Tulisan Hukum Pokok2 Perubahan Pengelolaan Aset Daerah
Tulisan Hukum Pokok2 Perubahan Pengelolaan Aset Daerah
Sumber: http://thetanjungpuratimes.com
I. Pendahuluan
Penyajian laporan keuangan pemerintah telah memasuki fase baru yaitu fase
akrual basis.1) Untuk mewujudkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang andal
dalam penerapan akrual basis diperlukan pedoman teknis dalam pengelolaan akun-
akun yang terdapat dalam neraca keuangan pemerintah daerah terutama terhadap akun
yang bersifat signifikan. Salah satu akun signifikan dalam neraca pemerintah daerah
adalah aset tetap, aset tetap sendiri berhubungan langsung dengan akun belanja modal
yang notabene menghabiskan anggaran pemerintah dalam jumlah besar, Selain berasal
dari belanja modal aset tetap dapat berasal dari penerimaan hibah. Aset tetap menjadi
akun yang paling menunjang penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam melayani
masyarakat. Maka dari itu, aset tetap menjadi sorotan wajib pada saat melakukan
pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Pada dasarnya ada dua masalah
1
Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat hak dan kewajiban itu terjadi,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. (Sumber: Glosarium,
https://peraturan.bpk.go.id).
II. Permasalahan
Pokok-pokok perubahan dalam penggunaan dan pemanfaatan pengelolaan aset dalam
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
III. Pembahasan
1. Pengelolaan Aset Daerah
a. Siklus Pengelolaan Aset Daerah2)
Siklus dalam pengelolaan aset daerah diawali dari proses perencanaan aset
tersebut diadakan, kemudian pembelian atau pengadaan aset lalu pemanfaatan
aset hingga aset tersebut rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dari siklus
tersebut diketahui terdapat perbedaan mendasar antara Permendagri Nomor 17
Tahun 2007 dengan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, antara lain yaitu:
1) Siklus pengelolaan aset daerah berdasarkan Permendagri 17 Tahun 2007,
adalah sebagai berikut:3)
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b) Pengadaan;
c) Penggunaan;
d) Pemanfaatan;
2
Slide Sosialisasi Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016, http://download.bpadjakarta.id, diunduh pada tanggal 19 Januari 2018.
3
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 angka 4.
Dari kedua siklus tersebut terdapat dua perbedaan tata urut kelola aset, yaitu antara
lain:
1) Pada Permendagri 17 Tahun 2007 dalam hal aset telah rusak berat atau telah
layak untuk dihapuskan dari aset daerah, dilakukan terlebih dahulu proses
penghapusan aset dan setelah aset dihapuskan kemudian dipindahtangankan
kepada masyarakat (bisa melalui prosedur lelang dan sebagainya). Pada
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 siklus tersebut dibalik yaitu pada saat aset
daerah telah layak untuk dihapuskan maka pemerintah daerah melakukan
pemindahtanganan terlebih dahulu (contoh melalui prosedur lelang dan
sebagainya, dhi didapatkan pemenang lelang aset daerah) kemudian dilakukan
pemindahtanganan kepada masyarakat.
2) Dikenalnya pemusnahan5) aset daerah pada Permendagri Nomor 19 Tahun 2016
Pemusnahan aset daerah dilakukan untuk menghapus aset daerah yang telah
layak untuk dihapus.
4
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 28.
5
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang milik daerah (Permendagri Nomor
19 Tahun 2016 Pasal 1 angka 45) .
6
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VI Penggunaan, Poin 2. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan.
7
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 22.
8
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 21.
9
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat (1).
10
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat (2).
11
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 45.
12
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat 5.
13
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, Pasal 9.
14
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 61.
15
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 54.
18
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 1 angka 18.
19
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 32.
20
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 38.
21
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 249.
22
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 252.
23
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 255.
24
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 255.
25
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 250, Clowback adalah dapat dibebankan pembagian kelebihan
keuntungan sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian
dimulai (clawback).
26
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 250.
27
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 259.
28
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 33.
29
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 113 ayat 1.
30
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 114.
31
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 130.
32
Lampiran Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, VIII. Pemanfaatan.
33
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 35 ayat 4.
34
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 153 ayat 1.
35
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 155 ayat 1.
36
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 5.
37
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 1c.
38
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 1b.
39
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VIII. Pemanfaatan.
40
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 177.
41
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 176.
42
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 102 ayat 2.
43
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 170 ayat 2.
44
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 170 ayat 3.
IV. Penutup
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 merupakan ketentuan pelaksanaan Pasal
59 ayat (3), Pasal 90 ayat (3) dan Pasal 98 ayat (5) PP Nomor 27 Tahun 2014, dimana
Menteri Dalam Negeri berwenang menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik
daerah. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 dimaksudkan untuk mengakomodir
dinamika pengelolaan BMD, meminimalisir multitafsir atas pengelolaan BMD,
mempertegas hak, kewajiban dan tanggung jawab pengelola, dan harmonisasi dengan
peraturan terkait.52)
45
Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali
tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu (Permendagri
Nomor 16 Tahun 2016, Pasal 1 Angka 36).
46
Bangun Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati (Permendagri Nomor 16 Tahun 2016, Pasal 1 Angka 37).
47
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VIII. Pemanfaatan.
48
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 102
49
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 235
50
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 219 ayat 4.
51
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 220 dan 224
52
Slide Sosialisasi PP Nomor 27 Tahun 2014, dilaksanakan di BPK, pada tanggal 19 Mei 2016.
Peraturan Perundang-undangan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
2. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Daerah.
Disclaimer:
“Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi”.