Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT

TANAMAN ANGGREK
(Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus, Jakarta Selatan)

Rika Aulia
11150920000019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021/1442 H
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT
TANAMAN ANGGREK
(Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus, Jakarta Selatan)

Rika Aulia
11150920000019

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021/1442 H

i
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT
TANAMAN ANGGREK
(Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus, Jakarta Selatan)

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains Dan Teknologi


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
Rika Aulia
11150920000019

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si
NIP. 19620308 198903 2 001 NIP. 19570312 199103 2 001

Mengetahui,

Ketua
Program Studi Agribisnis

Akhmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph. D.


NIP. 19811106 201101 1 001

ii
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit


Tanaman Anggrek (Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur
Jaringan Lebak Bulus, Jakarta Selatan)” yang ditulis oleh Rika Aulia, NIM
11150920000019, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada hari Senin, tanggal 7 Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Junaidi, M.Si Titik Inayah, Sp, M.Si


NIP. 19680508 201411 1 004 NIDN. 2030068704

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si
NIP. 19620308 198903 2 001 NIP. 19570312 199103 2 001

Mengetahui,

Dekan Ketua

Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis

Nashrul Hakiem, S.Si, MT, Ph.D Akhmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph. D.
NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19811106 201101 1 001

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Rika Aulia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Juni 1997

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Legoso Raya RT 003/RW 001 No.54B

Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

No. Telp/HP : 0822-1044-4237

E-mail : rikaaulia03@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2002-2003 : TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL

2003-2009 : SDN Pisangan III

2009-2012 : SMPN 86 Jakarta

2012-2015 : SMAN 87 Jakarta

2015-2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

2009-2012 : Anggota Paduan Suara SMPN 86 Jakarta

2012-2015 : Anggota Basket SMAN 87 Jakarta

2015-2019 : Anggota SSC Basketball Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

v
2016 : Sekretaris Ikatan Karang Taruna Fosil (IKARFOS)

2017 : Ketua Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2018 : Bendahara Kelompok KKN PpMM 114 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta


Pengalaman Kerja

2017 : SPG Event Jagoan Bola Untuk Indonesia

(Giant Poins Square)

2018 : Kebun Bibit dan Laoratorium Kultur Jaringan

Lebak Bulus Jakarta Selatan.

2019 : Asisten Dosen Mata Kuliah Mikrobiologi Pangan

Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi

Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2019-2021 : Interviewer Litbang Harian Kompas Jakarta

Prestasi

2015 : Juara 3 Basketball Putri Reven Cup 6

2017 : Juara 2 Futsal Putri Olimpiade Saintek 2017

2017 : Juara 1 Basketball Putri UIN Sport Expotainmaent

(USE) 2017

2019 : Juara 1 Futsal Putri UIN Sport Expotainment

(USE) 2019

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-

Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman

Anggrek (Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak

Bulus, Jakarta Selatan)”. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini banyak

menemukan beberapa kendala yang dihadapi, namun Alhamdulillah penulis dapat

menyelesaikan skripsi walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Pada penyusunan

skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, doa, dan bantuan baik secara

moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang begitu besar kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Almarhum Bapak, adik kandung yaitu

Dyah Ratna serta keluarga besar penulis atas semua kasih sayang, doa, saran,

dan dukungan yang tiada henti diberikan, sehingga semua menjadi lebih

mudah.

vii
2. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Armaeni Dwi

Humaerah selaku dosen pembimbing II yang telah mencurahkan sebagian

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan banyak arahan saran

mendukung dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak Ir. Junaidi selaku dosen penguji I, dan Ibu Titik Inayah selaku dosen

penguji II, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam sidang

munaqosyah serta memberikan saran dan masukkan sebagai arahan bagi

penulis.

4. Bapak Nashrul Hakiem selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta Bapak/Ibu Wakil

Dekan I, II, dan III, para staff TU, Staff Akademik, dan Karyawan FST

lainnya.

5. Bapak Akhmad Mahbubi selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu Rizki

Adi Puspita selaku Sekretaris Prodi Agribisnis yang bersedia memberikan

arahan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi. Serta membantu

pengurusan berkas persyaratan seminar hingga sidang.

6. Seluruh dosen di Program Studi Agribisnis yang telah memberikan bimbingan

dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan selama perkuliahan. Semoga ilmu

tersebut bisa bermanfaat dan menjadi bekal penulis untuk diaplikasikan di

dalam kehidupan sehari-hari.

7. Bapak Harjismi Yendra, selaku Pengelola Kebun Bibit dan Laboratorium

Kultur Jaringan Lebak Bulus Jakarta. Bapak Adji Suprono, Ibu Ida Nursida,

Ibu Nurhayati dan Ibu Safwarina serta seluruh karyawan yang telah

viii
memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan hiburannya selama penulisan

skripsi.

8. Doni Nurdiawan dan Tri Asih Anjani yang telah memberikan semangat,

motivasi, bantuan, serta sudah menjadi pendengar setia semua keluh kesah

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman Agribisnis 2015 yang saling mendoakan untuk penyelesaian

skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik

secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu memberikan

semangat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis

mohon maaf atas segala kekurangannya. Apabila ada kritik membangun maupun

saran untuk perbaikkan dari seluruh pembaca tentu akan bermanfaat. Penulis pun

berharap hasil penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya

bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Manfaat sebagai penambah

wawasan dan ilmu pengetahuan serta dampak positif lainnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Mei 2021

Penulis

ix
ABSTRAK

Rika Aulia, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
(Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus, Jakarta
Selatan). Di bawah bimbingan Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah.

Anggrek merupakan tanaman bunga abadi, yang banyak digemari


masyarakat. Banyak perusahaan yang membudidayakan bibit anggrek. Kebun
Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus salah satunya yang
melakukan teknik perbanyakan bibit anggrek secara kultur jaringan. Dengan
teknik tersebut diharapkan mampu menyumbang peningkatan tanaman hias
khususnya bibit anggrek. Kebun Bibit Lebak Bulus mempunyai 5 jenis bibit
tanaman anggrek, yaitu bibit anggrek dendrobium dalam botol (seedling), bibit
anggrek kompotan, bibit anggrek individu pot 8 cm, anggrek dendrobium pot 15
cm, dan anggrek dendrobium pot 20 cm dan menjual bibitnya berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 404 tahun 2015. Faktor biaya adalah faktor
yang begitu penting bagi perusahaan karena sebagian besar konsumen akan
memilih produk yang bermutu tinggi dengan harga yang lebih murah. Oleh karena
itu, diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produksi yang tepat guna
membantu perusahaan dalam memperkirakan harga jual per bibit yang diproduksi.
Metode perhitungan harga pokok produksi yang bisa membantu adalah dengan
metode Full Costing dan Variable Costing.
Hasil penelitian menunjukkan besar biaya yang dikeluarkan untuk
produksi bibit anggrek dendrobium di Kebun Bibit Lebak Bulus adalah sebesar
Rp. 1.174.600.679,-. dengan rincian untuk biaya produksi bibit tanaman anggrek
dendrobium dalam botol sebesar Rp. 229.763.679-, bibit tanaman anggrek
dendrobium kompotan sebesar Rp. 63.991.667,- bibit tanaman anggrek
dendrobium individu pot 8 cm sebesar Rp. 109.001.333,- bibit tanaman anggrek
dendrobium pot 15 cm sebesar Rp. 313.538.667,- dan bibit tanaman anggrek
dendrobium pot 20 cm sebesar Rp. 458.305.333. Harga pokok produksi bibit
anggrek dendrobium botolan dengan metode full costing Rp. 22.976-, dan
variable costing Rp. 15.012 -, pada saat terjadi kenaikan produksi. Harga pokok
produksi bibit anggrek dendrobium kompotan dengan metode full costing Rp.
9.998 -, dan variable costing Rp. 7.181 -, pada saat terjadi kenaikan produksi.
Harga pokok produksi bibit anggrek dendrobium individu pot 8 cm dengan
metode full costing Rp. 1.397 -, dan variable costing Rp. 1.061 -, pada saat terjadi
kenaikan produksi. Harga pokok produksi anggrek dendrobium 15 cm dengan
metode full costing Rp. 8.383 -, dan variable costing Rp. 7.247 -, pada saat terjadi
kenaikan produksi. Harga pokok produksi anggrek dendrobium 20 cm dengan
metode full costing Rp. 20.908 dan variable costing Rp. 19.141-, pada saat terjadi
kenaikan produksi.

Kata kunci: Harga Pokok Produksi, Full Costing Variable Costing, Anggrek
Dendrobium

x
DAFTAR ISI

Halaman

DARTAR ISI .................................................................................................... xi

DARTAR TABEL ............................................................................................ xv

DARTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DARTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga Pokok Produksi ...................................................................... 7


2.2 Biaya dan Klasifikasinya .................................................................. 8
2.3 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi ........................................ 12
2.3.1 Full Costing ............................................................................. 12
2.3.2 Variable Costing ..................................................................... 13
2.4 Anggrek ............................................................................................. 14
2.4.1 Morfologi Tanaman Anggrek ................................................. 15
2.4.2 Ekologi Anggrek ..................................................................... 17
2.5 Cara Perbanyakan Tanaman Anggrek ............................................... 18
2.6 Kultur Jaringan .................................................................................. 18
2.6.1 Sejarah Kultur Jaringan ........................................................... 18
2.6.2 Dasar Pengertian Kultur Jaringan ........................................... 19
2.6.3 Tahapan Perbanyakan Anggrek Secara Kultur Jaringan ......... 23
2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 29
2.8 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 33


3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 33
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 33
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 34
3.4.1 Metode Full Costing ............................................................... 35
3.4.2 Metode Variable Costing ........................................................ 35
3.6 Definisi Operasional .......................................................................... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Kebun Bibit Lebak Bulus ........................... 38


4.2 Sejarah Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus ....................... 38
4.3 Visi dan Misi Kebun Bibit Lebak Bulus ............................................ 39
4.4 Sarana dan Prasarana Kebun Bibit Lebak Bulus .............................. 40
4.5 Tugas dan Fungsi Organisasi Kebun Bibit Lebak Bulus ................... 40
4.6 Komoditi yang diusahakan................................................................. 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam Produksi ................................. 43


5.1.1 Penggunaan Biaya Variabel .................................................... 43
5.1.1.1 Biaya Bahan Baku .......................................................... 44
5.1.1.2 Tenaga Kerja ................................................................... 49
5.1.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung ........................................ 51
5.1.2.1 Biaya Peralatan Produksi ................................................ 51
5.1.2.2 Biaya Penyusutan Bangunan ........................................... 57
5.1.2.3 Biaya Lainnya ................................................................. 58
5.2 Produksi dan Pendapatan .................................................................. 59
5.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode
Full Costing ...................................................................................... 62
5.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium dalam Botol dengan Metode
Full Costing ............................................................................. 62
5.3.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Kompot dengan Metode
Full Costing.............................................................................. 64
5.3.3 Perhitumgan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman

xii
Anggrek Dendrobium Individu dengan Metode
Full Costing ............................................................................. 66
5.3.4 Perhitumgan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 15 cm dengan Metode
Full Costing.............................................................................. 68
5.3.5 Perhitumgan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 20 cm dengan Metode
Full Costing ............................................................................. 70
5.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode
Variable Costing ............................................................................... 72
5.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium dalam Botol dengan Metode
Variable Costing ..................................................................... 72
5.4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Kompot dengan Metode
Variable Costing ...................................................................... 75
5.4.3 Perhitumgan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Individu dengan Metode
Variable Costing ..................................................................... 78
5.4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 15 cm dengan Metode
Variable Costing ...................................................................... 80
5.4.5 Perhitumgan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 20 cm dengan Metode
Variable Costing ..................................................................... 83
5.5 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium antara Metode Full Costing
dan Variable Costing ......................................................................... 85
5.5.1 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium dalam Botol antara Metode
Full Costing dan Variable Costing .......................................... 86
5.5.2 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Kompot antara Metode
Full Costing dan Variable Costing ........................................... 86
5.5.3 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Individu antara Metode
Full Costing dan Variabel Costing .......................................... 87
5.5.4 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 15 cm antara Metode
Full Costing dan Variable Costing .......................................... 88
5.5.5 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman
Anggrek Dendrobium Pot 20 cm antara Metode
Full Costing dan Variable Costing .......................................... 89

xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 92


6.2 Saran ................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi Tanaman Hias di Indonesia (Tangkai) ......................................... 2

2. Pesaing Penjual Tanaman Anggrek Dendrobium ........................................ 4

3. Daftar Harga Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Berdasarkan SK ............................................................................................ 4

4. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


dalam Botol pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus .......................................................................................................... 44

5. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Kompot pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus ........................ 45

6. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Individu Pot 8 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus .......................................................................................................... 46

7. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 15 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus .......................................................................................................... 47

8. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 20 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus .......................................................................................................... 48

9. Total Biaya Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus .................................... 48

10. Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Bibit Tanaman Anggrek


pada Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus Tahun 2019 ............................................................................. 49

11. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Botolan Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 52

12. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Kompot Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 53

xv
13. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium
Individu Pot Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 54

14. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 15 cm Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 54

15. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 20 cm Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 55

16. Total Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus .................................... 55

17. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Botolan Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur
Jaringan Lebak Bulus Tahun 2019 ........................................................... 56

18. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Individu Pot, Pot 15 cm, dan Pot 20 cm Kebun
Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus Tahun 2019 ......... 57

19. Biaya Penyusutan Bangunan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak
Bulus Tahun 2019 ..................................................................................... 57

20. Biaya Lain Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pada Kebun Bibit Lebak Bulus ................................................................... 58

21. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


dalam Botol pada Kebun Bibit Lebak Bulus ............................................... 60

22. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus ..................................................... 60

23. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Individu Pot pada Kebun Bibit Lebak Bulus .............................................. 61

24. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 15 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus .................................................. 61

25. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 20 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus .................................................. 62

26. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek

xvi
Dendrobium dalam Botol pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing ........................................................................ 63

27. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


dalam Botol pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Full Costing ................................................................................................. 64

28. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kompot pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing ........................................................................ 65

29. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Full Costing ................................................................................................. 66

30. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Individu Pot pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing ........................................................................ 67

31. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Individu Pot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Full Costing ................................................................................................. 68

32. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 15 cm pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing ........................................................................ 69

33. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 15 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Full Costing ................................................................................................. 70

34. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 20 cm pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing ........................................................................ 71

35. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 20 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Full Costing ................................................................................................. 72

36. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium dalam Botol pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Variable Costing................................................................. 74

37. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


dalam Botol pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Variable Costing ......................................................................................... 75

xvii
38. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Kompot pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Variable Costing................................................................. 76

39. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Variable Costing ......................................................................................... 77

40. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Individu Pot pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Variable Costing................................................................. 79

41. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Individu Pot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Variable Costing ......................................................................................... 80

42. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 15 cm pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Variable Costing................................................................. 81

43. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 15 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Variable Costing ......................................................................................... 82

44. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 20 cm pada Kebun Bibit dan Lebak Bulus
dengan Metode Variable Costing................................................................. 84

45. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium


Pot 20 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode
Variable Costing ......................................................................................... 85

46. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium dalam Botol per Produksi Tahun 2019 dengan
Penambahan Produksi Sebanyak 10.000 Botol ............................................ 86

47. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kompot per Produksi Tahun 2019 dengan
Penambahan Produksi Sebanyak 6.400 Kompot ......................................... 87

48. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Individu per Produksi Tahun 2019 dengan
Penambahan Produksi Sebanyak 78.000 Individu Pot................................. 88

49. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 15 cm per Produksi Tahun 2019 dengan

xviii
Penambahan Produksi Sebanyak 37.400 Pot ............................................... 88

50. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 20 cm per Produksi Tahun 2019 dengan
Penambahan Produksi Sebanyak 21.920 Pot ............................................... 89

xix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 32

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 96

2. Biaya Penyusutan Mesin Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus Tahun 2019 .......................... 98

3. Biaya Penyusutan Fasilitas Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus Tahun 2019.......................... 99

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang terdiri dari subsektor tanaman

pangan, subsektor kehutanan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan,

subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Subsektor hortikultura terdiri dari

beberapa komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-

obatan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Tanaman hias merupakan tumbuhan yang biasa ditanam masyarakat

sebagai hiasan di dalam rumah, halaman rumah, atau taman-taman umum.

Tanaman hias atau florikultura saat ini sudah menjadi gaya hidup di masyarakat.

Selain untuk memperindah lingkungan tanaman hias juga telah banyak

dimanfaatkan oleh beberapa industri. Ketertarikan masyarakat akan tanaman hias

ini menjadikan agribisnis tanaman hias memiliki prospek yang sangat baik di

masa mendatang. Salah satu tanaman hias di Indonesia yang banyak digemari

adalah anggrek.

Anggrek merupakan tanaman bunga abadi, yang dapat diartikan

keberadaannya tidak mengenal musim dan banyak digemari masyarakat sepanjang

zaman. Tidak heran jika para ilmuwan dan pengemar anggrek terus melakukan

penyilangan dari berbagai spesies atau berbagai jenis anggrek yang tujuannya

untuk menghasilkan anggrek varietas baru dengan bunga yang lebih menarik dan

indah (Parnata, 2005 : 7).

1
Jenis dan varietas anggrek sangat banyak, meskipun begitu tidak ada satu

pun jenis anggrek yang pertumbuhannya merugikan tanaman lain (parasit).

Berdasarkan tempat tumbuhnya, anggrek sering dibagi menjadi empat kelompok,

yaitu epifit, semi epifit, terrestrik, dan semi terrestrik. Dari banyaknya jenis dan

varietas anggrek sebagian besar tumbuh secara epifit (Andiani, 2018 : 1-2).

Selain banyak jenis dan varietasnya, produksi anggrek di Indonesia juga

menunjukan angka yang cukup besar. Data produksi anggrek dari tahun 2015

sampai 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Tanaman Hias di Indonesia (Tangkai)

Tahun Total
Komoditas Produksi
2015 2016 2017 2018 (2015-2018)
Anggrek 21,514,789 19,978,078 20,045,577 24,717,840 86,256,284
Anthurium 2,837,074 1,760,610 2,625,565 5,390,417 12,613,666
Anyelir 2,185,392 1,814,485 1,672,956 1,732,585 7,405,418
Gerbera 7,118,774 5,412,790 14,751,610 26,608,911 53,892,085
Gladiol 2,552,060 1,008,758 1,412,553 2,341,720 7,315,091
Heliconia 1,272,012 1,088,191 1,385,870 1,583,467 5,329,540
Krisan 442,698,194 433,100,145 480,685,420 488,176,610 1,844,660,369
Mawar 188,302,152 181,884,630 184,455,598 202,065,050 756,707,430
Sedap
Malam 116,687,423 117,094,086 112,289,567 116,909,674 462,980,750
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019)

Berdasarkan Tabel 1. Empat besar produksi tanaman hias di Indonesia dari

tahun 2015 – 2018 ditempati oleh tanaman hias krisan yang menempati urutan

pertama dengan total produksi 1.844.660.369 tangkai atau 461.165.095,25 tangkai

pertahunnya. Tanaman mawar menempati urutan kedua dengan total produksi

756.707.430 tangkai atau 189.178.857,5 tangkai per tahunnya. Tanaman sedap

malam menempati urutan ketiga dengan total produksi 462.980.750 tangkai atau

2
115.745.187,5 tangkai per tahunnya. Sedangkan produksi anggrek jumlahnya

menempati urutan keempat dengan total produksi 86.256.284 tangkai atau

21.564.071 tangkai per tahunnya.

Banyaknya perusahaan yang membudidayakan bibit anggrek, tentu saja

akan berdampak pada peningkatan produksi bibit anggrek itu sendiri. Kebun Bibit

dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus adalah salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) kultur jaringan yang sadar akan arti penting penelitian dalam upaya

penciptaan produk benih yang berdaya saing. UPT dengan 15 pegawai ini

melakukan teknik perbanyakan bibit anggrek secara kultur jaringan. Dengan

teknik tersebut diharapkan mampu menyumbang peningkatan bibit tanaman hias,

khususnya bibit anggrek.

Menurut Parnata (2005 : 118) bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan

memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya, sehingga cocok untuk

mengembangkan anggrek yang lebih berkualitas. Dengan semakin

berkembangnya perbenihan pada saat ini, telah menimbulkan persaingan industri

yang semakin ketat yang mendorong perusahaan agar mampu bersaing dengan

perusahaan lainnya dalam industri perbenihan dimana kebutuhan benih di dunia

industri amat diperlukan. Untuk menghadapi hal ini maka perusahaan harus dapat

mengatur strategi yang tepat agar dapat mempertahankan atau bahkan

meningkatkan posisinya ditengah persaingan yang sedang terjadi.

Kebun Bibit Lebak Bulus mempunyai beberapa pesaing dalam

memproduksi bibit tanaman anggrek. Pesaing tersebut menjadikan Kebun Bibit

Lebak Bulus sebagai alternatif jika kekurangan dalam memproduksi bibit anggrek

3
yang kemudian dijual kembali ke pasaran. Berikut beberapa pesaing yang menjual

tanaman anggrek dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pesaing Penjual Tanaman Anggrek Dendrobium

Tempat Jenis Anggrek Harga


H. Wagiman - Botolan Rp. 25.000
- Kompot Rp. 50.000 – Rp. 80.000
- Individu Rp. 7.000 – Rp. 8.000
- Berbunga Rp. 24.000
Eka Karya - Individu Rp. 12.000 – Rp. 18.000
- Berbunga Rp. 28.000
H. Sarja - Individu Rp. 12.000 – Rp. 18.000
- Berbunga Rp. 26.000 – Rp. 45.000
Darno - Individu Rp. 22.000
- Berbunga Rp. 24.000 – Rp.28.000
Taman Anggrek - Individu Rp. 12.000
Ragunan - Berbunga Rp. 30.000 – Rp. 75.000
Sumber: Data Primer

Kebun Bibit Lebak Bulus menjual bibitnya berdasarkan Surat Keputusan

Kepala Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No. 404 tahun 2015. Kebun Bibit Lebak Bulus dan pesaingnya

yang mempunyai harga lebih tinggi dengan margin harga hampir sebesar Rp.

10.000. Daftar harga tanaman anggrek bisa dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Harga Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Berdasarkan SK.

Jenis Tanaman Spesifikasi Harga Satuan (Rp)


Bibit Anggrek Sehat, subur, bebas hama dan
Dendrobium Kompotan penyakit, dalam pot ukuran 15 cm Rp. 20.000/pot
Bibit Anggrek Sehat, subur, bebas hama dan
Dendrobium penyakit, dalam pot ukuran:
- Diameter 8 cm Rp. 5.000/pot
- Diameter 15 cm Rp. 15.000/pot
- Diameter 20 cm Rp. 25.000/pot
Bibit Anggrek Seedling Sehat, subur, bebas hama dan Rp. 25.000/Botol
Botol penyakit, dalam botol saos
Sumber : Kebun Bibit Lebak Bulus (2019)

4
Faktor biaya adalah faktor yang begitu penting bagi perusahaan karena

sebagian besar konsumen akan memilih produk yang bermutu tinggi dengan harga

yang lebih murah. Perusahaan harus memaksimalkan pemakaian sumber daya

yang dimiliki agar dapat berproduksi secara optimal, meminimumkan

pemborosan, dan melakukan proses produksi yang efisien dan efektif sehingga

dengan begitu akan dapat ditentukan nilai dari suatu produk yang lebih baik dari

sebelumnya yang sesuai dengan keadaan pasar dan perusahaan itu sendiri.

Biaya produksi yang tinggi akan berpengaruh pada harga pokok produksi

yang tinggi pula yang pada akhirnya akan berdampak pada harga jual bibit, begitu

juga sebaliknya biaya produksi yang rendah akan berpengaruh pada harga pokok

produksi yang rendah pula yang pada akhirnya akan berdampak pada harga jual

bibit. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produksi

yang tepat guna membantu perusahaan dalam memperkirakan harga jual per bibit

yang diproduksi. Metode perhitungan harga pokok produksi yang bisa membantu

adalah dengan metode Full Costing dan Variable Costing.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dianalisis

adalah:

1. Berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk produksi bibit anggrek di Kebun

Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus?

2. Berapa harga pokok produksi bibit anggrek dengan menggunakan metode

Full Costing, dan Variable Costing?

5
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis besar biaya untuk produksi bibit anggrek di Kebun Bibit dan

Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus

2. Menganalisis penetapan harga pokok produksi bibit anggrek dengan

menggunakan metode Full Costing, dan Variable Costing.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pihak perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan,

strategi dan pengambilan keputusan untuk penetapan harga pokok produksi

yang berguna untuk pengendalian biaya, serta untuk memperkirakan harga

jual per satuan bibit yang diproduksi.

2. Mahasiswa, sebagai bahan literatur guna melakukan studi lain tentang

agribisnis. bibit anggrek khususnya harga pokok produksi

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas harga pokok produksi untuk bibit tanaman

anggrek dendrobium, tidak membahas harga pokok pesanan maupun melakukan

perbandingan dengan perusahaan sejenis. Selain itu, penelitian ini tidak dapat

dipakai pada perusahaan yang berada pada pasar yang bersifat persaingan

sempurna dimana harga ditentukan oleh mekanisme pasar.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga Pokok Produksi

Menurut Muhadi dan Siswanto (2001: 10) harga pokok produksi yaitu

biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi (produk) dalam

perusahaan manufaktur. Menurut Mulyadi (2009) yang dimaksud harga pokok

adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan

bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk bahan jadi).

Menurut Mulyadi (2009 : 16), dalam pembuatan produk terdapat dua

kelompok biaya: biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi

merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi

produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi

dan umum.

Menurut Mulyadi (2009 : 65) dalam perusahaan yang berproduksi massa,

informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu

bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk..

2. Memantau realisasi biaya produksi.

3. Menghitung laba atau rugi periodik

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

7
2.2 Biaya dan Klasifikasinya

Menurut Kandou (2018 : 11) biaya adalah pengorbanan atau pemakaian

sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang baik yang telah terjadi maupun

yang akan terjadi, untuk mencapai tujuan tertentu, konkritnya untuk menghasilkan

produk, baik barang atau jasa. Menurut Lestari dan Permana (2017 : 14) biaya

(cost) adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di mana

mendatang bagi organisasi. Ekuivalen kas adalah sumber non kas yang dapat

ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sedangkan menurut Dewi,

Kristanto dan Dermawan (2015 : 10) biaya adalah sumber daya yang dikorbankan

atau dilepas untuk mencapai tujuan tertentu di masa depan. Dari penjelasan

mengenai definisi biaya di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah kas yang

dikorbankan untuk memberikan manfaat saait ini dan masa yang akan datang.

Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau

non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Klasifikasi biaya

tergantung pada tipe perusahaan yang bersangkutan. Oleh sebab itu perlu juga

mengetahui ciri-ciri biaya dari berbagai perusahaan industri, dagang dan jasa.

Biaya-biaya secara umum dapat di klasifikasikan. Menurut Mulyadi (2005 : 14)

sesuai dengan klasifikasinya maka biaya digolongkan dengan beberapa cara

sebagai berikut:

8
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya, misalnya nama

objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang

berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu : fungsi produksi,

fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam

perusahaan manufaktur, biaya di kelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek

pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi :

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik

(factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenega kerja

langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut dengan

istilah biaya konversi (convertion cost) yang merupakan biaya untuk

mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk. Contohnya adalah : biaya iklan, biaya promosi, biaya

angkutan dari gudang ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian

yang melaksanakan kegiatan pemasaran.

9
c. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh

biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi

personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan

dan biaya fotocopy.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam

hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat di kelompokan

menjadi dua golongan, yaitu :

a. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai

itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

b. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan

untuk sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya

dengan produk disebut dengan biaya produksi tidak langsung atau biaya

overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk

tertentu.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan

volume kegiatan

10
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat

digolongkan menjadi :

a. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya Semi variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur

biaya tetap dan biaya variabel.

c. Biaya Semi fixed

Biaya semifixed adalah biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah total produksinya tetap dalam

kisaran volume kegiatan tertentu. Contohnya dari biaya tetap adalah

biaya gaji.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu

periode akuntansi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk

11
pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk

promosi besar-besaran, pengeluaran untuk riset dan pengembangan

produk.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat

dalam periode akuntasi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat

terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan

dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya

tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan,

biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

2.3 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Menurut Garrison dan Brewer (2006 : 56) metode penentuan harga pokok

produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok

produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu

Full Costing, dan Variable Costing.

2.3.1 Full Costing

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok

produksi, harga pokok produksi yang dihitung dengan metode full costing terdiri

dari unsur harga pokok produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel,

ditambah dengan biaya non-produksi yaitu biaya pemasaran dan biaya

12
administrasi dan umum. Metode full costing baik digunakan karena dapat

membantu manajemen dalam membuat keputusan jangka panjang. Selain itu

metode full costing mempunyai keunggulan dibandingan dengan metode variable

costing karena dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan.

2.3.2 Variable Costing

Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel.

Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode variable

costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya non

produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum

variabel) dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,

biaya administrasi dan umum tetap). Metode variable costing baik digunakan

hanya untuk mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat

digunakan untuk mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat

karena hanya memperhitungka biaya variabel saja.

Kelebihan dari kedua metode ini adalah mudah diterapkan, mudah diaudit

dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini tidak

banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan biaya

overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan auditor

untuk melakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah lama

13
diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap

sistem ini.

Kelemahan dari kedua metode ini adalah secara potensial medistorsi biaya

produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada

produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan konsumsi

sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya

produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya overhead

semakin besar distorsi biaya juga semakin besar (Mulyadi, 2005:17)

2.4 Anggrek

Anggrek adalah nama umum untuk menyebut semua jenis tumbuhan

famili Orchidaceae (keluarga anggrek-anggrekan). Famili ini merupakan salah

satu grup terbesar di antara tumbuhan bunga-bungaan lainnya. Diperkirakan di

seluruh dunia terdapat sekitar 15.000 – 20.000 spesies anggrek dengan 900 genus

(marga) yang tumbuh endemik di hutan-hutan yang tersebar di 750 negara. Dari

seluruh spesies anggrek di dunia, 5.000 spesies di antaranya ada di Indonesia.

Secara garis besar klasifikasi tanaman anggrek terbagi atas 5 subfamili, 16 tribe

(suku) dan 28 subtribe (Redaksi Agromedia, 2006:1).

Menurut Andiani (2018:1) anggrek sering dibagi menjadi empat kelompok

berdasarkan bagaimana anggrek ini mendapatkan nutrisinya.

1. Epifit, yaitu anggrek yang tumbuh dan menumpang pada pohon lain tanpa

merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan sinar matahari yang cukup.

14
2. Litofit, yaitu anggrek yang tempat tumbuhnya berada pada tanah berbatu dan

lebih menyukai sinar matahari secara langsung.

3. Saprofit, yaitu anggrek yang tempat tumbuhnya mengandung humus atau

dedaunan kering dan hanya membutuhkan sedikit sinar matahari.

4. Terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan sinar matahari sangat

berperan penting sebagai stimulan pertumbuhan bunga ini.

2.4.1 Morfologi Tanaman Anggrek

Menurut Redaksi Agromedia (2006 : 2) seperti jenis tanaman pada

umumnya, struktur tanaman anggrek juga terdiri dari akar, batang, daun dan

bunga. Sifat-sifat khas tanaman dari famili anggrek-anggrekan terlihat jelas pada

akar, batang, daun bunga, dan bijinya.

1. Akar

Tanaman anggrek memiliki akar yang lunak dan mudah patah. Bagian

ujungnya meruncing, agak lengket dan licin saat dipegang. Dalam keadaan

kering, akan tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian

ujungnya saja yang berwarna hijau atau tampak keunguan. Akar yang sudah

tua akan berwarna coklat tua dan kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu

lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta

merupakan lapisan pelindung pada saluran akar.

2. Batang

Pola pertumbuhan batang anggrek ada dua, yaitu tipe monopodial (satu

batang) dan tipe simpodial (berumpun). Umumnya anggrek tipe monopodial

memiliki batang tunggal dengan pertumbuhan ujung batang lurus dan tidak

15
terbatas. Sedangkan pada tipe simpodial, pertumbuhan ujung batang anggrek

terbatas dan akan berhenti setelah mencapai maksimal untuk selanjutnya akan

tumbuh anakan baru berupa rhizone induk.

3. Daun

Daun anggrek muncul pada ruas-ruas batang dengan posisi berhadapan atau

berpasangan. Bentuk daun anggrek tergantung varietasnya masing-masing.

Ada anggrek yang memiliki daun bulat berbentuk kecil memanjang, ada juga

yang memiliki daun bulat lebar. Anggrek yang memiliki daun lebar biasanya

lebih cepat berbunga karena proses fotosintesisnya juga berlangsung lebih

cepat. Hasil dari fotosintesis yang berupa makanan akan dipakai untuk

mempercepat proses pembungaan.

4. Bunga

Bunga anggrek dapat tumbuh di ujung tanaman atau terbentuk diantara helai

daun. Bunga anggrek tersusun atas bagian sepal (daun kelopak bunga), petal

(daun mahkota bunga), pollinia atau polen (alat kelamin jantan), dan ovari

(bakal buah).

Selain bentuk dan warna yang beragam, bunga anggrek juga memiliki variasi

dengan jumlah kuntumnya. Beberapa karakteristik yang dimiliki anggrek :

a. Mempunyai tiga sepal, sepal bagian atas disebut sepal dorsa, sedangkan

dua lainnya disebut sepal lateral.

b. Mempunyai tiga petal yang letaknya berselang seling dengan daun kelopak

bunga. Salah satu dari petal yang terletak di bawah berbentuk seperti lidah

16
yang disebut labellum (bibir bunga, membuat bentuk bunga menjadi serasi

(antara kiri dan kanan).

c. Putik dan benang sari (bagian jantan dan betina) terdapat pada satu bagian

yang disebut column.

d. Tepung sari terdapat pada satu tempat yang disebut pollinia.

5. Buah

Buah anggrek berbentuk kapsul yang terbelah enam bagian. Ujung buah

anggrek merupakan tempat menempelnya daun buah yang juga merupakan

tempat munculnya biji. Biji anggrek tidak memiliki endosperm sehingga

untuk perkecambahannya membutuhkan gula dan senyawa lain dari

lingkungannya.

2.4.2 Ekologi Anggrek

Tanaman anggrek tersebar luas dari daerah tropis sampai daerah subtropis.

Umumnya tumbuh subur di daerah dataran sedang yang memiliki suhu siang hari

rata-rata 25o C dan suhu kelembapan udara sekitar 65 – 70%. Tingginya tingkat

kelembaban untuk anggrek ini berfungsi untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya proses penguapan pada siang hari. Sedangkan untuk malam hari tingkat

kelembaban untuk anggrek tidak boleh terlalu tinggi, sebab hal ini akan

mengakibatkan terjadinya busuk akar pada tunas-tunas muda. Untuk pertumbuhan

tanaman anggrek, keasaman media (Ph) yang baik adalah berkisar antara 5 – 6.

Sedangkan kebutuhan setiap varietas tanaman anggrek terhadap intensitas

penyinaran matahari berbeda-beda. Ada anggrek yang hanya toleran terhadap

17
sinar matahari di bawah 50% dan ada pula yang toleran terhadap cahaya penuh

dari matahari (Agromedia, 2006 : 5)

2.5 Cara Perbanyakan Tanaman Anggrek

Tanaman anggrek umumnya dapat diperbanyak secara generatif maupun

vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan melalui biji yang

didahului dengan proses penyerbukan bunga, sedangkan perbanyakan secara

vegetatif untuk anggrek dapat dilakukan melalui stek batang, pembelahan

rumpun, kultur jaringan dan keiki (anakan yang keluar dari ruas tanaman yang

berada agak jauh dari pangkal tanaman). Masing-masing jenis anggrek tentu

memiliki bagian vegetatif yang cocok untuk diperbanyak.

2.6 Kultur Jaringan

2.6.1 Sejarah Kultur Jaringan

Perkembangan kultur jaringan dimulai dari tahun 1838 ketika Schwan dan

Schleiden menggunakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel bersifat

otonom dan pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap.

Teori yang dikemukakan ini merupakan dasar dari pretekulasi Heberlandt pada

awal abad ke-20 yang menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat diisolasi dan

dikultur hingga berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan

manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya.

Keberhasilan aplikasi kultur jaringan sebagai sarana memperbanyak

tanaman secara vegetattif pertama ali dilaporkan oleh White tahun 1934, yakni

melalui kultur akar tanaman tomat. Setelah perang dunia II, perkembangan kultur

18
jaringan sangat cepat dan menghasilkan berbagai penelitian yang memiliki arti

penting bagi dunia pertanian, kehutanan, dan hortikultura yang telah

dipublikasikan (Zulkarnain, 2009 : 35). Kultur jaringan dalam bahasa asing

disebut sebagai tissue culture yang sampai saat ini digunakan sebagai istilah

umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang

umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur disebut juga kultur in vitro yang

artinya adalah kultur di dalam gelas.

2.6.2 Dasar Pengertian Kultur Jaringan

Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang

mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan artinya suatu

teknik isolasi bagian-bagian tanaman seperti jaringan, organ, ataupun embrio, lalu

dikultur pada medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut

mampu beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman baru yang lengkap dan

mempunyai sifat seperti induknya (Sandra, 2003 : 1). Tujuan pokok dari

perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah memproduksi tanaman

dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat, terutama untuk varietas-

varietas unggul yang baru dihasilkan (Sandra, 2003 : 2).

Menurut Zulkarnain (2009 : 38) sebagai salah satu teknik perbanyakan

tanaman, kultur jaringan memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. Perbanyakan secara cepat.

Teknik kultur jaringan setiap sel dapat diinduksi untuk beregenerasi menjadi

individu tanaman lengkap dengan sifat genetik yang identik satu sama lain.

Pada kultur organ, pucuk-pucuk in vitro dapat disubkultur untuk pengadaan

19
lebih lanjut sehingga dalam waktu singkat akan dihasilkan individu tanaman

dalam jumlah besar.

2. Keseragaman genetik.

Prosedur kultur jaringan bersifat vegetatif maka rekombinasi acak dari

karakter genetik terjadi pada perbanyakan seksual (melalui biji) dapat

dihindarkan. Oleh karena itu, tanaman yang dihasilkan secara genetik akan

identik dengan induknya.

3. Kondisi aseptik.

Proses kultur in vitro ini menggunakan kondisi aseptik sehingga kultur

jaringan tanaman dapat menyediakan bahan tanaman bebas patogen dalam

jumlah besar. Walaupun demikian, kultur jaringan bisa memiliki partikel

virus di dalam kultur yang sehat. Namun, teknik kultur jaringan dapat

meregenerasikan tanaman bebas virus, yakni menggunakan kultur meristem.

4. Seleksi tanaman.

Seringkali variasi genetik terdapat di dalam kultur normal. Variasi genetik

tersebut dapat diperoleh dengan menginduksi bahan eksplan menggunakan

perlakuan kimiawi ataupun fisik. Begitu diperoleh populasi yang beragam

secara genetik, maka terdapat peluang untuk menyeleksi genotip-genotip

superior tanaman.

5. Stok tanaman mikro.

Kualitas dan kondisi tanaman induk atau sumber bahan dapat berpengaruh

nyata terhadap keberhasilan upaya perbanyakan tanaman melalui kultur

jaringan. Oleh karena itu, stok tanaman induk dapat dipelihara secara in vitro

20
dan sejumlah stok mikro dapat diperoleh selanjutnya diperakaran di dalam

sistem in vitro.

6. Lingkungan terkendali.

Teknik kultur jaringan sangat sesuai untuk diterapkan bila diinginkan

pemeliharaan tanaman di bawah kondisi lingkungan terkendali, baik sebagai

tanaman induk untuk kebutuhan kultur ataupun tanaman untuk induksi

perakaran pada spesies yang berakar.

7. Pelestarian plasma nutfah.

Kebutuhan akan ruang yang kecil dan mudahnya menciptakan keadaan yang

sesuai, menjadikan kultur in vitro sebagai suatu cara yang praktis untuk upaya

pelestarian plasma nutfah

8. Produksi tanaman sepanjang tahun

Melalui teknik kultur jaringan terbuka untuk memperbanyak tanaman di

sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan, teknik kultur jaringan tidak tergantung

dengan musim.

9. Memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara konvensional.

Melalui teknik kultur jaringan, tanaman yang sulit diperbanyak secara

konvensional dapat diatasi dengan manipulasi terhadap lingkungan kultur,

misalnya dengan perlakuan hormon, cahaya, suhu atau dengan menggunakan

bahan eksplan yang memiliki daya meristematik tinggi.

Kultur jaringan juga mempunyai kelemahan yaitu, memerlukan investasi

awal yang relatif besar, seperti pembuatan laboratorium dan peralatan lainnya.

Seleain itu, membutuhkan keterampilan, pengetahuan dan ketekunan, sehingga

21
tidak semua orang bisa melakukannya. Adapun dalam kegiatan kultur jaringan

tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan jadi

penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur jaringan yang dilakukan.

Gangguan kultur jaringan dapat muncul dari bahan yang di tanam dari lingkungan

kultur maupun dari manusianya.

Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada

pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi cara

mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu

muncul. Adapun masalah dan pencegahan yang terjadi dalam kultur jaringan

yaitu:

1. Kontaminasi

Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan

kultur jaringan. Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut

dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri dan jamur).

Pencegahan:

a. Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur

jaringan.

b. Yakinkan bahwa proses sterilisasi media dilakukan secara baik dan

benar.

2. Vitrifikasi

Vitrifikasi adalah suatu istilah masalah pada kultur jaringan yang ditandai

oleh:

a. Munculnya pertumbuhan tidak normal, pendek atau kerdil

22
b. Pertumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter.

Pencegahan:

a. Menaikan jumlah agar dan sukrosa

b. Menambahkan pektin ke dalam media

c. Memindahkan kultur pada suhu 25oC selama 15 hari

d. Menurunkan pH menjadi 4

3. Praperlakuan

Pertumbuhan dan perkembangan dalam botol dapat dipengaruhi oleh

persyaratan kegiatan praperlakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila

kegiatan praperlakuan tidak dilakukan. Praperlakuan dilakukan umumnya

dalam rangka menghilangkan hambatan baik fisik maupun biologis.

4. Lingkungan Mikro

Masalah lingkungan mikro incubator juga tidak bisa diabaikan karena ini

juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan incubator sangat menentukan

optimalisasi pertumbuhan eksplan. Suhu yang terlalu rendah atau tinggi dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.

2.6.3 Tahapan Perbanyakan Anggrek Secara Kultur Jaringan

1. Persiapan botol-botol kultur

Botol-botol kultur yang digunakan untuk kultur anggrek biasanya

menggunakan botol saus yang ujungnya diberi tutup karet dengan satu lubang

ditengahnya. Lubang tersebut diberi tutup dengan kapas supaya sirkulasi

udara di luar dan di dalam botol dapat disaring. Sebelum botol-botol kultur

23
diisi dengan media kultur, botol dibersihkan dengan cara dicuci mengunakan

sabun cuci cair. Setelah botol-botol selesai dicuci kemudian ditempatkan pada

rak yang telah tersedia dengan cara terbalik, agar botol benar-benar bebas dari

air. Tutup-tutup yang terbuat dari karet dipersiapkan untuk menutup botol

setelah botol terisi oleh media, dan selanjutnya botol disterilkan

menggunakan autoklaf.

2. Pembuatan media kultur jaringan

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Ada dua macam media yaitu media padat dan media cair. Media padat

umumnya berupa padatan gel, nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair

adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau

dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Media yang digunakan

dalam perbanyakan tanaman anggrek baik berupa cairan maupun padatan

adalah media Vacin and Went.

3. Pemilihan bahan tanam

Sebelum melakukan pekerjaan kultur jaringan, ada beberapa tahap yang harus

diperhatikan, antara lain persiapan atau pemilihan bahan tanam (eksplan).

Eksplan merupakan faktor penentu dalam keberhasilan yang menjadi bahan

dasr dalam pembentukan kalus. Pada dasarnya semua bagian tanaman dapat

digunakan sebagai sumber bahan tanam untuk kultur jaringan. Namun tidak

semua jaringan tanaman tersebut mudah untuk ditumbuhkan. Bahan tanam

yang digunakan untuk kultur jaringan anggrek biasanya berasal dari buah

anggrek yang sudah masak. Buah anggrek dendrobium akan masak antara 2-3

24
bulan, setelah itu diambil bijinya untuk dikulturkan. Atau bisa juga dengan

bagian tanaman dewasa yang diambil jaringan yang masih muda.

Pemilihan eksplan dari biji bertujuan untuk mendapatkan keseragaman bibit

dalam jumlah besar dan waktu yang relatif singkat. Perkecambahan biji

anggrek dalam kondisi in vivo menunjukan daya kecambah dan daya tumbuh

yang rendah dibandingkan perkecambahan biji tersebut dengan kondisi in

vitro. Sedangkan pemilihan eksplan dari bagian tanaman dewasa yang

diambil jaringan yang masih muda bertujuan untuk mendapatkan tanaman

utuh yang baru dan memiliki kualitas yang sama dengan induknya. Bahan

tanam yang akan dikulturkan sebaiknya diambil dari tanaman yang sehat dan

memiliki kualitas yang bagus. Syarat-syarat eksplan yang baik adalah bebas

dari hama dan penyakit tanaman, asalkan induknya bagus, mempunyai hasil

yang bagus serta berproduksi tinggi. Dari pemilihan bahan tanam (eksplan)

ini diharapkan pula memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.

4. Sterilisasi

Sterilisasi adalah segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di

tempat yang steril, yaitu di laminar air flow dan menggunakan alat-alat yang

steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan menggunakan alkohol

yang disemprotkan secara merata pada peralataan yang digunakan. Pegawai

yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Sterilisasi bertujuan untuk

menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisme. Sterilisasi terdapat

tiga tahap, yaitu sterilisasi alat dan media, sterilisasi alat penabur, dan

sterilisasi eksplan.

25
a. Sterilisasi alat dan media

Alat-alat yang akan digunakan untuk kultur jaringan setelah dicuci dan

dikeringkan kemudian diisi media dan disterilkan didalam autoklaf

dengan suhu 120oC kurang lebih selama 20-30 menit.

b. Sterilisasi alat penabur

Sebelum digunakan untuk proses mengkultur, laminar air flow harus

disterilkan dengan disemprot menggunakan alkohol. Setelah

disemprotkan kemudian didiamkan selama 10 menit. Sebelum masukan

ke dalam laminar air flow, botol-botol yang sudah berisi media harus

disemprot atau dilap menggunakan alkohol. Dengan demikian, botol-

botol yang sudah berisi media, bahan tanam (eksplan), dan alat-a;at

lainnya serta instrumen yang digunakan dalam kultur jaringan telah

masuk ke dalam alat penabur dalam keadaan aseptik (steril)

c. Sterilisasi eksplan

Sterilisasi eksplan buah anggrek dendrobium dapat dilaksanakan dengan

cara sebagai berikut :

1) Buah yang masih utuh (belum pecah) disterilkan dengan cara

dicelupkan ke dalam alkohol.

2) Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, selanjutnya

dibakar di atas lampu spirtus.

3) Buah dimasukkan ke dalam larutan clorox sambil digoyang-goyang

selama kurang lebih 3 menit.

26
4) Selanjutnya dicuci bersih dengan aquades steril sebanyak 3-5 kali,

masing-masing selama 3 menit.

5) Buah anggrek dibelah memanjang dengan menggunakan skapel dan

biji-biji dikeluarkan dari buah kemudian ditaruh pada petridish.

6) Biji-biji anggrek siap untuk ditabur pada media yang sudah

disediakan.

5. Penanaman eksplan

Menanam atau menabur eksplan (biji anggrek dendrobium) harus dilakukan

di dalam laminar air flow dengan kondisi aseptik. Mengambil botol media

dengan membuka tutup botol dan membakar mulut botol diatas lampu spirtus.

Selanjutnya mengambil eksplan dengan pinset dan menaabur eksplan ke

dalam otol yang sudah ada medianya hingga merata. Setelah itu mulut botol

kembali dibakar dan ditutup kembali.

6. Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya

pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang

dilakukan mulai berjalan dengan baik. Eksplan yang sudah ditanam di dalam

botol yang berisi media kemudian diletakkan pada rak khusus di dalam

ruangan inkubasi yang nantinya akan diamati proses pengakarannya. Jika

eksplan sudah berkembang dengan baik dan tumbuh menjadi planlet maka

langkah selanjutnya adalah melakukan penjarangan. Penjarangan dilakukan

karena nutrisi makanan di dalam media sudah habis, sedangkan planlet masih

membutuhkan makanan untuk tumbuh menjadi tanaman utuh. Maka dari itu

27
dilakukan penjarangan dengan cara memndahkan planlet dari media lama ke

dalam media baru. Pelaksanaan penjarangan sama seperti saat menabur

eksplan di ruang penabur yang steril, serta segala peralatan yang digunakan

harus dalam keadaan aseptik. Perbedaan penjarangan dengan menabur

eksplan adalah tidak perlu melakukan sterilisasi eksplan.

7. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari kondisi lingkungan

aseptik ke lingkungan nonaseptik. Hal ini bertujuan agar planlet mampu

beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pemindahan planlet memerlukan

penanganan khusus. Akar yang terbentuk selama dalam botol mudah

terserang patogen. Selain itu, akar-akar tersebut belum berfungsi semestinya

dan masih lemah sehingga mudah mati jika ditanam di habitat aslinya yang

transpirasinya terlalu tinggi. Selain akar, daun-daun yang terbentuk selama

dalam botol belum dapat beradaptasi dengan baik karena helaiannya tipis dan

lunak serta kemampuan fotosintesisnya rendah. Tahap-tahap dalam proses

mengeluarkan bibit anggrek dari dalam botol (aklimatisasi) sebagai berikut :

a. Memilih bibit anggrek yang sudah siap untuk di keluarkan dari botol.

b. Membuka tutup botol dan masukan air bersih. langkah ini bertujuan untuk

memecah media agar bibit mudah dikeluarkan.

c. Mengeluarkan bibit dari botol dengan cara bagian batang ditarik lebih

dulu dengan kawat atau sejenisnya yang ujungnya bengkok.

d. Memcuci dan bersihkan bibit dari media agar, terutama bagian akar

dengan air bersih. apabila media agar masih melekat, maka akan dapat

28
membahayakan bibit, karena bisa menjadi tempat tumbuh jamur dan

bakteri.

e. Setelah bibit dicuci bersih, letakkan atau tiriskan diatas kertas koran

sampai tidak terlalu basah.

f. Menanam planlet dalam satu pot dengan media tanam pakis.

g. Meletakkan bibit yang sudah ditanam dalam kompot di tempat yang tidak

terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung.

h. Jika bibit anggrek sudah dapat tumbuh dengan baik dalam kompot, bibit

anggrek siap dipindahkan ke individual pot setelah usia bibit mencapai 4-

6 bulan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang menggunakan Full Costing, dan Variable Costing

sudah dilakukan oleh beberapa peneliti pada beberapa perusahaan diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2008), tentang Analisis

Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Krisan pada PT. Inggu Laut Abadi

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

kebijakan perusahaan dalam penetapan harga pokok produksi, menganalisis

penetapan harga pokok produksi bagi perusahaan. Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hanya

didasarkan pada biaya aktual yang dikeluarkan perusahan dalam periode berjalan

(satu bulan), mulai dari kegiatan pembuatan media sebagai bahan baku dalam

kultur jaringan sampai pemanenan bibit krisan yang sudah terbakar.

29
Hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan adanya perbedaan

harga pokok antara metode perusahaan dengan perhitungan harga pokok metode

full costing maupun variable costing, baik sebelum maupun sesudah kenaikan

harga bahan kimia makro dan mikro. Metode variable costing dapat menghemat

sebesar Rp. 62.297 per bibtnya, sedangkan metode full costing justru

mrnghasilkan harga pokok yang lebih besar dibanding metode perusahaan, yaitu

sebesar Rp. 10.878 per bibitnya. Metode penetapan yang tepat adalah metode

variable costing karena akan menyebabkan harga jual yang rendah pula sehingga

diharapkan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah.

Penelitian Maulidah (2011) tentang analisis penetapan harga pokok

produksi bibit tanaman rambutan (Nephelium Lappaceum, L) di Kebun Bibit

Ragunan, Jakarta Selatan. Dapat diperoleh dari hasil penelitian bahwa hasil

perhitungan antara metode Variable Costing dengan Full Costing tidak ada

perbedaan saat produksi 2000 bibit, namun terdapat perbedaan saat produksi

dinaikan menjadi 4000 bibit. Harga pokok produksi saat kenaikan produksi

bertambah 2000 menjadi 4000 bibit dengan metode Variable Costing memiliki

nilai terkecil dibandingkan dengan metode Full Costing. Metode Variable Costing

menjadi alternatif yang paling baik untuk digunakan, karena saat kenaikan

produksi hanya menghitung biaya yang bersifat variable saja, sedangkan untuk

biaya tetapnya tidak diperhitungkan.

Yulianti (2007) yang berjudul Penetapan Harga Pokok dan Zona

Fleksibilitas Harga Meises Coklat, studi kasus pada PT G di Bandung, Jawa

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penetapan harga pokok

30
produksi meises pada perusahaan dan menganalisis kisaran harga berapa yang

dapat diterima konsumen, serta menganalisis rentang harga optimum dari sisi PT

G dan pelanggannya terhadap meises coklat 818 Biru di Bandung.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perhitungan harga pokok

produksi meises coklat 818 Biru dengan menggunakan metode full costing

periode tahun 2006 lebih tinggi dari pada harga pokok produk dengan metode PT

G disebabkan karena metode full costing mengakumulasikan seluruh biaya tetap

dan biaya variabel. Analisis sensitivitas harga terhadap pelanggan dengan jumlah

pembelian kurang dari 60 dus per pesanan yaitu harga ideal meises coklat 818

Biru per dus (12,5 kg) sebesar Rp. 83.000 sampai dengan Rp. 84.000. Zona

fleksibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per

pesanan sekitar Rp. 81.671 sampai dengan Rp. 86.000.

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini mengenai penetapan harga pokok

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pada Kebun Bibit dan Laboratorium

Kultur Jaringan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Terkait dengan tujuan sosial kebun

bibit yang ingin memiliki harga jual yang dapat dijangkau petani dan

menguntungkan juga bagi kebun bibit. Tetapi terdapat masalah yang sangat

berpengaruh yaitu tidak adanya metode harga pokok produksi bibit tanaman

anggrek yang tepat sehingga tidak ada acuan mengenai harga jual. Oleh karena

itu, diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produksi yang tepat guna

membantu perusahaan dalam memperkirakan harga jual per bibit yang diproduksi.

31
Permasalahan dapat dianalisis dengan mengawali identifikasi penetapan

biaya produksi, seperti komponen-komponen apa saja yang termasuk ke dalam

biaya produksi. Setelah melakukan identifikasi komponen-komponen biaya di

dalamnya maka akan dicari penetapan harga pokok produksi dengan

menggunakan metode full costing dan variable costing. Kemudian hasil analisis

dengan kedua metode ini akan dipilih yang paling tepat dengan memperoleh harga

pokok produksi yang sesuai dengan pertimbangan tidak akan merugikan

perusahaan, sehingga diharapkan dapat sesuai dengan daya beli semua kalangan.

Selanjutnya dapat ditetapkan harga pokok produksi yang tepat bagi perusahaan

untuk kemudian digunakan dalam acuan harga jual perbibit yang diproduksi.

Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1 sebagai

berikut. Kebun Bibit Lebak Bulus

Identifikasi Komponen-Komponen
Biaya Produksi

Biaya Bahan Biaya Tenaga Biaya Overhead


Baku Kerja Langsung Pabrik (BOP)

Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Produksi

Full Costing Variable Costing

Metode Harga Pokok Produksi (HPP) yang Tepat

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

32
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan

Lebak Bulus Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta, Lokasi ini terletak di Jln. Raya

Pertanian No. 47 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan. Penentuan lokasi

penelitian dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Kebun Bibit Lebak Bulus merupakan lembaga pembibitan anggrek kultur

jaringan. Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Februari 2020.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yaitu data berupa angka-angka atau numerik tertentu yang berasal dari sumber

data yang digunakan pada penelitian ini. Sumber data yang digunakan adalah data

primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan

cara diambil dan dicatat. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan

pihak lembaga, serta data-data atau dokumen-dokumen lembaga pemerintahan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode wawancara. Wawancara merupakan salah satu teknik

pengumpulan data. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung bertatap

33
muka dengan karyawan dan penanggung jawab kebun, guna memperoleh

informasi mendalam dan memperoleh data yang akurat. Wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai

biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi bibit tanaman anggrek,

bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan dalam memproduksi bibit tanaman

anggrek, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi bibit tanaman

anggrek, dan gambaran umum tentang kebun bibit.

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menetapkan harga pokok produksi pada

penelitian ini adalah metode Full Costing dan Variable Costing. Penggunaan

kedua metode ini bertujuan untuk membandingkan harga pokok produksi mana

yang akan memberikan harga pokok produksi per unit terendah. Pemilihan harga

pokok produksi ini didasarkan ada tujuan sosial kebun bibit, yaitu harga jual yang

dapat dijangkau semua kalangan. Metode ini menghasilkan harga pokok produksi

per unit dan sesuai dengan kondisi kebun bibit akan dipilih sebagai metode harga

pokok produksi bagi kebun bibit lebak bulus. Harga pokok produksi yang sesuai

dengan kondisi kebun bibit lebak bulus dipilih dengan mempertimbangkan

keutungan bagi kebun bibi dan harga jual yang layak untuk konsumen. Sehingga

diharapkan akan menarik konsumen. Data yang diperoleh diolah secara manual

dengan menggunakan kalkulator.

34
3.4.1 Metode Full Costing

Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang

digunakan untuk menghitung anggrek dendrobium dalam botol seedling, anggrek

dendrobium kompotan, anggrek dendrobium individu pot 8 cm, anggrek

dendrobium pot 15 cm, dan anggrek dendrobium pot 20 cm dengan pendekatan

full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran,

biaya administrasi dan umum) (Mulyadi, 2009: 17). Harga pokok produksi

menurut metode full costing terdiri dari:

Biaya bahan baku Rp. XXX

Biaya tenaga kerja Rp. XXX

Biaya overhead tetap Rp. XXX

Biaya overhead variabel Rp. XXX +

Total biaya produksi Rp. XXX

Total Biaya Produksi


Harga pokok produksi per unit =
Total Produksi

3.4.2 Metode Variable Costing

Variable Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi sama

35
seperti perhitungan dengan metode full costing, namun ketika terjadi penambahan

jumlah produksi anggrek dendrobium maka biaya yang ditambahkan hanya biaya

variabelnya saja, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead variabel. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan

variable costing terdiri dari unsur pokok produksi variabel (biaya bahan baku ,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel), ditambah dengan

nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum

variabel,) dan biaya tetap (Biaya overhead tetap, biaya pemasaran tetap, biaya

administrasi dan umum tetap) (Mulyadi, 2009: 18). Biaya overhead yang

diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi yaitu biaya overhead variabel

yang sesungguhnya terjadi. Harga pokok produksi menurut metode variable

costing terdiri dari:

Biaya bahan baku Rp. XXX

Biaya tenaga kerja langsung Rp. XXX

Biaya overhead variabel Rp. XXX +

Total biaya produksi Rp. XXX

Total Biaya Produksi


Harga pokok produksi per unit =
Total Produksi

3.5 Definisi Operasional

1. Biaya adalah seluruh pengeluaran untuk usaha yang sedang dijalankan oleh

perusahaan, yakni biaya tetap dan biaya variabel

36
2. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga

kerja manusia tersebut, yang termasuk biaya tenaga kerja yaitu gaji karyawan

3. Biaya overhead (BO) sesungguhnya terjadi pada saat produksi terdiri atas

biaya penyusutan, biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan

laboratorium.

4. Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam memproduksi bibit

tanaman anggrek. Biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai

selama tahun 2019.

37
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Keadaan Umum Lokasi Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus

Lokasi Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus Pusat Pengembangan

Benih dan Proteksi Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan terletak di

Jln. Pertanian Raya No. 47 wilayah Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak,

Jakarta Selatan. Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus terletak pada daerah

dengan ketinggian 25 mdpl. Permukaan tanah mendatar, dengan bentuk

memanjang dari arah utara ke selatan. Jenis tanah di sekitar areal kebun adalah

latosol merah. Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus mempunyai volume

curah hujan rata-rata sebesar 2,209 mm pertahun dengan penyinaran harian

matahari sebesar 60,3% suhu rata-rata bulanan adalah 29oC dan kelembaban rata-

rata harian 72%.

4.2 Sejarah Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus

Sejak tahun 2014 instansi ini bernama Kebun dan Laboratorium Kultur

Jaringan Lebak Bulus Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman yang

sebelumnya adalah Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BBITPH) DKI Jakarta yang sebelumnya lagi adalah Pusat Pengembangan

Pertanian (PUSP2) Jakarta. Berdasarkan surat Peraturan Daerah No.7 tahun 1995

tentang organisasi dan tata kerja Dinas Pertanian DKI Jakarta di bawah

pengawasan Dinas Pertanian DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)

yang tercantum dalam Surat Keputusan Gubernur No. 281 tahun 1997,

38
sebelumnya berfungsi sebagai laboratorium penanganan pasca panen di bawah

PUSP2 dan sekarang berganti fungsi menjadi laboratorium kultur jaringan sampai

saat ini.

4.3 Visi dan Misi Kebun Bibit Lebak Bulus

Visi Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus adalah “ Unggul dan

terdepan sebagai penghasil benih unggul dan bermutu serta kawasan wisata agro

terkemuka di Indonesia “

Kebun Bibit dan Laboratorium mempunyai misi sebagai berikut :

1. Mendukung Visi dan Misi Dinas Pertanian Provinsi DKI Jakarta dalam

penyediaan benih untuk pengisian ruang terbuka hijau.

2. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional.

3. Produksi benih unggul dan bermutu.

4. Penerapan dan peningkatan teknologi pertanian dan kehutanan di kebun-

kebun.

5. Pengujian adaptasi teknologi budidaya, pengelolaan benih dan perlakuan

pasca panen produksi benih.

6. Pengadaan pohon induk sebagai bahan baku maupun untuk koleksi.

7. Mengembangkan dan memantapkan kebun-kebun dinas sebagai sarana dan

lokasi wisata agro.

8. Penyediaan sarana studi, latihan, dan penyuluhan bagi masyarakat.

9. Penyediaan sarana informasi dan pelayanan benih kepada masyarakat.

39
4.4 Sarana dan Prasarana Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus

Sarana dan prasarana yang ada di Kebun Bibit Lebak Bulus terdiri dari

beberapa bangunan. Luas dari lahan Kebun Bibit Lebak Bulus yaitu seluas 1,4

Ha. Areal ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu pos satpam, green house,

gudang, rumah dinas, ruang kantor, museum, laboratorium, dapur, toilet, saung,

dan mushollah. Selain bangunan dan ruangan, Kebun Bibit juga memiliki

beberapa inventaris, seperti laminar air flow, autoclave, dan shaker.

4.5 Tugas dan Fungsi Organisasi Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahan dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi

menunjukkan bagaimana pembagian tugas kerja dan mengkoordinasikannya

secara formal. Dalam kegiatannya, organisasi Kebun Bibit Lebak Bulus dikepalai

seorang pengelola/penanggung jawab kebun yang dibantu oleh beberapa staff.

Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus berada di bawah tanggung jawab

pusat pengembangan benih dan proteksi tanaman, yang merupakan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI

Jakarta

Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No. 161 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Pusat

Pengembangan Benih Tanaman dan Proteksi Tanaman mempunyai tugas

40
melaksanakan pembenihan tanaman pangan dan proteksi tanaman. Untuk

menyelenggarakan tugas pokok tersebut UPT Pusat Pengembangan Benih dan

Proteksi Tanaman mempunyai fungsi:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksana

Anggaran (DPA) pusat.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pusat.

c. Pelaksanaan produksi benih unggul dan bermutu.

d. Penerapan peningkatan teknologi pertanian dan kehutanan di kebun

percobaan.

e. Pelaksanaan pengujian dan adaptasi teknologi, budidaya, pengelolaan benih

maupun perlakuan pasca panen benih.

f. Pengadaan pohon induk untuk dikoleksi maupun sebagai bahan biakan.

g. Penyediaan sarana studi, latihan dan penyuluhan bagi masyarakat.

h. Penyediaan sarana informasi dan pelayanan benih kepada masyarakat.

i. Pelaksanaan kegiataan penilaian dan pengembangan benih.

j. Pendistribusian benih kepada masyarakat.

k. Pelaksanaan publikasi kegiatan pusat.

l. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.

m. Pelaksanaan kegiatan kerumah tanggaan dan ketatausahaan.

n. Penyiapan bahan laporan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang terkait

dengan pelaksanaan tugas dan fungsi pusat.

o. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi pusat.

41
4.6 Komoditi yang diusahakan

Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus ini memiliki

banyak komoditi yang diusahakan. Komoditi yang diusahakan oleh Kebun Bibit

ini ada tiga jenis, yaitu Anggrek, Pisang, dan Jati.

a. Pisang

Terdapat banyak jenis komoditi pisang yang diusahakan di Kebun Bibit dan

Laboratorium Lebak Bulus diantaranya yaitu, Pisang Barangan, Pisang Kepok,

Pisang Cavendis, dan Pisang Raja Bulu.

b. Anggrek Dendrobium

Jenis komoditi Anggrek Dendrobium juga paling sering diusahakan di

Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus ini. Terdapat beberapa jenis komoditi

Anggrek Dendrobium, yaitu Anggrek Dendrobium Indonesia Raya, Anggrek

Dendrobium Caesar White, Anggrek Dendrobium Sonia, Anggrek Dendrobium

Charming White, Anggrek Dendrobium Izumi, Anggrek Dendrobium

Manggostane, dan Anggrek Dendrobium Fatahillah Star.

c. Jati

Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus hanya

mengusahakan satu jenis Jati saja, yaitu Jati Salomon.

42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis penetapan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek

dendrobium adalah suatu analisis yang didasarkan pada harga-harga riil dari apa

yang sebenarnya terjadi di Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus. Hal yang

akan dianalisis adalah biaya yang dikeluarkan kebun bibit untuk memproduksi

bibit tanaman anggrek dendrobium. Selain itu, analisis penetapan harga pokok

produksi juga akan memberikan harga acuan untuk penentuan harga jual bibit

tanaman anggrek dendrobium di Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus.

5.1 Biaya-biaya yang Dikeluarkan dalam Produksi

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus diklasifikasikan dalam biaya

variabel dan biaya tetap. Adapun faktor-faktor dalam biaya variabel yaitu biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tetap meliputi biaya

biaya alat, biaya penyusutan (mesin, dan bangunan), biaya listrik, biaya telepon

dan lain-lain.

5.1.1 Penggunaan Biaya Variabel

Perhitungan biaya variabel dapat dengan mudah ditelusuri secara langsung

ke tempat objek biaya yang direlevansikan dengan kebutuhan produksi. Adapun

yang termasuk ke dalam biaya produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

43
5.1.1.1 Biaya Bahan Baku

Secara umum bahan-bahan untuk memproduksi bibit tanaman anggrek

dendrobium bukan suatu hal yang bersifat rahasia. Hampir semua perusahaan

bibit menggunakan bahan baku yang sama. Hanya saja, Kebun Bibit Lebak Bulus

ini menggunakan polong anggrek yang mengandung ribuan biji dan bahan

penolong lainnya yang nantinya akan diproses dengan teknik kultur jaringan.

Bahan Baku yang digunakan untuk memproduksi bibit tanaman anggrek

dendrobium adalah biji anggrek yang sudah masak, yang diperoleh dari tanaman

indukan anggrek. Bahan baku dalam proses produksi bibit tanaman anggrek

dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus terinci pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6,

Tabel 7, dan Tabel 8.

Tabel 4. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium dalam Botol
(seedling) pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus.Tahun 2019.
No. Bahan Baku Kebutuhan Satuan Isi Harga/ Harga Total
Kemasan Kemasan Kebutuhan
(Rp) (Rp)
1. Buah Anggrek 1 Pohon 1 75.000 75.000
2. Kristalon 800 g 400 30.000 60.000
3. (NH4)2 SO4 200 g 200 5.000 5.000
4. KH2PO4 90 g 10 23.000 207.000
5. MgSO4 50 g 50 5.000 5.000
6. Air Kelapa 18.000 ml 500 10.000 360.000
7. Agar-agar 2.660 g 7 4.000 1.520.000
8. Pisang 28 kg 1 15.000 420.000
9. Charcoal 1.000 g 1.000 500.000 500.000
10. Thiamine 375 g 25 500.000 7.500.000
11. NAA 200 g 100 35.000 70.000
12. Sukrosa 10.500 g 500 150.000 3.150.000
13. Minyak Ikan 400 ml 100 65.000 260.000
14. Sabun Cuci Cair 3.200 ml 1.600 25.000 50.000
15. Clorox 24 liter 4 45.000 270.000
16. Aquades 228 liter 19 20.000 240.000
Total 14.692.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

44
Selama tahun 2019 total biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan

memproduksi bahan baku sebanyak 10.000 botol bibit tanaman anggrek

dendrobium adalah sebesar Rp. 14.692.000. Pada produksi bibit anggrek

dendrobium botolan tentunya membutuhkan tanaman anggrek yang diambil

bijinya untuk diperbanyak dengan teknik kultur jaringan, selain itu dalam

memproduksi bibit anggrek dendrobium botolan juga dibutuhkan media padat

yang berperan penting untuk proses pengakaran dan bahan pendukung lainnya

juga diperlukan dalam proses produksi bibit anggrek dendrobium botolan.

Tabel 5. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompotan


pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Bahan Baku Kebutuhan Satuan Isi Harga/ Harga Total
Kemasan Kemasan (Rp) Kebutuhan (Rp)
1. Fungisida 1.500 g 250 30.000 180.000
2. Bakterisida 5.000 g 500 70.000 700.000
3. Genteng 2000 pcs 2.000 1.500 3.000.000
4. Pakis 700 kg 14 150.000 7.500.000
5. ZPT 1800 ml 100 9.000 162.000
6. Unsur Hara 1800 g 100 25.000 450.000
Mikro
7. Insektisida 1800 ml 100 30.000 540.000
8. Bibit 6400 bibit 1.000 6.400.000
Total 18.932.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pemindahan bibit anggrek dari dalam botol ke dalam kompot bertujuan

untuk bibit dapat hidup bersama dan bibit anggrek menjadi kuat untuk

menghadapi suasana lingkungan baru. Bibit yang dikeluarkan dicuci bersih di air

mengalir setelah itu direndam kedalam campuran larutan fungisida. Kemudian

untuk media tanamnya menggunakan pecahan genting dan pakis. Cacahan pakis

yang sudah ada direndam ke dalam larutan fungisida dan bakterisida agar

terhindar dari kontaminasi. Untuk membuat kompot dibutuhkan 6400 bibit, dalam

1 botol terdapat 25 bibit dengan harga Rp. 1.000/bibit anggrek. Biaya yang

45
dikeluarkan untuk memproduksi kompotan anggrek dendrobium ini adalah

sebesar Rp. 18.932.000 dengan hasil 6.400 kompot tanaman anggrek dendrobium.

Seperti halnya tujuan pemindahan bibit anggrek dari botol ke dalam

kompot yang bertujuan agar bibit anggrek dapat menjadi lebih kuat lagi. Bibit

anggrek dari kompotan dipindahkan ke dalam pot individu berdiameter 8 cm

dengan media tanam kaliandra. Kaliandra bagus digunakan sebagai media tanam

karena dapat membuat tanaman anggrek menjadi lebih kokoh dengan

pertumbuhan yang prima dan anggrek dapat berbunga lebih cepat. Dalam setahun

Kebun Bibit Lebak Bulus mampu menghasilkan 78.000 bibit dalam pot individu.

Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bibit tersebut adalah sebesar Rp.

13.348.000,- untuk membuat individu pot dibutuhkan 3120 kompotan, dalam 1

kompot terdapat 25 bibit dengan harga R.p 20.000/kompot., kaliandra 3.000 kg,

bakterisida 5.000 gr, ZPT 1800 ml, unsur hara makro 1800 gr, dan insektisida

1800 ml.

Tabel 6. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium dalam Pot
Individu Diameter 8 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak
Bulus Tahun 2019.
No. Bahan Baku Kebutuhan Satuan Isi Harga/ Harga Total
Kemasan Kemasan (Rp) Kebutuhan (Rp)
1. Kaliandra 3.000 kg 5 15.000 9.000.000
2. Bakterisida 5.000 g 500 70.000 700.000
3. ZPT 1800 ml 100 9.000 162.000
4. Unsur Hara 1800 g 100 25.000 450.000
Mikro
5. Insektisida 1800 ml 100 30.000 540.000
6. Bibit 3120 Kompo 25 20.000 2.496.000
t
Total 13.348.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Bahan baku untuk memproduksi anggrek dendrobium remaja diameter 15

cm menggunakan bahan baku media tanam arang. Arang dapat membuat daerah

46
pertumbuhan anggrek dengan kelembapan yang tinggi, karena arang tidak

mengikat air dalam jumlah yang banyak. Sebelum digunakan sebagai media

tanam, arang dipecah terlebih dahulu menjadi potongan-potongan kecil sehingga

memudahkan untuk ditempatkan di dalam pot. Dalam setahun Kebun Bibit Lebak

Bulus mampu memproduksi 34.700 tanaman anggrek diameter 15cm. Total biaya

bahan baku yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 185.352.000

Tabel 7. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Remaja Pot
Diameter 15 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus
Tahun 2019.
No. Bahan Baku Kebutuhan Satuan Isi Harga/ Harga Total
Kemasan Kemasan (Rp) Kebutuhan (Rp)
1. Arang 7.000 kg 35 50.000 10.000.000
2. Bakterisida 5.000 g 500 70.000 700.000
3. ZPT 1800 ml 100 9.000 162.000
4. Unsur Hara 1800 g 100 25.000 450.000
Mikro
5. Insektisida 1800 ml 100 30.000 540.000
6. Bibit 34.700 bibit 1 5000 173.500.000
Total 185.352.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Tanaman anggrek dendrobium ukuran dewasa yang berdiameter 20 cm

memiliki bahan baku yang sama dengan tanaman anggrek dendrobium remaja

ukuran 15 cm, yakni menggunakan bahan baku media tanam arang. Dalam

setahun Kebun Bibit Lebak Bulus mampu memproduksi 21.920 tanaman anggrek

diameter 20 cm. Total biaya bahan baku yang dibutuhkan adalah sebesar

Rp.337.652.000,-

47
Tabel 8. Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Dewasa Pot
Diameter 20 cm pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus Tahun
2019.
No. Bahan Kebutuhan Satuan Isi Harga/ Harga Total
Baku Kemasan Kemasan (Rp) Kebutuhan (Rp)
1. Arang 4.900 kg 35 50.000 7.000.000
2. Bakterisida 5.000 g 500 70.000 700.000
3. ZPT 1800 ml 100 9.000 162.000
4. Unsur 1800 g 100 25.000 450.000
Hara
Mikro
5. Insektisida 1800 ml 100 30.000 540.000
6. Bibit 21.920 bibit 1 15.000 337.652.000
Total
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 9, total kebutuhan biaya produksi bahan baku untuk

memproduksi lima jenis bibit tanaman anggrek dendrobium pada Kebun Bibit dan

Laboratorium Lebak Bulus pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 569.976.000,-

dengan rincian biaya produksi untuk bibit tanaman anggrek dendrobium botolan

sebesar Rp. 14.692.000, bibit tanaman anggrek dendrobium kompotan sebesar Rp.

18.932.000, bibit tanaman anggrek dendrobium pot 8 cm sebesar Rp 13.348.000,

bibit tanaman anggrek dendrobium pot 15 cm sebesar Rp. 185.352.000, dan bibit

tanaman anggrek dendrobium pot 20 cm sebesar Rp. 337.652.000.

Tabel 9. Biaya Kebutuhan Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Botolan, Kompotan, Pot 8 cm, 15 cm, dan 20 cm pada
Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Bahan Baku Total Kebutuhan Biaya
Bahan Baku (Rp)
1. Anggrek dendrobium botolan 14.692.000
2. Anggrek dendrobium kompotan 18.932.000
3. Anggrek dendrobium individu pot 8 cm 13.348.000
4. Anggrek dendrobium pot 15 cm 185.352.000
5. Anggrek dendrobium pot 20 cm 337.652.000
Total 569.976.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

48
5.1.1.2 Tenaga Kerja

Perhitungan biaya tenaga kerja diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh

Kebun Bibit Lebak Bulus untuk tenaga kerja langsung berhubungan dengan

proses produksi. Kebun Bibit Lebak Bulus membutuhkan tenaga kerja sebanyak

tujuh orang dengan masing-masing tugas. Kebutuhan tenaga kerja dan besaran

biaya yang dikeluarkan Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak

Bulus selama tahun 2019 dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Bibit Tanaman Anggrek pada
Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus Tahun
2019.
No Tenaga Kerga Kebutuhan Jumlah Upah Total
(Orang) Hari Kerja Harian Upah/Produksi
(Hari) (Rp/Orang) (Rp)
1. Persiapan Botol 1 48 150.000 7.200.000
Kultur
2. Pembuatan 1 36 150.000 5.400.000
Media
3. Penanaman 2 144 150.000 43.200.000
4. Pemindahan 1 60 150.000 9.000.000
5. Pemeliharaan 1 288 150.000 43.200.000
Total Biaya 108.000.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 10, konsumsi biaya tenaga kerja

langsung selama tahun 2019 mencapai Rp. 108.000.000,- dengan hari kerja

berjumlah 288 hari kerja. Kebutuhan tenaga kerja terbanyak pada kegiatan

penanaman, dikarenakan jenis kegiatan produksi penanaman harus terselesaikan

dengan cepat sehingga menghasilkan banyak bibit, dan untuk pemeliharaan

dilakukan lebih banyak waktunya.

Tenaga kerja yang bertugas dalam persiapan botol kultur berjumlah satu

orang. Botol-botol yang digunakan ujungnya diberi tutup karet dengan satu

49
lubang ditengahnya. Lubang tersebut diberi tutup dengan kapas agar sirkulasi

udara di luar dan di dalam botol dapat disaring. Sebelum botol-botol kultur diisi

dengan media kultur, botol dibersihkan dengan cara direndam air yang dicampur

dengan clorox, setelah direndam botol dicuci dengan sabun cuci menggunakan

sikat botol. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini 48 hari kerja.

Tenaga kerja yang bertugas dalam pembuatan media berjumlah satu orang.

Media merupakan unsur salah satu faktor penting dalam perbanyakan dengan

kultur jaringan. Media yang di buat adalah media padat Konsen C. Media Konsen

C biasanya digunakan untuk dalam proses kultur jaringan dimana yang bertujuan

untuk menumbuhkan akar anggrek. Untuk membuat media dibutuhkan waktu 36

hari kerja.

Proses penanaman atau subkultur dibutuhkan dua orang tenaga kerja.

Kebun Bibit Lebak Bulus Jakarta melakukan penanaman dengan cara kultur

jaringan dengan kurun waktu 144 hari. Dalam setiap harinya pekerja mampu

menghasilkan subkultur sebanyak 70 botol.Tugas pemindahan yaitu dengan cara

aklimatisasi. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari botol

kultur ke dalam komoditi pot (kompot). Untuk melakukan aklimatisasi diperlukan

satu orang tenaga kerja. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini adalah 60

hari.Pada bagian pemeliharaan diperlukan satu orang tenaga kerja yang setiap

harinya bertugas untuk menyiram, dan melakukan pemupukan. Pemeliharaan ini

dilakukan dari mulai kompot sampai menjadi anggrek yang sudah berbunga.

50
5.1.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung atau dikenal dengan istilah biaya overhead adalah

biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan

dalam biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung (Sugiri, 2002 : 265). Biaya

overhead disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua

biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak

langsung. Overhead biasanya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja

tidak langsung, dan bahan lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau

dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya. Berikut biaya

tidak langsung pada Kebun Bibit Lebak Bulus selama periode tahun 2019.

5.1.2.1 Biaya Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan Kebun Bibit Lebak Bulus dalam memproduksi

bibit tanaman anggrek sama seperti yang digunakan perusahaan bibit lain. Alat-

alat tersebut memiliki fungsi masing-masing yang digunakan tenaga kerja pada

perusahaan tersebut. Alat-alat produksi yang digunakan dalam memproduksi bibit

tanaman anggrek dendrobium memiliki umur ekonomis yang berbeda.

Perhitungan biaya alat produksi terinci pada Tabel 11, Tabel 12, Tabel 13, Tabel

14, dan Tabel 15.

51
Tabel 11. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan
(seedling) Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus
Tahun 2019.
No Jenis Biaya Jumlah Harga Harga Total Biaya Jumlah Total Biaya
. Persatuan Perolehan Hari Penggunaa Pemakaian/ Pemakaian/
(Rp) (Rp) n/Hari (Rp) Hari Produksi
(Rp)
1. Botol Kaca 10.000 2.000 20.000.000 288 69.444 96 6.666.667

2. Botol Selai 500 6.000 3.000.000 288 10.417 144 1.500.000

3. Keranjang 15 50.000 750.000 2.604 84 218.750


Plastik Besar 288

4. Bak 10 30.000 300.000 288 1.042 48 50.000

5. Erlemeyer 500 37.000 18.500.000 288 64.236 36 2.312.500

6. Kompor 1 300.000 300.000 288 1.042 36 37.500

7. Panci 1 100.000 100.000 288 347,22222 36 12.500

8. Keranjang 4 40.000 160.000 555,55556 12 6.667


Besi 288

9. Cawan Petri 500 24.000 12.000.000 288 41.667 146 6.083.333

10. Pinset Lab 6 9.000 54.000 288 187,5 144 27.000

11. Lampu 2 30.000 60.000 208,33333 144 30.000


Bunsen 288

12. Rak 5 6.000.000 30.000.000 104.167 144 15.000.000


Penyimpanan
288

13. Gelas Ukur 4 170.000 680.000 288 2.361 36 85.000

14. Teko Ukur 2 30.000 60.000 288 208,33333 36 7.500

15. Baki 6 25.000 150.000 288 520,83333 144 75.000

16. Troli 2 1.100.000 2.200.000 288 7.639 36 275.000

Total 32.387.417
Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Perhitungan untuk penggunaan alat didapat dari biaya pengunaan alat

produksi perhari dengan jumlah pemakaian selama produksi. Alat-alat yang

dibutuhkan dalam proses pembuatan bibit tanaman anggrek dendrobium dalam

botolan adalah botol kaca yang digunakan untuk tempat hasil subkultur bibit

tanaman anggrek dendrobium, botol selai untuk aquades, keranjang plastik besar,

bak, erlemeyer, kompor, panci, cawan petri, pinset lab, lampu bunsen, rak

penyimpanan, gelas ukur, teko ukur, baki, dan troli. Maka dari itu hasil

52
perhitungan biaya penggunaan alat produksi bibit tanaman anggrek dalam botol

didapat sebesar Rp. 32.387.417-,.

Tabel 12. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot
Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus Tahun
2019.
No Jenis Biaya Jumlah Harga Harga Total Biaya Jumlah Total Biaya
. Persatuan Perolehan Hari Penggunaan/ Pemakaian/ Pemakaian/Pr
(Rp) (Rp) Hari (Rp) Hari oduksi (Rp)

1. Bak 1 30.000 30.000 288 104,166667 60 6.250

2. Baki 2 25.000 50.000 288 173,611111 60 10.417

3. Pot Tanah 6400 9.000 57.600.000 288 200.000 72 14.400.000

4. Hanfsprayer 1 43.000 43.000 288 149,305556 288 43.000

Total Biaya 14.459.667

Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 12, Peralatan yang digunakan dalam proses

aklimatisasi yaitu pemindahan bibit anggrek dendrobium dari dalam botol

dipindahkan ke kompotan terdiri dari bak yang digunakan untuk menampung air

saat membersihkan bibit dari dalam botol, baki yang digunakan untuk bibit yang

sudah bersih, pot tanah sebagai wadah bibit saat ditanam, dan handsprayer untuk

memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi droplet dan mendistribusikan

secara merata pada tanaman anggrek dendrobium kompotan. Biaya produksi

peralatan bibit tanaman anggrek dendrobium kompotan sebesar Rp. 14.459.667-,.

Peralatan utama yang dibutuhkan untuk bibit tanaman anggrek

dendrobium individu pot diameter 8 cm adalah pot plastik yang berdiameter 8 cm

sebagai wadah untuk media tanam bibit anggrek dendrobium dan selang air untuk

menyiram tanaman. Biaya produksi peralatan untuk bibit tanaman anggrek

dendrobium individu pot diameter 8 cm adalah sebesar Rp. 21.133.333.,-

53
Tabel 13. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu
Pot Diameter 8cm di Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus Tahun 2019.
No Jenis Biaya Jumlah Harga Harga Total Biaya Jumlah Total Biaya
. Persatuan Perolehan Hari Penggunaan/ Pemakaian/ Pemakaian/
(Rp) (Rp) Hari (Rp) Hari Produksi (Rp)

1. Pot Plastik 78000 800 62400000 288 216.666,67 96 20.800.000

2. Selang Air 1 500.000 500.000 288 1.736,1111 192 333.333,33

Total Biaya 21.133.333,33

Sumber: Data Primer (Diolah)

Biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi bibit tanaman

anggrek dendrobium diameter 15 cm adalah sebesar Rp. 62.666.667,- yang terinci

untuk biaya pot tanah liat sebanyak 37.400 pot yang digunakan sebagai wadah

bibit tanaman anggrek dendrobium dan satu buah selang air untuk menyiram

tanaman anggrek.

Tabel 14. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Remaja
Pot Diameter 15 cm di Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Jenis Biaya Jumlah Harga Harga Total Biaya Jumlah Total Biaya
Persatuan Perolehan Hari Penggunaan/ Pemakaian/ Pemakaian/
(Rp) (Rp) Hari (Rp) Hari Produksi (Rp)

Pot Tanah
1. 37.400 5.000 187000000 288 649305,6 96 62.333.333
Liat
2. Selang Air 1 500.000 500.000 288 1736,111 192 333.333,3

Total Biaya 62.666.667


Sumber: Data Primer (Diolah)

Biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi bibit tanaman

anggrek dendrobium diameter 20 cm adalah sebesar Rp. 55.133.333,- Peralatan

yang digunakan sama dengan peralatan untuk bibit tanaman anggrek dendrobium

diameter 15 cm yakni pot tanah liat dengan diameter 20 cm sebanyak 21.920 pot

dan satu buah selang air untuk menyiram tanaman.

54
Tabel 15. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Dewasa
Pot Diameter 20 cm di Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan
Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Jenis Biaya Jumlah Harga Harga Total Biaya Jumlah Total Biaya
Persatuan Perolehan Hari Penggunaan/ Pemakaian/ Pemakaian/
(Rp) (Rp) Hari (Rp) Hari Produksi (Rp)

Pot Tanah
1. 21.920 5.000 109.600.000 288 380.555,6 144 54.800.000
Liat

2. Selang Air 1 500.000 500.000 288 1736,111 192 333.333,3

Total Biaya 55.133.333


Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 16, total kebutuhan biaya produksi peralatan untuk

memproduksi lima jenis bibit tanaman anggrek dendrobium pada Kebun Bibit dan

Laboratorium Lebak Bulus pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 185.780.417,-

dengan rincian untuk anggrek dendrobium botolan sebesar Rp. 32.387.417,-

anggrek dendrobium kompotan sebesar Rp. 14.459.667,- anggrek dendrobium pot

8 cm sebesar Rp 21.133.333,- anggrek dendrobium pot 15 cm sebesar Rp.

62.666.667,- dan anggrek dendrobium pot 20 cm sebesar Rp. 55.133.333,-.

Tabel 16. Biaya Kebutuhan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Botolan, Kompotan, Pot 8 cm, 15 cm, dan 20 cm pada
Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Peralatan Total Kebutuhan (Rp)
1. Anggrek dendrobium botolan 32.387.417
2. Anggrek dendrobium kompotan 14.459.667
3. Anggrek dendrobium individu pot 8 cm 21.133.333
4. Anggrek dendrobium pot 15 cm 62.666.667
5. Anggrek dendrobium pot 20 cm 55.133.333
Total 185.780.417
Sumber: Data Primer (Diolah)

Perhitungan biaya penyusutan dalam penelitian ini menggunakan metode

garis lurus yang mana besaran biaya penyusutan diperoleh dari total harga

perolehan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis barang.

55
Biaya yang dikeluarkan dalam membuat bangunan dan pembelian peralatan

produksi tergolong besar setelah biaya tenaga kerja. Nilai sisa diasumsikan 10%

dari harga perolehan pada alat yang mempunyai nilai sisa, sedangkan umur

ekonomis didapat dari hasil wawancara dengan pelaksana produksi bibit di Kebun

Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus.

Tabel 17. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Botolan Pada Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur
Jaringan Lebak Bulus Tahun 2019.
No Uraian Jumlah Total Harga Umur Penyusutan/Thn
. (Unit) Perolehan (Rp) Ekonomis (Rp)
(Tahun)
1. Blender 1 250.000 3 75.000
2. Autoclave 2 140.000.000 10 12.600.000
3. Laminar 2 170.000.000 10 15.300.000
Airflow
4. Stirrer 2 4.500.000 5 810.000
5. pH Meter 1 6.000.000 5 1.080.000
6. Shaker 2 80.000.000 10 7.200.000
Total Biaya 37.784.280
Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan Tabel 17, umur ekonomis untuk peralatan anggrek

dendrobium botolan di Kebun Bibit Lebak bulus berbeda-beda, seperti umur

ekonomis blender 3 tahun, stirrer, dan pH meter 5 tahun, sedangkan untuk

autoclave, laminar airflow, dan shaker 10 tahun. Sehingga dapat ditotal biaya

penyusutan peralatan produksi bibit tanaman anggrek dendrobium botolan adalah

sebesar Rp. 37.784.280,-.

56
Tabel 18. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Individu, Diameter 15 cm, Diameter 20 cm Pada Kebun
Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus Tahun 2019.
No Jenis Biaya Jumlah Total Harga Umur Penyusutan/Thn
. (Unit) Perolehan Ekonomis (Rp)
(Rp) (Tahun)
1. Power 2 4.000.000 5 720.000
Sprayer
Total Biaya 720.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 18, biaya penyusutan peralatan produksi bibit tanaman

anggrek dendrobium hanya biaya peralatan power sprayer yang memiliki umur

ekonomis 5 tahun dengan total biaya menggunakan metode garis lurus sebesar Rp.

720.000,-. Untuk mengetahui lebih jelas lagi mengenai perhitungan biaya

peralatan produksi dan penyusutan peralatan produksi terinci pada bagian

lampiran

5.1.2.2 Biaya Penyusutan Bangunan

Adapun bangunan yang disusutkan serta besaran biaya yang dikeluarkan

untuk produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus

tahun 2019 disajikan pada Tabel 19 dibawah ini:

Tabel 19. Biaya Penyusutan Bangunan Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pada Kebun Bibit Lebak Bulus.
No. Uraian Jumlah Harga Perolehan Umur Penyusutan/Thn
(Unit) (Rp) Ekonomis (Rp)
1. Laboratorium 1 500.000.000 20 22.500.000
2. Greenhouse 5 500.000.000 10 45.000.000
Total Biaya 67.500.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Biaya penyusutan bangunan produksi yang dikeluarkan Kebun Bibit dan

Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus selama tahun 2019 adalah sebesar

Rp.67.500.000 angka tersebut didapat dari penjumlahan penyusutan laboratorium

57
yang digunakan untuk proses produksi bibit tanaman anggrek dendrobium dalam

botol yang memiliki nilai ekonomis 20 tahun dan greenhouse yang digunakan

untuk proses produksi bibit tanaman anggrek kompotan, individu pot 8 cm,

dendrobium remaja 15 cm, dan dendrobium dewasa 20 cm yang memiliki nilai

ekonomis 10 tahun. Penyusutan diperoleh dari harga perolehan dikurangi nilai

sisa yang kemudian dibagi umur ekonomis. Nilai sisa pada perhitungan kali ini

diperoleh dari 10% harga perolehan. Perhitungan biaya penyusutan bangunan

lebih terperinci dapat dilihat pada Lampiran

5.1.2.3 Biaya Lainnya

Biaya lainnya pada Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus dalam

memproduksi bibit tanaman anggrek dendrobium terdiri dari biaya listrik dan

telepon. Dalam satu bulan mencapai Rp. 9.000.000,- dan didapat dalam satu tahun

produksi sebesar Rp. 108.000.000. Biaya tersebut terdapat pada penggunaan

listrik dan telepon. Uraian tersebut disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Lain Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pada Kebun
Bibit Lebak Bulus
No. Jenis Overhead Biaya (Rp/bulan) Biaya/Thn (Rp)
1. Listrik 9.000.000 108.000.000
2. Telepon 150.000 1.800.000
Total Biaya 109.800.000
Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat diketahui, bahwa pengeluaran untuk

biaya overhead lainnya pada listrik dan telepon diambil dari biaya rata-rata listrik

dan telepon selama setahun. Untuk listrik sebesar Rp. 9.000.000,-/bulan. Sehingga

didapat setiap tahun biaya yang dikeluarkan untuk listrik dan telepon adalah

sebesar Rp. 109.800.000,-

58
5.2 Produksi dan Pendapatan

Kebun Bibit Lebak Bulus dalam satu tahun mampu menghasilkan 10.000

botol bibit tanaman anggrek dendrobium, 6.400 kompotan, 78.000 individu pot

8cm, 37.400 anggrek remaja pot diameter 15 cm, dan 21.920 anggrek dewasa

diameter 20 cm pada tahun 2019. Bibit-bibit tanaman anggrek dendrobium

tersebut sebagian untuk pelayanan dan sebagian lagi dijual langsung ditempat

memproduksi, konsumen yang mencari langsung ke Kebun Bibit Lebak Bulus.

Selama ini hasil produksi bibit tanaman anggrek tersebut dijual dengan

harga Rp. 25.000,-/botol seedling, 20.000,-/kompot, Rp. 5.000/individu pot 8 cm,

Rp. 15.000/pot diameter 15 cm, dan Rp. 20.000/pot 20 cm. Dengan penggunaan

enam orang tenaga kerja untuk memproduksi bibit tanaman anggrek dendrobium.

Para pekerja tersebut diberikan upah Rp. 150.000,-/hari kerja. Jika dengan harga

jual yang ditetapkan Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode harga pokok

produksi sebesar Rp. 233.091.711,- diperoleh pendapatan sebesar 16.908.289,-

untuk bibit botolan. Berikut Tabel 21 yang berisi rincian jumlah yang dihasilkan

dan pendapatan penjualan dalam satu tahun produksi.

Berdasarkan data pada Tabel 21, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Lebak Bulus mencapai 10.000 bibit botolan selama satu tahun produksi. Total

biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus pada tahun 2019

adalah Rp. 229.763.679,-. Sehingga pendapatan yang diperoleh Kebun Bibit

Lebak Bulus dari hasil produksi 10.000 bibit botolan pada tahun 2019 adalah

sebesar Rp. 250.000.000,- dikurangi biaya produksi sebesar Rp. 229.763.679,-

menjadi Rp. 20.236.321,-.

59
Tabel 21. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus Tahun 2019.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 10.000 Botol
2. Harga Jual 25.000 Rupiah
3. Penerimaan 250.000.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 229.763.679 Rupiah
5. Pendapatan 20.236.321 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 22, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Lebak Bulus mencapai 6.400 bibit kompot selama satu tahun produksi. Total

biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus pada tahun 2019

adalah Rp. 63.991.667,-. Sehingga pendapatan yang diperoleh Kebun Bibit Lebak

Bulus dari hasil produksi 6.400 bibit kompot pada tahun 2019 adalah sebesar Rp.

128.000.000,- dikurangi biaya produksi sebesar Rp. 63.991.667,- menjadi Rp.

64.008.333,-.

Tabel 22. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 6.400 Kompot
2. Harga Jual 20.000 Rupiah
3. Penerimaan 128.000.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 63.991.667 Rupiah
5. Pendapatan 64.008.333 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 23, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Lebak Bulus mencapai 78.000 bibit individu selama satu tahun produksi. Total

biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus pada tahun 2019

adalah Rp. 109.001.333,-. Sehingga pendapatan yang diperoleh Kebun Bibit

Lebak Bulus dari hasil produksi 78.000 bibit individu pot pada tahun 2019 adalah

60
sebesar Rp. 390.000.000,- dikurangi biaya produksi sebesar Rp. 109.001.333,-

menjadi Rp. 280.998.667,-.

Tabel 23. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu
Pot Diameter 8 cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 78.000 Pot
2. Harga Jual 5.000 Rupiah
3. Penerimaan 390.000.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 109.001.333 Rupiah
5. Pendapatan 280.998.667 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 24, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Lebak Bulus mencapai 37.400 bibit anggrek remaja pot diameter 15 cm selama

satu tahun produksi. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit

Lebak Bulus pada tahun 2019 adalah Rp. 313.538.667,-. Sehingga pendapatan

yang diperoleh Kebun Bibit Lebak Bulus dari hasil produksi 37.400 anggrek

remaja pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 561.000.000,- dikurangi biaya

produksi sebesar Rp. 313.538.667,- menjadi Rp. 247.461.333,-.

Tabel 24. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Remaja
Pot Diameter 15 cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 37.400 Pot
2. Harga Jual 15.000 Rupiah
3. Penerimaan 561.000.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 313.538.667 Rupiah
5. Pendapatan 247.461.333 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 25, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Lebak Bulus mencapai 21.920 bibit dewasa pot diameter 20 cm selama satu tahun

produksi. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus

pada tahun 2019 adalah Rp. 458.305.333,-. Sehingga pendapatan yang diperoleh

61
Kebun Bibit Lebak Bulus dari hasil produksi 21.920 anggrek dewasa pada tahun

2019 adalah sebesar Rp. 548.000.000,- dikurangi biaya produksi sebesar Rp.

458.305.333,- menjadi Rp. 89.694.667,-.

Tabel 25. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Dewasa
Pot Diameter 20 cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 21.920 Pot
2. Harga Jual 25.000 Rupiah
3. Penerimaan 548.000.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 458.305.333 Rupiah
5. Pendapatan 89.694.667 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

5.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

5.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium dalam Botol dengan Metode Full Costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dengan

penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Didapat

harga pokok produksi Rp. 229.763.679,-. Berikut rincian perhitungan harga pokok

produksi selama periode tahun 2019 pada Tabel 26.

62
Tabel 26. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Botolan pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Full Costing Tahun 2019.
Biaya Produksi Kuantitas Harga Total Biaya Total (Rp)
Satuan (Rp/produksi)
Total Biaya Bahan Baku 14.692.000
Biaya Tenaga Kerja 4 150.000 55.800.000
Langsung (Orang)
Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 32.387.417
Biaya Penyusutan Mesin 37.784.280
Listrik 64.800.000
Telepon 1.800.000
Biaya Penyusutan 22.500.000
Bangunan
Total Biaya Lain dan Penyusutan Bangunan 89.100.000
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 229.763.679
Botolan Tahun 2019
Jumlah Produk Bibit 10.000 Bibit Botolan 10.000
(Jadi)
Harga Pokok Total Biaya / Jumlah Produk (Bibit) 22.976
Produksi (Rp/Botol) 229.763.679/ 10.000
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 27.571
Total Biaya Produksi Bibit Dengan Penambahan Unit Sebanyak 459.527.394
10.000
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 22.976
Produksi Menjadi 20.000 Bibit Botolan
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 27.571
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26 bahwa total biaya produksi bibit

tanaman anggrek dendrobium botolan pada Kebun Bibit Lebak Bulus tahun 2019

sebesar Rp. 229.763.679,-. Angka tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya

langsung (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya tidak langsung

(biaya overhead). Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama

periode tahun 2019 sebesar 10.000 bibit botolan. Maka harga pokok produksi

bibit tanaman anggrek dendrobium per botolan adalah Rp. 229.763.679,- dibagi

63
10.000 bibit sehingga menghasilkan Rp. 22.976,- dan dapat dijual dengan harga

Rp. 27.571,- per botolnya jika keuntungan yang diinginkan adalah sebesar 20%

per botolnya. Pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium botolan

dengan menggnakan metode full costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Full Costing
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 10.000 Botol
2. Harga Jual 27.571 Rupiah
3. Penerimaan 275.710.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 229.763.679 Rupiah
5. Pendapatan 45.946.321 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode

harga pokok produksi full costing adalah sebesar Rp. 275.710.000,- dikurangi

total harga pokok produksi sebesar Rp. 229.763.679,- maka menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 45.946.321,-.

5.3.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kompot dengan Metode Full Costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan HPP dengan metode Full Costing dengan penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Didapat harga pokok

produksi Rp. 63.991.667,-. Berikut rincian perhitungan HPP selama periode tahun

2019 pada Tabel 28.

64
Tabel 28. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Full Costing Tahun 2019.
Biaya Produksi Kuantitas Harga Total Biaya Total (Rp)
Satuan (Rp/produksi)
Total Biaya Bahan Baku 18.932.000
Biaya Tenaga Kerja 1 150.000 9.000.000
Langsung (Orang)
Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 14.459.667
Biaya Penyusutan Mesin -
Listrik 10.800.000
Telepon 1.800.000
Biaya Penyusutan 9.000.000
Bangunan
Total Biaya Lain dan Penyusutan Bangunan 21.600.000
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 63.991.667
Kompot Tahun 2019
Jumlah Produk Bibit 6.400 Kompot 6.400
(Jadi)
Harga Pokok Total Biaya / Jumlah Produk (kompot) 9.998
Produksi (Rp/Bibit) 63.991.667/ 6.400
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 11.997
Total Biaya Produksi Bibit Dengan Penambahan Unit Sebanyak 127.983.334
6.400
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 9.998
Produksi Menjadi 12.800 Kompotan
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompotan 11.997
Dengan Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 28, bahwa total biaya produksi bibit

tanaman anggrek dendrobium kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus tahun 2019

sebesar Rp. 63.991.667,-. Angka tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya

langsung (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya tidak langsung

(biaya overhead). Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama

periode tahun 2019 sebesar 6.400 bibit kompot. Maka harga pokok produksi bibit

65
tanaman anggrek dendrobium per kompot adalah Rp. 63.991.667,- dibagi 6.400

bibit sehingga menghasilkan Rp. 9.998,- dan dapat dijual dengan harga Rp.

11.997,- per kompot jika keuntungan yang diinginkan asdalah sebesar 20% per

kompot. Pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium kompot

dengan menggnakan metode full costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Full Costing
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 6.400 Kompot
2. Harga Jual 11.997 Rupiah
3. Penerimaan 76.780.800 Rupiah
4. Biaya Produksi 63.991.667 Rupiah
5. Pendapatan 12.789.133 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode

harga pokok produksi full costing adalah sebesar Rp. 76.780.800,- dikurangi total

harga pokok produksi sebesar Rp. 63.991.667,- maka menghasilkan keuntungan

sebesar Rp. 12.789.133,-.

5.3.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Individu Pot 8 cm dengan Metode Full Costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan HPP dengan metode full costing dengan penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Didapat harga pokok

produksi Rp. 109.001.333,-. Berikut rincian perhitungan HPP selama periode

tahun 2019 pada Tabel 30.

66
Tabel 30. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Individu pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Full Costing Tahun 2019.
Biaya Produksi Kuantitas Harga Total Biaya Total (Rp)
Satuan (Rp/produksi)
Total Biaya Bahan Baku 13.348.000
Biaya Tenaga Kerja 1 150.000 43.200.000
Langsung (Orang)
Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 21.133.333
Biaya Penyusutan Mesin 720.000
Listrik 10.800.000
Telepon 1.800.000
Biaya Penyusutan 18.000.000
Bangunan
Total Biaya Lain dan Penyusutan Bangunan 30.600.000
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 109.001.333
Individu Pot 8cm Tahun 2019
Jumlah Produk Bibit 78.000 78.000
(Jadi)
Harga Pokok Total Biaya / Jumlah Produk (Bibit) 1.397
Produksi (Rp/Bibit) 109.001.333/ 78.000
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 1.676
Total Biaya Produksi Bibit Dengan Penambahan Unit Sebanyak 218.002.666
78.000
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 1.397
Produksi Menjadi 156.000
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu 1.676
Dengan Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 30, bahwa total biaya produksi bibit

tanaman anggrek dendrobium individu pada Kebun Bibit Lebak Bulus tahun 2019

sebesar Rp. 109.001.333,-. Angka tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya

langsung (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya tidak langsung

(biaya overhead). Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama

periode tahun 2019 sebesar 78.000 bibit individu. Maka harga pokok produksi

67
bibit tanaman anggrek dendrobium per pot individu adalah Rp. 109.001.333,-

dibagi 78.000 bibit sehingga menghasilkan Rp. 1.397,- dan dapat dijual dengan

harga Rp. 1.676,- per pot individu jika keuntungan yang diinginkan asdalah

sebesar 20% per pot individu. Pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek

dendrobium individu dengan menggnakan metode full costing tahun 2019

disajikan pada Tabel 31

Tabel 31. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Full Costing
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 78.000 Pot
2. Harga Jual 1.676 Rupiah
3. Penerimaan 130.728.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 109.001.333 Rupiah
5. Pendapatan 21.726.667 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode

harga pokok produksi full costing adalah sebesar Rp. 130.728.000,- dikurangi

total harga pokok produksi sebesar Rp. 109.001.333,- maka menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 21.726.667,-.

5.3.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Remaja Pot 15 cm dengan Metode Full Costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan HPP dengan metode full costing dengan penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Didapat harga pokok

produksi Rp. 313.538.667,-. Berikut rincian perhitungan HPP selama periode

tahun 2019 pada Tabel 32.

68
Tabel 32. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Remaja Pot Diameter 15cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus
dengan Pendekatan Full Costing Tahun 2019.
Biaya Produksi Kuantitas Harga Total Biaya Total (Rp)
Satuan (Rp/produksi)
Total Biaya Bahan Baku 185.352.000
Biaya Tenaga Kerja 1 150.000 43.200.000
Langsung (Orang)
Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 62.666.667
Biaya Penyusutan Mesin 720.000
Listrik 10.800.000
Telepon 1.800.000
Biaya Penyusutan 9.000.000
Bangunan
Total Biaya Lain dan Penyusutan Bangunan 21.600.000
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 313.538.667
Diameter Pot 15cm Tahun 2019
Jumlah Produk Bibit 37.400 37.400
(Jadi)
Harga Pokok Total Biaya / Jumlah Produk (Bibit) 8.383
Produksi (Rp/Bibit) 313.538.667/ 37.400
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 10.060
Total Biaya Produksi Bibit Dengan Penambahan Unit Sebanyak 627.077.334
37.400
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 8.383
Produksi Menjadi 74.800
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu 10.060
Dengan Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 32, bahwa total biaya produksi bibit

tanaman anggrek dendrobium remaja pot diameter 15 cm pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 313.538.667,-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya langsung (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya

tidak langsung (biaya overhead). Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit

Lebak Bulus selama periode tahun 2019 sebesar 37.400 bibit pot diameter 15 cm.

69
Maka harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium remaja per pot

diameter 15 cm adalah Rp. 313.538.667,- dibagi 37.400 bibit sehingga

menghasilkan Rp. 8.383,- dan dapat dijual dengan harga Rp. 10.060,- per pot

diameter 15 cm jika keuntungan yang diinginkan adalah sebesar 20% per pot

diameter 15 cm. Pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium

remaja pot diameter 15 cm dengan menggnakan metode full costing tahun 2019

disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Remaja
Pot Diameter 15cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Full
Costing
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 37.400 Pot
2. Harga Jual 10.060 Rupiah
3. Penerimaan 376.244.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 313.538.667 Rupiah
5. Pendapatan 62.705.333 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode

harga pokok produksi full costing adalah sebesar Rp. 376.244.000,- dikurangi

total harga pokok produksi sebesar Rp. 313.538.667,- maka menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 62.705.333,-.

5.3.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Dewasa Pot 20 cm dengan Metode Full Costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan HPP dengan metode full costing dengan penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Didapat harga pokok

70
produksi Rp. 458.305.333,-. Berikut rincian perhitungan HPP selama periode

tahun 2019 pada Tabel 34.

Tabel 34. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot Diameter 20 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus
dengan Metode Full Costing Tahun 2019.
Biaya Produksi Kuantitas Harga Total Biaya Total (Rp)
Satuan (Rp/produksi)
Total Biaya Bahan Baku 337.652.000
Biaya Tenaga Kerja 1 150.000 43.200.000
Langsung (Orang)
Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 55.133.333
Biaya Penyusutan Mesin 720.000
Listrik 10.800.000
Telepon 1.800.000
Biaya Penyusutan 9.000.000
Bangunan
Total Biaya Lain dan Penyusutan Bangunan 21.600.000
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 458.305.333
Diameter Pot 20cm Tahun 2019
Jumlah Produk Bibit 21.920 21.920
(Jadi)
Harga Pokok Total Biaya / Jumlah Produk (Bibit) 20.908
Produksi (Rp/Bibit) 458.305.333/ 21.920
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 25.090
Total Biaya Produksi Bibit Dengan Penambahan Unit Sebanyak 916.610.666
43.840
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 20.908
Produksi Menjadi 43.840
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Diameter 20 cm 25.090
Dengan Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 34, bahwa total biaya produksi bibit

tanaman anggrek dendrobium dewasa pot diameter 20 cm pada Kebun Bibit

Lebak Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 458.305.333,-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya langsung (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya

71
tidak langsung (biaya overhead). Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit

Lebak Bulus selama periode tahun 2019 sebesar 21.920 bibit pot diameter 20 cm.

Maka harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium per pot diameter

20 cm adalah Rp. 458.305.333,- dibagi 21.920 bibit sehingga menghasilkan Rp.

20.908,- dan dapat dijual dengan harga Rp. 25.090,- per pot diameter 20 cm jika

keuntungan yang diinginkan asdalah sebesar 20% per pot diameter 20 cm.

Pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium pot diameter 20 cm

dengan menggnakan metode full costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 35.

Tabel 35. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot
Diameter 20 cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Full
Costing
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 21.920 Pot
2. Harga Jual 25.090 Rupiah
3. Penerimaan 549.972.800 Rupiah
4. Biaya Produksi 458.305.333 Rupiah
5. Pendapatan 91.667.467 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan metode

harga pokok produksi full costing adalah sebesar Rp. 549.972.800,- dikurangi

total harga pokok produksi sebesar Rp. 458.305.333,- maka menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 91.667.467,-.

5.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Variable Costing

5.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium dalam Botol dengan Metode Variable Costing.

Harga pokok produksi pada metode variable costing diperoleh dengan

menjumlahkan biaya variabel dan biaya tetap. Harga pokok bibit tanaman anggrek

dendrobium diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan banyaknya

72
produksi. Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

botolan tahun 2019 dengan menggunakan metode variable costing disajikan pada

Tabel 36.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 36, dengan menggolongkan biaya

yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Perhitungan dengan metode variable costing didapat total biaya

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium botolan pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 229.763.697.-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel (biaya bahan baku, dan tenaga kerja langsung) dan

biaya tetap (biaya penggunaan alat dan biaya overhead).

Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama periode

tahun 2019 sebanyak 10.000 bibit botolan. Maka harga pokok produksi bibit

anggrek per botolan didapat dari total harga pokok produksi sebesar Rp.

229.763.697,- dibagi 10.000 bibit botolan sehingga menghasilkan Rp. 22.976,-

dan dapat dijual dengan harga Rp. 27.571,- per botol dengan keuntungan sebesar

20% per botolnya. Jika ada penambahan produksi maka perusahaan hanya

mengeluarkan biaya variabel saja, sedangkan untuk biaya tetap sudah dapat

terpenuhi pada saat produksi 10.000 bibit botol. Pada saat perusahaan menambah

produksi bibit menjadi 20.000 pada tahun yang sama maka total biaya produksi

sebesar Rp. 300.255.697,-. Harga pokok produksi per botol dengan produksi

20.000 bibit botol adalah sebesar Rp. 15.012,- maka dapat dijual dengan

keuntungan yang diharapkan yaitu 20% dengan harga Rp. 18.014,-.

73
Tabel 36. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Botolan pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Variable Costing Tahun 2019.
Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya Satuan Total Biaya
(Rp) (Rp/Produksi)
Total Biaya 14.692.000
Bahan Baku
Biaya Variabel Biaya Tenaga 4 150.000 55.800.000
Kerja Langsung
(Orang)
Total Biaya Variabel 70.492.000
Total Biaya 32.387.417
Penggunaan
Alat Produksi
Biaya Tetap Biaya 10 37.784.280
Penyusutan
Mesin
Biaya Penyusutan Bangunan 22.500.000
Total Biaya Overhead Lainnya 66.600.000
Total Biaya Tetap 159.271.697
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pada 229.763.697
Tahun 2019
Jumlah Produk Jadi (Bibit Botolan) 10.000
Harga Pokok Produksi (Rp/Botol) 229.763.697/ 10.000 22.976
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan 27.571
(Rp/Botolan) dengan Keuntungan 20%
Total Biaya Produksi Bibit Botolan dengan Penambahan Unit 300.255.697
Sebanyak 10.000
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 15.012
Produksi Menjadi 20.000 Bibit Botolan
Harga Jual Bibit Dengan Keuntungan 20% 18.014
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berikut pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium botolan

menggunakan metode variabel costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 37.

74
Tabel 37. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Variable Costing.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 20.000 Botol
2. Harga Jual 18.014 Rupiah
3. Penerimaan 360.280.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 300.255.697 Rupiah
5. Pendapatan 60.024.303 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan

menambah unit produksi sebanyak 10.000 bibit botol menjadi 20.000 bibit botol,

maka total biaya harga pokok produksi sebesar Rp. 300.255.697,- pendapatan

yang akan diperoleh Kebun Bibit Lebak Bulus dari penjualan bibit anggrek

dendrobium botolan adalah Rp. 60.024.303,- dengan keuntungan yang diharapkan

sebesar 20% bibit tersebut dapat dijual dengan harga Rp. 18.014,- per botolnya.

5.4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kompot dengan Metode Variable Costing.

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

kompotan tahun 2019 dengan menggunakan metode variable costing disajikan

pada Tabel 38. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 38, dengan menggolongkan

biaya yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel

dan biaya tetap. Perhitungan dengan metode variable costing didapat total biaya

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium kompotan pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 63.991.667.-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel (biaya bahan baku, dan tenaga kerja langsung) dan

biaya tetap (biaya penggunaan alat dan biaya overhead).

75
Tabel 38. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Kompot pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Variable Costing Tahun 2019.
Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya Total Biaya
Satuan (Rp) (Rp/Produksi)
Total Biaya Bahan 18.932.000
Baku
Biaya Variabel Biaya Tenaga 1 150.000 9.000.000
Kerja Langsung
(Orang)
Total Biaya Variabel 27.932.000
Total Biaya 14.459.667
Penggunaan Alat
Produksi
Biaya Tetap Biaya Penyusutan -
Mesin
Biaya Penyusutan Bangunan 9.000.000
Total Biaya Overhead Lainnya 12.600.000
Total Biaya Tetap 36.059.667
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 63.991.667
kompot Pada Tahun 2019
Jumlah Produk Jadi (Kompot) 6.400
Harga Pokok Produksi (Rp/kompot) 63.991.667/ 6.400 9.998
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot 11.997
(Rp/Kompot) dengan Keuntungan 20%
Total Biaya Produksi Bibit Kompot dengan Penambahan Unit 91.923.667
Sebanyak 6.400
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 7.181
Produksi Menjadi 12.800 Kompot
Harga Jual Bibit Anggrek Dendrobium Kompot Dengan 8.617
Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama periode

tahun 2019 sebanyak 6.400 kompotan. Maka harga pokok produksi bibit anggrek

per kompot didapat dari total harga pokok produksi sebesar Rp. 63.991.667,-

dibagi 6.400 bibit kompot sehingga menghasilkan Rp. 9.998,- dan dapat dijual

dengan harga Rp. 11.997,- per kompot dengan keuntungan sebesar 20% per

76
kompotnya. Jika ada penambahan produksi maka perusahaan hanya mengeluarkan

biaya variabel saja, sedangkan untuk biaya tetap sudah dapat terpenuhi pada saat

produksi 6.400 bibit kompot. Pada saat perusahaan menambah produksi bibit

menjadi 12.800 kompot pada tahun yang sama maka total biaya produksi sebesar

Rp. 91.923.667,- angka tersebut didapat dari penjumlahan total biaya produksi

yang sebelumnya sudah dihitung saat produksi 6.400 bibit kompot ditambah

dengan biaya variabel. Harga pokok produksi per kompot dengan produksi 12.800

kompot adalah sebesar Rp. 7.181,- maka dapat dijual dengan keuntungan yang

diharapkan yaitu 20% dengan harga Rp. 8.617,- per kompotnya. Berikut

pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium kompot menggunakan

metode variabel costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 39.

Tabel 39. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot
Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Variable Costing.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 12.800 Kompot
2. Harga Jual 8.617 Rupiah
3. Penerimaan 110.297.600 Rupiah
4. Biaya Produksi 91.923.667 Rupiah
5. Pendapatan 18.373.933 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan

menambah unit produksi sebanyak 6.400 bibit kompot menjadi 12.800 bibit

kompot, maka total biaya harga pokok produksi sebesar Rp. 91.923.667,-

pendapatan yang akan diperoleh Kebun Bibit Lebak Bulus dari penjualan bibit

anggrek dendrobium botolan adalah Rp. 18.373.933 dengan keuntungan yang

diharapkan sebesar 20% bibit tersebut dapat dijual dengan harga Rp. 8.617,- per

kompotnya.

77
5.4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Individu Pot 8 cm dengan Metode Variable Costing.

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

individu tahun 2019 dengan menggunakan metode variabel costing disajikan pada

Tabel 40. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 40, dengan menggolongkan biaya

yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Perhitungan dengan metode variable costing didapat total biaya

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium individu pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 109.001.333,-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel (biaya bahan baku, dan tenaga kerja langsung) dan

biaya tetap (biaya penggunaan alat dan biaya overhead).

Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama periode

tahun 2019 sebanyak 78.000 pot individu. Maka harga pokok produksi bibit

anggrek per pot didapat dari total harga pokok produksi sebesar Rp. 109.001.333,-

dibagi 78.000 bibit individu sehingga menghasilkan Rp. 1.397,- dan dapat dijual

dengan harga Rp. 1.676,- per pot individu dengan keuntungan sebesar 20% per

potnya. Pada saat perusahaan menambah produksi bibit menjadi 156.000 bibit

pada tahun yang sama maka total biaya produksi sebesar Rp. 165.549.333,- angka

tersebut didapat dari penjumlahan total biaya produksi yang sebelumnya sudah

dihitung saat produksi 78.000 bibit pot individu ditambah dengan biaya variabel.

Harga pokok produksi per kompot dengan produksi 156.000 bibit adalah sebesar

Rp. 1.061,- maka dapat dijual dengan keuntungan yang diharapkan yaitu 20%

dengan harga Rp. 1.237,- per pot individu.

78
Tabel 40 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Individu pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Variable Costing Tahun 2019.
Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya Total Biaya
Satuan (Rp) (Rp/Produksi)
Total Biaya Bahan 13.348.000
Baku
Biaya Variabel Biaya Tenaga 1 150.000 43.200.000
Kerja Langsung
(Orang)
Total Biaya Variabel 56.548.000
Total Biaya 21.133.333
Penggunaan Alat
Produksi
Biaya Tetap Biaya Penyusutan 720.000
Mesin
Biaya Penyusutan Bangunan 18.000.000
Total Biaya Overhead Lainnya 12.600.000
Total Biaya Tetap 52.453.333
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium 109.001.333
Individu Pada Tahun 2019
Jumlah Produk Jadi (Bibit) 78.000
Harga Pokok Produksi (Rp/Pot) 109.001.333/ 78.000 1.397
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu 1.676
(Rp/Kompot) dengan Keuntungan 20%
Total Biaya Produksi Bibit Individu dengan Penambahan Unit 165.549.333
Sebanyak 78.000
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 1.061
Produksi Menjadi 156.000 Bibit
Harga Jual Bibit Anggrek Dendrobium Individu Dengan 1.273
Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berikut pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium pot

individu menggunakan metode variable costing tahun 2019 disajikan pada Tabel

41.

79
Tabel 41. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot
Individu Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Variable
Costing.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 156.000 Pot
2. Harga Jual 1.273 Rupiah
3. Penerimaan 198.588.000 Rupiah
4. Biaya Produksi 165.549.333 Rupiah
5. Pendapatan 33.038.667 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan

menambah unit produksi sebanyak 78.000 bibit individu menjadi 156.000 bibit

individu, maka total biaya harga pokok produksi sebesar Rp. 165.549.333,-

pendapatan yang akan diperoleh Kebun Bibit Lebak Bulus dari penjualan bibit

anggrek dendrobium pot individu adalah Rp. 33.038.667,- dengan keuntungan

yang diharapkan sebesar 20% bibit tersebut dapat dijual dengan harga Rp. 1.273,-

per pot individu.

5.4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Remaja Pot 15 cm dalam Botol dengan Metode Variable
Costing.

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pot

15 cm tahun 2019 dengan menggunakan metode variable costing disajikan pada

Tabel 42. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 42, dengan menggolongkan biaya

yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Perhitungan dengan metode variable costing didapat total biaya

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pot 15 cm pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 313.538.667.-. Angka tersebut diperoleh dari

80
penjumlahan biaya variabel (biaya bahan baku, dan tenaga kerja langsung) dan

biaya tetap (biaya penggunaan alat dan biaya overhead).

Tabel 42. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 15 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Variable Costing Tahun 2019.
Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya Total Biaya
Satuan (Rp) (Rp/Produksi)
Total Biaya Bahan 185.352.000
Baku
Biaya Variabel Biaya Tenaga 1 150.000 43.200.000
Kerja Langsung
(Orang)
Total Biaya Variabel 228.552.000
Total Biaya 62.666.667
Penggunaan Alat
Produksi
Biaya Tetap Biaya Penyusutan 720.000
Mesin
Biaya Penyusutan Bangunan 9.000.000
Total Biaya Overhead Lainnya 12.600.000
Total Biaya Tetap 84.986.667
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pada 313.538.667
Tahun 2019
Jumlah Produk Jadi (Bibit) 37.400
Harga Pokok Produksi (Rp/Pot) 313.538.667/ 37.400 8.383
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot 15 cm 10.060
(Rp/Pot) dengan Keuntungan 20%
Total Biaya Produksi Bibit dengan Penambahan Unit Sebanyak 542.090.667
74.800
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 7.247
Produksi Menjadi 74.800 Bibit
Harga Jual Bibit Anggrek Dendrobium Pot 15 cm Dengan 8.696
Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Lebak Bulus selama periode

tahun 2019 sebanyak 37.400 pot 15 cm. Maka harga pokok produksi bibit anggrek

dendrobium remaja pot 15 cm didapat dari total harga pokok produksi sebesar Rp.

81
313.538.667,- dibagi 37.400 bibit pot 15 cm sehingga menghasilkan Rp. 8.383,-

dan dapat dijual dengan harga Rp. 10.060,- per pot 15 cm dengan keuntungan

sebesar 20% per potnya. Jika ada penambahan produksi maka perusahaan hanya

mengeluarkan biaya variabel saja, sedangkan untuk biaya tetap sudah dapat

terpenuhi pada saat produksi 37.400 bibit pot 15 cm. Pada saat perusahaan

menambah produksi bibit menjadi 74.800 bibit pada tahun yang sama maka total

biaya produksi sebesar Rp. 542.090.667,- angka tersebut didapat dari

penjumlahan total biaya produksi yang sebelumnya sudah dihitung saat produksi

37.400 bibit pot 15 cm ditambah dengan biaya variabel. Harga pokok produksi per

pot 15 cm dengan produksi 74.800 bibit adalah sebesar Rp. 7.247,- maka dapat

dijual dengan keuntungan yang diharapkan yaitu 20% dengan harga Rp. 8.696,-

per pot 15 cm. Berikut pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium

pot 15 cm menggunakan metode variable costing tahun 2019 disajikan pada Tabel

43.

Tabel 43. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot 15
cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Variable Costing.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 74.800 Pot
2. Harga Jual 8.696 Rupiah
3. Penerimaan 650.460.800 Rupiah
4. Biaya Produksi 542.090.667 Rupiah
5. Pendapatan 108.370.133 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus dengan

menambah unit produksi sebanyak 37.400 bibit menjadi 74.800 bibit pot 15 cm,

maka total biaya harga pokok produksi sebesar Rp. 542.090.667,- pendapatan

yang akan diperoleh Kebun Bibit Lebak Bulus dari penjualan bibit anggrek

82
dendrobium pot 15 cm adalah Rp. 108.370.133,- dengan keuntungan yang

diharapkan sebesar 20% bibit tersebut dapat dijual dengan harga Rp. 8.696,- per

pot 15 cm.

5.4.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Dewasa Pot 20 cm dengan Metode Variable Costing.

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pot

20 cm tahun 2019 dengan menggunakan metode variable costing disajikan pada

Tabel 44. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 44, dengan menggolongkan biaya

yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Perhitungan dengan metode variable costing didapat total biaya

produksi bibit tanaman anggrek dendrobium pot 20 cm pada Kebun Bibit Lebak

Bulus tahun 2019 sebesar Rp. 458.305.333.-. Angka tersebut diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel (biaya bahan baku, dan tenaga kerja langsung) dan

biaya tetap (biaya penggunaan alat dan biaya overhead). Ketika Kebun Bibit

menambah produksi bibit menjadi 43.840 bibit pada tahun yang sama maka total

biaya produksi sebesar Rp. 839.157.333,- angka tersebut didapat dari

penjumlahan total biaya produksi yang sebelumnya sudah dihitung saat produksi

21.920 bibit pot 20 cm ditambah dengan biaya variabel. Harga pokok produksi per

pot 20 cm dengan produksi 43.840 bibit adalah sebesar Rp. 19.141,- maka dapat

dijual dengan keuntungan yang diharapkan yaitu 20% dengan harga Rp. 22.969,-

per pot 20 cm.

83
Tabel 44. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Pot 20 cm pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan
Pendekatan Variable Costing Tahun 2019.
Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya Total Biaya
Satuan (Rp) (Rp/Produksi)
Total Biaya Bahan 337.652.000
Baku
Biaya Variabel Biaya Tenaga 1 150.000 43.200.000
Kerja Langsung
(Orang)
Total Biaya Variabel 380.852.000
Total Biaya 55.133.333
Penggunaan Alat
Produksi
Biaya Tetap Biaya Penyusutan 720.000
Mesin
Biaya Penyusutan Bangunan 9.000.000
Total Biaya Overhead Lainnya 12.600.000
Total Biaya Tetap 77.453.333
Total Biaya Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pada 458.305.333
Tahun 2019
Jumlah Produk Jadi (Bibit) 21.920
Harga Pokok Produksi (Rp/Pot) 449.796.169 / 21.920 20.908
Harga Jual Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Diameter 20cm 25.090
(Rp/Bibit) dengan Keuntungan 20%
Total Biaya Produksi Bibit dengan Penambahan Unit Sebanyak 839.157.333
43.840
Harga Pokok Produksi Dengan Penambahan Jumlah Unit 19.141
Produksi Menjadi 43.840 Bibit
Harga Jual Bibit Anggrek Dendrobium Diameter 20cm Dengan 22.969
Keuntungan 20%
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berikut pendapatan hasil usaha bibit tanaman anggrek dendrobium pot 20

cm menggunakan metode variable costing tahun 2019 disajikan pada Tabel 45.

84
Tabel 45. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot 20
cm Pada Kebun Bibit Lebak Bulus dengan Metode Variable Costing.
No. Uraian Jumlah Satuan
1. Produksi 43.840 Pot
2. Harga Jual 22.969 Rupiah
3. Penerimaan 1.006.960.960 Rupiah
4. Biaya Produksi 839.157.333 Rupiah
5. Pendapatan 167.803.627 Rupiah
Sumber: Data Primer (Diolah)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Lebak Bulus menambah unit

produksi sebanyak 21.920 bibit menjadi 43.840 bibit pot 20 cm, maka total biaya

harga pokok produksi sebesar Rp. 839.157.333,- pendapatan yang akan diperoleh

Kebun Bibit Lebak Bulus dari penjualan bibit anggrek dendrobium pot 20 cm

adalah Rp. 167.803.627,- dengan keuntungan yang diharapkan sebesar 20% bibit

tersebut dapat dijual dengan harga Rp. 22.969,- per pot 20 cm..

5.5 Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium antara Full Costing dan Variable Costing

Berdasarkan hasil perhitungan kedua metode full costig dan variable

costing tidak memperlihatkan adanya perbedaan dalam angka harga pokok

produksi pada tahun 2019, tetapi perbedaan tersebut akan terlihat apabila ada

kenaikan produksi bibit pada tahun yang sama hasil perhitungan dengan metode

variable costing akan lebih rendah dari pada metode full costing. Perbedaan

sesungguhnya hanya terdapat pada bagaimana dua pendekatan metode tersebut

menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan dalam perhitungan harga pokok

produksi. Maka dapat diketahui harga pokok produksi mana yang lebih akurat dan

wajar. Sehingga dapat dijadikan acuan dalam menetapkan harga jual bibit

tanaman anggrek dendrobium.

85
5.5.1 Perbandingan HPP Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Botolan
antara Full Costing dan Variable Costing.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 46, pada saat produksi meningkat

menjadi 20.000 bibit botol maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok produksi

dengan menggunakan metode full costing dan variable costing terdapat perbedaan

dalam hasil perhitungan. Metode full costing memiliki harga pokok produksi lebih

besar dibandingkan dengan metode variable costing dengan selisih sebesar Rp.

159.271.697,-. Total harga pokok produksi menggunakan full costing nilainya Rp.

459.527.394,- sedangkan jika menggunakan metode variable costing nilainya

menjadi Rp. 300.255.697,-.

Tabel 46. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Botolan per Produksi Tahun 2019 dengan Penambahan
Produksi Sebanyak 10.000 Botol
Metode Total Biaya Jumlah HPP/Botol Harga Jual Pendapatan
Produksi Produksi (Rp) (Rp)
(RP)
Full 459.527.394 20.000 22.976 27.571 91.892.606
Costing
Variabel 300.255.697 20.000 15.012 18.014 60.024.303
Costing
Selisih 159.271.697 - 7.964 9.557 31.868.303
(Rp)
Sumber: Data Primer (Diolah)

5.5.2 Perbandingan HPP Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Kompot


antara Full Costing dan Variable Costing.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 47, pada saat produksi meningkat

menjadi 12.800 bibit kompot maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok

produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing terdapat

perbedaan dalam hasil perhitungan. Metode full costing memiliki HPP lebih besar

dibandingkan dengan metode variable costing dengan selisih Rp. 36.059.667,-.

86
Total harga pokok produksi menggunakan full costing nilainya Rp. 127.983.334,-

sedangkan jika menggunakan metode variable costing nilainya menjadi sebesar

Rp. 91.923.667,-.

Tabel 47. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Kompot per Produksi Tahun 2019 dengan Penambahan
Produksi Sebanyak 6.400 Kompot.
Metode Total Biaya Jumlah HPP/Bibit Harga Jual Pendapatan
Produksi (RP) Produksi (Rp) (Rp)
Full 127.983.334 12.800 9.998 11.997 25.578.266
Costing
Variable 91.923.667 12.800 7.181 8.617 18.373.933
Costing
Selisih 36.059.667 - 2.817 3.380 7.201.333
(Rp)
Sumber: Data Primer (Diolah)

5.5.3 Perbandingan HPP Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu


antara Full Costing dan Variable Costing.

Perbandingan harga pokok produksi bibit tanaman anggrek dendrobium

individu antara metode full costing dan variable costing dapat dilihat pada Tabel

48. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 51, pada saat produksi meningkat

menjadi 156.000 bibit individu maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok

produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing terdapat

perbedaan dalam hasil perhitungan. Metode full costing memiliki HPP lebih besar

dibandingkan dengan metode variable costing dengan selisih Rp. 52.453.333,-.

Total harga pokok produksi menggunakan full costing nilainya Rp. 218.002.666,-

sedangkan jika menggunakan metode variable costing nilainya menjadi sebesar

Rp. 165.549.333,-.

87
Tabel 48. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium Individu per Produksi Tahun 2019 dengan Penambahan
Produksi Sebanyak 78.000 Kompot.
Metode Total Biaya Jumlah HPP/Bibit Harga Jual Pendapatan
Produksi (RP) Produksi (Rp) (Rp)
Full 218.002.666 156.000 1.397 1.676 43.453.334
Costing
Variable 165.549.333 156.000 1.061 1.237 27.422.667
Costing
Selisih 52.453.333 - 336 439 16.030.667
(Rp)
Sumber: Data Primer (Diolah)

5.5.4 Perbandingan HPP Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot 15 cm


antara Full Costing dan Variable Costing.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 49, pada saat produksi meningkat

menjadi 74.800 bibit pot 15 cm maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok

produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing terdapat

perbedaan dalam hasil perhitungan. Metode full costing memiliki HPP lebih besar

dibandingkan dengan metode variable costing dengan selisih Rp. 84.986.667,-.

Total harga pokok produksi menggunakan full costing nilainya Rp. 627.077.334,-

sedangkan jika menggunakan metode variable costing nilainya menjadi Rp.

542.090.667,-

Tabel 49.Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 15 cm per Produksi Tahun 2019 dengan Penambahan
Produksi Sebanyak 37.400 Bibit Pot 15 cm.
Metode Total Biaya Jumlah HPP/Bibit Harga Jual Pendapatan
Produksi (RP) Produksi (Rp) (Rp)
Full 627.077.334 74.800 8.383 10.060 125.410.666
Costing
Variable 542.090.667 74.800 7.247 8.696 108.370.133
Costing
Selisih 84.986.667 - 1.136 1.364 17.040.533
(Rp)
Sumber: Data Primer (Diolah).

88
5.5.5 Perbandingan HPP Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Pot 20 cm
antara Full Costing dan Variable Costing.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 55, pada saat produksi meningkat

menjadi 43.840 bibit pot 20 cm maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok

produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing terdapat

perbedaan dalam hasil perhitungan. Metode full costing memiliki HPP lebih besar

dibandingkan dengan metode variable costing dengan selisih Rp. 77.453.333,-.

Total harga pokok produksi menggunakan full costing nilainya Rp. 916.610.666,-

sedangkan jika menggunakan metode variable costing nilainya menjadi sebesar

Rp. 839.157.333,-.

Tabel 55. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Anggrek


Dendrobium Pot 20 cm per Produksi Tahun 2019 dengan Penambahan
Produksi Sebanyak 21.920 Bibit Pot 20 cm.
Metode Total Biaya Jumlah HPP/Bibit Harga Jual Pendapatan
Produksi (RP) Produksi (Rp) (Rp)
Full 916.610.666 43.840 20.908 25.090 183.334.934
Costing
Variable 839.157.333 43.840 19.141 22.969 167.803.627
Costing
Selisih 77.453.333 - 1.767 2.121 15.531.307
(Rp)
Sumber: Data Primer (Diolah)

Perbedaan ini terletak dari bagaimana cara kedua tersebut metode

menganalisis biaya, metode full costing menggolongkan biaya menjadi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead, sedangkan metode variable

costing menganalisis biaya menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap.

Pada saat kenaikan produksi dengan metode variable costing biaya yang

dimasukkan dalam perhitungan hanya biaya variabel saja, karena biaya tetapnya

89
sudah tertutupi pada saat produksi sebelumnya. Sehingga pada saat kenaikan

produksi biaya yang dibebankan hanya biaya yang bersifat variabel.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode variable costing menghasilkan

nilai yang paling rendah sehingga metode ini yang seharusnya dianggap paling

tepat. Akan tetapi, harga pokok produksi yang tepat adalah harga pokok yang

tidak hanya dilihat dari harga pokok produksi yang rendah ataupun yang tinggi,

tetapi dilihat juga kelebihan dan kekurangan dari metode yang dianggap tepat

tersebut.

Kebun Bibit dan Laboratorium Lebak Bulus merupakan kebun dibawah

Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman. Harga pokok produksi yang

terlalu rendah dapat merugikan perusahaan, tetapi jika harga jual yang ditentukan

perusahaan terlalu tinggi maka tidak dapat dijangkau semua kalangan. Harga

pokok produksi yang terlalu tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi,

sehingga konsumen akan kesulitan untuk membeli.

Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada saat

kenaikan produksi menunjukkan nilai yang lebih besar daripada dengan

menggunakan metode variable costing, karena pada metode full costing semua

unsur biaya dimasukkan ke dalam perhitunggan, baik biaya tetap maupun biaya

variabel. Pada metode variabel costing, hanya memasukkan biaya variabel saja ke

dalam perhitungan harga pokok produksi, karena pada saat produksi normal biaya

tetap sudah tertutupi, sehingga biaya yang akan dikeluarkan pada saat kenaiakan

produksi hanya biaya variabel saja. Pada pengertiannya biaya variabel adalah

biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh kenaikan produksi. Oleh karena itu, yang

90
lebih tepat digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi yaitu metode

variable costing karena pada metode ini lebih bersifat fleksibel dapat digunakan

jika suatu saat ada kenaikan produksi pada perusahaan, dan dapat menjadi acuan

harga jual yang nantinya dapat dijangkau semua kalangan.

91
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

1. Besar biaya yang dikeluarkan untuk produksi bibit anggrek dendrobium di

Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus adalah sebesar

Rp. 1.174.600.679,-. dengan rincian untuk biaya produksi bibit tanaman

anggrek dendrobium dalam botol sebesar Rp. 229.763.679-, bibit tanaman

anggrek dendrobium kompotan sebesar Rp. 63.991.667,- bibit tanaman

anggrek dendrobium individu pot 8 cm sebesar Rp. 109.001.333,- bibit

tanaman anggrek dendrobium pot 15 cm sebesar Rp. 313.538.667,- dan bibit

tanaman anggrek dendrobium pot 20 cm sebesar Rp. 458.305.333.

2. Harga pokok produksi bibit anggrek dendrobium botolan dengan metode full

costing Rp. 22.976-, dan variable costing Rp. 15.012 -, pada saat terjadi

kenaikan produksi. Harga pokok produksi bibit anggrek dendrobium

kompotan dengan metode full costing Rp. 9.998 -, dan variable costing Rp.

7.181 -, pada saat terjadi kenaikan produksi. Harga pokok produksi bibit

anggrek dendrobium individu pot 8 cm dengan metode full costing Rp. 1.397

-, dan variable costing Rp. 1.061 -, pada saat terjadi kenaikan produksi. Harga

pokok produksi anggrek dendrobium 15 cm dengan metode full costing Rp.

8.383 -, dan variable costing Rp. 7.247 -, pada saat terjadi kenaikan produksi.

Harga pokok produksi anggrek dendrobium 20 cm dengan metode full costing

Rp. 20.908 dan variable costing Rp. 19.141-, pada saat terjadi kenaikan

produksi.

92
6.2 Saran

1. Perhitungan dengan metode variable costing dapat direkomendasikan kepada

Kebun Bibit Lebak Bulus karena lebih efisien dalam mengkalkulasikan biaya,

dan dapat memperhitungkan economic of scale dibandingkan dengan metode

full costing.

2. Sebaiknya perusahaan memproduksi bibit tanaman anggrek dengan

mempertimbangkan dimana saat biaya produksi yang terendah disertai

dengan jumlah produksi yang tinggi.

3. Jika Kebun Bibit ingin bersaing lebih baik di pasar dan memperoleh

keuntungan sesuai dengan economic scale, maka sebaiknya perusahaan

menurunkan harga jual dengan harga jual yang baru.

93
DAFTAR PUSTAKA

Andiani, Yulia. 2018. Usaha Pembibitan Anggrek dalam Botol (Teknik Invitro).
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Badan Pusat Statistik. 2019. Produksi Tanaman Hias di Indonesia.

Dewi, P. S. Kristanto, B. S. Dan E. S. Dermawan. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi 2.


Bogor : IN MEDIA.

Garrison, Ray dan Peter Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial, Buku ke I Edisi ke
I. Jakarta : Salemba Empat.

Kusumawardhani, Melly. 2008. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit


Krisan pada PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Kandou, H. A. Th. 2018. Pengantar Akuntanssi Biaya Perusahaan Pelayaran.


Yogyakarta : CV. Budi Utama.

Lestari dan Permana. 2017. Akuntansi Biaya dalam Perspektif Manajerial. Depok:
Rajawali Pers.

Maulidah, Rifa Atul. 2011. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit
Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum, L) Pada Kebun Bibit
Ragunan, Jakarta Selatan. [Skripsi]. Jakarta : Universitas Islam Negeri

Muhadi dan Siswanto, Joko. 2001. Akuntansi Biaya 1. Yogyakarta : Kanisius.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YPKPN

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Jakarta :


Agromedia Pustaka

Redaksi Agromedia. 2006. Cara Tepat Merawat Anggrek. Jakarta : PT.


Agromedia Pustaka.

Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta :


Agromedia Pustaka.

Sugiri, Slamet, Riyono, Bogat Agus. 2002. Akutansi Pengantar I. Yogyakarta :


UPP AMP YKPN

94
Yulianti, Hani. 2007. Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga
Meises Cokelat, Studi Kasus pada PT. G di Bandung, Jawa Barat.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

95
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT TANAMAN


ANGGREK
(Studi Kasus Kebun Bibit dan Laboratorium Kultur Jaringan Lebak Bulus
Jakarta Selatan)

RIKA AULIA
11150920000019
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?

2. Apa visi dan misi perusahaan?

3. Bagaimana letak geografis perusahaan?

4. Bagaimana struktur organisasi perusahaan?

B. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Kebun Bibit Lebak Bulus?

No. Fasilitas Jumlah (Unit) Harga (Rp) Umur Fasilitas


(Th)
1.
2.
3.
C. Peralatan apa saja yang digunakan untuk produksi bibit tanaman anggrek?

No. Fasilitas Jumlah (Unit) Harga (Rp) Umur Fasilitas


(Th)
1.
2.

96
3.
4.

D. Biaya Produksi

1. Biaya Bahan Baku

No. Jenis Kebutuhan Harga (Rp) Total Harga (Rp)


1.
2.
3.
4.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

No. Uraian Upah/Bulan


1.
2.
3.

3. Biaya Overhead Pabrik


No. Uraian Biaya
1.
2.
3.

E. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu tahun produksi?

F. Berapa harga jual bibit tanaman anggrek?

97
Lampiran 2. Biaya Penyusutan Mesin Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus Tahun 2019.

Biaya Penyusutan Mesin Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium dalam


Botol.

No. Jenis Biaya Jumlah Harga Total Harga Nilai Sisa Umur Penyusutan/Thn
(Unit) Perolehan Perolehan (Rp) Ekonomis (Rp)
(Rp) (Rp) (Tahun)
1. Blender 1 250.000 250.000 25.000 3 75.000
2. Autoclave 2 70.000.000 140.000.000 14.000.000 10 12.600.000
3. Laminar Airflow 2 85.000.000 170.000.000 17.000.000 10 15.300.000
4. Stirrer 2 2.250.000 4.500.000 450.000 5 810.000
5. pH Meter 1 6.000.000 6.000.000 600.000 5 1.080.000
7. Shaker 2 40.000.000 80.000.000 8.000.000 10 7.200.000
Total Biaya 37.784.280

Biaya Penyusutan Mesin Produksi Bibit Tanaman Anggrek Dendrobium Individu


Pot, Remaja diameter 15 cm, dan Dewasa Diameter 20 cm.

No. Jenis Biaya Jumlah Harga Total Harga Nilai Sisa Umur Penyusutan/Thn
(Unit) Perolehan Perolehan (Rp) Ekonomis (Rp)
(Rp) (Rp) (Tahun)
1. Power Sprayer 2 2.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000
Total Biaya 720.000

98
Lampiran 3. Biaya Penyusutan Fasilitas Produksi Bibit Tanaman Anggrek
Dendrobium pada Kebun Bibit Lebak Bulus Tahun 2019.

No. Jenis Biaya Jumlah Harga Nilai Sisa (Rp) Umur Penyusutan/T
(Unit) Perolehan (Rp) Ekonomis hn (Rp)
1. Laboratorium 1 500.000.000 50.000.000 20 22.500.000
2. Sere 5 500.000.000 50.000.000 10 45.000.000
Total Biaya 67.500.000

99

Anda mungkin juga menyukai