Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ANEURISMA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Disusun oleh :

Ega Yunita Arta Mevia Natasya


1911B0018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala puji serta syukur ke hadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan karunia, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Aneurisma”

Dalam Penulisan ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya koreksi berupa saran dan kritik dari semua pihak sehingga dapat
memperbaiki penulisan dan penyusunan makalah ini.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini dapat
berguna dengan baik umumnya bagi para pembaca beserta khususnya bagi penulis makalah
ini dan para mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan (IIK) STRADA Indonesia.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta,  yang keluar langsung dari
ventrikel kiri jantung. Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung
sebagai aorta ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan
yaitu arcus aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Arcus aorta
memiliki tiga percabangan yaitu:

1. Brachiocephalic/a.anonyma. Arteri ini akan bercabang menjadi a.carotis


communis dextra,  a.subclavia dextra dan a.thyroidea ima (yang
mendarahi kelenjar  thyroid bagian inferior.
2. carotis communis sinistra
3. subclavia sinistra.

Aorta dan Cabang-cabangnya


Setiap a.carotis communis (baik dextra maupun sinistra) akan bercabang
menjadi carotis interna (yang mendarahi otak) dan carotis externa (yang mendarahi
wajah, mulut, rahang dan leher) . Sedangkan setiap subclavia (baik dextra dan
sinistra) akan bercabang antara lain menjadi vertebralis (mendarahi otak dan medula
spinalis). Kedua vertebralis (dextra dan sinistra) akan menyatu menjadi arteri-arteri
spinal yang segmental, dan sebelum naik ke otak akan membentuk basilaris. basilaris
lalu bercabang menjadi cerebralis posterior dan beranastomosis dengan
communicating posterior dan cerebralis anterior membentuk circulus Willisi yang
khas di otak. subclavia sendiri tetap berjalan ke ekstremitas atas sebagai aksilaris dan
mempercabangkan  subscapularis, yang mana akan mempercabangkan circumflexa
scapulae. Selain itu, subclavia juga akan bercabang menjadi mammaria
interna (memperdarahi dinding dada depan dan kelenjar
susu),thyrocervicalis dan acostocervical. Cabang dari thyrocervical
adalah thyroidea inferior yang mendarahi kelenjar
thyroid, suprascapular(transversa scapulae) dan transversa colli (transversa
cervical).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah
a. Apakah Aneurisma Aorta?
b. Bagaimana pengobatan Aneurisma Aorta?
c. Bagamana ASKEP masalah tersebut?
d. Bagaimana cara pencegahan masalah tersebut?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui beragam informasi tentang Aneurisma Aorta
2. Tujuan Khusus:
a) Mahasiswa mengetahui definisi Aneurisma Aorta
b) Mahasiswa mengetahui etiologi Aneurisma Aorta
c) Mahasiswa mengetahui Manifestasi Klinis Aneurisma Aorta
d) Mahasiswa mengetahui klasifikasi Aneurisma Aorta
e) Mahasiswa mengetahui patofisiologi Aneurisma Aorta
f) Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan Aneurisma Aorta
g) Mahasiswa mengetahui komplikasi Aneurisma Aorta
h) Mahasiswa mengetahui diagnostik Aneurisma Aorta
i) Mahasiswa mengerti ASKEP Aneurisma Aorta

D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode penulisan studi kepustakaan. Yaitu dengan
membaca, dan memahami kepustakaan serta sumber lain yang berhubungan
dengan masalah pada makalah ini.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Aorta

Aorta berada sebagai bagian atas dari ventrikel, dimana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah
naik (ascending) untuk jarak yang pendek, ia melengkung (arch) kebelakang dan ke sisi kiri,
tepat pada pangkal paru kiri, kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri
kolumna vertebralis, masuk rongga abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan berakhir,
dimana diameternya mulai berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV, ia
bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra. Dari uraian diatas maka aorta
dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden
yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.

Cabang-cabang Aorta

1. Aorta Ascendens

Panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis ventrikel kiri, setinggi batas bawah
kartilago kosta ke III dibelakang kiri pertengahan sternum; ia melintas keatas secara oblik,
kedepan, dan kekanan, searah aksis jantung, setinggi batas atas dari kartilago kosta ke II.
Pada pangkal asalnya, berlawanan dengan segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi
kecil disebut sinus aortikus. Saat pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta caliber
pembuluh darah meingkat, karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut
bulbus aortikus, dan pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta
ascenden terdapat dalam pericardium.

Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan aurikula dekstra,
dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo anterior
dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan timus; di posterior ia
bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra. Pada sisi kanan, ia berdekatan
dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada sisi kiri dengan arteri pulmonary.
satu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang mensuplai jantung;
muncul dekat commencement aorta tepat diatas pangkal valvula semilunaris.

2. Arcus Aorta
Dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi kanannya, dan berjalan
keatas, kebelakang, dan ke kiri di depan trachea, kemudian mengarah ke belakang pada sisi
kiri trachea dan akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke IV,
pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta descenden. Sehingga terbentuk
dua kurvatura, satu dimana ia melengkung keatas, yang kedua dimana ia melengkung
kedepan dan kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni.

Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior dari pulmo;
dan dengan sisa dari timus. Saat pembuluh melinta ke belakang sisi kirinya bersentuhan
dengan pulmo sinistra dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada arcus
terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang nervus vagus sinistra,
cabang nervus cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra.
Saat nervus terakhir tadi melintasi arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar
dibawah pembuluh dan melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik
keatas dan kedepan pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan
terdapat plexus cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus
thoracicus; trachea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas adalah arteri innominata,
carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang mncul dari lengkungan arcus dan
bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata sinistra. Dibawah adalah
bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum arteriosum, bagian superfisial dari
pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra. Ligamentum arteriosum menghubungkan
arteri pulmonary sinistra dengan arcus aorta.

Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta bayi sedikit
menyempit, membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus, yang pada saat
diatas ductus arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle. Arcus
aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri innominata, carotis comunis sinistra,
dan subclavia sinistra

3. Aorta Desenden
Dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat melewati dua rongga besar
tubuh.
a. Aorta thoracalis
Terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada batas bawah dari vertebra
thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan berakhir di depan batas
bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam perjalanannya ia
terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat turun; dan, saat
terminasinya berada tepat didepan kolumna vertebralis.

Batas-batas—anterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo sinistra,


pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan vena
hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae
dan pulmo sinistra.
b.    Aorta Abdominalis
Dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah dari korpus vertebrae thoracic
terakhir, dan, turun didepan kolumna vertebralis, berakhir pada korpus vertebra lumbalis ke
IV, sedikit kekiri dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi menjadi dua arteri iliaca comunis.
Aorta semakin berkurang ukurannya dengan semakin banyak ia mempercabangkan pembuluh
darah.

Batas-batas—aorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan gaster,


dibelakang cabang dari arteri celiaca dan plexus celiaca; dibawah vena lienalis, pankreas,
vena ranalis sinistra, bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium dan pleksus
aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago intervertebrae oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan vena lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena
azygos, cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus dekstra diafragma yang memisahkan aorta
dari bagian atas vena cava inferior dan dari ganglion celiaca dekstra; vena cava inferior
bersentuhan dengan aorta dibawahnya. Pada sisi kiri adalah crus sinistra diafragma, ganglion
celiaca sinistra,bagian ascending dari duodenumdan sedikit bagian intestinum.

B. Konsep Aneurisma Aorta

1. Definisi Aneurisma Aorta


Aneurisma: Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani “aneurysma” berarti pelebaran.
Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau
mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol keluar. Pelebaran yang terjadi
adalah lokal dan lebih dari 50% diameter pembuluh darah. Aneurisma sering terjadi pada
arteri di basis otak (circulus Willisi) dan di aorta. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya
karena dapat ruptur dan menyebabkan kematian kapan saja.
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering disebut
intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini
adalah tunica media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and
jaringan elastik. Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau adventitia, tersusun oleh
jaringan ikat.

Gambar: Histologi aorta (kanan: perbesaran lemah; kiri: perbesaran kuat)

Aneurisma aorta: adalah aneurisma yang melibatkan aorta. Seperti yang telah diuraikan
diatas bahwa aorta adalah pembuluh darah besar utama yang berasal dari jantung yang
mensuplai darah ke abdomen, pelvis, dan tungkai bawah. Aorta disebut sebagai aorta
thoracica saat ia meninggalkan jantung, ascenden, melengkung (arcus), dan descenden lewat
rongga thorak hingga mencapai diafragma (pemisah antara rongga thorak dan abdomen),
aorta mulai disebut sebagai aorta abdominalis setelah ia melewati diafragma dam berlanjut
turun ke abdomen yang terpisah menjadi dua arteri iliaca yang turun ke tungkai bawah. Aorta
dapat mengalami aneurisma, dan biasanya terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdominal
aneurysm), tetapi dapat juga terjadi di rongga thorak (thoracic aneurysm). Hal tersebut dapat
terjadi jika dinding aorta menjadi lemah karena deposit lemak (plak) pada atherosclerosis.
Aneurisma juga dapat terjadi sebagai penyakit yang diturunkan seperti Marfan syndrome.
Beberapa lokasi yang sering terjadi aneurisma antara lain:
1. Aorta (abdominal aortic aneurysm dan thoracic aortic aneurysm)
2. Otak (cerebral aneurysm)
3. Tungkai bawah (popliteal artery aneurysm)
4. Usus (mesenteric artery aneurysm)
5. Splenic artery aneurysm
Diseksia Aorta
Diseksi aorta adalah pemisahan lapisan-lapisan pembuluh darah oleh kolom-kolom darah.
Pemisahan pembuluh darah ini menimbulkan lumen arteria palsu, yang berhubungan dengan
lumen sejati melalui robekan pada intima. Diseksi tidak meluas melingkari seluruh
sirkumferensia pembuluh darah; tetapi memanjang sepanjang pembuluh darah. Perluasan ini
dapat menyumbat pembuluh darah pada bagian yang mengalami diseksi, baik secara total
atau parsial dengan cara memisahkan muara pembuluh dengan lumen sejati. Pada akhirnya
lumen palsu dapat menimbulkan pembesaran aneurisme dari lapisan pembuluh darah luar
tetapi, pembentukan aneurisme bukanlah ciri dari fase awal diseksi. Karena itu, istilah diseksi
aneurisme adalah suatu pemberian nama yang tidak tepat, walaupun istilah ini sering dipakai
sebagai sinonim dari diseksi aorta.

Diseksi aorta dicirikan menurut usia dan lokasi anatomi. Diseksi yang diketahui dalam 2
minggu setelah awitan digolongkan sebagai diseksi akut jika diperlukan lebih dari 2 minggu,
diseksi ini dianggap kronik. Karena angka kematian tertinggi untuk aneurisme yang tidak
diobati adalah dalam 2 minggu pertama, maka prognosis diseksi kronik jauh lebih baik dari
pada diseksi akut.

Aneurisme tipe I berasal dari aorta asendens tepat di atas katup aorta dan meluas ke distal
menuju aorta abdominalis. Aneurisme tipe II terbatas hanya pada aorta asendens. Aneurisme
tipe III mulai dari aorta desendens tepat distal dari arteria subklavia kiri dan dapat meluas ke
distalmenuju bifurkasio aorta. Sistem lain yang sering dipakai untuk klasifikasi aneurisme
berdasarkan anatomi adalah dengan menggabungkan aneurisme tipe I dan tipe II sebagai
aneurisme proksimal berasal dari aorta asendens, dibedakan dengan aneurisme tipe III
sebagai aneurisme distal yang berawal dari aorta desendens. Aterosklerosis sering ditemukan
pada diseksi distal. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995).

2. Klasifikasi Aneurisma Aorta


Berdasarkan morfologi, aneurisma aorta dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Fusiform aortic aneurysm : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris pada sekeliling
dinding aorta, dan bentuknya lebih sering ditemukan.

2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan
berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit.

3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan akumulasi darah


ekstravaskuler disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya
merupakan trombus dan jaringan yang berdekatan.

Berdasarkan lokasi, aneurisma aorta dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta abdominalis, biasanya
mulai dari bawah arteri renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang
melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri renalis untuk
melibatkan cabang-cabang viseral mayor aorta.
2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta toraks, bagian-bagian yang
mengalami pelebaran biasanya pada ascending aorta di atap katup aorta, aortic arch,
dan descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri.

3. horacoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada aorta desendens yang


secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis.

Tanda dan Gejala Aneurisma Aorta

Gejala dari kondisi ini berbeda secara signifikan, tergantung pada lokasinya.
Misalnya, gejala aneurisma otak berbeda dari aneurisma aorta. Dalam kasus aneurisma otak
kecil, gejala mungkin tidak selalu terlihat dan kondisi ini umumnya terdeteksi selama tes dan
pemeriksaan yang dilakukan untuk kondisi lain. Terkadang, sejumlah kecil darah dapat bocor
dari aneurisma dan menyebabkan sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba. Gejala Aneurisma
Aorta mungkin tidak menunjukkan gejala apapun pada tahap awal. Biasanya, gejala dapat
diamati ketika aneurisma tumbuh semakin besar. Aneurisma yang terdapat di perut atau
aneurisma aorta perut dapat menyebabkan nyeri di dekat pusar, yang dapat menyebar ke
punggung. Gejala lain meliputi pembengkakan perut, sensasi berdenyut di perut, mual dan
muntah, dan denyut jantung yang cepat.

Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa gejala. Jika
aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur aneurisma), atau
kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic dissection), gejala dapat
muncul tiba-tiba.

Aneurisma aorta abdominalis


Aneurisma asimptomatik—aneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin
dengan dideteksinya pulsasi aorta yang prominen. Lebih sering aneurisma asimptomatik
ditemukan sebagai penemuan insidental saat pemeriksaan USG abdomen atau CT scan.
Denyut perifer biasanya normal, tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas
bawah sering ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15%
kasus pasien dengan aneurisma aorta abdominalis.

Aneurisma simptomatik—nyeri midabdominal atau punggung bawah atau keduanya dan


adanya pulsasi aorta prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat,
ruptur, atau aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5%
dari aneurisma aorta dan dikarakteristikkan dengan inflamasi ekstensif periaortic dan
retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam ringan,
peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru saja;
pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma aorta (baik dikarenakan oleh emboli
septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi
tetapi harus diperkirakan pada pasien dengan aneurisma sakular atau aneurisma yang
bersamaan dengan fever of unknown origin.

Ruptur aneurisma—pasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen,
dan flank serta hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal dengan prognosis
yang lebih baik daripda ruptur anterior ke rongga peritoneum. 90% meninggal sebelum tiba
di rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah perbaikan bedah emergensi.
Gejala ruptur antara lain:
1. Sensasi pulsasi di abdomen
2. Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat menjalar ke
selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.
3. Abdominal rigidity
4. Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan, dapat
menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah
5. Ansietas
6. Nausea dan vomiting
7. Kulit pucat
8. Shock
9. Massa abdomen

4. Penyebab Aneurisma Aorta


Penyebab kondisi ini tidak diketahui dengan pasti. Setelah melahirkan, wanita juga bisa
mengalami aneurisma yang disebut aneurisma congenital, Beberapa factor yang dapat
mengalami aneurisma yang meliputi tekanan darah tinggi, aterosklerosis, tingkat tinggi serum
kolesterol, trauma atau cedera, merokok dan penggunaan tembakau, infeksi darah, usia tua,
penyakit ginjal polikistik, alkoholisme, diabetes, dan riwayat keluarga.

5. Etiologi
Tempat terbentuknya aneurisme yang paling sering adalah aorta abdominalis. Aneurismne
aorta abdominalis biasanya mulai dari bawah arteria renalis dan meluas ke bifurkasio aorta,
kadang-kadang melibatkan arteria iliaka. Aneurisme ini jarang meluas keatas ke arteria
renalis, melibatkan cabang-cabang visera mayor dari aorta. Kebanyakan aneurisme
abdominalis berasal dari proses arterosklerotik. Aneurisme torasika dapat menyerang aorta
torasika desendens dibawah arteria subklavia kiri , aorta asendens di atas katup aorta paling
terserang. Arteosklerosis dan trauma adalah sebab-sebab yang paling sering. Trauma dada,
biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan ruptura lapisan intimia
dan media aorta desendens tinggi ligamentum ateriosus. Ligamentum arteriosus meningkat
aorta pada suatu titik tertentu. Pada saat laju kendaraan terhenti dengan mendadak, struktur-
struktur lain dalam thoraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh
ligamentum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan robekan pada
lapisan-lapisan pembulu darah. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995).
Abdominal aortic aneurysm paling sering disebabkan oleh aterosklerosis. Namun pada
dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti penyakit genetik (Marfan syndrome, Ehlers-
Danlos syndrome, congenital defect) dan enzyme destruction.
2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang dipengaruhi oleh gaya hidup
(aterosklerosis, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan trauma benda tumpul).

Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada toraks juga sering disebabkan oleh
aterosklerosis. Selain itu thoracic aortic aneurysm juga disebabkan oleh congenital defect
pada dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi, dan trauma dada. Trauma dada biasanya
pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan ruptur tunika intima dan media
aorta desendens pada ligamentum arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada
suatu titik tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan berhenti mendadak, struktur-struktur
dalam toraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh ligamentum
arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya robekan pada tunika-
tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai trauma karena
perlambatan. Tunika adventisia dapat tetap utuh, walaupun dapat pula terjadi ruptur atau
berkembang menjadi aneurisma palsu. Penyakit pada arkus biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis. Nekrosis media kistik seperti sindroma Marfan, paling berat pada aorta
asendens dan sering kali menyebabkan pembentukan aneurisma.

Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering disebabkan oleh proses


degeneratif (degenerasi miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu diseksi, Marfan
syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos syndrome, infeksi jamur, aortitis
(Takayasu), dan trauma.

6. Patofisiologi
Pembentukan aneurisme timbul akibat degenerasi dan melemahnya lapisan media arteria.
Degenerasi media dapat terjadi karena keadaan-keadaan kongenital atau di dapat, seperti
arterosklerosis, atau Syndrome Marfan. Dilatasi vaskular dapat pula terjadi akibat efek
semprotan aliran darah melalui suatu plak vaskular yang menyumbat, menimbulkan aliran
turbulen di distal lesi : dilatasi paska-stenosis ini melemahkan dinding arteria. Disamping
sebab-sebab yang diketahui ini interaksi dari berbagai macam faktor dapat menjadi
predisposisi pembentukan aneurisme. Aliran turbulen pada daerha bifurkasio dapat ikut
meningkatkan insiden aneurisme ditempat-tempat tertentu juga di kemukakan bahwa suplay
darh ke pebuluh darah melalui vasa vasorum dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah
lapisan media dan menjadi predisposisi pembentukan aneurisme. Apapun penyebabnya,
aneurisme akan menjadi semakin besar menurut hukum Laplace. Tegangan atau tekanan
dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh darah dan tekanan intra arteria. Dengan
melebarnya pembulu darah dan penambahan radius, maka tegangan dinding pun meningkat,
sehingga membuat dilatasi dinding yang lebih lanjut. Selain itu, sebagian besar individu yang
mengalami aneurisme juga menderita ptekanan darah tinggi, penyakit ini ikut menambah
tekanan dinding dan pembesaran aneurisme. Konstribusi dari ukuran arteria terhadap
pembentukan aneurisme juga sudah dipikirkan . individu-individu dengan arteria utama yang
besar, atau arteriomegali, dan permukaan tubuh yang luas cenderung memiliki insiden
aneurisme yang lebih tinggi. Telah diajukan bahwa peningkatan aliran darah aorta dapat
berpengaruh pada perkembangan aneurisme. Aneurisme sering membentuk lapiusan-lapisan
bekuan darah disepanjangn dindingnya akibat aliran yang lambat. Trombi mural merupakan
sumber emboli dan trombosis aneurisme spontan yang potensial. (Sylvia A. Price Lorraine
M. Wilson,1995).

Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila timbul
aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi
prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami
hipertensi.

Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada
intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering
dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh
ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat
terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga
memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau
diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya
disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

7. Manifestasi Klinis
Aneurisme sering kali asimtomatik. Tanda pertama dari penyakit ini berupa suatu komplikasi
gawat yang mengancam jiwa seperti ruptura, trombosis akut atau embolisasi. Aneurisme
abdominalis mungkin dapat dideteksi suatu pemeriksaan abdomen sebgai suatu massa
biasanya berlokasi di regio umbilikalis di kiri garis tengah. Gejala-gejalanya biasanya buruk,
menandakan perluasan aneurisme, perdarahan retroperitoneal kronik, atau ruptura yang
mengancam. Dapat juga ditemukan nyeri punggung atau abdomen yang berat. Obstruksi
duodenum akibat aneurisme yang besar dapat bermanifestasi sebagai rasa tidak enak di
epigastrium atau kesulitan dalam pencernaan makanan. Aneurisme torasika harus cukup
besar untuk dapat menimbulkan gejala; akibatnya,aneurisme mungkin baru ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan radiogram dada. Jika benar-benar timbul gejala, biasanya
disebabkan oleh perluasan dan kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan.

Ruptura aneurisme sangat berbahaya dengan prognosis yang buruk. Ruptura ke rongga
perikardium menyebabkan perdarahan; tetapi biasanya ruptura akan masuk ke ruang
retropertoneal di mana timbul efek tamponade pada struktur-struktur yang berdekatan. Secara
khas ruptura akan disertai nyeri abdomen atau punggung akut yang timbulnya berkaitan
dengan tanda-tanda renjatan karena perdarahan. Dapat teraba masa abdomen yang berpulsasi,
walaupun setelah terjadi ruptura mungkin tidak teraba lagi. Perlu segera dilakukan reseksi
bedah. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995)

Manifestasi klinis bervariasi, tergantung pada lokasi dan luasnya diseksi; akan tetapi, awitan
cenderung timbul mendadak dan berat. Nyeri secara khas, berat dan merobek-robek. Mula-
mula terdapat pada dada, abdomen, atau punggung, tetapi dengan semakin meluasnya diseksi,
memancar ke punggung dan ke distal sampai ekstremitas bawah. Sering ada tanda-tanda
renjatan walaupun tekanan darah cenderung meninggi, hal ini disebabkan oleh hipertensi
yang sudah diderita sebelumnya.

Dengan berkembangnya diseksi, cabang-cabang arteria menjadi teroklusi disertai hilangnya


denyut nadi dan tanda-tanda disfungsi organ; anuria dapat timbul akibat keterlibatan arteria
renalis, atau timbul iskemia ekstremitas bawah akibat oklusi arteria iliaka. Ruptura adalah
penyebab kematian yang paling sering. (Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson,1995)

a. Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:
1. Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi
2. Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan.
Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan
3. Nadi perifer lemah atau asimetris

b. Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :


1. Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)
2. Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang terlentang
3. Nyeri punggung bawah atau abdomen
4. Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

c. Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa
terhadap struktur intratorakal) :
1. Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada posisi
terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah berlanjut
2. Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan
3. Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)
4. Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)
5. Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

8. Penatalaksanaan
a. Farmako terapi :
1. Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang
2. Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan
menurunkan kontraktilitas miokard.
3. Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau
pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan
pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki
kontinuitas vaskular.

9. Perawatan Aneurisme Aorta


1. Operatif
a. Bedah elektif.
Keputusan untuk melakukan operasi pada pasien aneurisma asimtomatik
bergantung dari risiko aneurisma tersebut mengalami ruptur. Pembedahan elektif dilakukan
bila diameter lebih dari 50 mm.
Komplikasi dini yang terjadi setelah operasi elektif meliputi iskemia jantung, aritmia, dan
gagal jantung kongestif (15%), insufisiensi pulmonal (8%), kerusakan ginjal (6%),
perdarahan (4%), tromboemboli distal (3%), dan infeksi luka (2%).

b. Bedah darurat
Pasien dengan dugaan ruptur aneurisma perlu dipertimbangkan dilakukan
bedah darurat. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian selama pembedahan
adalah usia lebih dari 80 tahun, kesadaran menurun, konsentrasi Hb rendah, cardiac arrest,
penyakit kardiorespiratori parah.

c. Bedah Konvensional
Bedah konvensional adalah dengan menggunakan graft prosthetic. Pemasangan graft dinilai
efektif, dan kematian 30 harinya hanya 5%. Risiko kematian paska pemasangan graft
bergantung dari status kesehatan pasien.

d. Endovaskular stent atau endoprotesis


Merupakan alat yang dimasukkan secara endovaskular melalui arteri femoralis. Endoprotesis
ini seperti selang yang diameternya dapat dibuat sedimikian rupa hingga menyerupai
diameter arteri normal. Dengan adanya selang ini, darah hanya mengalir melalui selang
tersebut, tidak lagi melalui kantung aneurisma. Akibatnya, risiko trombosis dan ruptur
berkurang. Untuk menjaga agar diameter selang tidak berubah, maka pada selang digunakan
stent. Masalah yang sering ditemui saat pemasangan stent diantaranya pemasangan yang
tidak mudah. Diperlukan dokter yang kompeten untuk melakukannya. Sering pula stent sulit
diarahkan ke pembuluh darah yang menjadi tujuan karena biasanya pembuluh darah teroklusi
oleh trombus. Pada bebarapa kasus, aorta ditemukan tidak lurus melainkan berkelok-kelok.
Hal itu makin menambah daftar masalah pemasangan stent. Keuntungan endovaskular stent
daripada bedah konvensional yaitu : tidak memerlukan insisi abdomen, tidak perlu diseksi
retroperitoneal, meningkatkan fungsi perioperatif kardiorespiratorik, mengurangi respon
stress metabolik selama operasi, meningkatkan fungsi ginjal dan gastrointestinal, dan
mengurangi waktu rawat inap.

2. Kendalikan Faktor Risiko


Terapi non-operatif atau obat-obatan dapat diberikan berupa beta bloker,
dimana obat ini diperkirakan mampu menurunkan laju pelebaran dan risiko ruptur dari
abdominal aortic aneurysm.
Yang tidak kalah pentingnya adalah mengendalikan faktor risiko seperti
hiperkolesterolemia dan hipertensi. Merokok sebisa mungkin dihentikan. Aneurisma yang
terlalu kecil untuk dibedah sebaiknya dipantau secara bertahap untuk menilai perkembangan
diameternya.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasound (gb. 14, adalah pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga untuk mengikuti
perkembangan aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (<5 cm). Biasanya
aneurisma membesar 10% diameter per tahunnya; sehingga USG abdomen direkomendasikan
untuk aneurisma yang lebih besar 3,5 cm.

Gambar 14: USG abdomen pada aneurisma aorta


b. CT scan (gb. 15)—tidak hanya tepat dalam menentukan ukuran aneurisma
tetrapi juga menentukan hubungan terhadap arteria renalis.

Gambar 15: CT scan abdomen pada aneurisma aorta

c. Angiography aorta (aortography) (gb. 16)—diindikasikan sebelum


repair aneurisma arterial oclusive disease pada viseral dan ekstremitas bawah
atau saat repair endograft akan dilakukan.

Gambar 16: Aortography aorta abdominalis pada aneurisma aorta

10. Komplikasi
a. Aortic rupture
b. Hypovolemic shock
c. Arterial embolism
d. Kidney failure
e. Heart attack
f. Stroke
g. Aortic dissection

11. Faktor Risiko


a. Perokok sigaret- tidak hanya meningkatkan risiko pembentukka aneurisma
aorta abdominalis, risiko terjadinya rupture aneurisma juga sering terjadi pada
perokok aktif.
b. Tekanan darah tinggi
c. Kadar kolesterol serum yang tinggi
d. Diabetes mellitus
e. Genetik – adanya tendensi family dalam terjadinya aneurisma. Cenderung
menderita aneurisma pada usia muda dan punya tendensi yang besar untuk
menderita rupture aneurisma daripada individu tanpa riwayat keluarga
f. Post traumatic: setelah trauma fisik pada aorta

Rupture dan jendalan darah adalah risiko yang dapat terjadi dengan
aneurisma. Rupture dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, takikardi,
dan sakit kepala. Risiko kematian adalah tinggi kecuali rupture yang terjadi di
ekstremitas. Jendalan darah dari aneurisma arteri popliteal dapat terbawa ikut
aliran darah dan menggangu jaringan. Jendalan dari aneurisma vena popliteal
lebih serius karena dapat menyebabkan emboli dan terbawa sampai jantung,
atau dari jantung ke paru (emboli pulmonal).

Aneurisma aorta abdominalis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih
sering terlihat pada individu lebih dari 50 tahun dengan satu atau lebih faktor
risiko. Semakin besar ukuran aneurisma semakin mudah untuk rupture.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pasien Ny. SH, 54th, datang ke emergency rumah sakit dengan keluhan sesak nafas
disertai nyeri punggung yang dirasakan 2 bulan smrs. Sejak 1 minggu ini sesak nafas
dirasakan semakin memberat terlebih jika beraktivitas. Pada pengkajian riwayat pasien
pernah dirawat dengan anterior MCI dan CHF. Hasil MSCT menunjukkan adanya tanda
aneurisma aorta dan adanya diseksi aktif sepanjang aorta juktarenal. Hasil rontgen thorak
menunjukkan CTR 65%, segmen aorta menonjol. Pasien direncanakan tindakan pembedahan
Bentall Procedure pada elephant trunk.

ASKEP TEORITIS ANEURISMA AORTA

Intervensi Keperawatan Rasional Hasil Yang Diharapkan


Dx. Keperawatan : 1. Ektremitas bawah 1. Ektremitas hangat
Gangguan perfusi jaringan yang tergantung pada perabaan
perifer berhubungan dengan memperlancar suplai
gangguan sirkulasi darah arteri 2. Warna ektremitas
membaik
Tujuan: Meningkatkan suplai 2. Latihan otot
darah ke eksternitas memperbaiki aliran 3. Mengalami
darah dan pengurangan nyeri
1. Menurunkan pertumbuhan otot saat latihan
ekstremitas di bawah sirkulasi kolateral
jantung 4. Melakukan seri
2. Mendorong latihan 3. Denagn latihan latihan Bueger Allen
jalan sedang atau postural, pengisisan 6x, 4x sehari
latihan ekstermitas akibat gravitasi secukupnya
berthahap terganggu sehingga
3. Mendorong latihan pembuluh darah
postural aktif menjadi kosong
Tujuan: Mengurangi 1. Peninggian 1. Meninggikan
kongesti vena ekstremitas melawan akstremitas seperti
1. Meninggikan tarikan gravitasi, yang dianjurkan
ekstremitas di atas meningkatkan aliran
jantung balik vena dan 2. Mengurangi edema
mencegah stasis vena ekstremitas
2. Melarang berdiri diam
atau duduk dalam 2. Berdiri diam atau 3. Menghindari berdiri
waktu lama duduk lama diam atau duduk
menyebabkan stasis lama
3. Mendorong pasien vena
untuk berjalan-jalan 4. Meningkatkan waktu
3. Berjalan-jalan yang diperlukan
memperbaiki aliran untuk berjalan secara
balik vena dengan bertahap
mengaktivasi “pompa
otot”
Tujuan: Memperbaiki 1. Kehangatan 1. Melindungi
Vasodilatasi dan mencegah memperbaiki aliran ektremitas terhadap
penekanan vasikuler arteri dengan pajanan dingin
mencegah efek
1. Menjaga suhu hangat vasokontriksi akibat 2. Tidak merokok
dan menghindari suhu dingin
dingin 3. Menggunakan
2. Nikotin program
2. Melarang merokok menyebabkan penatalaksanaan
vasopasme, yang stress untuk
3. Memberikan menghambat meringankan
penyuluhan cara sirkulasi perifer gangguan emosi
menghindari gangguan
emosi, 3. Stress emosional 4. Menghindari pakaian
menatalaksanakan menyebakan dan asesori yang
stress vasokonstriksi perifer tepat
dengan menstimulasi
4. Mendorong system syaraf 5. Menghindari
menghindari pakaian simpatis menyilang kaki
dan asesori yang
mengikat (mis; sabuk 4. Baju dan asesori 6. Minum obat sesuai
pengaman yang terlalu yang ketat resep
ketat) menghambat
sirkulasi dan
5. Mendorong untuk menyebakan stasis
menghindari vena
menyilang kaki
5. Menyilangkan kaki
6. Mendorong untuk menyebabkan
mengihndari obat penekanan pada
Vasodilator dan, pembuluh darah
penyekat adrenergic dengan gangguan
sesuai resep, dan sirkulasi yang
pendekatan diakibatkannya,
keperawatan yang menghasilkan stasis
sesuai vena

6. Vasodilator
melemaskan otot
polos, bahaan
adrenergic menyekat
respons terhadap
impuls syaraf
simpatis atau
sirkulasi katekolamin
Dx. Keperawatan: Nyeri b.d 1. Perbaikan sirkulasi 1. Menggunakan upaya
gangguan kemampuan perifer meningkatkan untuk meningkatkan
pembuluh darah menyuplai oksigen yang disuplai suplai darah arteri ke
oksigen ke jaringan ke otak dan ekstremitas
mengurangi 2. Menggunakan
Tujuan: Menghilangkan akumulasi metabolit analgetik sesuai resep
nyeri yang menyebabkan
spasme otot
1. Memperbaiki sirkulasi 2. Analgetik membantu
2. Memberikan analgetik mengurangi nyeri dan
sesuai resep dengan memungkinkan
keperawatan yang pasien berpartisipasi
sesuai dalam aktivitas dan
latihan untuk
memperbaiki
sirkulasi
Dx. Keperawatan: Risiko 1. Jaringan dengan 1. Inspeksi setiap hari
gangguan integritas kulit b.d nutrisi buruk peka untuk adanya cedera
gangguan sirkulasi terhadap trauma dan atau ulserasi
Tujuan: infeksi bacteria;
Pencapaian/mempertahankan penyembuhan luka 2. Menghindari trauma
integritas jaringan melambat dan dan iritasi kulit
berhenti sehubungan
1. Menginstruksikan cara dengan perfusi 3. Mengenakan sepatu
mengihnari trauma jaringan yang buruk pelindung
terhadap ekstremitas
2. Sepatu dan bantalan 4. Setia kepada aturan
2. Mendorong pelindung mencegah hygiene ketat
pemakaian sepatu dan cedera dan lepuh
bantalan pelindung 5. Makan diet yang
pada daerah yang 3. Sabun netral dan seimbang yang
tertekan pelembab mencegah mengandung cukup
kekeringan dan protein, vitamnin B
3. Mendorong hygiene pecah-pecah pada dan C
ketat, mandi dengan kulit
sabun netral,
mengoleskan 4. Menggaruk dan
pelembab, memotong menggosok dapat
kuku dengan hati-hati menyebabkan abrasi-
abrasi kulit dan
4. Diperingatkan untuk unvasi bakteri
menghindari garukan
atau gosoka kuat 5. Nutrisi yang bagus
akan berguna pada
5. Promosi nutrisiyang proses penyembuhan
baik; asupan vitamin dan mencegah
B dan C yang adekuat kerusakan jaringan
dan protein;
mengontrol obesitas
Dx. Keperawatan: Defisit 1. Kepatuhan pada 1. Melakukan
pengetahuan mengenai program perawatan perubahan posisi
aktivitas perawatan diri diri meningkat sesering yang
apabila pasien dianjurkan
Tujuan: Patuh dalam menerima dukugan
menjalankan program dari keluarga dan 2. Melakukan latihan
perawatan diri kelompok bantuan postural sesuai yang
diri yang sesuai dianjurkan
1. Mengikutsertakan
keluarga /orang dekat 2. Instruksi tertulis 3. Minum obar sesuai
dalam program berfungsi sebagai resep
penyuluhan pengingat dan
penguat informasi 4. Menghindari
2. Memberikan instruksi vasokonstriktor
tertulis mengenai
perawatan kaki, 5. Melakukan upaya
tungkai dan program pencegahan trauma
latihan
6. Melakukan program
3. Membantu penatalaksanaan
mengenakan pakaian, stress
sepatu, stoking yang
ukrannya sesuai 7. Menerima keadaan
yang kronis namun
4. Merujuk ke kelompok dapat diterapi yang
bantuan diri sesuai akan mengurangi
keperluan, misal klinik gejalanya
pengehentian rokok,
penatalaksanaan
stress,
penatalaksanaan
BB,dan program
latihan

DAFTAR PUSTAKA
Kreibich M, Siepe M, Kroll J, Hohn R, Grohman J, beyersorf F. Aneurysms of the
pulmonary artery. Circulation. 2015;131(3):310-316.
https://doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.114.012907.

Kuivaniemi, H., Ryer, E. J., Elmore, J. R., & Tromp, G. (2015). Understanding the
panthogenesis of abdominal aortic aneurysms. Expert review of cardiovaskular
therapy, 13(9), 975-987. https://doi.org/10.1586/14779072.2015.1074861

Strainer T, Juvela S, Unterberg A, Jung C, ForstingM, Rinkel G. European Stroke


Organization Guidelines fot the Management of Intractual Ancurysms and
Subarachnoid Haemorrhage, Cerebrovasc Dis, 2013;35;93-112

Korja M, Kaprio J. Controversies in epidemiology of intracrnical aneurysms and


SAH. Nature Rev Neurol, 2015; doi:10.103/nrneurol.2015.228

Caranci F, Briganti F, Cirillo L, Leonardi M, Muto M. Epidiology and genetics of


intracranial aneurysms. Eur J Radiol, 2013;82:1598-605

Anda mungkin juga menyukai