Anda di halaman 1dari 30

MODUL PERKULIAHAN

DIETETIK
PENYAKIT
TIDAK
MENULAR
MATERI II

Tatap
Jurusan Program Studi Kode MK Disusun Oleh
Muka
Jurusan Sarjana Terapan Gizi GZ52093
Gizi dan Dietetika 2

Tujuan Pembelajaran Kompetensi


Mampu menyusun PAGT pada Ketepatan dalam menjelaskan
Kekurangan Energi Protein tentang konsep dan menyusun PAGT
(KEP) pada KEP, kemampuan komunikasi,
serta dapat mempraktikkan.

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


2 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
Ready to Use Therapeutic (RUTF)

RUTF merupakan makanan pemulihan untuk balita sangat kurus (wasting) yang berupa
makanan padat, bentuk pasta diperkaya dengan zat gizi berupa vitamin dan mineral.
RUTF digunakan dalam program perawatan, baik rawat inap atau rawat jalan, dan untuk
balita yang datang ke pusat pelayanan kesehatan.

Intervensi dengan RUTF dapat menurunkan kejadian balita kurus secara bermakna
sebesar 36% dan sangat kurus sebesar 58%. Keunggulan lain RUTF dibandingkan
Formula-100 adalah, satu, mengurangi efek pelarutan dengan air sehingga mengurangi
risiko tercemar mikroorganisme; dua, zat gizi lengkap karena diperkaya dengan vitamin
dan mineral; tiga, merupakan makanan instan yang tidak memerlukan preparasi, tahan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, dan dapat disimpan lama; empat, densitas energi
lebih tinggi dari pada Formula-100.

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


3 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
LANGKAH 7 dan LANGKAH 8:
FASE STABILISASI, TRANSISI DAN REHABILITASI Pada anak usia < 6 bulan.
1 Ada kemungkinan pemberian ASI
 Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi;
 Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusui;
 Bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal), tetapi ada ibu pesusuan yang dapat memberikan ASI.

2 TIDAK ada kemungkinan pemberian ASI:


 Bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau mencoba relaktasi;
 Bayi sudah berhenti menyusu dan ibu tidak mau relaktasi, dan; tidak ada ibu dan ibu pesusuan

Bayi masih bisa


mendpt ASI

Tidak
Pitting Edema
Edema
F75 + ASI
sampai
edema
teratasi
F100 yang diencerkan atau
susu formula + ASI

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


4 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
Bayi < 6 bulan gizi buruk dan anak gizi buruk > 6 bulan dengan BB < 4 kg, TIDAK ada kemungkinan pemberian ASI
1 Fase stabilisasi
 Diberikan F-100 yang diencerkan / susu formula bayi atau F-75 bia ada edema
 Diberikan setiap 2 jam, dengan menggunakan cangkir, suplementer (bila bayi mampu menghisap), teknik drip-drop atau NGT.
 Kebutuhan cairan dapat dilihat pada tabel
 Kriteria peralihan dari Fase Stabilisasi ke Fase Transisi:
 Kembalinya nafsu makan;
 Mulai berkurangnya edema pada bayi yang semula ada edema. Bayi dengan edema berat (+3) harus tetap di Fase Stabilisasi
sampai edema berkurang (+2).
2 Fase Transisi
 Jumlah formula dinaikkan 1/3 dari jumlah yang diberikan pada Fase Stabilisasi. (150 – 170 ml/kgBB/hari)
 Jumlah volume yang diberikan lihat tabel berikut.
3 Fase Rehabilitasi
 Jumlah volume formula (susu formula bayi/ F-100 yang diencerkan) sebanyak 200ml/ KgBB/ hari atau 2 kali jumlah yang
diberikan pada Fase Stabilisasi.
 Jumlah formula yang diberikan pada bayi yang tidak mendapat ASI dapat dilihat pada tabel

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


5 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
Langkah 9: Memberikan stimulasi untuk
tumbuh kembang
 Balita gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental dan perilaku.
 Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak
 Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak:
 gerak kasar
 gerak halus
 bicara dan bahasa
 sosialisasi dan kemandirian
 Stimulasi terstruktur selama 15 – 30 menit/hari .
Langkah 10: Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah

 Persiapan dilakukan sejak anak dalam perawatan baik di layanan rawat inap atau di layanan rawat jalan.

 Bila di layanan rawat inap, maka libatkan ibu/pengasuh dalam kegiatan merawat anaknya, seperti dalam pemberian formula.

 Berikan konseling mengenai pola pemberian makan balita gizi buruk dan stimulasi tumbuh kembang.

 Anjurkan untuk kontrol teratur setelah pulang sesuai dengan protokol layanan rawat jalan (Materi Inti 4).

 Melengkapi imunisasi dasar ataupun ulangan sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi).

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


6 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
TINDAKAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA/ PENYULIT

PENYAKIT PENYERTA/PENYULIT
1. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)/ Pneumonia
2. Diare Persisten
3. Kecacingan
4. Tuberkulosis (TB)
5. Malaria
6. HIV/AIDS
7. Gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A
8. Gangguan pada kulit (dermatosis)
9. Anemia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)/ Pneumonia

Infeksi yang mengenai saluran pernapasan mulai dari: hidung, telinga


tengah, faring, laring, bronkhi, bronkhioli dan paru.
ISPA dapat berlanjut menjadi Pneumonia
Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan

 Batuk
 Kesulitan bernapas
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Demam
 (Sakit telinga)
 Anak yang menderita ISPA dapat berlanjut menjadi Pneumonia
  Tanpa pengobatan yang tepat  Meninggal

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


7 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
Diare Persisten

 Diare Persisten: diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau lebih  waspadai dehidrasi
 Diare persisten pada anak gizi buruk terjadi karena kerusakan pada mukosa yang telah atropik dan mengalami metaplasia.
 Komposisi tubuh anak gizi buruk relatif mengandung lebih banyak cairan, sehingga perlu berhati-hati dalam pemberian cairan
pada fase stabilisasi.

2019 Dietetika Penyakit Tidak Menular


8 Banun Rohimah, S. Gz., M. Gz
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
https://poltekkes-palangkaraya.ac.id/
Kecacingan
Periksa:
Telur cacing dalam tinja (bila memungkinkan)
Tindakan:
Pirantel Pamoat atau preparat anti helmintik lain yang sesuai
Albendazol dosis tunggal
- Umur 6 bulan-2 tahun: ½ tablet (200 mg)
- Umur > 2 tahun : 1 tablet (400 mg)
Catatan:
Bila balita menerima obat cacing dalam 6 bulan terakhir maka tidak perlu diberikan
Bila balita dirawat inap, obat cacing diberikan setelah kondisi klinis membaik
Bila balita dirawat jalan, obat cacing diberikan pada minggu ke-2.
Tuberkulosis

 Kecurigaan akan adanya TB pada anak ditindaklanjuti dengan penegakkan diagnosis menggunakan sistem skoring.

 Anak dengan jumlah skor > 6, harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat Obat Anti TB (OAT).

Penegakan Diagnosis TB pada Anak


 Konfirmasi bakteriologis TB
 Gejala klinis yang khas TB
 Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif dan kontak erat dengan pasien TB)
 Gambaran foto toraks sugestif TB.

Diagnosis TB pada anak berdasarkan sistem skoring


 Skor > 6 didiagnosis sebagai TB  OAT
 Jika ada skrofuloderma  TB
 Uji tuberkulin negatif belum tentu anak tidak menderita TB
Parameter Sistem Skoring
 Kontak dengan pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang
bisa diperoleh dari TB 01 atau dari hasil laboratorium.
 Penentuan status gizi:
- Berat badan dan panjang/tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment opname)
- Dilakukan dengan indeks BB/PB atau BB/TB. Penentuan status gizi untuk balita < 6 tahun merujuk pada buku KIA
Kemenkes 2016, sedangkan untuk anak > 6 tahun merujuk pada standar WHO 2005, yaitu grafik IMT/U. 
- Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 – 2 bulan.
Pengobatan TB
Tujuan:
 Menyembuhkan pasien TB
 Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
 Mencegah TB relaps
 Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat
 Menurunkan transmisi TB
 Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan toksisitas seminimal mungkin
 Mencegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang
Tata laksana TB
 Obat TB diberikan dalam paduan obat, tidak boleh diberikan sebagai monoterapi.
 Pengobatan diberikan setiap hari.
 Pemberian nutrisi yang adekuat.
 Mencari penyakit penyerta, jika ada ditata laksana secara bersamaan.

OAT anak minimal 3 macam obat


Waktu pemberian 6 bulan (setiap hari)
Dosis sesuai dengan berat badan anak
Evaluasi klinik: parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan.
Malaria
 Anak gizi buruk yg tinggal di daerah risiko tinggi malaria atau ada riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi malaria dan
ditemukan tanda/gejala klinis malaria, perlu pemeriksaan darah malaria (bila memungkinkan).
- Tanda/gejala klinis malaria:
- Demam dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Diare
- Nyeri otot atau pegal
 Diagnosis malaria  pemeriksaan laboratorium (mikroskopik, tes diagnostik cepat), diagnosis pasti: parasit dalam sediaan darah
secara mikroskopik.
Malaria Berat
Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax stadium aseksual dengan satu atau lebih dari
manifestasi klinis sebagai berikut (WHO,2015):
 Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
 Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
 Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
 Distres pernafasan (pada anak)
 Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen < 92% dan frekuensi pernafasan > 30)
 Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak: < 70 mmHg)
 Jaundice (bilirubin > 3 mg/dL dan kepadatan parasit >100.000 (M.falciparum)
 Hemoglobinuria
 Perdarahan spontan abnormal.

Terapi malaria berat pada balita gizi buruk
 Beri dosis awal (saat penerimaan) Artesunat 2,4 mg/kgBB IV, kemudian diberikan 1,2 mg/kgBB IV (dosis pemeliharaan)
setelah 12 jam dari dosis awal.

 Bila tidak tersedia Artesunat parenteral, maka dapat diberikan Artemether IM dengan dosis 3,2 mg/kgBB IM (dosis awal)
pada saat penerimaan dan kemudian 1,6 mg/kgBB per hari (dosis pemeliharaan) selama 3 hari.

Malaria berat dengan anemia


- Transfusi dengan PRC bila Hb < 7 g%, perlahan-lahan. Hati-hati kelebihan cairan
- Beri diuretik (furosemid) pada edema paru atau gagal jantung.
- Monitor masukan dan luaran cairan, perhatikan keseimbangan cairan
- Periksa darah lengkap (Hb, L, Ht, Tr)
- Teruskan pemberian obat anti malaria (Artesunat intravena)
HIV/AIDS

Gizi buruk sering merupakan manifestasi HIV/AIDS pada anak.


Tatalaksana balita gizi buruk dengan HIV/AIDS sesuai panduan tatalaksana gizi buruk pada umumnya.

Balita gizi buruk dengan:


o diare melanjut/ persisten
o oral trush (candidiasis oral)
o tidak mengalami perbaikan status gizi walau telah ditatalaksana sesuai dengan protokol

Maka, patut dicurigai menderita HIV/AIDS  lakukan pendekatan dan pemeriksaan CD4, viral count.

Bila terbukti  Beri Anti retroviral (ARV) sesuai pedoman HIV/AIDS.

Gangguan pada mata Akibat Kekurangan Vit A


Klasifikasi Xeroftalmia menurut WHO/USAID/UNICEF/HKI/IVACG,1996 sebagai berikut:
- Xn: Rabun Senja
- X1 A: Xerosis Konjungtiva (kekeringan pada konjungtiva)
- X1 B: Xerosis Konjungtiva disertai bercak Bitot
- X2: Xerosis Kornea (kekeringan pada kornea)
- X3 A: Keratomalasia atau ulserasi kornea < 1/3 permukaan kornea
- X3 B: Keratomalasia atau ulserasi kornea ≥ 1/3 permukaan kornea
- XS: Jaringan parut pada kornea
- XF: Fundus Xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.

Segera rujuk ke dokter mata (jangan ditambahkan preparat yang mengandung “kortikosteroid” karena dapat memperberat kelainan
padamata, serta jangan diberi salep supaya tidak ada perlengketan).
Gangguan Pada Kulit/ Dermatosis

 Hipo/hiperpigmentasi
 Deskuamasi (mengelupas)
 Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar)
 Sering disertai infeksi sekunder (candida)
Tindakan:
- kompres pada bagian yang terkena dengan larutan NaCl.
- beri krim yang mengandung Zn.
- usahakan agar daerah perineum tetap kering
- beri suplementasi seng (sudah terdapat dalam larutan mineral mix)
- pengobatan infeksi sekunder yang sesuai dengan penyebabnya.
 Hindari penggunaan popok sekali pakai agar daerah perineum tetap kering.
Anemia
= Kadar Hb dibawah normal
Kadar Hb normal:
- 6 bulan – 5 tahun : 11 g/ dl
- 6 tahun – 11 tahun : 11,5 g/ dl
- 12 tahun – 13 tahun : 12 g/ dl
Tanda klinis:
- Lesu, lemah, letih, lelah, lalai
- Daya tahan terhadap penyakit menurun
- Pucat (konjungtiva mata, telapak tangan, bibir, mukosa mulut)
Tatalaksana:
 Asam folat pada hari pertama 5 mg, dilanjutkan 1 mg setiap hari.
 Zat besi (Fe) pada fase rehabilitasi dengan dosis 1-3 mg/kgBB/hari besi elemental.
Bila tidak terjadi kenaikan Hb setelah pemberian Fe, perlu dipikirkan penyebab anemia yang lain seperti malaria, cacingan,
kelainan genetik (Thalasemia).
Zat besi tidak boleh diberikan pada fase awal (stabilisasi dan transisi).
Berikan setelah anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (umumnya pada minggu kedua /
Fase Rehabilitasi).
Indikasi Transfusi darah
- Hb < 4,0 g/dl
- Hb 4,0 – 6,0 g/dl disertai distres pernapasan atau tanda gagal jantung.
Bila ada tanda gagal jantung:
- transfusi packed red cells (PRC) 5-7 ml/kgBB dalam 3 jam dan
- furosemid 1 mg/kg BB iv pada saat transfusi dimulai.
- Bila tidak ada gagal jantung beri transfusi darah segar sebanyak
- 10 ml/kg BB selama 3 jam.

PRAKTEK MEMBUAT RESOMAL DAN FORMULA UNTUK ANAK GIZI BURUK

CARA PENGENCERAN MINERAL MIX


- Larutkan 1 saset (8 g) dalam air matang yang sudah didinginkan sampai 20 ml.
- Simpan larutan dalam botol steril dan letakkan di dalam lemari es untuk menghambat kerusakan. Buang jika berubah seperti
berkabut. Buatlah larutan baru setiap bulan.
RESOMAL (Rehydration Solution for Malnutrition)
BAHAN UNTUK 2000 ml UNTUK 400 ml
Bubuk WHO-ORS 1 pak /1000 ml 1 sachet /200 ml
Gula pasir 50 gr 10 gr
Mineral Mix 40 ml 8 ml
Ditambah air sampai 2000 ml 400 ml

RESOMAL
(Rehydration Solution for Malnutrition)
Bila tidak tersedia Mineral Mix, dapat digunakan KCl sebagai berikut:

BAHAN UNTUK 2000 ml UNTUK 400 ml


Bubuk WHO-ORS 1 pak /1000 ml 1 sachet /200 ml
Gula pasir 50 gr 10 gr
Bubuk KCl 4 gr 0,8 gr
Ditambah air sampai 2 liter 400 ml

Karena tidak mengandung Mg, Zn dan Cu :


dapat diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maks 2 ml, dan Zn-sulfat oral, Cu dlm bentuk suplemen.
SPESIFIKASI F-75, F-100 DAN F-100 YANG DIENCERKAN
DAN SUSU FORMULA BAYI
Komposisi F-75 dan F-100
CARA MEMBUAT FORMULA
1 .Formula WHO : F75/F100/F100 diencerkan
- Timbang bahan makanan yang diperlukan (biasanya dibuat untuk 24 jam)
- Campur gula dengan minyak aduk dengan sendok / alat pengaduk stainlessteel.
- Tambahkan susu bubuk skim/fullcream, aduk sampai tercampur. Takar campuran menggunakan sendok takar (misal hasil
menjadi 16 sendok takar)
- Bagi sesuai frekuensi minum per 24 jam (misal 8 x setiap minum = 16 sendok takar dibagi 8 = 2 sendok takar), tempatkan dalam
botol/ gelas kaca tertutup atau ditempatkan dalam kantong plastik bersih (kantong plastik obat)
- Tempel etiket pada setiap botol / gelas atau kantong plastik.
- Formula dicairkan 10 menit sebelum jam pemberian, dnegan cara menambahkan air matang dengan suhu > 70⁰C (supaya semua
bakteri mati)) sampai volume yang diperlukan, aduk formula sampai larut merata, dengan menggunakan alat pengaduk dari
stanlessteel. Jangan gunakan air mendidih, air terlalu panas (mendidih) akan membuat adonan menggumpal, tambahkan mineral
mix sebelum penambahan air.
- F-100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) diberikan untuk keperluan 2 hari, karena pada suhu ruang hanya dapat bertahan 2
x 24 jam. Mineral mix diberikan terpisah.
-
2 . Formula 75 Modifikasi (untuk 1 liter):
 Timbang bahan makanan yang diperlukan (biasanya untuk 24 jam)
 Campur bahan; susu, gula, minyak, tepung dan 200 ml air matang diblender sampai tercampur, bila tidak ada blender gunakan
kocokan tangan.
 Tambahkan air sampai volume yang diperlukan,
 Panaskan sampai mendidih dan tepung matang (kurang lebih 5 menit setelah mendidih), sambil terus diaduk.
 Matikan api kompor, tambahkan larutan mineral mix sesuai kebutuhan, cek volume larutan, apabila kurang dari volume yang
diperlukan, tambahkan air matang.
 Bagi larutan formula sesuai frekuensi minum per 24 jam, tempatkan dalam botol/gelas tertutup yang sudah ditempel etiket, setelah
dingin simpan dalam lemari pendingin.
 Sebelum diberikan, formula direndam dalam air panas selama 15 menit.
Cara Membuat Formula :
Formula 100

Hal-hal yang perlu diperhatikan


untuk membuat formula WHO

 Timbang kebutuhan bahan makanan dengan menggunakan timbangan makanan dengan skala 5 gram, pastikan timbangan di posisi 0.
 Sebelum diisi bahan makanan timbang dulu tempatnya (dalam keadaan kosong) dan perhitungkan pada saat menimbang.
 Kantong plastik bisa dipakai untuk menimbang bahan makanan yang kering.
 Untuk mengukur minyak, gunakan wadah kecil supaya tidak banayk minyak yang tertinggal di permukaan wadah.
 Cuci tangan sebelum memegang bahan makanan.
 Bila menggunakan ukuran rumah tangga , gunakan alat pengukur rumah tangga yang terstandar.
 Apabila mengukur dengan menggunakan sendok takar, gunakan pisau untuk meratakan permukaan.
 Formula kering yang sudah tercampur (minyak, gula, susu) dapat disimpan didalam wadah tertutup rapat pada suhu ruang dengan daya
tahan 2 x 24 jam.
 Minyak adalah bahan makanan yang penting, sehingga perlu tercampur dengan benar dan tidak terbuang.
 Jangan lupa menjaga kebersihan dalam membuat formula.

Tes Formatif
1. Guna mengonfirmasi status gizi, dilakukan pengukuran antropometri LiLA pada usia….
2. Jika BB/TB –3 SD sampai <-2 SD maka anak termasuk klasifikasi status gizi….
3. Takaran minimal dalam tes nafsu makan anak dengan RUTF dengan BB 4 kg adalah….
4. Prosedur pertama dalam layanan rawat jalan pada balita gizi buruk yakni….
5. Berapakah kebutuhan energi balita gizi buruk?
6. Jika tidak tersedia kapsul vitamin A dosis tinggi, maka dapat diberikan vitamin A dosis….
7. Kontrol rutin dilakukan 1 kali/minggu jika….
8. Salah satu langkah konseling yaitu Bantu (Tu)….
9. Pemantauan dan evaluasi perawatan di layanan rawat jalan dapat dilakukan melalui….
10. Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan, perlu diperhatikan kondisi terkait…..

Kunci Jawaban Tes Formatif


1. 6-59 bulan
2. Gizi kurang
3. ¼ bungkus RUTF
4. Anamnesis riwayat kesehatan balita
5. Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
6. 5000 SI per hari selama proses pemulihan
7. BB/TB <-3 SD (gizi buruk)
8. Bantu klien untuk menyesuaikan permasalahan yang dihadapi, memahami cara pemecahan dan mengambil keputusan
9. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan/kader atau pada saat kunjungan ibu/pengasuh ke faskes
10. Kondisi klinis, antropometri, edema bilateral, respon, serta nafsu makan

Daftar Pustaka

 Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita (2020). Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai