Anda di halaman 1dari 10

FENOMENA KEMISKINAN DALAM MASYARAKAT

DILIHAT DARI KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ALAM


DAN KEADAAN PENDUDUK

Disusun oleh :

Nama : Fara Dina Rob’atul A’ida


Nim : 041814985
Pokjar : Malang
Semester : I

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ MALANG
2019
Bab I
Pendahuluan

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang ditandai oleh berbagai


permasalahan seperti antara lain rendahnya kualitas hidup rata – rata penduduk, pendidikan
dan kesehatan. Kemiskinan selalu mendapatkan tempat yang cukup penting dalam pembahasan
pembangunan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi,
tetapi juga kegagalan memenuhi hak – hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak – hak dasar yang diakui
secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan pendidikan, pekerjaan
perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial
politik, baik perempuan ataupun laki – laki.
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang disebut garis kemiskinan
(proverty line) atau batas kemiskinan (proverty threshould). Garis kemiskinan adalah jumlah
rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar jumlah kebutuhan makanan
setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
salah satunya adalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Selanjutnya
disingkat P2KP). P2KP merupakan salah satu proyek nasional yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi berbagai persoalan kemiskinan yang
terjadi di masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan (urban).
P2KP sebagai suatu proyek merupakan suatu upaya pemerintah yang bermuara kepada
program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan
(empowerment) sebagai investasi modal sosial (social capital) menuju pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).
Upaya – upaya penanggulangan kemiskinan seharusnya diletakkan dan dipercayakan
kepada masyarakat itu sendiri, dengan dukungan fasilitas dari pemerintah maupun pihak swasta
dan organisasi sipil lainnya. Sehingga penanggulangan kemiskinan akan menjadi suatu gerakan
masyarakat yang lebih menjamin potensi kemandirian dan berkelanjutan, upaya - upaya
penanggulangan kemiskinan tersebut, dibandingkan bila dilakukan hanya oleh pemerintah atau
pihak diluar masyarakat.
Bab II
Kajian Pustaka

Pengertian Kemiskinan adalah suatu kondisi di mana seseorang tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan
kesehatan
Jenis-Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskinan ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan
beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang
tersebut tidak terlalu miskin.
2. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki
penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan.
Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan.
3. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut
menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar kesejahteraan.
4. Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber
daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang
rendah.
5. Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai kebiasaan atau sikap masyarakat dengan
budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.

Faktor Penyebab Kemiskinan


1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal ini
akan mengakibatkan angka kemiskinan akan semakin meningkat di suatu negara.
2. Angka Pengangguran Tinggi
Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan pengangguran di suatu negara menjadi
tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan juga akan meningkat.
3. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki
keterampilan. Sehingga mereka tidak bisa bersaing dengan yang berpendidikan tinggi
di dunia kerja membuat pengangguran dan kemiskinan menjadi bertambah.
4. Bencana Alam
Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain-lain, akan menimbulkan
kerusakan pada infrastruktur maupun psikologis. Peristiwa bencana alam yang besar
dapat mengakibatkan masyarakat mengalami kemiskinan karena kehilangan harta.
5. Distribusi yang Tidak Merata
Ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya akan menimbulkan ketimpangan dalam
distribusi pendapatan. Pada umumnya, masyarakat yang hanya memiliki sumber daya
terbatas dan berkualitas rendah berada di bawah garis kemiskinan.

Dampak Kemiskinan
1. Kriminalitas Meningkat
Masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu
pencurian, perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
2. Angka Kematian yang Tinggi
Masyarakat yang hidup miskin umumnya tidak mendapatkan akses kesehatan yang
memadai. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.
3. Akses Pendidikan Tertutup
Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat
menjangkau dunia pendidikan. Kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa
bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
4. Pengangguran Semakin Banyak
Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di
dunia kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran
semakin meningkat.
5. Munculnya Konflik di Masyarakat
Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan
berbagai tindakan anarkis. Bahkan sering kali konflik bernuansa SARA timbul di
masyarakat sebagai cara pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.
Bab III
Pembahasan

A. Kemiskinan dilihat dari ketersediaan Sumber Daya Alam


Keberadaan potensi sumber daya alam yang melimpah Nusantara dari waktu ke
waktu periode pembangunan ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Daerah, bahkan masyarakat daerah cenderung menanggung akibat negatif
dari eksploitasi Sumber Daya alam tersebut , jika boleh di lakukan kalkulasi antara hasil
yang dikeruk dari bumi lambung mangkurat ini dibandingkan dengan penderitaan
rakyat akibat dampak negatifnya maka keberadaan karunia kekayaan alam tersebut
justru menjadi balla(=bencana).

Sejarah mencatat betapa melimpahnya potensi kekayaan hutan berupa kayu


Kalimantan Selatan, dengan nafsu dan keserakahan di bawah kendali oknum-oknum
pemerintah yang duduk di pusat pada orde pemerintahan lalu, dengan memanfaatkan
dan berlindung di peraturan dan perundang-undangan yang mampu dibuat(dipesan saat
itu), untuk kepentingan pribadi dan golongan tersebut, oknum aparat bersenjata pada
saat tersebut dibayar untuk menghadapi dan menakut-nakuti rakyat agar pengerukan
Sumber Daya kayu tersebut berjalan mulus, maka ludeslah harta karun yang melimpah
ruah tersebut, sementara apa yang bisa dinikmati oleh masyarakat daerah, tidak ada
jalan yang mulus, fasilitas umum yang memadai serta sarana pendidikan yang lengkap
yang dapat dinikmati masyarakat, yang ada hanya bencana kekeringan, banjir dan
penyakit akibat rusaknya ekosistem, coba seandainya 5 % saja potensi sumber daya
alam kayu tersebut dialokasikan untuk masyarakat daerah, ceritanya akan lain, ekonomi
masyarakat akan meningkat sehingga bisa membangun rumah yang permanen bebas
banjir, Sumber Daya Manusianya akan meningkat sehingga mampu membangun
daerah dan mencegah terjadinya bencana, serta bisa berupaya memulihkan kondisi
lingkungan dengan reboisasi swakarsa, sementara Dana Reboisasi yang menjadi hak
daerah sampai saat ini masih belum jelas juntrungnya, kalaupun ada program reboisasi
hanya sebagai sarana kroni-kroni oknum penguasa saat itu mengeruk keuntungan
pribadi dengan membuat reboisasi kamuflase.

Akankah kesalahan dalam pengelolaan sumber daya alam hutan tersebut terus
berlangsung terhadap sumber daya alam lainnya ? maukah kita masyarakat daerah terus
diposisikan jadi penonton dan korban akibat pengerukan SDA oleh pihak lain dengan
dalih regulasi dan alasan formal lainnya? Tentunya jika kita berpikiran waras menolak
dan bereaksi keras terhadap segala upaya yang menyengsarakan rakyat daerah. Lalu
siapa yang berwenang dan mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan
memproteksi rakyat daerah dari tindakan kesewenangan tersebut.

Kewajiban dan tanggung jawab tersebut yang utama ada di pundak pimpinan
negeri ini yang diberi mandat oleh rakyat untuk memimpin, di samping masyarakat juga
harus berusaha jangan hanya diam dan pasrah atas perlakuan ketidakadilan tersebut,
jangan justru masyarakat yang mempunyai kemampuan dan keahlian untuk bicara dan
bersuara, beberapa media lokal, justru turut serta terlibat memuluskan praktik - praktik
dari pihak luar tersebut, untuk menyakiti rakyat daerahnya.

”Semut mati dilumbung gula”, itulah fenomena yang nampaknya terjadi dalam
pembangunan saat ini. Alangkah ironisnya potensi sumber daya alam nusantara yang
begitu melimpah tetapi rakyatnya masih miskin, masih terdapat masyarakat yang mati
kelaparan karena gizi buruk, kita mencoba mengungkap salah satu daerah yang
berperan sebagai lumbung penghasil tambang batu bara nasional yaitu di Kalimantan
Selatan, seperti yang dirilis media elektronik TV One 6 balita Kalsel meninggal karena
gizi buruk, (TV One 24 Sept, 2009) bukti bahwa rakyat Kalsel masih belum sejahtera
adalah pencapaian indikator Pembangunan Manusia Kalimantan Selatan berada
diurutan 26 dari 33 Provinsi yang direalease Koran Banjarmasin Post tanggal 11
Agustus 2007, yang lebih miris ternyata masih menurut koran tersebut Ketua Komite
Ahli Cooporate Social Responsibility(CSR) Award, corporete Forum Community
Development(CFCD), Prof. Dr Ir HAM Hardinsyah MS mengatakan IPM Kal-Sel yang
berada di peringkat 26 dari 33 provinsi di Indonesia dengan Nilai 67,4. bahkan di
regional Kalimantan Kal-Sel menduduki urutan paling buncit. Padahal daerah yang
berada diperingkat atas banyak daerah yang tidak memiliki sumber daya alam.
Sementara Kalsel kaya”, ujarnya pada sebuah seminar. Untuk menaikkan peringkat
IPM diperlukan waktu yang sangat lama. Satu peringkat saja memakan waktu sekitar
lima tahun. IPM Kal-Sel tahun 2002 sebesar 64,3 kemudian tahun 2004 sebesar 66,7
dan 2005 naik menjadi 67,4 ” jadi kalau Kal-Sel ingin masuk lima besar IPM di
Indonesia perlu waktu paling cepat 50 tahun tukasnya(B.Post, tanggal 11 Agustus
2007).Indikator lain adalah Umur harapan Hidup Kalimantan Selatan rendah hanya
62,4 tahun jauh di bawah standar Umur Harapan Hidup Nasional. Fakta tersebut
mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembangunan di Kalimantan Selatan masih
belum mampu membuat rakyat sejahtera, hal tersebut bertentangan dengan produksi
sumber daya batu bara yang menempatkan Kalimantan Selatan sebagai penghasil bahan
tambang batu bara terbesar kedua secara nasional, fakta tersebut menunjukkan bahwa
daerah Kalimantan Selatan telah dirampok Sumber Daya Alamnya tanpa
memperdulikan kesejahteraan masyarakat daerahnya, hal tersebut juga terjadi di
beberapa provinsi lain di negeri ini.

Bertitik tolak dari gambaran perkembangan pembangunan dan realitas keadaan


kesejahteraan rakyat yang belum berkorelasi, ternyata jalannya pemerintahan dan
pembangunan belum melibatkan dan berorientasi kepada rakyatnya, kedepan
diperlukan pemimpin negeri yang bisa membangun dan maju bersama rakyatnya, agar
bisa mengelola daerah dan masyarakatnya sejahtera bersama-sama.

Untuk dapat meningkatkan akselerasi roda ekonomi masyarakat yang


berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan adanya arus
investasi yang masuk untuk mengelola potensi sumber daya daerah sehingga
mempunyai nilai ekonomi.
Perkembangan arus investasi di Indonesia masih belum menggembirakan
bahkan menurut hasil survey Japan Bank for International Cooperation(JBIC) tahu
2005 “Indonesia menjadi Negara yang Kurang Menarik untuk Tujuan
Investasi”. Daya saing Indonesia pada tahun 2005 berada pada peringkat ke-74 atau
turun peringkat dari peringkat 69 pada tahun 2004(BKPM, 2006). Dan pada tahun 2009
mulai ada perbaikan.

Langkah penataan pengembangan potensi daerah yang terarah dan terpadu tidak
bisa ditawar lagi harus segera dirumuskan dan dilaksanakan oleh pemerintah sebagai
regulator dan fasilitator dan bekerja sama dengan KADIN sebagai praktisi usaha yang
ditetapkan oleh undang-undang.

Strategi dan langkah penataan pengembangan potensi daerah yang berkeadilan


dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan pemerintah sangat perlu di
laksanakan agar pengalaman masa lalu dalam pengelolaan potensi daerah yang hanya
menguntungkan segelintir orang dari luar jangan sampai terulang dan di samping itu
juga dalam rangka mengantisipasi timbulnya friksi dan tuntutan serta protes masyarakat
akibat kecemburuan dari pengelolaan yang belum menerapkan segi keadilan bagi
masyarakat daerah, timbulnya kerusuhan dan berbagai protes masyarakat nantinya akan
membuyarkan semua investasi yang sudah ditanamkan dan harapan untuk menggaet
investor sulit untuk dilakukan akibat cara penanganan yang salah dalam mengelola
investasi didaerah.

Perlu adanya kesadaran dan tekad semua pihak untuk mewujudkan Indonesia
sebagai tempat tujuan investasi yang menyenangkan, aman dan terjamin di mana
kondisi tersebut menimbulkan berbondong-bondong investor akan menanamkan
modalnya.

B. Kemiskinan dilihat dari keadaan penduduk


Budaya kemalasan cenderung terjadi karena seseorang sudah berada di zona
nyaman. terutama untuk generasi muda yang kebutuhannya sudah terpenuhi
dikarenakan orang tuanya yang mampu. mereka yang tumbuh pada lingkungan yang
sudah memenuhi kebutuhannya dapat menimbulkan pola pikir bahwa sistem tersebut
akan selalu ada. tanpa penanganan yang tepat, generasi muda berpotensi untuk terpapar
kemalasan. daripada menghabiskan waktu mereka untuk meningkatkan kualitas
individu, mereka bisa saja sibuk untuk menikmati kelimpahan yang di berikan orang
tuanya.
Kemalasan merupakan salah satu pintu masuk dalam "Vicious Circle of
Poverty" atau "Lingkaran Setan Kemiskinan". kemalasan akan menyebabkan "Low
Productivity" atau produktivitas yang rendah, baik produktivitas barang dan jasa
sampai peningkatan sumber daya manusia. setiap orang dialiri waktu yang sama,
tinggal bagaimana mereka memanfaatkan setiap detiknya. ada yang memanfaatkannya
untuk belajar untuk mengembangkan wawasan dan kualitas individunya, ada juga yang
memanfaatkan waktu tersebut untuk hal yang tidak penting bahkan tidak melakukan
apapun dan hanya merelaksasikan dirinya. Tentu menikmati apa yang dipunyai
merupakan hak setiap orang. tetapi malas yang dimaksud adalah keengganan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. (Edy Zaqeus:
2008).
Pada lingkaran setan kemiskinan, produktivitas yang lemah akan berdampak
terhadap "investment" atau investasi. investasi yang dimaksud adalah penanaman
kemampuan atau keahlian untuk memenuhi kebutuhan hidup. manusia bekerja untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. tetapi ketika mereka mempunyai "investasi" yang
rendah, maka mereka akan kalah dengan orang yang mempunyai kemampuan lebih. hal
ini sangat tampak pada persaingan dunia kerja modern seperti rekrutmen suatu
perusahaan dan instansi lainnya.
Di Indonesia sendiri angka kemiskinan dalam 10 tahun (2007-2017) menurut
BPS bergerak turun. meskipun pada tahun 2015 sempat terjadi kenaikan, tetapi setelah
itu kembali turun. hal tersebut tentu tidak lari dari peran pemerintah dalam mengatasi
kemiskinan. banyak upaya yang sudah diterapkan pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan di Indonesia. dalam kepemerintahan Jokowi-JK beberapa upaya untuk
mengatasi kemiskinan antara lain :
1. Program Indonesia Pintar (PIP)
Bab IV
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :
- Penyebab masyarakat desa yang semakin hari semakin miskin adalah kekayaan sumber
daya alam di desa yang dimiliki oleh masyarakat desa telah berpindah tangan
kepada para pemilik modal. Kepemilikan atas sumber daya alam yang ada di
desa telah diambil alih oleh segelintir elite dan para pemilik modal. Karena pada
dasarnya, banyak dari masyarakat desa yang tidak bisa mengelola sumber daya alam
yang dimiliki pada desanya dengan baik dan benar. Sehingga, para pemilik modal
melihat bahwa ada peluang untuk menguasai seluruh kekayaan alam yang terdapat di
desa dan menjadikannya sebagai ladang emas untuk memperoleh atau meningkatkan
kekayaannya. Walaupun desa terkenal dengan segala macam sumber daya alam yang
dimilikinya, namun masyarakat penghuni desa itu sendiri serba terbelakang
dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mengolah dan mengelola sumber daya
alam tersebut.
- Sifat malas cenderung memiskinkan karakter seseorang untuk terus berkarya, karena
adanya rasa ketakutan atau sejumlah kalau yang menjadi galau di benak orang malas
untuk melakukan sesuatu terobosan baru.

Saran :
- Solusi atas adanya permasalahan ini adalah dengan peningkatan skill masyarakat
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dibantu oleh para tenaga ahli agar
terhindarnya campur tangan dari para pemilik modal, selanjutnya peningkatan
perhatian dan pelayanan dari pemerintah terhadap masyarakat desa setempat, serta
memberikan kewenangan kepada masyarakat desa untuk mengelola alam dengan
sebaik-baiknya. Sumber daya alam bukanlah sebuah keuntungan secara geografis jika
tidak mampu dikelola serta dimanfaatkan secara bijak. Masalah pada
pemanfaatan sumber daya alam umumnya terjadi disebabkan oleh kurangnya
kemampuan dan kreativitas pada masyarakat.
- “Nasib kami ada di tangan kami sendiri. Marah dengan orang lain tidak akan
menyelesaikan masalah kita. Karena tidak mau bekerja keras, untuk menjalankan bisnis
dengan serius, mereka tetap miskin”. Maka dari itu kita harus menghilangkan sifat
malas agar dapat mengelola sumber daya alam dengan baik dan menciptakan penemuan
penemuan baru agar bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat.
Daftar Pustaka

1. Sadewo, Sri dkk. 2015. Masalah – Masalah Kemiskinan di Surabaya. Surabaya


:UNESA UNIVERSITY PRESS.
2. Arifin, Baqtiar. 2017.Pengaruh pengeluaran Pemerintah Daerah pada Sektor
Pendidikan, Kesehatan, dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Dikutip 25 Oktober 2019 dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/7
589/1/43045.pdf&ved=2ahUKEwi8or2i7bvlAhVw6nMBHapAB_wQFjABegQIBxA
K&usg=AOvVaw3BGMdU-Vwtd1HfeuGTvyfU
3. Irasofianti, Ade. 2018. Penyebab Kemiskinan Desa pada Problematika Pengelolaan
Sumber Daya Alam. Dikutip 25 Oktober 209 dari
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/adeirasofianti/5be332dec112
fe342804ea88/penyebab-kemiskinan-pada-desa-mengenai-problematika-pengelolaan-
sumber-daya-
alam?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=1572161049834
9&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&amp
share=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fadeirasofianti%2F5be332dec11
2fe342804ea88%2Fpenyebab-kemiskinan-pada-desa-mengenai-problematika-
pengelolaan-sumber-daya-alam
4. Solikin, Muhammad. 2015. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Mensejahterakan
Rakyat. Dikutip 25 Oktober 2019 dari
https://www.kompasiana.com/komentar/muhammadsolikin/54ffac73a33311bc4c510c
e1/pengelolaa
5. https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
kemiskinan.html#7_badan_perencanaan_pembangunan_nasional_bappenas

Anda mungkin juga menyukai