896 1768 1 SM
896 1768 1 SM
Triyani Pujiastuti*
Abstract
This paper tries to expose Joachim Wach’s view of religious experience. Religious
experience is a human activity in its existence with the creator. Religious experience
arises when a person has practiced religious teachings so that they are inward and
outward. The religious experience of one individual to another varies depending on
how he practices his or her religion.
Pendahuluan
Memiliki suatu agama atau keyakinan manusia memiliki pemahaman dan
merupakan hak dasar kita sebagai manusia. pengalaman yang berbeda-beda, sehingga
Dimana kita dapat menerapkan ajaran agama dalam pengalamannya pun terdapat
tersebut pada kehidupan kita sehari-hari tanpa perbedaan sesuai dengan tanggapan dan
paksaan dan pengaruh dari orang lain. penghayatannya serta pelaksanaan aktual
Agama dianggap sebagai suatu jalan keberagamaannya dan bagaimana aspek
hidup bagi manusia menuntun manusia agar dirinya dan fikirannya dengan Tuhannya.2
hidupnya tidak kacau, agama berfungsi untuk Dalam ranah psikologi agama,
memelihara integritas manusia dalam membina pengalaman keagamaan (religious
expereince) sebagaimana terjadi pada diri Al-
hubungan dengan Tuhan dan hubungan
Ghazali dan Ibnu Arabi selalu berkaitan
dengan sesama manusia dan dengan alam
dengan kesadaran beragama (religious
yang mengitarinya.1 Hubungan batin seseorang
counsciousness). Kesadaran agama hadir
dengan Allah SWT di dalam ilmu jiwa
dalam pikiran yang merupakan aspek mental
dinamakan pengalaman keagamaan.
dari aktivitas agama, sementara pengalaman
Hubungan batin ini timbul setelah seseorang
keagamaan merupakan unsur perasaan dalam
melakukan ajaran-ajaran agama atau kegiatan
kesadaran beragama, yakni perasaan yang
keagamaan, disamping itu dari pengalaman membawa kepada keyakinan yang dihasilkan
keagamaan tersebut akan berbeda antara oleh tindakan (amaliyah).3
orang yang satu dengan yang lainnya, hal ini Secara historis, pengalaman
akan dirasakan oleh mereka tergantung pada keagamaan sebagai wacana dalam psikologi
pengalaman keagamaan masing-masing agama hadir di akhir abad ke 17, ketika filosof
dalam menjalankan kehidupan beragama. Jerman Schleiermacher (1768-1834)
Dalam mengamalkan ritual agama menganggapnya sebagai substansi agama.
Jaochim Wach mengungkapkan bahwa Perhatian para filosof agama pada wacana
* Penulis adalah Dosen Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu 63
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
64
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan
Dengan imajinasinya yang hidup telah mencip keagamaan dia mewarisi sikap
sebuah negri fantasi yang di sebutnya toleransi (irenic) keluarga dan lingkungan
“pelagipten”, segala kata yang mencakup sekitarnya. Memori Moses Mendelshon di
segala jenis dan keindahan jabatan politik dan hormati oleh anak-cucunya. Bahkan
keagamaan. meskipun putranya, Abraham, mempunyai
Wach minatnya terhadap agama anak-anak yang di baptis di Greja Lutheran,
bermula ketika dia masih belia. Gurunya, dan Felix Mendelssohn, cucu laki-laki Moses
seorang wanita penganut agama Katolik dan anak dari Abraham mengawini putra
Romawi yang taat, suatu ketika mengajaknya seorang pemuka greja Reformasi, namun
beraudiensi dengan Bishop di Wurzburg. Di semangat Nathan der Weise tetap hidup
sana ia diberi beberapa buah gambaran dalam keluarga Wach sampai hari ini.
k e a g
5
a Wach menginjak pada
m a a n . Universitass Leifzig, almamater Gothe,
pendidikkan menengahnya diperoleh di Klopstock, dan Shelling menyumbangkan
Vitzthumsche Gimnasium di Dresden di mana pula sifat toleransi kepada diri Wach.6
dia lulis ujianakhir pada tahun 1916. Dalam
tahun yang sama, pada usia delapan belass Pengertian dan Hakekat Pengalaman
tahun, Wach memassuki tentara Jerman Keagamaan Menurut Joachim Wach
ssebagai Letnan dan dikirim ke Pront Rusia. Berbicara tentang pengalaman
Di kemudian hari Wach sering berkelekar keagamaan, tentu saja sangat terkait dengan
bahwa pengetahuannya mengenai bahasa manusia yang nota bene adalah pelaku atau
Rusia dan bahasa Arab merupakan hasil pelaksana dari ajaran atau doktrin dari sebuah
sampingan dari perang. Sesuasai perang agama. Hal ini bearti pengalaman keagamaan
Dunia I, dia mngajar sebentar di Universitas hanya akan diperoleh oleh manusia yang
Leipzig dan menghabiskan tahun 1919 di melaksanakan ajaran agamanya, tanpa itu
Munich. Sesuadah satu kwartal kegiatan maka seseorang akan sangat sulit untuk
akademis di Berlin (1920), Wach kembali ke memahami dan memperoleh pengalaman
Leipzig untuk tinggal selama lebih dari dua keagamaan. Hal seperti ini sebagaimana
tahun. Wach memperoleh gelara Doktor ilmu ungkapan Joachim Wach yang memberikan
Filsafat pada tahun 1922. Kemudian Wach pengertian “pengalaman keagamaan adalah
mengambil sejarah agama sebagai mata merupakan aspek batiniah dari saling
pelajaran tambahan pokok, filsafat agama- hubungan antara manusia dan fikirannya
agama dan studi ketimuran sebagai mata dengan Tuhan”.7 Menurut Zakiah Darajat
pelajaran tambahan. Tetapi nauliri hubungan batin seseorang dengan Allah
intelektualnya mendesak harus mengikuti Swt di dalam ilmu jiwa dinamakan
kuliah kedokteran psikiater dan juga seni. pengalaman keagamaan.8
Pandangan Wach terhadap agama Jadi tegasnya, pengalaman
ditentukan oleh latar belakang keluarga keagamaan merupakan aktivitas manusia
dan pengalaman pribadi. Dalam persoalan dalam keberhadapannya dengan Sang
65
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
Pencipta. Aktivitas tersebut akan meliputi segi maha suci (Tuhan) yang berada di luar alam
bathiniah dan lahiriah sehingga oleh karenanya nyata dengan melaksanakan ajaran agama.
manusia akan mengembangkan hubungan Menurut Joachim Wach ada dua cara
dengan Tuhan tersebut dalam bentuk pola- untuk meneliti hakekat pengalaman
pola perasaan yang sistem-sistem pemikiran keagamaan yaitu:9
(keyakinan religious, ajaran agama, mitos dan a. Menggunakan deskripsi sejarah agama,
dogma), sistem kelakuan sosial ( upacara sekte atau aliran pemikiran keagamaan itu
sembahyang bersama, ritus, liturgi) dan sendiri.
organisasi-organisasi dengan orang lain akan b. Dengan menelusuri pengalaman seorang
terasa berbeda karena pengalaman baik pengalaman pribadi maupun
keagamaan seseorang dengan orang lain pengalaman kolektif.
akan terasa berbeda, karena pengalaman Dari sini dapat diketahui bahwa
pengalaman keagamaan itu memang benar-
keagamaan merupakan aspek bathiniah
benar ada, meskipun tidak dapat dipisahkan
seseorang sehingga akan terasa seolah-olah
dari pengalaman manusia pada umumnya.
kondisi subjektif tersebut sangat dominan,
Menurut Wach, agar menjadi pengalaman
namun sesungguhnya bukanlah perihal yang
yang terstruktur, pengalaman keagamaan
subjektif yang dikehendaki dalam penelitian
memerlukan 4 macam kriteria:10
ini tetapi aspek universal dari pengalaman
a. Pengalaman tersebut merupakan respon
keagamaan yang dirasakan.
terhadap suatu yang dipandang sebagai
Dengan pengertian tersebut dapat
realitas mutlak.
dipahami bahwa pengalaman keagamaan
b. Pengalaman tersebut melibatkan pribadi
merupakan hubungan bathin seseorang
secara utuh (integral), baik pikiran, emosi
terhadap suatu kekuatan supranatural maupun kehendaknya.
(Tuhan), hubungan tersebut dapat diciptakan c. Pengalaman tersebut memiliki intensitas
dalam bentuk pikiran dan perasaan dengan yang mengatasi pengalaman-pengalaman
cara melaksanakan ajaran-ajaran agama dan manusia yang lainnya.
semua bentuk ritual keagamaan. Pengalaman d. Pengalaman tersebut dinyatakan dalam
keagamaan setiap orang akan berbeda, perbuatan karena memiliki sifat imperatif
karena perbedaan tingkat pengalaman dan merupakan sumber utama motivasi
keagamaan ajaran agama yang dilakukan dan perbuatan.
oleh orang tersebut, merupakan pengalaman Berdasarkan hal di atas maka dapat
yang bersifat individu dan dapat dirasakan disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
oleh orang yang mengalami. Pengalaman pengalaman keagamaan adalah hubungan
keagamaan pada hakekatnya merupakan batin atau aspek bathiniah antara manusia
pengalaman rohani, orang yang mengalami dengan fikirannya terhadap Tuhan dan
masalah tersebut merasakan seolah-olah hubungan batin tersebut ditimbulkan karena
mampu menjangkau zat yang maha gaib dan melaksanakan ajaran-ajaran agamanya
66
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan
68
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan
Tuhan yang tersembunyi itu, atas dirinya oleh sifatnya yang asli yang
menanggapi-Nya denngan cara yang difahami dari segi keberhadapan ini.13
terbaik bukan melalui suatu gerak akal Manusia yang beragama tentu tidak
yang sederhana, teapi melalui suatu terlepas dari kedua perbuatan tersebut, yaitu
perbuatan yang banak dan kompleks, di ketaatan dan peribadatan, karena setiap
mana s eluruh sifatnya diperhatikan, dan agama yang mempunyai ajaran-ajaran
yang dalam perkembangannya yang mewajibkan umatnya untuk melaksanakan
sempurna menyerupai sifat-sifat karya segala sesuatu yang d iperintahkannya,
seni.12 sehingga tidak ada alasan mausia yang
Adanya kesadaran manusia akan beragama tidak melakukan perbuatan
segala sesuatu yang muncul dalam tersebut.
kehidupannya tidak hanya ditanggapi Pengalaman keagamaan dalam
bentuk perbuatan dapat dibedakan dengan
lewat akalnya saja, teapi adanya
pengalaman keagamaan yang lain, karena di
kecenderungan manusia untuk
dalamnya terjadi suatu pergantian
mengaktualisasikan pemahamannya
eksistensi…ia adalah hasil pemantapan dari
tentang sesuatu hal itu dalam bentuk
perubahan, dan dalam masing-masing hal
perbuatan yang nyata. Hal ini
tersebut dia bukan semata-mata merupakan
dimungkinkan bahwa pengalaman
sebuah rencana untuk berbuat, tetapi
keagmaan dal bentuk perbuatan
perbuatan itu sendiri. Ibadat terdiri dari segala
menuntut suatu aktifitas dari manusia itu
sesuatu yang terdapat dalam tingkah laku
sendiri, sehingga bukan hanya angan-
kehidupan semacam itu.
angan saja yang ada dalam benak
Ungkapan pengalaman keagamaan dalam
manusia itu, tetapi juga lebih konkrit bentuk perbuatan memiliki pola sebagai
untuk dilaksanakan dalam bentuk yang berikut:
nyata yaitu perbuatan. a. Berkenaan dengan tempat, artinya
dimana pengalaman keagamaan itu
Kita telah mengetahui bahwa ketaan berlangsung. Sebagai contoh,
dan peribadatan adalah dua bentuk dari misalkan; di dekat sumber mata air,
ungkapan pengalaman keagamaan yang di sa mping batu yang besar, di
nyata. Peribadatan hendaknya difahami dalam bawah pohon tertentu, di tempat-
pengertiannya yang paling luas. Karena itu tempat keramat (istimewa), di
dapat dikatakan bahwa “ suatu perbuatan dalam sebuah bangunan, di atas
murah hati yang tertentu akan dapat menjadi tanbah yang di batasi oleh sebuah
suatu alat bantu untuk melaksanakan ibadat tanda, dan lain sebagainya.
apabila bukan ibadat itu sendiri. Dalam b. Berkenaan dengan waktu, artinya
menghadapi realitas Mutlak, manusia sadar kapan pengalaman keagamaan itu
terhadap adanya kewajiban yang dibebankan berlangsung atau terjadi. Misalnya;
69
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
70
Triyani Pujiastuti
Konsep Pengalaman Keagamaan
71
Syi’ar Vol. 17 No. 2 Agustus 2017
72