Anda di halaman 1dari 10

Rangkaian Transien Kondisi Awal

A. Rangkaian Transien

Transien (gejala peralihan) adalah perubahan nilai tegangan atau arus maupun keduanya
baiksesaat maupun dalam jangka waktu tertentu dan kondisi tunaknya (steady state).
Penyebabnya adalah dapat dari lingkungan atau faktor eksternal seperti petir, dan dapat juga
akibat perlakuan terhadap sistem itu sendiri atau faktor internal seperti switching. Kondisi
transien dapat berupa tegangan atau arus. Pada rangkaian listrik, transien merupakan suatu
karakteristik respon alami tegangan atau arus dari sistem yang terdiri dari:

1. komponen resistif (R),


2. induktif (L) dan
3. kapasitif (C).
B. Penyebab transien pada Rangkaian Listrik

Penyebab fenomena transien adalah karena adanya perubahan parameter rangkaian , yang
biasanya terjadi akibat pensaklaran, rangkaian terbuka (open circuit) atau hubungan singkat
(short circuit), perubahan dalam operasi sumber, dll. Transient merupakan perubahan variabel
tegangan dan arus yang berlangsung saat peralihan dari satu kondisi yang lain.

Penyebab terjadinya transien antara lain:

a) Load Switching (penyambungan dan pemutusan beban)


b) Switching kapasitor
c) Transformer inrush current
d) Recovery voltage
C. Keadaan Transien

Transien yang terjadi pada saat pembukaan saklar maka akan terjadi perubahan besar nya
arus
Pada bentuk gelombang arus untuk rangkaian R-L didapat

I= arus awal (Ampere)

V= tegangan (Volt)

R= tahanan (Ohm)

L= Induktansi

(Henri)

is= arus keadaan steady state (Ampere)

it= arus Transien (Ampere)

t= waktu (detik)

dari gambar 1 diperoleh persmaan diferensial teganagan sebagai berikut:

di
VL  i.R
dt

Persamaan transiennya:

di
L  iR  0
dt

Misal: i1
 Aet

sehingga:

R
 t
it  L

Ae
Dengan:

it= Arus Transien (Ampere)

A= kostanta

R= tahanan (Ohm)

L= induktansi (Henri)

D. Kondisi Awal

Dalam analisis rangkaian transien perlu dibedakan menjadi 3 daerah waktu

1. Sesaat sebelum dilakukan perubahan pada rangkaian, yang dilambangkan pada saat
t  0 

2. Saat terjadinya perubahan yang dilambangkan pada saat t0 .

3. Sesaat setelah terjadinya perubahan yang dilambangkan pada t0  .


saat

Kondisi awal suatu rangkaian

1. Komponen Resistif (R)

Pada resistor ideal, arus dan tegangan dihubungkan dengan hukum Ohm V = IR, bila
tegangan tegangan yang dikenakan pada resistor (unit step) aka arus akan mempunyai bentuk
yang sama dengan tegangan yang hanya dirubah oleh faktor ( 1 /R), maka dapat dikatakan bahwa
arus yang mengalir pada resistor akan segera berubah dengan seketika bila tegangan pada
terminal resistor tersebut dirubah, sehingga dapat dikatakan bahwa pada resistor :

R(0-) ≠ iR(O) ≠ iR(0+)

2. Komponen L

Arus yang mengalir pada induktor tidak dapat berubah dengan seketika, karena energi
yang secara tiba-tiba diberikan pada induktor tidak akan merubah arus yang ada sebelumnya
pada induktor tersebut, maka induktor akan bersifat sebagai rangkaian terbuka pada saat energi
yang baru dikenakan pada induktor tersebut, dengan demikian arus iL(0-) yang mengalir akan
tetap mengalir disaat terjadinya perubahan pada terminal induktor, atau dapat dikatakan:

iL(0-) = iL(0) = iL(0+)


3. Komponen C

Tegangan pada kapasitor C yang memiliki kapasitansi tetap tidak dapat berubah dengan
seketika, hal ini dapat dilihat dari bila sebuah kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan ke
sumber energi, maka arus akan mengalir dalam waktu sesaat sehingga kapasitansi ekivalen
dengan suatu rangkaian hubung singkat, hal ini disebabkan tegangan dan muatan adalah
berbanding lurus dalam kapasitor [v = q /c] sehingga muatan nol sebanding dengan tegangan nol
(sifat hubungan singkat). Dengan muatan awal yang ada pada kapasitor, maka kapasitor
ekivalen dengan sebuah sumber tegangan sebesar [v0 = q0/c] dimana q0 adalah muatan awal.
Adapun sifat dari ketiga komponen tersebut secara ringkas dapat diperlihatkan sebagai berikut :
E. Kondisi Awal dari Turunan pertama Rangkaian R-L Seri
Adapun langkah-langkah untuk kondisi awal dari suatu turunan pada rangkaian:
1. Gantikan semua induktor dengan dengan rangkaian terbuka atau dengan sumber arus
yang memiliki arus sebesar arus yang mengalir pada saat t(0+) .
2. Gantikan semua kapasitor dengan hubungan singkat atau dengan sumber tegangan
q
sebesar V   0 bila terdapat muatan awal (q0).
0
C
3. Resistor/tahanan dibiarkan tetap tanpa ada perubahan.

Rangkaian Seri RL

maka menurut hukum Kirchoff, persamaan tegangan pada rangkaian di atas adalah :
di
L  R.i  V
0
dt

Rangkaian seri RLC pada arus bolak-balik terdiri dari resistor (R), induktor (L) dan
kapasitor (C) yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC dan disusun secara
seri. Hambatan yang dihasilkan oleh resistor disebut resistansi, hambatan yang
dihasilkan oleh induktor disebut reaktansi induktif (X L), dan hambatan yang dihasilkan
oleh kapasitor disebut reaktansi kapasitif (X C). Ketiga besar hambatan tersebut ketika
digabungkan dalam disebut impedansi (Z) atau hambatan total.
Rangkaian seri RLC)

Ketiga hambatan tersebut (R, XL dan XC) mengalir arus (i) yang sama sehingga diagram
fasor arus diletakkan pada t=0. Tegangan pada resistor (V R) berada pada fasa yang sama
dengan arus, tegangan (VL) pada reaktansi induktif (XL) mendahului arus sejauh 90º, dan
tegangan (VC) pada reaktansi kapasitif (XC) tertinggal oleh arus sejauh 90º.

Diagram fasor untuk I, VR, VL, dan VC (Sumber: myrightspot.com)


Diagram fasor dapat digunakan untuk mencari besar tegangan jepit seperti di bawah

ini: VR = Imax R sin ωt = Vmax sin ωt

VL = Imax XL sin (ωt + 90) = Vmax sin (ωt + 90)

VC = Imax XC sin (ωt – 90) = Vmax sin (ωt – 90)

Besarnya tegangan jepit dapat dihitung dengan menjumlahkan V R, VL, dan VC sehingga
menjadi:

Besar arus adalah sama, sehingga besar tegangan pada masing-masing komponen R, L
dan C adalah: VR = I R , VL = I XL , dan VC = I XC. Subsitusikan ke dalam rumus tegangan
jepit sehingga hasil akhir diperoleh hambatan total atau impedansi sebagai berikut:
Rangkaian seri RLC memiliki beberapa kemungkinan:

1. Nilai XL < XC : rangkaian bersifat kapasitor, tegangan tertinggal terhadap arus

dengan beda sudut fase θ sebesar


2. Nilai XL > XC : rangkaian bersifat induktor, tegangan mendahului arus dengan

beda sudut fase θ sebesar


3. Nilai XL = XC : besar impedansi rangkaian sama dengan nilai hambatannya
(Z=R), pada rangkaian akan terjadi resonansi deret/seri, frekuensi resonansi

sebesar

Agar lebih jelas lagi, yuk kita kerjakan contoh soal di bawah ini Squad!

1. Tentukanlah besar tegangan maksimum yang dibutuhkan agar dihasilkan


kuat arus maksimum sebesar 4 A!
Diketahui:

R = 60 Ω

XL = 120 Ω

XC = 40 Ω

Imax = 4 A

Ditanya: Vmax ?

Jawab:

Vmax = Imax Z = 4 (100) = 400 Volt

Jadi besar tegangan maksimum yang dibutuhkan adalah 400 Volt

2. Sebuah resistor 300 Ω, inductor 2 H, dan kapasitor 20 µF dirangkai secara seri


serta dihubungkan dengan sumber tegangan 200 Volt, 100 rad/s. Tentukanlah:

a. Reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, dan sifat rangkaian

b. Impedansi

Diketahui:
R = 300 Ω

L=2H

C = 20 µF= 20 x 10-6 F

ω = 100 rad/s

Ditanya: XL, XC, Z dan sifat rangkaian ?

Jawab:

a.

Karena XL < XC rangkaian bersifat kapasitif

b.

Anda mungkin juga menyukai