Disusun oleh :
NIM : 19331024
2020/2021
PEMBUATAN KOSMETIKA RAMBUT
A. TUJUAN
Mahasiswa memahami cara pembuatan shampo dan minyak cem
ceman
B. DASAR TEORI
1. Pengertian kosmetik dan shampoo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak,
debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya (Latifah, 2007).
Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkan
dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk
melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala
sehingga dapat meluruhkan kotoran.
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut, sehingga rambut dan kulit kepala menjadi
bersih dan sedapat mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau
(Faizatun, 2007: 1).
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang
berfungsi sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer,
opaficier, hydrotopes, viskositas modifikasi dan pengawet. Bahan-
bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi
sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap bahan harus
memiliki fungsi dan peran yang spesifik (Motram, 2000).
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas,
shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
• Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih,
yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah
dihilangkan dengan membilas dengan air.
• Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik
tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala
menjadi kering.
• Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran
pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang
ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi
shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya
sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang
rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa
sediaan kosmetik.
• Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
• Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat
transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap
konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya
ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau
parfum yang ditambahkan kedalamnya.
2. Kandungan yang terdapat pada shampo
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama,
yaitu:
a. Bahan utama
Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang
biasanya dapat membentuk busa, dan bersifat membersihkan.
b. Bahan Tambahan
Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi
daya kerja shampo supaya dapat bekerja secara aman pada kulit
kepala, tidak menimbulkan kerontokan, memiliki viskositas yang
baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat mengoptimalkan
kerja deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi
sediaan shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai
dengan keinginan konsumen.
Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam
pembuatan shampo diantaranya:
a. Opacifying Agent
Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada
pembuatan shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya
merupakan ester alkohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta
garam- garamnya. Contoh : setil alkohol, stearil alkohol, glikol mono
dan distearat, magnesium stearat.
b. Clarifying Agent
Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada
shampo terutama untuk shampo yang dibuat dengan sabun.
Sangat diperlukan pada pembuatan shampo cair atau shampo cair
jernih. Contoh : butil alkohol, isopropil alkohol, etil alkohol, metilen
glikol, dan EDTA.
c. Finishing Agent
Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak
yang hilang pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak
menjadi kering dan rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.
d. Conditioning agent
Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut
mudah disisir. Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan
polipeptida.
e. Zat pendispersi
Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg
yang terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.
f. Zat pengental
Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo
cair jernih dan shampo krim cair supaya sediaan shampo dapat
dituang dengan baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh:
gom, tragakan, metil selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
g. Zat pembusa
Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak,
walaupun busa bukan merupakan suatu ukuran dari shampo,
namun adanya busa akan membuat sediaan shampo menjadi
menarik dan sangat disukai oleh para konsumen. Persyaratan
tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara 1,3 – 22 cm.
Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
h. Zat pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari
pengaruh mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan,
seperti misalnya hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya
bau. Digunakan dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida,
hidroksi benzoat, metyl paraben, propil paraben.
i. Zat pewangi
Berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan
shampoo supaya mempunyai bau yang menarik. Digunakan
dengan kadar 1–2%, contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan
minyak lavender, minyak bunga tanjung.
j. Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang
menarik pada sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%,
contoh : untuk pewarna hijau biasanya digunakan senyawa klorofil
atau ultra marin hijau
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. mortir
2. stamper
3. gelas beker
4. batang pengaduk
5. erlenmeyer
6. cawan porselin
7. penangas
8. spatula
9. corong kaca
Bahan :
1. Asam oleat
2. Na lauryl sulfat
3. TEA
4. SLS
5. Nipagin
6. CAB-30
7. NaCl
8. Asam sitrat
9. Parfum
10. Pewarna
11. Ekstrak seledri
12. Aquadest
D. CARA KERJA
1. Formula 1
Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan di atas
waterbath hingga 60 derajat C
2. Formula 2
Panaskan air dan ekstrak sampai panas, tambahkan sodium lauryl
sulfat dan diaduk sampai rata, tambahkan nipagin (suhu dikontrol
jangan melebihi 75 derajat C) aduk sampai homogen
3. Uji Organoleptis
Uji organoleptik dilakukan untuk melhat tampilan fisik sediaan
dengan
mengamati perubahan-perubahan bentuk, bau, dan warna sediaan
shampo.
4. Uji pH meter
Pengukuran pH sediaan shampo cair menggunakan alat pH meter
5. Homogenitas
Pengujian homogenitas yaitu dilakukan dengan cara sampel shampoo
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
sediaan harus menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar
E. FORMULA
Formula 1
R/ Asam salisilat 3%
Natrium lauryl sulfat 30%
Asam oleat 20%
Trietanolamin 10%
Nipagin 0,2%
Parfum qs
Aquadest ad 50 gram
M.f. la. Shampoo
Formula 2
Acid citric qs
NaCl 2,5 g
Parfum alam qs
Pewarna alam qs
CAB-30 12,5
Nipagin 0,5
Mf. la shampoo
F. URAIAN BAHAN
a. Formula 1
1. Asam Salisilat (FI Edisi III hal 56)
Nama resmi : Acidum salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis
dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian
etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform
P, dandalam eter P, larut dalam larutan
ammonium asetat P, dinatrium hydrogen
fosfat P, helium sitrat P dan natrium sitrat P.
Fungsi : Zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai
keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo
anti ketombe
3. Asam oleat
Asam oleat adalah asam lemak cair yang terutama terdiri
dari C18H34O2, dapat dibuat dengan menghidrolisa lemak
(Ditjen POM, 1979). Asam oleat yang digunakan dalam
formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat
pengemulsi
4. Trietanolamin
Sinonim : TEA
Fungsi : Emulsifying agent
Kelarutan : Tidak larut dalam aceton,
etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24,
larut dalam kloroform.
6. Parfum
Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik
produk agar disukai oleh pelanggan. Banyak varian pewangi
yang ditawarkan, biasanya beraroma bunga dan buah. Pewangi
dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim.
Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol, kresol, piretrum
dan sulfur (Levenspiel, 1972).
b. Formula 2
1. Ekstrak seledri
1) Klasifikasi
Berdasarkan hasil determinasi dapat diketahui bahwa
klasifikasi dari tanaman seledri sebagai berikut
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
2) Deskripsi
Batang Apium graveolens dapat tumbuh dengan
ketinggian 1 meter. Batang tidak berkayu, beralus, beruas,
bercabang, tegak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tipis
majemuk, daun muda melebar atau meluas dari dasar, hijau
mengilat, segmen dengan hijau pucat, tangkai disemua atau
kebanyakan daun. Daun bunganya berwarna putih kehijauan
atau putih kekuningan, yang panjangnya sekitar ½ - ¼mm.
Bunganya tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak
yang tersembunyi, daun bunga putih kehijauan atau merah
jambu pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina
majemuk, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, sering
mempunyai daun berhadapan atau berbatas dengan tirai
bunga. Tirai bunga tidak bertangkai atau dengan tangkai
bunga tidak lebih dari 2 cm panjangnya. Panjang buahnya
sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk, sangat aromatik,
dan akarnya tebal (Agoes, 2010).
3) Kandungan
Seluruh herba seledri mengandung glikosoda apiin
(glikosida flavon), isoquersetin, dan umbeliferon. Juga
mengandung mannite, inosite, asparagine, glutamine,
choline, linamarose, pro-vitamin A, vitamin C, dan B.
Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri pada bji antara
lain asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat,
oleat, linoleat, dan proteselinat. Senyawa kumarin lain
ditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,
osthenol, dan isopimpilenin (Agoes, 2010).
4) Cara Pembuatan Ekstrak
Menurut Kusuma dkk (2018), pembuatan ekstrak seledri
adalah sebagai berikut :
Pembuatan ekstrak seledri menggunakan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk seledri
dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup baik dan
terlindung cahaya lalu ditambahkan etanol 96% sampai
terendam sempurna selama 6 jam pertama sambil sekali-
sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Proses
maserasi dilakukan selama 5 hari dan 3 kali pengulangan.
Maserat disaring dan diuapkan secara in vacuo dengan
rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
2. Sodium lauryl sulfat (Rowe, 2009)
Sinonim : Natrii lauryl sulphate
Nama Lain : Sodium Lauryl Sulfate, SLS, Dodecyl sodium
sulfat, Sodium monolauril sulfat.
Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal
kuning
Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-
2,5%), detergen pada shampoo (≈10%)
kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut
dalam eter dan kloroforom
3. Cocomide DEA
Cocomide DEA merupakan bahan yang berbentuk cairan padat
berwarna bening dan memiliki bau khas. DEA bertindak sebagai
basa lemah. Mencerminkan karakter hidrofilik kelompok alkohol,
DEA larut dalam air, dan bahkan higroskopis. Penambahan
bahan lain ini dapat meningkatkan kekentalan sampo. Dalam
sediaan, bahan ini berfungsi sebagai zat pengental (Rowe,
2009).
4. Acid citric(Rowe, 2009)
Nama Resmi : CITRIC ACID MONOHYDRATE
Nama Lain : Acidum citricum monohydricum; E330; 2-
hydroxypropane-1,2,3- tricarboxylic acid
monohydrate.
Pemerian : Kristal putih, tidak berwarna atau tembus,
tidak berbau dan memiliki rasa asam yang
kuat
Pemerian : Buffer ureunday
Penyimpanan : Wadah kedap udara di tempat yang sejuk
dan kering
Fungsi : untuk membersihkan kotoran, noda dan
menjadi disenfektan
5. NaCl
Monografi bahan Natrium Klorida adalah sebagai berikut :
1) Pemerian : Natrium klorida merupakan kristal tidak berbau,
tidak berwarna, atau merupakan serbuk kristal putih.
2) Kelarutan : 1 bagian NaCl dapat larut dalam 3 bagian air,
dan 10 bagian gliserol (Rowe et al., 2009).
3) Stabilitas : Stabil jika disimpan dalam wadah
tertutupditempat yang sejuk dan kering.
4) Inkompatibilitas : Jika dicampurkan dengan pengawet methyl
paraben akan menurunkan aktivitas antimikroba
pengawet tersebut.
Dalam kosmetik, NaCl biasanya digunakan sebagai elektrolit
dan viscosity modifier yang baik jika digunakan bersamaan
dengan surfaktan seperti SLES, cocoamidopropil betain, dan
cocamide DEA sehingga dapat menghasilkan viskositas yang
optimal (Dahlan, 2010). Natrium klorida ini berperan agar
sediaan sampo dapat dituang dengan baik. Selain itu,
peningkatan kadar NaCl dapat menurunkan volume sedimentasi
bentonit dalam sediaan suspensi. (S. Akhter, J. Hwang, dan H.
Lee, 2008). Konsentrasi yang digunakan untuk pembuatan
sabun cair adalah 0,2-5,0% (Dahlan, 2010).
6. Parfum alam
Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik
produk agar disukai oleh pelanggan. Banyak varian pewangi
yang ditawarkan, biasanya beraroma bunga dan buah. Pewangi
dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim.
Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol, kresol, piretrum
dan sulfur (Levenspiel, 1972).
7. Pewarna alam
Pewarna alam adalah bahan pewarna dari alam yang membuat
ketertarikan dan penampilan sediaan lebih bagus dan tertarik.
8. SAB-30
Cocamidopropyl betain merupakan cairan dengan
penampakan bening kekuningan dan memiliki bau yang khas.
Bahan ini merupakan jenis surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-
7,5 yang umumnya digunakan untukaplikasi umum dalam
sediaan surfaktan sebagai pembersih. Menurut Guertechin
(2009) meskipun betaine umumnya digolongkan ke dalam
surfaktan amfoterik, sebenarnya penggolongan ini tidak tepat
karena surfaktan ini tidak pernah ada dalam bentuk anionik
tunggal. Alkil betaine selalu bermuatan positif, sehingga
dikelompokkan sebagai surfaktan kationik.
Selain itu betaine juga merupakan surfaktan yang lembut,
daya busanya tidak dipengaruhi oleh pH, dan sifatnya
kompatibel dengan surfaktan anionik, kationik, maupun nonionik
(Rieger, 2000). Betaine sifatnya tidak begitu mengiritasi, bahkan
dengan adanya betaine dapat menurunkan efek iritasi surfaktan
anionik (Barel, 2009). Hal tersebut terbukti dari penelitian Teglia
dan Secchi (1994) bahwa cocoamidopropyl betaine memiliki
efek antiiritan yang mirip dengan wheat protein ketika
ditambahkan ke larutan SLS. Baik wheat protein maupun
cocoamidopropyl betaine dapat melindungi kulit dar iritasi.
Sehingga betaine tepat untuk produk-produk seperti shampoo
dan sabun cair.
9. Nipagin (FI Edisi IV)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas
lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut
dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol
Penggunaan : Sebagai pengawet
• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledoneae
• Ordo : Apiales
• Famili : Apiaceae
• Genus : Apium
• Spesies : Apium graveolens L
Allen, LV., dan Lunner, PE., 2009, Magnesium Stearate. In: Rowe, R.C.,
Sheskey, P.J. dan Quinn M.E. (eds.) Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6 th Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press.
Pengayaan:
1. Sebutkan persyaratan shampo berdasarkan SNI.
Jawab:
Syarat shampoo menurut SNI (06-2692-1992
a. Shampoo untuk bukan bayi
Karakteristik Syarat
Bentuk
- Tidak ada yang mengendap
- Cair
- Rata dan tidak pecah
- Emulsi
- Tidak ada gumpalan keras
- Pasta
- Rata dan seragam
- Batangan
- Rata dan seragam
- Serbuk