Anda di halaman 1dari 29

PRATIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN KOSMETIK

PEMBUATAN KOSMETIKA RAMBUT

Disusun oleh :

Nama : Intan Meilani Loni

NIM : 19331024

Hari / Jam : Rabu / 13.00 - selesai

Dosen pengampu : Beta Ria EMD, M.Sc., Apt.

LABORATORIUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN


KOSMETIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AKBIDYO

2020/2021
PEMBUATAN KOSMETIKA RAMBUT

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami cara pembuatan shampo dan minyak cem
ceman

B. DASAR TEORI
1. Pengertian kosmetik dan shampoo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak,
debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya (Latifah, 2007).
Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkan
dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk
melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala
sehingga dapat meluruhkan kotoran.
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut, sehingga rambut dan kulit kepala menjadi
bersih dan sedapat mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau
(Faizatun, 2007: 1).
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang
berfungsi sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer,
opaficier, hydrotopes, viskositas modifikasi dan pengawet. Bahan-
bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi
sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap bahan harus
memiliki fungsi dan peran yang spesifik (Motram, 2000).
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas,
shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
• Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih,
yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah
dihilangkan dengan membilas dengan air.
• Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik
tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala
menjadi kering.
• Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran
pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang
ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi
shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya
sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang
rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa
sediaan kosmetik.
• Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
• Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat
transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap
konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya
ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau
parfum yang ditambahkan kedalamnya.
2. Kandungan yang terdapat pada shampo
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama,
yaitu:
a. Bahan utama
Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang
biasanya dapat membentuk busa, dan bersifat membersihkan.
b. Bahan Tambahan
Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi
daya kerja shampo supaya dapat bekerja secara aman pada kulit
kepala, tidak menimbulkan kerontokan, memiliki viskositas yang
baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat mengoptimalkan
kerja deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi
sediaan shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai
dengan keinginan konsumen.
Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam
pembuatan shampo diantaranya:
a. Opacifying Agent
Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada
pembuatan shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya
merupakan ester alkohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta
garam- garamnya. Contoh : setil alkohol, stearil alkohol, glikol mono
dan distearat, magnesium stearat.
b. Clarifying Agent
Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada
shampo terutama untuk shampo yang dibuat dengan sabun.
Sangat diperlukan pada pembuatan shampo cair atau shampo cair
jernih. Contoh : butil alkohol, isopropil alkohol, etil alkohol, metilen
glikol, dan EDTA.
c. Finishing Agent
Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak
yang hilang pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak
menjadi kering dan rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.
d. Conditioning agent
Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut
mudah disisir. Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan
polipeptida.
e. Zat pendispersi
Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg
yang terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.
f. Zat pengental
Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo
cair jernih dan shampo krim cair supaya sediaan shampo dapat
dituang dengan baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh:
gom, tragakan, metil selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
g. Zat pembusa
Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak,
walaupun busa bukan merupakan suatu ukuran dari shampo,
namun adanya busa akan membuat sediaan shampo menjadi
menarik dan sangat disukai oleh para konsumen. Persyaratan
tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara 1,3 – 22 cm.
Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
h. Zat pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari
pengaruh mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan,
seperti misalnya hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya
bau. Digunakan dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida,
hidroksi benzoat, metyl paraben, propil paraben.
i. Zat pewangi
Berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan
shampoo supaya mempunyai bau yang menarik. Digunakan
dengan kadar 1–2%, contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan
minyak lavender, minyak bunga tanjung.
j. Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang
menarik pada sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%,
contoh : untuk pewarna hijau biasanya digunakan senyawa klorofil
atau ultra marin hijau
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. mortir
2. stamper
3. gelas beker
4. batang pengaduk
5. erlenmeyer
6. cawan porselin
7. penangas
8. spatula
9. corong kaca

Bahan :
1. Asam oleat
2. Na lauryl sulfat
3. TEA
4. SLS
5. Nipagin
6. CAB-30
7. NaCl
8. Asam sitrat
9. Parfum
10. Pewarna
11. Ekstrak seledri
12. Aquadest
D. CARA KERJA
1. Formula 1
Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan di atas
waterbath hingga 60 derajat C

Ditambahkan TEA perlahan lahan sambil diaduk

Ditambahkan zat aktif (asam salisilat) diaduk ad homogen

Dimasukkan kedalam botol dan dibiarkan dingin

Ditambahkan parfum pada suhu 35 derajat C

Analisis viskositas, pH, homogenitas, karakteristik produk,


pembentukan busa, bandingkan produk yang beredar di pasaran

2. Formula 2
Panaskan air dan ekstrak sampai panas, tambahkan sodium lauryl
sulfat dan diaduk sampai rata, tambahkan nipagin (suhu dikontrol
jangan melebihi 75 derajat C) aduk sampai homogen

Tambahkan cocamide diaduk sampai merata

Tambahkan CAB- 30 diaduk sampai merata

Masukkan NaCl dan asam sitrat diaduk sampai merata

Masukkan pewarna secukupnya diaduk merata


Setelah dingin, tambahkan parfum secukupnya dan diaduk sampai
homogen, aduk terus sampai larutan menjadi jernih

Simpan dalam wadah yang sesuai

Analisis viskositas, pH, homogenitas, karakteristik produk,


pembentukan busa, bandingkan produk yang beredar di pasaran

3. Uji Organoleptis
Uji organoleptik dilakukan untuk melhat tampilan fisik sediaan
dengan
mengamati perubahan-perubahan bentuk, bau, dan warna sediaan
shampo.

Pemeriksaan organoleptik dilakukan sesaat setelah pembuatan dan


selama
penyimpanan 14 hari

4. Uji pH meter
Pengukuran pH sediaan shampo cair menggunakan alat pH meter

Alat terlebih dahulu dikalibrasi, setelah itu pH meter dicelupkan


kedalam larutan
sediaan shampo cair (sediaan shampoo terlebih dahulu diencerkan
dengan air
perbandingan 1:10), dibiarkan alat menunjukan angka pH sampai
konstan
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan

5. Homogenitas
Pengujian homogenitas yaitu dilakukan dengan cara sampel shampoo
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
sediaan harus menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar
E. FORMULA
Formula 1

R/ Asam salisilat 3%
Natrium lauryl sulfat 30%
Asam oleat 20%
Trietanolamin 10%
Nipagin 0,2%
Parfum qs
Aquadest ad 50 gram
M.f. la. Shampoo

Formula 2

R/ ekstrak seledri 0,5 g

Sodium lauryl sulfat 50 g

Cocomide DEA 12,5 g

Acid citric qs

NaCl 2,5 g

Parfum alam qs

Pewarna alam qs

CAB-30 12,5

Nipagin 0,5

Aqua bides 163 mL

Mf. la shampoo
F. URAIAN BAHAN

a. Formula 1
1. Asam Salisilat (FI Edisi III hal 56)
Nama resmi : Acidum salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis
dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian
etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform
P, dandalam eter P, larut dalam larutan
ammonium asetat P, dinatrium hydrogen
fosfat P, helium sitrat P dan natrium sitrat P.
Fungsi : Zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai
keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo
anti ketombe

2. Natrium lauryl sulfat (Rowe, 2009)


Nama Lain : Sodium Lauryl Sulfate, SLS, Dodecyl sodium
sulfat, Sodium monolauril sulfat.
Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal
kuning
Fungsi : Natrium lauril sulfat merupakan surfactan
anionic yang biasa digunakan dalam body
care maupun hair care, selain sebagai
surfactan Na lauril sulfat pun dapat
digunakan sebagai pembentuk busa.
kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut
dalam eter dan kloroforom
Fungsi : Natrium lauril sulfat merupakan surfactan
anionic yang biasa digunakan dalam body
care maupun hair care, selain sebagai
surfactan Na lauril sulfat pun dapat
digunakan sebagai pembentuk busa.

3. Asam oleat
Asam oleat adalah asam lemak cair yang terutama terdiri
dari C18H34O2, dapat dibuat dengan menghidrolisa lemak
(Ditjen POM, 1979). Asam oleat yang digunakan dalam
formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat
pengemulsi

4. Trietanolamin
Sinonim : TEA
Fungsi : Emulsifying agent
Kelarutan : Tidak larut dalam aceton,
etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24,
larut dalam kloroform.

5. Nipagin (FI Edisi IV)


Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas
lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut
dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol
Penggunaan : Sebagai pengawet

6. Parfum
Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik
produk agar disukai oleh pelanggan. Banyak varian pewangi
yang ditawarkan, biasanya beraroma bunga dan buah. Pewangi
dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim.
Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol, kresol, piretrum
dan sulfur (Levenspiel, 1972).

7. Aquadest (FI Edisi III hal 96)


Nama resmi : Aqua Destillata.
Nama lain : Air suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat pelarut

b. Formula 2
1. Ekstrak seledri
1) Klasifikasi
Berdasarkan hasil determinasi dapat diketahui bahwa
klasifikasi dari tanaman seledri sebagai berikut
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
2) Deskripsi
Batang Apium graveolens dapat tumbuh dengan
ketinggian 1 meter. Batang tidak berkayu, beralus, beruas,
bercabang, tegak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tipis
majemuk, daun muda melebar atau meluas dari dasar, hijau
mengilat, segmen dengan hijau pucat, tangkai disemua atau
kebanyakan daun. Daun bunganya berwarna putih kehijauan
atau putih kekuningan, yang panjangnya sekitar ½ - ¼mm.
Bunganya tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak
yang tersembunyi, daun bunga putih kehijauan atau merah
jambu pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina
majemuk, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, sering
mempunyai daun berhadapan atau berbatas dengan tirai
bunga. Tirai bunga tidak bertangkai atau dengan tangkai
bunga tidak lebih dari 2 cm panjangnya. Panjang buahnya
sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk, sangat aromatik,
dan akarnya tebal (Agoes, 2010).

3) Kandungan
Seluruh herba seledri mengandung glikosoda apiin
(glikosida flavon), isoquersetin, dan umbeliferon. Juga
mengandung mannite, inosite, asparagine, glutamine,
choline, linamarose, pro-vitamin A, vitamin C, dan B.
Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri pada bji antara
lain asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat,
oleat, linoleat, dan proteselinat. Senyawa kumarin lain
ditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,
osthenol, dan isopimpilenin (Agoes, 2010).
4) Cara Pembuatan Ekstrak
Menurut Kusuma dkk (2018), pembuatan ekstrak seledri
adalah sebagai berikut :
Pembuatan ekstrak seledri menggunakan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk seledri
dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup baik dan
terlindung cahaya lalu ditambahkan etanol 96% sampai
terendam sempurna selama 6 jam pertama sambil sekali-
sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Proses
maserasi dilakukan selama 5 hari dan 3 kali pengulangan.
Maserat disaring dan diuapkan secara in vacuo dengan
rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
2. Sodium lauryl sulfat (Rowe, 2009)
Sinonim : Natrii lauryl sulphate
Nama Lain : Sodium Lauryl Sulfate, SLS, Dodecyl sodium
sulfat, Sodium monolauril sulfat.
Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal
kuning
Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-
2,5%), detergen pada shampoo (≈10%)
kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut
dalam eter dan kloroforom

3. Cocomide DEA
Cocomide DEA merupakan bahan yang berbentuk cairan padat
berwarna bening dan memiliki bau khas. DEA bertindak sebagai
basa lemah. Mencerminkan karakter hidrofilik kelompok alkohol,
DEA larut dalam air, dan bahkan higroskopis. Penambahan
bahan lain ini dapat meningkatkan kekentalan sampo. Dalam
sediaan, bahan ini berfungsi sebagai zat pengental (Rowe,
2009).
4. Acid citric(Rowe, 2009)
Nama Resmi : CITRIC ACID MONOHYDRATE
Nama Lain : Acidum citricum monohydricum; E330; 2-
hydroxypropane-1,2,3- tricarboxylic acid
monohydrate.
Pemerian : Kristal putih, tidak berwarna atau tembus,
tidak berbau dan memiliki rasa asam yang
kuat
Pemerian : Buffer ureunday
Penyimpanan : Wadah kedap udara di tempat yang sejuk
dan kering
Fungsi : untuk membersihkan kotoran, noda dan
menjadi disenfektan

5. NaCl
Monografi bahan Natrium Klorida adalah sebagai berikut :
1) Pemerian : Natrium klorida merupakan kristal tidak berbau,
tidak berwarna, atau merupakan serbuk kristal putih.
2) Kelarutan : 1 bagian NaCl dapat larut dalam 3 bagian air,
dan 10 bagian gliserol (Rowe et al., 2009).
3) Stabilitas : Stabil jika disimpan dalam wadah
tertutupditempat yang sejuk dan kering.
4) Inkompatibilitas : Jika dicampurkan dengan pengawet methyl
paraben akan menurunkan aktivitas antimikroba
pengawet tersebut.
Dalam kosmetik, NaCl biasanya digunakan sebagai elektrolit
dan viscosity modifier yang baik jika digunakan bersamaan
dengan surfaktan seperti SLES, cocoamidopropil betain, dan
cocamide DEA sehingga dapat menghasilkan viskositas yang
optimal (Dahlan, 2010). Natrium klorida ini berperan agar
sediaan sampo dapat dituang dengan baik. Selain itu,
peningkatan kadar NaCl dapat menurunkan volume sedimentasi
bentonit dalam sediaan suspensi. (S. Akhter, J. Hwang, dan H.
Lee, 2008). Konsentrasi yang digunakan untuk pembuatan
sabun cair adalah 0,2-5,0% (Dahlan, 2010).
6. Parfum alam
Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik
produk agar disukai oleh pelanggan. Banyak varian pewangi
yang ditawarkan, biasanya beraroma bunga dan buah. Pewangi
dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim.
Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol, kresol, piretrum
dan sulfur (Levenspiel, 1972).
7. Pewarna alam
Pewarna alam adalah bahan pewarna dari alam yang membuat
ketertarikan dan penampilan sediaan lebih bagus dan tertarik.
8. SAB-30
Cocamidopropyl betain merupakan cairan dengan
penampakan bening kekuningan dan memiliki bau yang khas.
Bahan ini merupakan jenis surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-
7,5 yang umumnya digunakan untukaplikasi umum dalam
sediaan surfaktan sebagai pembersih. Menurut Guertechin
(2009) meskipun betaine umumnya digolongkan ke dalam
surfaktan amfoterik, sebenarnya penggolongan ini tidak tepat
karena surfaktan ini tidak pernah ada dalam bentuk anionik
tunggal. Alkil betaine selalu bermuatan positif, sehingga
dikelompokkan sebagai surfaktan kationik.
Selain itu betaine juga merupakan surfaktan yang lembut,
daya busanya tidak dipengaruhi oleh pH, dan sifatnya
kompatibel dengan surfaktan anionik, kationik, maupun nonionik
(Rieger, 2000). Betaine sifatnya tidak begitu mengiritasi, bahkan
dengan adanya betaine dapat menurunkan efek iritasi surfaktan
anionik (Barel, 2009). Hal tersebut terbukti dari penelitian Teglia
dan Secchi (1994) bahwa cocoamidopropyl betaine memiliki
efek antiiritan yang mirip dengan wheat protein ketika
ditambahkan ke larutan SLS. Baik wheat protein maupun
cocoamidopropyl betaine dapat melindungi kulit dar iritasi.
Sehingga betaine tepat untuk produk-produk seperti shampoo
dan sabun cair.
9. Nipagin (FI Edisi IV)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas
lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzen, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut
dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol
Penggunaan : Sebagai pengawet

10. Aqua bides (FI Edisi III hal 96)


Nama resmi : Aqua Destillata.
Nama lain : Air suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat pelarut
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini, pratikan melakukan percobaan yang berjudul
pembuatan kosmetik rambut. Percobaan ini memiliki tujuan yaitu
Mahasiswa memahami cara pembuatan shampo dan minyak cem-
ceman.Kosmetika menjadi suatu kebutuhan penting dalam
kehidaupan sehari-hari dan digunakan terus menerus sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan enduduk dan kebutuhan pasar. Kosmetik
memberikan perlindungan tubuh bagian luar dan membuat seseorang
tambah percaya diri.
Shampo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, ketombe, partikel-partikel
kotor yang berasal dari lingkungan dan kotoran lain dari rambut
(Putra, 2009).
Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkan
dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
• Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh
untuk melindungi rambut dan membersihkan kotoran
yang melekat.
• Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit
kepala sehingga dapat meluruhkan kotoran.
Percobaan kali ini pratikan melakukan pembuatan shampoo
dengan ekstrak seledri.. Tanaman seledri merupakan tanaman dikotil
(berkeping dua) dan merupakan tanaman yang berbentuk rumput atau
semak. Tanaman seledri tidak bercabang. Susunannya terdiri dari
daun, tangkai daun, batang dan akar.

Klasifikasi tanaman seledri menurut Mursito (2002) adalah sebagai


berikut:

• Kingdom : Plantae
• Divisi : Spermatophyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledoneae
• Ordo : Apiales
• Famili : Apiaceae
• Genus : Apium
• Spesies : Apium graveolens L

Pada percobaan ini pratikan membuat shmapo dengan dua fomula.


Pada formula pertama terdapat bebrapa bahan seperti :Asam Salisilat
3%, Natrium lauryl sulfat 30%, Asam oleat 20%, Trietanolamin, 10%,
Nipagin 0,2%, Parfum qs, Aquadest ad 50 gram. Dan untuk formula
kedua terdapat beberapa bahan seperti: Ekstrak selesdri 0,5 g,
Sodium lauryl sulfat 50 g, Cocomide DEA 12,5 g, Acid citric qs, NaCl
2,5 g, Parfum alam qs, Pewarna alam qs, SAB-30 12,5 g, Nipagin 0,5
g, Aqua bides 163 ml.
Surfaktan yang digunakan adalah Na Lauril sulfat. Surfaktan ini
termasuk surfaktan anionik. Surfaktan ini dikenal sebagai detergent
yang mempunyai gugus hidrofilik dan gugus lipofilik. Gugus lipofilik
(yaitu asam laurat) akan mengikat minyak dan kotoran yang ada di
rambut, sedangkan Na adalah gugus hidrofilik yang membuat kotoran-
kotoran tersebut mudah larut dalam air saat pembilasan setelah
proses penyampoan. Jadi Fungsi utama dari Surfaktan ini adalah
untuk membersihkan kotoran yang ada di rambut. Namun kelemahan
dari surfaktan ini adalah dapat mengeraskan rambut
Formulasi sampo ini menggunakan kombinasi sodium lauril sulfat
(SLS) sebagai surfaktan utama dan trietanolamin (TEA) sebagai
surfaktan sekunder. Sodium lauril sulfat (SLS) termasuk ke dalam
surfaktan golongan anionik dan merupakan surfaktan yang paling
umum digunakan dalam formulasi sampo. Surfaktan golongan anionik
memiliki kemampuan membersihkan kotoran serta sebum yang
sangat baik dan membentuk busa yang lebih stabil dibandingkan
dengan surfaktan golongan lain.
Walaupun surfaktan golongan anionik memiliki kemampuan
membentuk busa dan kemampuan membersihkan yang baik, tetapi
surfaktan golongan anionik berpotensi meningkatkan muatan negatif
pada rambut. Peningkatan muatan negatif pada rambut akan
menyebabkan peningkatan gesekan antar rambut sehingga rambut
menjadi kusut bahkan rusak. Untuk meminimalisir kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh penggunaan surfaktan anionik, surfaktan
golongan amfoterik atau nonionik ditambahkan sebagai surfaktan
sekunder. Selain meminimalisir kerusakan rambut, penambahan
surfaktan sekunder pun memberikan keuntungan, yaitu melembutkan
rambut.
Cocamidopropil Betaine (CAPB) 30, 35 adalah turunan dari
cocamide (campuran senyawa yang berasal dari minyak kelapa) dan
glycine betaine (bentuk betaine). Cocamidopropil Betaine (CAPB) 30,
35 adalah surfaktan kekuatan sedang. Biasanya, tidak akan
mengiritasi kulit atau selaput lendir. CAB-30 di dalam formula sampo
berfungsi sebagai bahan pembusa. Asam sitrat berfungsi sebagai pH
balance, diperlukan agar menetralisasi reaksi basa yang terjadi dalam
penyampoan rambut. Karena bila sampo bersifat basa, akan merusak
rambut. Penambahan asam sitrat jangan terlalu berlebihan, karena
jika terlalu asam akan mengiritasi kulit kepala.
Pada formula yang pertama bahan aktif yang digunakan adalah
asam salisilat yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa
digunakan dalam sampo anti ketombe. Pada formula ini asam salisilat
yang digunakan sebesar 3 %. Langkah yng pertama asam oleat, Na
lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan di atas waterbath hingga 60
derajat C.
Kemudian ditambahkan dengan TEA. Natrium lauril sulfat
merupakan surfactan anionic yang biasa digunakan dalam body care
maupun hair care, selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat
digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk
mengangkat kotoran yang ada di kulit. Di beberapa negara eropa, Na
lauril sulfat ini sudah dimodifikasi menjadi bentuk Na laureth ester
sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang
digunakan dalam formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi
sebagai zat pengemulsi, begitu pula dengan TEA (trietanolamin) yang
merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini
yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini.
Lalu dimasukkan sama salisilat yang sebelumnya sudah dilarutkan
terlebih dahulu dengan etanol 95%, hal ini dilakukan karena asam
salisilat larut dalam etanol atau eter. Pengawet yang digunakan dalam
sediaan ini adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan
pengawet larut air. Pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan
farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang
menggunakan surfactan base seperti pada sediaan ini nipagin kurang
efectiv digunakan karena dalam periode beberapa bulan saja sediaan
akan berjamur. Langkah yang terakhir yaitu penambahan parfum.
Parfum merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk
memberikan aroma pada sediaan shampoo, dengan tujuan agar
shampo tidak berbau.
Dalam formula ke dua ada beberapa zat tambahan seperti Acid
citric yang digunakan sebagai membersihkan kotoran, noda dan
menjadi disenfektan, lalu NaCl yang biasanya digunakan sebagai
elektrolit dan viscosity modifier yang baik jika digunakan bersamaan
dengan surfaktan seperti SLES, cocoamidopropil betain, dan
cocamide DEA sehingga dapat menghasilkan viskositas yang optimal.
Natrium klorida ini berperan agar sediaan sampo dapat dituang
dengan baik. Selain itu, peningkatan kadar NaCl dapat menurunkan
volume sedimentasi bentonit dalam sediaan suspensi. (S. Akhter, J.
Hwang, dan H. Lee, 2008). Konsentrasi yang digunakan untuk
pembuatan sabun cair adalah 0,2-5,0% (Dahlan, 2010).
Cocomide DEA Penambahan bahan lain ini dapat meningkatkan
kekentalan sampo. Dalam sediaan, bahan ini berfungsi sebagai zat
pengental. SAB-30 juga merupakan surfaktan yang lembut, daya
busanya tidak dipengaruhi oleh pH, dan sifatnya kompatibel dengan
surfaktan anionik, kationik, maupun nonionik (Rieger, 2000). Betaine
sifatnya tidak begitu mengiritasi, bahkan dengan adanya betaine
dapat menurunkan efek iritasi surfaktan anionik (Barel, 2009).
Hal tersebut terbukti dari penelitian Teglia dan Secchi (1994) bahwa
cocoamidopropyl betaine memiliki efek antiiritan yang mirip dengan
wheat protein ketika ditambahkan ke larutan SLS. Baik wheat protein
maupun cocoamidopropyl betaine dapat melindungi kulit dar iritasi.
Sehingga betaine tepat untuk produk-produk seperti shampoo dan
sabun cair.
H. KESIMPULAN
Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan
surfactan seperti Na lauril sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat
diperlukan adanya zat pengemulsi. Pembuatan sampo harus
sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan
lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi
dan homogenitas yang baik. Evaluasi yang dapat dilakukan
terhadap sediaan sampo antara lain: organoleptis, pH,
homogenitas.
Daftar Pustaka

Allen, LV., dan Lunner, PE., 2009, Magnesium Stearate. In: Rowe, R.C.,
Sheskey, P.J. dan Quinn M.E. (eds.) Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6 th Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press.

Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI

Ansel,H,C. 2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press.

Butler, H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and soaps, 10th Edition,


Kluwer Academic Publishers, London.

Faizatun. 2008. Formulasi Shampoo Ekstrak Bungan Chamomile Dengan


Hidroksi Propel Metal Selulisa Sebagai Pengental. Jakarta:
Universitas Pancasila.

Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus


Media.

Mottram, F.J. L. 2000. Hair Shampoos. Kluwer Academic. Publishers:


Printed In Great Britain.

Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical


Excipients Second Edition. London: Pharmaceutical Press
LAMPIRAN

Pengayaan:
1. Sebutkan persyaratan shampo berdasarkan SNI.
Jawab:
Syarat shampoo menurut SNI (06-2692-1992
a. Shampoo untuk bukan bayi
Karakteristik Syarat
Bentuk
- Tidak ada yang mengendap
- Cair
- Rata dan tidak pecah
- Emulsi
- Tidak ada gumpalan keras
- Pasta
- Rata dan seragam
- Batangan
- Rata dan seragam
- Serbuk

Zat aktif permukaan dihitung 4,5


sebagai SLS dan atau non ionic
% (bobot/bobot) min
pH dengan larutan 10% 5,0 – 9,0
(bobot/volume
Kadar air dan zat lain nya yang 95,5
menguap % (bobot/bobot) maks

b. Shampo untuk bayi


Karakteristik Syarat
Bentuk
- Tidak ada yang mengendap
- Cair

pH dengan larutan 10% 5.5 – 8.0


(bobot/volume) maks
Zat aktif permukaan dihitung 4,5
sebagai SLS dan atau non ionic
% (bobot/bobot) min

2. Dalam pembuatan shampo apa fungsi asam salisilat, natrium lauryl


sulfat, asam oleat, trietanolamin, nipagin?
Jawab:
a. Asam Salisilat → zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai
keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti ketombe.
b. Natrium Lauryl Sulfat → Natrium lauril sulfat merupakan surfactan
anionic yang biasa digunakan dalam body care maupun hair care,
selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat digunakan
sebagai pembentuk busa.
c. Asam Oleat → Asam oleat yang digunakan dalam formulasi
merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi
d. Trietanolamin → TEA (trietanolamin) yang merupakan zat
pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini yang
berperan dalam pembentukan cream sampo ini
e. Nipagin → zat pengawet shampo

3. Dalam formulasi sediaan shampo, apa fungsi surfaktan primer? Dan


berikan contoh surfaktan primer.
Jawab:
Surfactan ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada di kulit
serta dapat membantu dalam pembentukan bua pada shampo. Contoh
surfaktan primer yaitu Natrium lauryl sulfat.

4. Dalam formulasi sediaan shampo, apa fungsi kosurfaktan? Dan


berikan contoh kosurfaktan.
Jawab:
Penambahan kosurfaktan selain dapat menurunkan tegangan antar
muka minyak-air, juga dapat meningkatkan fluiditas pada antara muka
sehingga dapat meningkatkan entropi sistem. Kosurfaktan juga dapat
meningkatkan mobilitas ekor hidrokarbon sehingga penetrasi minyak
pada bagian ekor menjadi besar. Contoh : Tween 80

5. Busa merupakan aspek penting dari sampo, berikan contoh bahan


peningkat busa pada formulasi shampoo.
Jawab:Na lauril sulfat, 8. SAB-30 Cocamidopropyl betain,
Dietanolamin.

6. Sebutkan syarat bahan aktif yang ada dalam formulasi sediaan


shampoo.
Jawab:
1. Harus menghasilkan busa dan bersifat membersihkan
2. Aman untuk kulit dan rambut
3. mempunyai khasiat untuk rambut

7. Dalam pembuatan cem ceman apa manfaat daun mangkokan, akar


wangi, herba orang aring dan minyak sayur?
Jawab:
Cem-ceman adalah sediaan minyak rambut,
Kegunaan
- Daun mangkokan yang di gunakan sebagai anti rontok.
- Akar wangi dapat di gunakan sebagai rileks sasi dan meningkatkan
kewaspadaan fungsi otak serta dapat mengusir serangga (kutu)
- Herba orang aring dapat di gunakan untuk membantu
meningkatkan folikel rambut dan lebih efektif.
- Minyak sayur dapat membantu menghilangkan keriting, mencegah
rambut rontok, dan meremajakan rambut yang rusak.

Anda mungkin juga menyukai