Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERLAWANAN RAKYAT BANTEN DAN GOA


TERHADAP KOLONIAL VOC

SMAN 7 BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat kuasa-Nya lah kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah yang kami buat ini berjudul “Perlawanan Rakyat Banten
dan Goa Terhadap Kolonial VOC”.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh
Ibu Mahrita, S.Pd sebagai guru pengajar Sejarah Wajib kami di sekolah. Selain itu,
makalah ini juga kami buat untuk memberikan wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi para pembaca dan penulis.

Kami sadar bahwa penulisan makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami selalu siap untuk menerima kritik dan saran yang
dapat membantu kami agar bisa menjadi lebih baik lagi khususnya dalam pembuatan
makalah. Kami selaku penulis makalah ini berharap bahwa dengan adanya makalah
ini dapat memberikan banyak manfaat kepada para pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..........ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………….1
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….2
1.3 METODE PENULISAN
1.4 TUJUAN PENULISAN

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 PERLAWANAN RAKYAT BANTEN

2.2 PERLAWANAN RAKYAT GOA

BAB III. PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN SARAN

DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau, dan di masa lampau
itu lah terjadi banyak hal yang membuat kita bisa hidup nyaman di masa sekarang.
Banyak sekali rintangan yang harus dilalui oleh orang terdahulu demi untuk bebas dari
penjajahan bangsa lain.

Salah-satu negara di dunia yang memiliki banyak sejarah adalah Indonesia, begitu
banyak cerita tentang Indonesia di masa lampau. Beberapa diantaranya adalah
penjajahan, penjajahan yang begitu kejam dan sangat lama dialami oleh rakyat
Indonesia pada saat itu.

Upaya demi upaya dilakukan oleh rakyat Indonesia untuk bisa terbebas dari
penjajahan bangsa asing. Hanya bermodalkan senjata tradisional, rakyat Indonesia
pantang menyerah untuk melawan bangsa asing yang menjajah Indonesia pada saat
itu.

Beberapa cerita sejarah yang dimiliki Indonesia adalah perlawanan rakyat Banten dan
Goa terhadap kolonial VOC. Nah pada makalah yang kami buat ini, kami akan
membahas tentang cerita sejarah tersebut. Dimulai dari latar belakang hingga
bagaimana perang tersebut bisa selesai.

Cerita sejarah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah perlawanan rakyat
Banten dan Goa terhadap Kolonial VOC. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan bagi pembaca.

Terakhir, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam


penulisan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah yang kami buat diantaranya
adalah :

1. Apa saja yang melatar belakangi perlawanan rakyat Banten dan Goa terhadap
Kolonial VOC?
2. Mengapa perang antara rakyat Banten dan Goa dengan Kolonial VOC bisa
terjadi?
3. Bagaimana jalannya perang antara rakyat Banten dan Goa dengan Kolonial
VOC?
4. Bagaimana perang antara rakyat Banten dan Goa dengan Kolonial VOC
berakhir?

1.3 METODE PENELITIAN


Pada makalah ini, kami sebagai penulis menggunakan metode deskriptif. Karena pada
makalah ini kami akan menjelaskan, menggambarkan, menceritakan, dan
mendeskripsikan “Perlawanan Rakyat Banten dan Goa Terhadap Kolonial VOC”
sedetail mungkin dengan fakta dan bukti-bukti yang sudah kami peroleh.

1.4 TUJUAN PENULISAN


Makalah ini kami buat bertujuan untuk menambah wawasan dan memperluas ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang sejarah bagi para pembaca. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada saat perlawanan rakyat
Banten dan Goa terhadap kolonial VOC pada saat itu. Dan juga makalah ini kami buat
agar makalah ini dapat menjadi salah-satu acuan pembelajaran untuk para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERLAWANAN RAKYAT BANTEN
Banten adalah salah-satu kerajaan Islam yang pernah menjadi penguasa perdagangan
internasional di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena Banten memiliki letak wilayah
yang sangat strategis, yaitu terletak di ujung barat Pulau Jawa yang lebih tepatnya
terletak di wilayah Tanah Sunda, Provinsi Banten. Banten menjadi salah-satu
kesultanan yang menarik bagi para pedagang, banyak para pedagang yang ingin
menyandarkan kapalnya di pelabuhan Banten. Kemudian sekitar tahun 1650 M,
Banten menjadi pelabuhan yang sangat terkenal dan populer pada masa
kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa.

Kepopuleran pelabuhan Banten sebagai pelabuhan dagang internasional tersebut, pada


saat itu membuat VOC ingin mengambil alih atau menguasai wilayah Banten. VOC
ingin mengambil alih kekuasaan wilayah Banten karena ingin melakukan monopoli
perdagangan di wilayah pesisir Jawa. Kemudian untuk mengambil alih wilayah
Banten tersebut, VOC melakukan blokade atau menggangu jalur pelayaran kapal dari
Cina dan Maluku yang ingin memasuki wilayah Banten.

Sebenarnya perlawanan rakyat Banten terhadap Kolonial VOC sudah berlangsung dari
tahun 1619 pada saat VOC mulai berusaha untuk merebut kekuasaan di wilayah
Banten yang kemudian membuat rakyat Banten marah dan murka terhadap VOC.

Pada tahun 1627, rakyat Banten memiliki rencana untuk membunuh J.P Coen. Namun
rencana yang sudah dibuat oleh rakyat Banten tersebut berantakan karena rencana
mereka bocor dan pada akhirnya diketahui oleh VOC, kemudian rakyat Banten marah
dan membunuh beberapa orang Belanda.

Kemudian pada tahun 1633, VOC melakukan tindakan sewenang-wenang pada rakyat
Banten yang sedang berlayar dan berdagang di wilayah Kepulauan Maluku.
Kemudian terulang kembalilah perang antara rakyat Banten dan VOC.

Pada saat rakyat Banten sedang menyiapkan tentara mereka untuk melawan VOC,
ternyata persiapan rakyat Banten tersebut sudah diketahui oleh VOC. Kemudian VOC
pun juga turut menyiapkan pasukan untuk melawan tentara Banten tersebut yang
kemudian terjadilah kembali peperangan antara rakyat Banten dan VOC.
Kemudian VOC melakukan blokade atau pengurungan terhadap pelabuhan Banten
yang mengakibatkan kerugian pada rakyat Banten karena perdagangan kerajaan
Banten terhenti.

Lalu dengan akal jahat mereka, kemudian VOC melakukan Devide Et Impera atau
politik adu domba di wilayah Banten untuk bisa menguasai wilayah tersebut. Setelah
beberapa saat, VOC menemukan kelemahan Sultan Ageng Tirtayasa melalui putra
mahkotanya yang bernama Sultan Haji. Sultan Haji memiliki ambisi yang besar untuk
menjadi penguasa di wilayah Banten yang kemudian dimanfaatkan oleh VOC untuk
menghasut Sultan Haji agar dapat merebut kekuasaan ayahnya pada saat itu.

Sultan Haji yang pada saat itu merasa khawatir jika nanti tahta kekuasaan kerajaan
tidak diberikan kepada dirinya melainkan kepada saudara laki-lakinya, akhirnya ia
membuat perjanjian dengan VOC untuk mengambil alih kekuasaan ayahnya tersebut
dengan perjanjian sebagai berikut.

1. jBanten harus menyerahkan wilayah Cirebon kepada VOC.


2. Monopoli lada di Banten akan dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan
para pedagang dari Persia, India, dan Cina.
3. Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji.
4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera
ditarik kembali.

Kemudian pada tahun 1681, akhirnya VOC dan Sultan Haji berhasil menguasai Istana
Surosowan dan menjadi Sultan Banten yang membuat Sultan Ageng Tirtayasa dan
Sultan Haji bermusuhan dan akhirnya berperang satu sama lain.

Saat perang antara ayah dan anak tersebut pecah kembali pada tahun 1682, Sultan
Ageng Tirtayasa dipaksa atau dipukul mundur oleh pihak Sultan Haji dan VOC.
Namun, Sultan Ageng Tirtayasa dan pasukannya tidak menyerah dan tetap melakukan
penyerangan melawan VOC.

Beberapa saat kemudian, Sultan Haji mengundang Sultan Ageng Tirtayasa ke istana.
Pada tanggal 14 Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya datang ke istana untuk
memenuhi undangan anaknya tersebut. Kemudian Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap
oleh pihak VOC yang bekerjasama dengan Sultan Haji, dan Sultan Ageng Tirtayasa
pun dibawa ke Batavia. Kemudian pada akhirnya pada tahun 1695, Sultan Ageng
Tirtayasa meninggal dunia.

Kemudian Kesultanan Banten dihapus oleh pihak Belanda yang sedang berkuasa pada
saat itu. Namun perlawanan melawan para penjajah tersebut masih tetap dilakukan
oleh rakyat Banten yang dipimpin oleh para ulama. Perlawanan ini berlangsung
sampai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.
2.2 PERLAWANAN RAKYAT GOA
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan salah-satu kerajaan Islam terbesar yang terletak di
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa-Tallo telah mencapai puncak
kejayaannya pada abad ke-17 pada saat kesultanan ini berkembang sebagai pusat
perdagangan dan mengembangkan berbagai inovasi yang mereka miliki.

Pemimpin Kesultanan Gowa-Tallo yang paling terkenal adalah Sultan Hasanuddin.


Pada saat di masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, terjadi peperangan antara rakyat
Goa dengan VOC yang begitu sengit.

Pusat pemerintahan Kerajaan Goa terletak di Somba Opu yang juga merupakan
pelabuhan Kerajaan Goa. Masyarakat Goa hidup dengan prinsip “Tanahku terbuka
bagi semua bangsa”, “Tuhan menciptakan tanah dan laut; tanah dibagikannya kepada
semua manusia dan laut adalah milik bersama.” Maka dari itu, Somba Opu terbuka
untuk siapa saja yang kemudian kota tersebut dihuni oleh beberapa pedagang asing.
Hal ini lah yang membuat wilayah Goa dapat berkembang dengan pesat.

Selain itu, pelabuhan Somba Opu juga memiliki letak wilayah yang strategis dalam
perdagangan internasional yang kemudian berperan sebagai tempat persinggahan bagi
kapal-kapal dari timur ke barat maupun sebaliknya.

Dengan peran dan letak yang sangat strategis yang dimiliki oleh pelabuhan Somba
Opu, VOC kemudian berusaha untuk mengambil alih wilayah Goa untuk bisa
menguasai pelabuhan Somba Opu dan melakukan monopoli perdagangan.

Upaya demi upaya dilakukan oleh VOC demi bisa mengambil alih wilayah Goa. Pada
tahun 1634, VOC melakukan blokade jalur di Pelabuhan Somba Opu, namun usaha
VOC tersebut gagal karena perahu-perahu Makassar yang berukuran kecil dapat
melewati jalur tersebut melalui celah di antara pulau-pulau. Tetapi VOC tidak
menyerah begitu saja, mereka kemudian merusak dan menghancurkan kapal-kapal
pribumi dan kapal-kapal asing lainnya yang terletak di wilayah Goa.

Sultan Hasanuddin yang sedang berkuasa pada saat itu berusaha untuk menghentikan
VOC yang anarkis dan menentang VOC untuk melakukan monopoli perdagangan di
wilayah Goa. Kemudian Sultan Hasanuddin mempersiapkan kekuatan untuk melawan
VOC, benteng pertahanan mulai dipersiapkan di sepanjang pantai, hingga pasukan
Goa juga mulai dipersiapkan. Sementara itu VOC juga turut mempersiapkan diri
mereka untuk menyerang wilayah Goa dan kemudian mereka mulai melakukan
Devide Et Impera (politik adu domba) dengan menjalin hubungan dengan Arung
Palaka yang merupakan pangeran Bugis dari Bone.
Pihak VOC dibawah kepemimpinan JC Speelman datang menyerang wilayah Goa
dengan membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 buah kapal perang serta pasukan dari
Bone yang dipimpin oleh Arung Palaka.

Perang antara VOC dan pasukan Bone dengan rakyat Goa berlangsung dengan sangat
sengit, sementara itu Sultan Hasanuddin dipaksa oleh VOC dan Arung Palaka untuk
menandatangani perjanjian Bongaya yang berisikan sebagai berikut :

1. Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo menjadi milik VOC.


2. Seluruh orang asing harus pergi atau diusir dari Gowa-Tallo terkecuali VOC.
3. VOC mendapatkan hak untuk melakukan monopoli perdagangan di kawasan
Timur Indonesia.
4. Gowa-Tallo harus mengganti biaya kerugian akibat perang.

Sultan Hasanuddin tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menandatangani


perjanjian tersebut karena isi perjanjian tersebut tidak sesuai dengan semboyan atau
prinsip masyarakat Goa.

Pada tahun 1668, Sultan Hasanuddin beserta rakyat Goa kemudian kembali melawan
VOC karena tindakan sewenang-wenang mereka tersebut. Namun sayangnya,
perlawanan dari Sultan Hasanuddin beserta rakyat Goa tersebut dimenangkan oleh
VOC. Dengan sangat terpaksa, Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian
Bongaya tersebut dan benteng pertahanan milik Goa jatuh kepada VOC.

Kemudian pada tahun 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan
membawa pasukan sekitar 7.000 orang yang kemudian Arung Palaka dapat
menaklukan dan mengambil alih benteng Somba Opu. Pada akhirnya Sultan
Hasanuddin beserta pasukannya melarikan diri hingga dikabarkan meninggal dunia
pada tahun 1670.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai