoor.
[2])
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:
A.    Menurut  Golongannya
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
B.     Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.
C.     Menurut Lembaga Pemungutnya

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 4


1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak
penerangan jalan.[3])
Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini yang kami
bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah.
B.       Rumusan Masalah.
Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan makalah ini
adalah sebagai berikut            :
1.      Apa dasar pemungutan pajak
2.      Apa saja jenis jenis pajak daerah
3.      Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah. 
4.      Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah

C.      Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut     :
1.      Memahami tentang definisi pemungutan pajak
2.      Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia
3.      Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah
4. Untuk memahami permasalahan perpajakan daerah

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 5


BAB   II
PEMBAHASAN

A.      Defenisi Pajak Menurut Para Ahli Dan Pengertian Pajak Daerah

1.        Defenisi pajak menurut para ahli


Menurut Suparman Sumadwijaya, Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.[4]) sedangkan menurut Remsky K. Judisseno (1997:5)  “Pajak
adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional
yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan
kesejahteraan dan negara”.
Dari pembahsan pengertian pajak, maka, unsur-unsur dari defenisi pajak meliputi sebagai
berikut      :
1. Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan)
kepada Negara.
2. Penyerahan itu bersifat wajib. Lalu bagaimana jika tidak dilakukan? Utang itu dapat
dipaksakan dengan keekrasan seperti surat paksa dan sita.
3. Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-undang/peraturan/norma yang dibuat
oleh pemerintah berlaku umum. Jika tidak, maka dapat diangap sebagai perampasan hak.
4. Tidak ada kontaprestasi langsung dati pemerintah (pemungut iuran) bias dilihat dari
indikasi :

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 6


Pembangunan infrastruktur
 Sarana kesehatan
Public facility
5. Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan udaha baik seasra maupun pemerintah)
digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
(yang seharusnya) berguna bagi rakyat.

2.    Pengertian Pajak Daerah dan Ciri-Ciri Pajak Daerah


Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh
pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil di
pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Sedangkan
Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.[5])
Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai
pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk
di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan
pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
Yang dimaksud dengan badan disini adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komoditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 7


Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan nama dalam bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentukbadan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
Sedangkan ciri-ciri pajak daerah adalah sebagai berikut :
a. Pajak Daerah dapat berasal dari Pajak Asli Daerah maupun pajak negara yang diserahkan
kepada daerah sebagai pajak daerah.
b. Pajak Daerah dipungut oleh daerah terbatas di dalam wilayah administratif yang
dikuasainya.
c. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga atau
untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum.
d. Pajak Daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan Peraturan Daerah (PERDA),
maka pemungutan pajak daerah dapat dipaksakan kepada masyarakat yang wajib
membayar dalam pungutan administrative kekuasaanya.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 8


B.       Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota.
Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan   Pemerintah Kabupaten/Kota
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1.      Pajak Kendaraan Bermotor 1.      Pajak Hotel
2.      Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 2.      Pajak Restoran
3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan 3.      Pajak Hiburan
Bermotor 4.      Pajak Reklame
4.      Pajak Air Permukaan 5.      Pajak Penerangan Jalan
5.      Pajak Rokok 6.      Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan
7.      Pajak Parkir
8.      Pajak Air Tanah
9.      Pajak Sarang Burung Walet
10.  Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan
11.  Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan
         
a.      Pajak yang Dikelola Provinsi

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 9


Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok.
1.      Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :
a.       Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan
paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
b.      Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran,
sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan
kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol
koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan
Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
2.  Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha  (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 10


Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut :
a.   penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan
jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan
b.   penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).

3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas
yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum
dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4.      Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk
air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).
5.      Pajak Rokok
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif Pajak

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 11


Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai
rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan
paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b.   Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota


Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang
dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1.      Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi
Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran,
yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak
Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2.      Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah,  Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak
Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3.      Pajak Hiburan.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak
Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak
Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan berupa

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 12


pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti
pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen). Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4.      Pajak Reklame
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati
oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
5.      Pajak Penerangan Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi
sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6.      Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan
batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 13


7.      Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%
(Pasal  65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
8.      Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak Air
Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9.      Pajak Sarang Burung Walet
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia
fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung
Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
10.  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11.  Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 14


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau
Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal
88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)

C.      Fungsi Pajak Daerah.


Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah.
Banyak hal yang bisa dibiayai pajak sperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan sekolah,
rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
sebagainya.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal
pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan suatu
daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga anggaran rutin seperti gaji
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya.
Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat jika anggaran
untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap pemerintah daerah
tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya. Salah satu sektor yang bisa
diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak daerah.
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi. Misalnya,
jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan pajak untuk sektor-
sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan kerja. Selain itu, pajak daerah
juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental, seperti pendidikan untuk anak jalanan,
penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya, pajak daerah diharapkan bisa meningkatkan
pemerataan di setiap daerah karena penyaluran pajak yang baik bisa meningkatkan kualitas
pembangunan.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 15


D.    Permasalahan dalam Perpajakan Daerah
Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga
memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak tersebut,
antara lain sebagai berikut.
1.      Belum Intensifnya Penerimaan Pajak
Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak. Solusinya
bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah. Selain itu, diperlukan
kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk keperluan pembangunan
sehingga ekonomi bisa lebih merata.
2.  Penyaluran Pajak
Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi penyaluran
dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk pajak daerah) adalah
untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih didapati pajak itu lebih banyak
digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan sebagainya.
Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan untuk
pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan dengan
masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) pendidikan
(pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung menyentuh
masyarakat.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 16


3.  Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak
Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan tersebut,
antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain itu, juga belum
optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan manfaat pajak bagi
mereka.
Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak untuk
bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi warteg maupun
warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal ini sempat
menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak bagi kamar kos-
kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 17


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan antara
lain sebagai berikut :
Salah satu cara  untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari
pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara melalui
sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dikelola oleh
pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak.
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk membiayai
pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak Daerah itu secara
umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.      Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak :
-        Pajak Kendaraan Bermotor
-        Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
-        Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
-        Pajak Air Permukaan
-        Pajak Rokok
2.      Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak    :
-        Pajak Hotel
-        Pajak Restoran
-        Pajak Hiburan
-        Pajak Reklame
-        Pajak Penerangan Jalan
-        Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
-        Pajak Parkir
-        Pajak Air Tanah

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 18


-        Pajak Sarang Burung Walet
-        Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
-        Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

B.     Saran
Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik, sudah
sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan berbagai
upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-permasalahan
dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan kepentingan dari pajak
tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan pada daerah itu sendiri.

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 19


DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.


Oyok Abuyamin, PILAR-PILAR PERPAJAKAN, Bandung, CV. Adoya Mitra Sejahtera, 2014.
Oyok Budiman, PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN, Bandung, Abas Z
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25
november 2013.
http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah,
diakses tanggal 25 november 2013.
http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 2013.
http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm Pajak Daerah Untuk Pembangunan,
diakses tanggal 26 November 2013.
http://www.pajak.go.id

MAKALAH HUKUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 20

Anda mungkin juga menyukai