Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENGALAMAN KEAGAMAAN JOACHIM WACH

Triyani Pujiastuti*
Abstract
This paper tries to expose Joachim Wach’s view of religious experience. Religious
experience is a human activity in its existence with the creator. Religious experience
arises when a person has practiced religious teachings so that they are inward and
outward. The religious experience of one individual to another varies depending on
how he practices his or her religion.

Kata Kunci: Pengalaman, Keagamaan dan Joachim Wach

Pendahuluan
Memiliki suatu agama atau keyakinan manusia memiliki pemahaman dan
merupakan hak dasar kita sebagai manusia. pengalaman yang berbeda-beda, sehingga
Dimana kita dapat menerapkan ajaran agama dalam pengalamannya pun terdapat
tersebut pada kehidupan kita sehari-hari tanpa perbedaan sesuai dengan tanggapan dan
paksaan dan pengaruh dari orang lain. penghayatannya serta pelaksanaan aktual
Agama dianggap sebagai suatu jalan keberagamaannya dan bagaimana aspek
hidup bagi manusia menuntun manusia agar dirinya dan fikirannya dengan Tuhannya.2
hidupnya tidak kacau, agama berfungsi untuk Dalam ranah psikologi agama,
memelihara integritas manusia dalam membina pengalaman keagamaan (religious
expereince) sebagaimana terjadi pada diri Al-
hubungan dengan Tuhan dan hubungan
Ghazali dan Ibnu Arabi selalu berkaitan
dengan sesama manusia dan dengan alam
dengan kesadaran beragama (religious
yang mengitarinya.1 Hubungan batin seseorang
counsciousness). Kesadaran agama hadir
dengan Allah SWT di dalam ilmu jiwa
dalam pikiran yang merupakan aspek mental
dinamakan pengalaman keagamaan.
dari aktivitas agama, sementara pengalaman
Hubungan batin ini timbul setelah seseorang
keagamaan merupakan unsur perasaan dalam
melakukan ajaran-ajaran agama atau kegiatan
kesadaran beragama, yakni perasaan yang
keagamaan, disamping itu dari pengalaman membawa kepada keyakinan yang dihasilkan
keagamaan tersebut akan berbeda antara oleh tindakan (amaliyah).3
orang yang satu dengan yang lainnya, hal ini Secara historis, pengalaman
akan dirasakan oleh mereka tergantung pada keagamaan sebagai wacana dalam psikologi
pengalaman keagamaan masing-masing agama hadir di akhir abad ke 17, ketika filosof
dalam menjalankan kehidupan beragama. Jerman Schleiermacher (1768-1834)
Dalam mengamalkan ritual agama menganggapnya sebagai substansi agama.
Jaochim Wach mengungkapkan bahwa Perhatian para filosof agama pada wacana
* Penulis adalah Dosen Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu 63
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017

tersebut, merupakan perubahan pemikiran di setelah pengalaman spiritualnya bertemu Nabi


era modern, yang memiliki ciri: (1) Muammad SAW.
humanisme, dalam artian bahwa ukuran
segalanya adalah manusia; dan (2) sangat Biografi Singkat Joachim Wach
bertumpu pada kekuatan rasionalisme. Di Joachim Wach, putra tertua Felix
antara filosof yang ada, Hume termasuk salah dengan Katherine Wach, di lahirkan 25
satu tokoh yang memiliki peranan besar. Januari 1898 di Chemintz, Saxony. Ayahnya
Hume menganggap bahwa argumen adalah putra dari Adolf Wach dan Lily
dalam membuktikan Tuhan tidaklah Mendelssohn Bartholdy Wach. Lily adalah
sempurna. Trinitas dianggap sebagai sebuah putrid termuda seorang komponis, Felix
perkara yang tidak memiliki argumen sama Mendelsshon Bartholdy. Adolf  Wach
sekali. Ilmu pengetahuan dan doktrin-doktrin mengajar hokum di Rostock dan kemudian
gereja adalah dua hal yang tidak pernah di Lepizig.
ketemu. Imanuel Kant juga memahami bahwa Joachim Wach adalah keturunan dari
agama tidak sejalan dengan Rasionalisme keluarga Mendelssohn Bartholdy baik dari
Radikal, Kant menerima pandangan Hume garis ibu ataupun ayahnya. Katherine, sang
yang meyakini bahwa doktrin-doktrin agama ibu yang meninggal dunia pada musim panas
tidak bisa dibuktikan dengan akal, bahkan tahun 1956 adalah cucu perempuan Paul
Kant lebih lihai daripada Hume dalam Mendelssohn-Bartholdy, saudara laki-laki
menjelaskan hal tersebut. Alternatif yang Felix. Garis keayahnya dari Mendelssohn
diberikan Kant bahwa agama harus (garis komponis) memakai nama tampa
dikeluarkan dari wilayah akal-teoritis, dan penghubung, sementara garis keibuannya
memasukkan kepada wilayah akal-praktis, (garis Paul) mempergunakan nama dengan
yaitu akhlak. Kant meyakini Tuhan hanya bisa tanda penghubung antara kedua nama
dibuktikan dengan akal-praktis, yaitu dalam tersebut. Kedua garis tersebut berpangkal
wilayah akhlak, tidak dengan argumen yang pada filososf Yahudi yang besar, yaitu Moses
dibangun oleh akal teoritis dalam Mendelssohn (1729-1786).4
membuktikan keberadaan Tuhan. Wach semasa kecilnya amat di
Dalam Islam, pengalaman keagamaan sayang  oleh dan bukan dari kedua orang
adalah jalan biasa yang ditempuh para pencari tuanya tetapi juga dari kakek dan neneknya
Tuhan. Al-Ghazali misalnya, menjadikan jalan dari pihak ayah ataupun ibu. Mereka semua
tasawuf yang dipenuhi pengalaman adalah orang-orang yang berbudaya tinggi.
keagamaan pribadinya sebagai jalan terakhir Rumah-rumah mereka kerap kali dikunjungi
dalam pencarian terbaik menuju Tuhan— oleh para serjana yang terkenal, para artis
setelah bimbang dan ragu (skeptis) terhadap diplomat, dan ahli-ahli kenegaraan. Sejak
kebenaran filsafat. Demikian juga Ibnu Arabi, awal masa kanak-kanaknya Wach sudah
penggagas Wahdat al-Wujud, mendapatkan tertarik dengan music, satra dan puisi, bahasa
inspirasi menulis kitab Fushûsh al -Hikâm kelasik serta bahasa-bahasa asing modern.

64
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan

Dengan imajinasinya yang hidup telah mencip keagamaan dia mewarisi sikap
sebuah negri fantasi yang di sebutnya toleransi (irenic) keluarga dan lingkungan
“pelagipten”, segala kata yang mencakup sekitarnya. Memori Moses Mendelshon di
segala jenis dan keindahan jabatan politik dan hormati oleh  anak-cucunya. Bahkan
keagamaan. meskipun putranya, Abraham, mempunyai
Wach minatnya terhadap agama anak-anak yang di baptis di Greja Lutheran,
bermula ketika dia masih belia. Gurunya, dan Felix Mendelssohn, cucu laki-laki Moses
seorang wanita penganut agama Katolik dan anak dari Abraham mengawini putra
Romawi yang taat, suatu ketika mengajaknya seorang pemuka greja Reformasi, namun
beraudiensi dengan Bishop di Wurzburg. Di semangat Nathan der Weise tetap hidup
sana ia diberi beberapa buah gambaran dalam keluarga Wach sampai hari  ini.
k e a g
5
a  Wach menginjak pada
m a a n . Universitass Leifzig, almamater Gothe,
pendidikkan menengahnya diperoleh di Klopstock, dan Shelling menyumbangkan
Vitzthumsche Gimnasium di Dresden di mana pula sifat toleransi kepada diri Wach.6
dia lulis ujianakhir pada tahun 1916. Dalam
tahun yang sama, pada usia delapan belass Pengertian dan Hakekat Pengalaman
tahun, Wach memassuki tentara Jerman Keagamaan Menurut Joachim Wach
ssebagai Letnan dan  dikirim ke Pront Rusia. Berbicara tentang pengalaman
Di kemudian hari Wach sering berkelekar keagamaan, tentu saja sangat terkait dengan
bahwa pengetahuannya mengenai bahasa manusia yang nota bene adalah pelaku atau
Rusia dan bahasa Arab merupakan hasil pelaksana dari ajaran atau doktrin dari sebuah
sampingan  dari perang. Sesuasai perang agama. Hal ini bearti pengalaman keagamaan
Dunia I, dia mngajar sebentar di Universitas hanya akan diperoleh oleh manusia yang
Leipzig dan menghabiskan tahun 1919 di melaksanakan ajaran agamanya, tanpa itu
Munich. Sesuadah satu kwartal kegiatan maka seseorang akan sangat sulit untuk
akademis di Berlin (1920), Wach kembali ke memahami dan memperoleh pengalaman
Leipzig untuk tinggal selama lebih dari dua keagamaan. Hal seperti ini sebagaimana
tahun. Wach memperoleh gelara Doktor ilmu ungkapan Joachim Wach yang memberikan
Filsafat pada tahun 1922. Kemudian Wach pengertian “pengalaman keagamaan adalah
mengambil sejarah agama sebagai mata merupakan aspek batiniah dari saling
pelajaran tambahan pokok, filsafat agama- hubungan antara manusia dan fikirannya
agama dan studi ketimuran sebagai mata dengan Tuhan”.7 Menurut Zakiah Darajat
pelajaran tambahan. Tetapi nauliri hubungan batin seseorang dengan Allah
intelektualnya mendesak harus mengikuti Swt di dalam ilmu jiwa dinamakan
kuliah kedokteran psikiater dan juga seni.     pengalaman keagamaan.8
Pandangan Wach  terhadap agama Jadi tegasnya, pengalaman
ditentukan oleh latar belakang keluarga keagamaan merupakan aktivitas manusia
dan  pengalaman pribadi. Dalam persoalan dalam keberhadapannya dengan Sang
65
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017

Pencipta. Aktivitas tersebut akan meliputi segi maha suci (Tuhan) yang berada di luar alam
bathiniah dan lahiriah sehingga oleh karenanya nyata dengan melaksanakan ajaran agama.
manusia akan mengembangkan hubungan Menurut Joachim Wach ada dua cara
dengan Tuhan tersebut dalam bentuk pola- untuk meneliti hakekat pengalaman
pola perasaan yang sistem-sistem pemikiran keagamaan yaitu:9
(keyakinan religious, ajaran agama, mitos dan a. Menggunakan deskripsi sejarah agama,
dogma), sistem kelakuan sosial ( upacara sekte atau aliran pemikiran keagamaan itu
sembahyang bersama, ritus, liturgi) dan sendiri.
organisasi-organisasi dengan orang lain akan b. Dengan menelusuri pengalaman seorang
terasa berbeda karena pengalaman baik pengalaman pribadi maupun
keagamaan seseorang dengan orang lain pengalaman kolektif.
akan terasa berbeda, karena pengalaman Dari sini dapat diketahui bahwa
pengalaman keagamaan itu memang benar-
keagamaan merupakan aspek bathiniah
benar ada, meskipun tidak dapat dipisahkan
seseorang sehingga akan terasa seolah-olah
dari pengalaman manusia pada umumnya.
kondisi subjektif tersebut sangat dominan,
Menurut Wach, agar menjadi pengalaman
namun sesungguhnya bukanlah perihal yang
yang terstruktur, pengalaman keagamaan
subjektif yang dikehendaki dalam penelitian
memerlukan 4 macam kriteria:10
ini tetapi aspek universal dari pengalaman
a. Pengalaman tersebut merupakan respon
keagamaan yang dirasakan.
terhadap suatu yang dipandang sebagai
Dengan pengertian tersebut dapat
realitas mutlak.
dipahami bahwa pengalaman keagamaan
b. Pengalaman tersebut melibatkan pribadi
merupakan hubungan bathin seseorang
secara utuh (integral), baik pikiran, emosi
terhadap suatu kekuatan supranatural maupun kehendaknya.
(Tuhan), hubungan tersebut dapat diciptakan c. Pengalaman tersebut memiliki intensitas
dalam bentuk pikiran dan perasaan dengan yang mengatasi pengalaman-pengalaman
cara melaksanakan ajaran-ajaran agama dan manusia yang lainnya.
semua bentuk ritual keagamaan. Pengalaman d. Pengalaman tersebut dinyatakan dalam
keagamaan setiap orang akan berbeda, perbuatan karena memiliki sifat imperatif
karena perbedaan tingkat pengalaman dan merupakan sumber utama motivasi
keagamaan ajaran agama yang dilakukan dan perbuatan.
oleh orang tersebut, merupakan pengalaman Berdasarkan hal di atas maka dapat
yang bersifat individu dan dapat dirasakan disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
oleh orang yang mengalami. Pengalaman pengalaman keagamaan adalah hubungan
keagamaan pada hakekatnya merupakan batin atau aspek bathiniah antara manusia
pengalaman rohani, orang yang mengalami dengan fikirannya terhadap Tuhan dan
masalah tersebut merasakan seolah-olah hubungan batin tersebut ditimbulkan karena
mampu menjangkau zat yang maha gaib dan melaksanakan ajaran-ajaran agamanya

66
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan

dengan semua bentuk praktik keagamaan terhadap permasalahan yang dihadapi,


seperti sholat, puasa, doa-doa dan yang merupakan sebuah keterkaitan
sebagainya. dalam berhubungan dengan Tuhan
sebagai bukti kelemahan manusia sebagai
Ekspresi Pengalaman Keagamaan makhluk ciptaan-Nya.
Joacim Wach Pengalaman keagamaan dalam
Menurut Joachim Wach, bentuk bentuk pemikiran memiliki beberapa
ekspresi pengalaman keagamaan ada tiga motivasi  untuk diungkapkan, yaitu:
yaitu: a. Adanya suatu sifat  yang eksplosif,
1. Ungkapan pengalaman keagamaan dalam yaitu yang menggebu-gebu dari
bentuk pemikiran sesorang yang mengalami
Pengalaman keagamaan pengalaman keagamaan untuk
diungkapkan secara intelektual bisa mengungkapkan pengalamannya.
bersifat spontan belum mantap atau baku Orang pasti akan memperlihatkan
dan tradisional. Ungkapan pengalaman perasaan gembira dan susah.
tidak akan serupa dalam Demikian pula dengan  perasaan-
pengungkapannya sesuai dengan ragam perasaan yang lainnya.
kebudayaan, sosial dan agama yang ada. b. Pengalaman keagamaan  itu bersifat
Ungkapan tersebut dapat bersifat propagandistic. Adanya suatu
Teologis (Tuhan) yaitu mengungkapkan dorongan yang kuat bukan saja
tentang hakikat Tuhan, asal-usul, dirasakan untuk ikut ambil bagian,
perkembangan, sifat serta hubungan teapi juga  untuk memikat dan
manusia dengan Tuhan. mengajak fihak lain agar melihat dan
Ungkapan pengalaman mendengar seperti a pa yang telah
keagamaan dalam bentuk pemikiran dilihat dan didengar oleh seseorang.
lainnya dalam bentuk doktrin yang Dorongan ini kadang-kadan
diturunkan sendiri oleh yang kudus, yang sedemikian kuat sehingga mampu
lebih dimaknai oleh wahyu yang mutlak, mempengaruhi dan menguasai
himpunan doktrin itu oleh agama disebut individu-indivdu dan kelompok-
dengan kitab suci. Lebih jauh Joachim kelompok, bukan melalui kekuatan
Wach menegaskan doktrin mempunyai pesan yang disampaikan tetapi
tiga fungsi yang berbeda-beda, semata-mata melaui kemampuan
penegasan dan penjelasan iman, dari para pembawa pesan tersebut.
pengetahuan dengan ilmu lain c. Pengalaman keagamaan yang
(Apologetik).11 Ungkapan pengalaman sifatnya subjektif, cbatini dan
keagamaan yang berbentuk teoritis individual, telah menunjukkan
terdapat dalam doa yang merupakan bahwa pengalaman keagamaan itu
sarana pengungkapan gejolak hati hanya bisa diungkapkan jika
67
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017

seseorang yang mengalami keagamaan, dalam diri manusia munvul


pengalaman keagamaan mampu rasa kedaran merendahkan diri sehingga
memahami dirinya tatkala bukan d ia yang memperkokoh suatu
mengalami perasaan di luar hubungan atau komuni tetapi dialah yang
jangkauannya. diperkokoh oleh dan melalui
pelaksanaan praktek keagamaan.
2. Ungkapan pengalaman keagamaan dalam Manusia akan menjadi manusia melalui
bentuk perbuatan perbuatan-perbuatan ini, yang akan
Ungkapan pengalaman memperbaiki dirinya menuju hakikat dan
keagamaan dalam bentuk perbuatan, nasnibnya yang sebenar-benarnya.
mengandung arti bahwa pengalaman Jadi, kultus atau ungkapan
yang terjadi merupakan hasil dari adanya pengalaman keagamaan dalam
pemahaman tentang Tuhan, manusia, dan bentuk  yang nyata adalah merupakan
alam yang didapatnya melalui proses suatu tanggapan total atas wujud total
pemikiran terlebih dahulu. mendalam dan integral. Realitas Mutlak,
Dimana  pengalaman keagamaan dalam dalam bentuk perbuatan. Menurut
bentuk perbuatan akan terungkapkan Scheler, “kesadaran beragama adalah
melalui; mengabdikan diri atau suatu pemahaman yang tidak timbul
beribadah, mendekatkan diri atau seluruhnya mendahului ungkapan
memohonkan sesuatu kultisnya”.
kepada  Tuhannya, menguasai atau Kedua, bentuk ungkapan
mengontrol Tuhan supaya melakukan pengalaman kegamaan yang nyata
apa yang di inginkan oleh manusia, (praktis) adalah bakti atau peribadatan
mensyukuri karuia atau nikmat Tuhan, dan pelayanan. Kedua-duanya saling
memberikan santunan atau hadiah Tuhan, pengaruh mempengaruhi. Apa yang
memberikan pelayanan pada sesama difahami sebagai realitas tertinggi akan
umat manusia. Dari semuanya  itu desembah melalui suatu tingkah laku
dimaksudkan sebagai usaha unutk pemujaan, dan dilayani dalam bentuk
menjalankan segala perintah dari Tuhan tanggap terhadap ajakan dan kewajuban
yang telah dibebankan kepadanya. untuk masuk ke dalam persekutuan
Tingkah laku agama Tuhan.
yang pertama dan utama, menurut Von Setiap agama mempunyai
Hugel, “ adalah pemujaan…” Dari satu praktek-praktek  peribadatannya
segi, kultus dapat dijelaskan sebagai sendiri-sendiri. Joachim Wach mengutip
sebuah reaksi penghayatan terhadap kembali pernyataan Underhill yang indah,
Realitas Mutlak atau tertinggi. “ Tuhan yang telah disinggung dalam karyanya
datang kepada manusia ketika manusia yang dahulu: manusia yang didorong oleh
mendekati Tuhan.” Dalam pengalaman Tuhan, sadar atau tidak sadar dorongan

68
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan

Tuhan yang tersembunyi itu, atas  dirinya oleh sifatnya yang asli yang
menanggapi-Nya denngan cara yang difahami  dari segi keberhadapan ini.13
terbaik bukan melalui suatu gerak akal Manusia yang beragama  tentu tidak
yang sederhana, teapi melalui suatu terlepas dari kedua perbuatan tersebut, yaitu
perbuatan yang banak dan kompleks, di ketaatan dan peribadatan, karena setiap
mana s eluruh sifatnya diperhatikan, dan agama yang mempunyai ajaran-ajaran
yang dalam perkembangannya yang mewajibkan  umatnya untuk melaksanakan
sempurna menyerupai sifat-sifat karya segala sesuatu yang d iperintahkannya,
seni.12 sehingga tidak ada alasan mausia yang
Adanya kesadaran manusia akan beragama tidak melakukan perbuatan
segala sesuatu yang muncul dalam tersebut.
kehidupannya tidak hanya ditanggapi Pengalaman keagamaan dalam
bentuk perbuatan dapat dibedakan dengan
lewat akalnya saja, teapi adanya
pengalaman keagamaan yang lain, karena di
kecenderungan manusia untuk
dalamnya terjadi  suatu pergantian
mengaktualisasikan pemahamannya
eksistensi…ia adalah hasil pemantapan dari
tentang sesuatu hal itu dalam bentuk
perubahan, dan dalam masing-masing hal
perbuatan yang nyata. Hal ini
tersebut dia bukan semata-mata merupakan
dimungkinkan bahwa pengalaman
sebuah  rencana untuk berbuat, tetapi
keagmaan dal bentuk perbuatan
perbuatan itu sendiri. Ibadat terdiri dari segala
menuntut suatu aktifitas dari manusia itu
sesuatu yang terdapat dalam tingkah laku
sendiri, sehingga bukan hanya angan-
kehidupan semacam itu.
angan saja yang ada dalam benak
Ungkapan pengalaman  keagamaan dalam
manusia itu, tetapi juga lebih konkrit bentuk  perbuatan memiliki pola sebagai
untuk dilaksanakan dalam bentuk yang berikut:
nyata yaitu perbuatan. a. Berkenaan dengan tempat, artinya
dimana pengalaman keagamaan itu
 Kita telah mengetahui bahwa  ketaan berlangsung. Sebagai contoh,
dan peribadatan adalah dua bentuk dari misalkan; di dekat sumber mata air,
ungkapan pengalaman keagamaan yang di sa mping batu yang besar, di
nyata. Peribadatan hendaknya difahami dalam bawah pohon tertentu, di tempat-
pengertiannya yang paling luas. Karena itu tempat keramat (istimewa), di
dapat dikatakan bahwa “ suatu perbuatan dalam sebuah bangunan, di atas
murah hati yang tertentu akan dapat menjadi tanbah yang di batasi oleh sebuah
suatu alat bantu untuk melaksanakan  ibadat tanda, dan lain sebagainya.
apabila bukan ibadat itu sendiri. Dalam b. Berkenaan dengan waktu, artinya
menghadapi realitas Mutlak, manusia  sadar kapan pengalaman keagamaan itu
terhadap adanya kewajiban yang dibebankan berlangsung atau terjadi. Misalnya;
69
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017

pada malam hari, ketika menyendiri Kedua hal tersebut sangat


atau menyepi, dan lain sebagainya. erat hubungannya sehingga perlu
c. Berkenaan dengan cara atau proses, adanya keseimbangan, karena
artinya bagaimana  proses apabila tidak terdapat
pengalaman keagamaan itu keseimbangan dalam
berlangsung. Misalnya; dengan cara pelaksanannya maka ada dua
bermimpi, berziarah, dan lain macam bahaya, bila dalam
sebagainya. perbuatannya penekanan terlalu
Pengalaman keagamaan diberikan pada bentuk pertama
dalam bentuk perbuatan secara kemungkinan sikap eksternalisasi
praktis mempunyai hubungan yang dan institusionalisasi, disuatu pihak
sangat erat sekali dengan ungkapan dan pihak yang kedua bisa menjadi
pengalaman keagamaan dalam sikap spiritualisme ekstrim apabila
bentuk pemikiran dalam hal ini bentuk lahiriah ditolak.
merupakan hakekat pengalaman 3. Ungkapan pengalaman keagamaan dalam
keagamaan yang sebenarnya bentuk persekutuan
Kelompok keagamaan
sebagai suatu keberhadapan
terbentuk dalam dan melalui perbuatan
manusia dengan realitas mutlak.
keagamaan. setiap agama
Pengkultusan merupakan bentuk
mengembangkan suatu bentuk
pengungkapan dari setiap gerak persekutuan keagamaan. Cara yang
keberagamaan seseorang dapat digunakan oleh anggota kelompok
dipandang sebagai tingkah laku keagamaan dalam menghayati Tuhan,
keagamaan yang dipergunakan membayangkan dan berhubungan
untuk memperoleh dan memelihara dengannya mengalami persekutuaan
hubungannya dengan Tuhan, seperti membayangkan dan
pemujaan atau kultus. mempraktekkannya, menentukan
Menurut Joachim Wach hakekat dan bentuk organisasi suatu
“tingkah laku keagamaan akan kelompok keagamaan. karenanya
kelompok keagamaan mempunyai
membawa pada pertanyaan penting
hukuman tersendiri pandangan hidup,
yang perlu dijawab sehubungan
sikap dan suasana tersendiri.
pengungkapan pengalaman
Dalam suatu masyarakat
keagamaan dalam bentuk agama terdapat perbedaan antara para
perbuatan, pertanyaan tersebut anggotanya hal tersebut disebabkan
meliputi kapan, dimana, bagaimana adanya faktor yang menimbulkan
dan oleh siapa dilakukannya perbedaan tersebut antara lain :
aktifitas pemujaan dan kharisma, usia, jenis kelamin. Dengan
pengorbanan”. 14 demikian ungkapan pengalaman dalam

70
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan

bentuk perbuatan menghantarkan maka pengalamannya tentang agama tentu


manusia membentuk persekutuan dirasakan oleh anggota kelompok  yang lain,
keagamaan. Agama mempengaruhi sehingga kebersamaan dalam kelompok
masyarakat untuk membentuk tersebut  akan nampak.
kelompok dalam beragama manusia Adapun suatu kelompok bisa
secara perorangan dan kolektif dikatakan sebagai bentuk persekutuan,
berhubungan dengan Tuhan dan saling apabila antara anggota yang satu dengan
berhubungan dengan manusia yang lain saling mengenal, sehingga  para
keberadaan kelompok anggota mempunyai cirri kedalaman perasaan
agama sudah merupakan suatu yang tinggi, solidaritas yang kuat, dan aktivitas
kewajaran dalam kehidupan beragama, yang babnyak. Apabila ukuran tersebut lebih
sehingga  agama tidak lagi besar tetapi belum di batasi oleh  kriteria
milik perorangan saja, tetapi bagaimana semisal kelahiran, local, dan lain sebagainya,
agama sudah merupakan milik bersama maka sifat masyarakat tersebut akan
atau milik suatu kelompok. berbeda-beda.
Kita bisa membedakan Ada beberapa faktor  yang
antara pengalaman keagamaan melahirkan suatu kelompok, faktor tersebut
perorangan dengan pengalaman ada yang bersifat faktor agama, an faktor di
keagamaan kelompok, kalau luar agama. Faktor agama adanya bakat-
pengalaman perorangan, hubungan yang bakat spiritual seperti penyembahan dan
disebut  kemudian adalah yang pertama- pengajaran adalah contoh-contoh faktor
tama timbul,  tetapi secara ontologism agamis, usia, kedududkan sosial, etika, dan
hubungan tersebut bergantung pada latarbelakang keturunan adalah kualifikasi-
pemikiran terhadap Tuhan. Dan kualifikasi yang bersifat non agamis.
pengalaman kelompok keagamaan Kemudian ada empat macam, faktor
bergantung  pada cara  yang yang menimbulkan perbedaan dalam suatu
dipergunakan oleh para anggotanga masyarakat agama. Pertama adalah
dalam menghayati Tuhan, perbedaan dalam fungsi. Dalam suatu
membayangkan dan berhubungan kelompok yang kecil hanya terdiri beberapa
dengan-Nya, dan bergantung pada cara orang anggota yang dipersatukan oleh ikatan
mereka mengalami persekutuan, pengalaman keagamaan bersama  akan
membayangkannya dan terdapat perbedaan tertentu dalam pembagian
memperaktekannya. 15
fungsi. Di samping fungsi tersebut
Bisa dilihat bagaimana perbedaan yang hanya  sesuai untuk orang-orang yang sudah
nampak antara penbgalaman keagamaan cukup  usia atau yang sangat
yang bersifat perorangan dengan yang berpengalaman  dalam memimpin doa atau
kelompok, ini menunjukkan bahwa suatu nyayi, maka para anggota yang lebih muda
pengalaman tentunya melibatkan perasaan dibebani dengan persyaratan material yang
dari orang yang mengalaminya, dan  apabila akan dipergunakan untuk tujuan-tujuan
hal tersebut menimpa kelompok agama, kurban.

71
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017

Kedua, dalam kelompok-kelompok keberadaannya senantiasa mencerminkan


keagamaan pula perbedaan yang didasarkan dari latarbelakang mereka membentuk suatu
atas karisma. Dalam masyarakat yang kelompok keagamaan.
sangat  egalitarian sekali pun, juga terdapat
adanya  pengakuan terhadap perbedaan- Penutup
perbedaan dalam kekuasaan, prestise, dan Demikian, pengalaman keagamaan
kedudukan dalam masyarakat. Karisma menurut Joachim Wach adalah aspek batiniah
tertinggi yang dapat diangankan dan mungkin dari saling hubungan antara manusia dan
dimiliki oleh seseorang atas dasar seseorang fikirannya dengan Tuhan Pengalaman
atas dasar humen atau tuhan. Untuk itu keagamaan diekspresikan dalam tiga hal yaitu
kekuatan-kekuatan yang luar biasa  hanya ungkapan pengalaman keagamaan dalam
diberikan kepada orang yang diberkati, dan bentuk pemikiran berupa doktrin keagamaan,
dengan perwujudan pelaksanaan kekuatan ungkapan dalam bentuk perbuatan berupa
tersebut tanpa batas. peribadatan dan ungkapan dalam bentuk
Faktor  ketiga, yang membedakan persekutuan berupa kelompok-kelompok
adanya  perbedan dalam kelompok- keagamaan.
kelompok keagamaan adalah perbedaan Endnote
alami berdasarkan usia,  jenis kelamin, dan
1
Dadang Kahmad, Metode Penelitian
Agama, (Bandung:Pustaka Setia,2000), h.29.
keturunan. Karena adalah tertentu, 2
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
kelompok  yang muda dan  juga tua agak (Jakarta :PT.Rajawali,1989) cet ke-2 h. 25.
sedikit dipisahkan dan masing-masing
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1970), h. 12-15.
memainkan peranan sendiri-sendiri dalam 4
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan
kehidupan masyarakat agama baik secara Agama,h. XVI.
perorangan ataupun kelompok.
5
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan
Agama,h. XVII.
Keempat, perbedaan berdasarkan 6
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan
status. Prinsip ini dipandang sebagai suatu Agama,h. XI.
kombinasi dari sejumlah factor yang telah
7
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
h.61.
menimbulkan perbedaan  di atas, 8
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa
pemikiran  yang “demokratis” tentang Agama,(Jakarta:Bulan Bintang,1988), h. 25.
persamaan hak semua pemeluk agama  baru
9
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan, h. 40.
muncul kemudian dalam sejarah agama- 10
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
agama, dan terus terang, dalam prakteknya Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan, h. 50.
jarang sekali dilaksanakan.
11
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan, h. 99.
Ungkapan pengalaman keagamaan 12
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu
dalam  persekutuan ternyata, melahirkan Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia,
berbagai jenis kelompok keagamaan, hal ini 2000), h. 154.
13
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu
karena kelompok keagamaan  yang ada Perbandingan Agama, h. 173.
merupakan suatu proses dari adanya 14
Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama,
pengalaman keagamaan dalam bentuk Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan, h. 100.
15
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu
pemikiran dan perbuatan, sehingga Perbandingan Agama, h. 189.

72

Anda mungkin juga menyukai