Anda di halaman 1dari 11

POKOK POKOK PERUBAHAN DALAM PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN

PENGELOLAAN ASET DAERAH

BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 19 TAHUN 2016

Sumber: http://thetanjungpuratimes.com

I. Pendahuluan

Penyajian laporan keuangan pemerintah telah memasuki fase baru yaitu fase
akrual basis.1) Untuk mewujudkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang andal
dalam penerapan akrual basis diperlukan pedoman teknis dalam pengelolaan akun-
akun yang terdapat dalam neraca keuangan pemerintah daerah terutama terhadap akun
yang bersifat signifikan. Salah satu akun signifikan dalam neraca pemerintah daerah
adalah aset tetap, aset tetap sendiri berhubungan langsung dengan akun belanja modal
yang notabene menghabiskan anggaran pemerintah dalam jumlah besar, Selain berasal
dari belanja modal aset tetap dapat berasal dari penerimaan hibah. Aset tetap menjadi
akun yang paling menunjang penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam melayani
masyarakat. Maka dari itu, aset tetap menjadi sorotan wajib pada saat melakukan
pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Pada dasarnya ada dua masalah

1
Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat hak dan kewajiban itu terjadi,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. (Sumber: Glosarium,
https://peraturan.bpk.go.id).

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 1


terkait aset tetap dalam laporan keuangan yaitu pencatatan aset tetap dan pengelolaan
atau pemanfaatan aset tetap.
Pedoman pencatatan dan pengelolaan aset daerah dalam era akrual basis
dimulai dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dalam peraturan ini telah diatur perihal
pencatatan aset secara rinci namun terkait dengan pengelolaan aset daerah masih diatur
secara umum. Untuk mengakomodir segala permasalahan pemanfaatan aset daerah
diterbitkanlah peraturan turunan yaitu Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Daerah (selanjutnya disebut Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 sendiri merupakan peraturan pengganti dari
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah (selanjutnya disebut Permendagri Nomor 17 Tahun 2007). Hal-hal yang
menjadi pokok-pokok perubahan dari Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, khususnya
dalam penggunaan dan pemanfaatan aset daerah akan diulas dalam tulisan hukum ini.

II. Permasalahan
Pokok-pokok perubahan dalam penggunaan dan pemanfaatan pengelolaan aset dalam
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.

III. Pembahasan
1. Pengelolaan Aset Daerah
a. Siklus Pengelolaan Aset Daerah2)
Siklus dalam pengelolaan aset daerah diawali dari proses perencanaan aset
tersebut diadakan, kemudian pembelian atau pengadaan aset lalu pemanfaatan
aset hingga aset tersebut rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dari siklus
tersebut diketahui terdapat perbedaan mendasar antara Permendagri Nomor 17
Tahun 2007 dengan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, antara lain yaitu:
1) Siklus pengelolaan aset daerah berdasarkan Permendagri 17 Tahun 2007,
adalah sebagai berikut:3)
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b) Pengadaan;
c) Penggunaan;
d) Pemanfaatan;

2
Slide Sosialisasi Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016, http://download.bpadjakarta.id, diunduh pada tanggal 19 Januari 2018.
3
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 angka 4.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 2


e) Pengamanan dan Pemeliharaan;
f) Penilaian;
g) Penghapusan;
h) Pemindahtanganan;
i) Penatausahaan; dan
j) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian.
2) Siklus pengelolaan aset daerah berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun
2016, adalah sebagai berikut:4)
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b) Pengadaan;
c) Penggunaan;
d) Pemanfaatan;
e) Pengamanan dan pemeliharaan;
f) Penilaian;
g) Pemindahtanganan;
h) Pemusnahan;
i) Penghapusan;
j) Penatausahaan; dan
k) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Dari kedua siklus tersebut terdapat dua perbedaan tata urut kelola aset, yaitu antara
lain:

1) Pada Permendagri 17 Tahun 2007 dalam hal aset telah rusak berat atau telah
layak untuk dihapuskan dari aset daerah, dilakukan terlebih dahulu proses
penghapusan aset dan setelah aset dihapuskan kemudian dipindahtangankan
kepada masyarakat (bisa melalui prosedur lelang dan sebagainya). Pada
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 siklus tersebut dibalik yaitu pada saat aset
daerah telah layak untuk dihapuskan maka pemerintah daerah melakukan
pemindahtanganan terlebih dahulu (contoh melalui prosedur lelang dan
sebagainya, dhi didapatkan pemenang lelang aset daerah) kemudian dilakukan
pemindahtanganan kepada masyarakat.
2) Dikenalnya pemusnahan5) aset daerah pada Permendagri Nomor 19 Tahun 2016
Pemusnahan aset daerah dilakukan untuk menghapus aset daerah yang telah
layak untuk dihapus.

4
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 28.
5
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang milik daerah (Permendagri Nomor
19 Tahun 2016 Pasal 1 angka 45) .

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 3


b. Penggunaan Aset Daerah
Penggunaan Barang Milik Daerah (BMD) meliputi:
1) Penetapan status penggunaan BMD;
2) Pengalihan status penggunaan BMD;
3) Penggunaan sementara BMD; dan
4) Penetapan status penggunaan BMD untuk dioperasikan oleh pihak lain.

Penetapan Status Pengguna Barang Milik Daerah


Dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 penetapan status pengguna barang
milik daerah diatur secara rinci bila dibandingkan dengan Permendagri Nomor
17 Tahun 2007, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Penetapan status pengguna barang milik daerah berdasarkan Permendagri
Nomor 17 Tahun 2007, adalah:6)
a) Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan.7)
b) Barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan
oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas
pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.8)
2) Penetapan status pengguna barang milik daerah berdasarkan Permendagri
Nomor 19 Tahun 2016, adalah:
a. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan status penggunaan barang milik
daerah.9)
b. Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan penetapan status
penggunaan selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu
dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola Barang,
antara lain adalah barang milik daerah yang tidak mempunyai bukti
kepemilikan atau dengan nilai tertentu yang ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.10)
c. Penetapan Status Penggunaan yang tidak dilakukan terhadap:11)
 barang persediaan;
 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP);
 barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan; dan
 Aset Tetap Renovasi (ATR).

6
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VI Penggunaan, Poin 2. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan.
7
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 22.
8
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 21.
9
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat (1).
10
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat (2).
11
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 45.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 4


d. Penetapan status penggunaan barang milik daerah dilaksanakan secara
tahunan.12)
e. Barang milik daerah dapat dilakukan pengalihan status penggunaan,
berdasarkan Inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota dan permohonan
dari Pengguna Barang lama.13)
f. Penggunaan sementara barang milik daerah untuk jangka waktu
tertentu.14)
g. Pengalihan status berdasarkan inisiatif kepala daerah.15)

Dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 terdapat tiga pokok perubahan


penetapan status Pengguna Barang Milik daerah yaitu
1) Terdapat pendelegasian SK penetapan kepada pengelola barang untuk
pemanfaatan kepada pihak lain, namun pendelegasian tersebut dibatasi untuk
aset selain tanah dan bangunan.
2) Terdapat klausul penggunaan sementara yang tidak terdapat dalam
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, penggunaan sementara berlaku antara
pengguna barang satu dengan pengguna barang lainnya. BMD yang telah
ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan
sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa
harus mengubah status Penggunaan BMD tersebut setelah terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota.
3) Terdapat klausul inisiatif kepala daerah, Pengalihan status Penggunaan BMD
dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota
dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna
Barang

c. Perbedaan Definisi Pemanfaatan aset daerah


Dalam Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 definisi Pemanfaatan adalah
pendayagunaan BMD yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak
mengubah status kepemilikan.18) Sementara dalam Permendagri Nomor 19
Tahun 2016 disebutkan Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMD yang tidak

12
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 43 ayat 5.
13
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, Pasal 9.
14
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 61.
15
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 54.
18
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 1 angka 18.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 5


digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan/atau
optimalisasi BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan.19)

d. Penambahan Bentuk Mekanisme Pemanfaatan BMD


Terdapat penambahan bentuk pemanfataan BMD Kerja Sama Penyediaan
Insfrasturktur (KSPI) yaitu kerjasama antara pemerintah dan badan usaha untuk
kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.20) KSPI atas barang milik daerah dilakukan dengan
pertimbangan:21)
1) dalam rangka kepentingan umum dan/atau penyediaan infrastruktur guna
mendukung tugas dan fungsi pemerintahan;
2) tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan
infrastruktur; dan
3) termasuk dalam daftar prioritas program penyediaan infrastruktur yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu ketentuan KSPI lainnya antara lain BMD dapat dikerjasamakan
Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha untuk penyediaan infrastruktur,22)
Jangka waktu KSPI paling lama 50 tahun23), dan dapat diperpanjang jika
terdapat government force majeure,24) Penerapan clowback,25) Penetapan mitra
KSPI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.26) Hasil
dari KSPI merupakan BMD pada saat diserahkan kepada Pemerintah Daerah
sesuai perjanjian.27)

e. Terdapat perbedaan mekanisme bentuk sewa


Definisi sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.28) Terdapat modifikasi
sewa aset daerah antara lain:
1) Barang milik daerah yang dapat disewa dapat berupa tanah dan/atau
bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna barang kepada
gubernur/bupati/ walikota, sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih

19
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 32.
20
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 38.
21
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 249.
22
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 252.
23
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 255.
24
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 255.
25
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 250, Clowback adalah dapat dibebankan pembagian kelebihan
keuntungan sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian
dimulai (clawback).
26
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 250.
27
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 259.
28
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 1 angka 33.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 6


digunakan oleh pengguna barang, dan/atau selain tanah dan/atau
bangunan;29)
2) jangka waktu sewa selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, khusus
untuk Kerjasama infrastruktur jangka waktu 10 tahun dan dapat
diperpanjang 1 kali, selain dua permasalahan tersebut diatur juga tentang
karakteristik usaha yg memerlukan lebih dari 5 (lima) tahun ditentukan
dalam undang-undang tersendiri;30)
3) Terdapat ketentuan mengenai formula tarif/besaran sewa, jenis usaha
penyewa dan aturan mengenai perjanjian sewa, pengakhiran sewa, tata cara
pelaksanaan sewa oleh pengguna barang, pemeliharaan sewa;
4) Penyetoran uang sewa dalam perjanjian sewa menyewa harus
dilakukansekaligus secara tunai baik kepada kepada bendahara penerimaan
atau menyetorkannya ke rekening kas umum daerah paling lambat 2 hari
sebelum ditandatanganinya perjanjian sewa barang milik daerah.31)

f. Perbedaan mekanisme Pinjam Pakai


1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007
a) Pinjam pakai BMD dilaksanakan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dan pinjam pakai dapat
diberikan kepada alat Kelengkapan DPRD dalam rangka menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah;32)
b) Jangka waktu Pinjam Pakai BMD paling lama 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang.33)
2) Permendagri Nomor 19 Tahun 2016
a) Pinjam Pakai BMD dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah;34)
b) Jangka waktu pinjam pakai BMD paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 1 kali.35)

g. Perbedaan Mekanisme Kerjasama Pemanfaatan (KSP)


Terdapat beberapa perubahan terkait kerjasama pemanfaatan (KSP)
berdasarkan Permendgri Nomor 19 Tahun 2016 yaitu:
1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007

29
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 113 ayat 1.
30
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 114.
31
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 130.
32
Lampiran Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, VIII. Pemanfaatan.
33
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 35 ayat 4.
34
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 153 ayat 1.
35
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 155 ayat 1.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 7


a) Jangka waktu KSP paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang;36)
b) Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil
KSP ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah;37)
c) Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan
mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat,
kecuali untuk BMD yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan
langsung.38)
Bersifat khusus: keperluan kebun binatang, pelabuhan laut, pelabuhan
udaram pengelolaan limbah, pendidikan dan sarana olah raga.39)
2) Permendagri Nomor 19 Tahun 2016
a) Jangka waktu KSP untuk penyediaan infrastruktur 50 (limapuluh) tahun
dan dapat diperpanjang;40)
b) Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil
KSP ditetapkan oleh tim berdasarkan hasil perhitungan. Tim tersebut
ditetapkan oleh:41)
 Gubernur dan bupati/walikota untuk BMD berupa tanah dan/atau
bangunan;
 Pengelola untuk BMD selain tanah dan/atau bangunan.
c) Mitra KSP ditetapkan melalui tender sepanjang terdapat paling sedikit
3 (tiga) peserta calon mitra yang memasukkan penawaran,42) kecuali
untuk BMD yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan
langsung.43)
d) Yang termasuk “BMD yang bersifat khusus” antara lain;44)
 Barang yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
 Barang yang memiliki tingkat kompleksitas khusus seperti bandar
udara, pelabuhan laut, kilang, instalasi tenaga listrik, dan
bendungan/waduk;
 Barang yang dikerjasamakan dalam investasi yang berdasarkan
perjanjian hubungan bilateral antar Negara; atau
 Barang lain yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

36
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 5.
37
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 1c.
38
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 38 ayat 1b.
39
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VIII. Pemanfaatan.
40
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 177.
41
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, Pasal 176.
42
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 102 ayat 2.
43
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 170 ayat 2.
44
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 170 ayat 3.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 8


h. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna
Terdapat beberapa perubahan terkait Bangun Guna Serah45) atau Bangun Serah
Guna46), antara lain diatur:
1) Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 adalah:
Penetapan mitra Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui tender/lelang
dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat.47)
2) Permendagri Nomor 19 Tahun 2016
a) Batas minimal peserta tender adalah 3 peserta;48)
b) Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil BGS/BSG harus digunakan
langsung untuk penyelenggaraan fungsi Pemerintah Pusat/Daerah
paling sedikit 10%;49)
c) Semua biaya persiapan BGS/BSG yang terjadi setelah ditetapkannya
mitra BSG/BGS dan biaya pelaksanaan BGS/BSG menjadi beban mitra
BGS/BSG. Selain untuk mempertegas hak dan kewajiban mitra
BGS/BSG;50)
d) Penegasan bahwa hasil Bangun Serah Guna yang diserahkan kepada
Pengelola Barang ditetapkan sebagai BMN/D.51)

IV. Penutup
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 merupakan ketentuan pelaksanaan Pasal
59 ayat (3), Pasal 90 ayat (3) dan Pasal 98 ayat (5) PP Nomor 27 Tahun 2014, dimana
Menteri Dalam Negeri berwenang menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik
daerah. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 dimaksudkan untuk mengakomodir
dinamika pengelolaan BMD, meminimalisir multitafsir atas pengelolaan BMD,
mempertegas hak, kewajiban dan tanggung jawab pengelola, dan harmonisasi dengan
peraturan terkait.52)

45
Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali
tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu (Permendagri
Nomor 16 Tahun 2016, Pasal 1 Angka 36).
46
Bangun Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati (Permendagri Nomor 16 Tahun 2016, Pasal 1 Angka 37).
47
Lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, VIII. Pemanfaatan.
48
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 102
49
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 235
50
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 219 ayat 4.
51
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, Pasal 220 dan 224
52
Slide Sosialisasi PP Nomor 27 Tahun 2014, dilaksanakan di BPK, pada tanggal 19 Mei 2016.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 9


Pokok-pokok perubahan pengelolaan barang milik daerah berdasarkan
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, antara lain adalah:
1. Penyempurnaan siklus pengelolaan BMD;
2. Harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain;
3. Penguatan dasar hu332kum peraturan;
4. Penyederhanaan kewenangan dan tanggung jawab birokrasi;
5. Pengembangan managemen aset negara;
6. Penyelesaian atas kasus-kasus yang sudah terjadi.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 10


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
2. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Daerah.

Disclaimer:
“Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi”.

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur 11

Anda mungkin juga menyukai