Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus
yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja.
Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu :
strain-1 (Brunhilde)
strain-2 (Lansig)
strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.
Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor
neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus
dan bahkan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan jam.

EPIDEMIOLOGI POLIO
Pada akhir abad 19 terjadi epidemi pertama di Eropa Barat dan Amerika Utara.Virus
polio berhasil dibiakkan pada tahun 1949. Pada tahun 1955 mulai diperkenalkan
vaksin polio suntikan, dan tahun 1963 mulai dipakai vaksin polio oral (tetes) trivalent
(mengandung tiga tipe virus polio yang dilemahkan). Kejadian infeksi polio pada
tahun 1952 di Amerika lebih dari kasus per tahun ( 37,5 kasus per populasi ) sejak
akhir tahun 1980an tidak ada kasus kematian karena polio.Virus polio liar terakhir
ditemukan pada tahun 1997, dilaporkan 6 kasus polio import, yang terakhir pada
tahun 1993.Penularan infeksi melalui fekal-oral, artinya ditularkan dari tinja, dan
masuk melalui mulut dari air atau makanan tercemar yang disebarkan terutama
malalui lalat.
Epidemiologi poliomielitis atau polio telah ditekan akibat cakupan imunisasi
polio yang luas. Kasus virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak
tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus di 125 negara endemik telah ditekan
menjadi hanya 175 kasus yang dilaporkan ke WHO pada tahun 2019.[18,19]
Global
Pada tahun 1988, WHO mencanangkan rencana eradikasi global virus polio
pada tahun 2000. Tujuan ini tercapai dengan pemberian vaksinasi polio. Virus
polio liar tipe 2 telah dibasmi pada tahun 1999 dan tidak ada kasus virus polio
liar tipe 3 yang ditemukan sejak kasus terakhir yang dilaporkan di Nigeria
pada November 2012. Kedua virus polio tersebut telah secara resmi
dieradikasi secara global. Pada tahun 2020, virus polio liar tipe 1 dilaporkan
masih ditemukan di 2 negara, yaitu Pakistan dan Afghanistan. [19,20]
PENYEBAB
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui
rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran
darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja
penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air
liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan
vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:
Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas.
Sedang hamil.
Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS.
Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
Pernah menjalani pengangkatan amandel.
Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar virus polio.
Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio.
Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi poliomielitis atau polio akibat masuknya virus polio ke dalam
tubuh terbagi dalam 2 fase, yaitu fase limfatik dan neurologis. Pada
beberapa kasus dapat mengalami sindrom postpolio setelah 15‒40 tahun,
terutama bila terkena polio akut pada usia sangat muda.[1,2]
Fase Limfatik
Fase limfatik dimulai dengan masuknya virus polio ke dalam tubuh manusia
secara oral dan bermultiplikasi pada mukosa orofaring dan gastrointestinal.
Dari fokus primer tersebut, virus kemudian menyebar ke tonsil, plakat Peyer,
dan masuk ke dalam nodus-nodus limfatikus servikal dan mesenterika. Pada
fase limfatik ini, virus polio bereplikasi secara berlimpah lalu masuk ke dalam
aliran darah, menimbulkan viremia yang bersifat sementara, menuju organ-
organ internal dan nodus-nodus limfatikus regional. Kebanyakan infeksi virus
polio pada manusia berhenti pada fase viremia ini. Berdasarkan gejala yang
muncul pada fase ini, polio dibedakan menjadi polio nonparalitik, polio abortif,
dan meningitis aseptik non paralitik.
Polio Nonparalitik
Masa inkubasi untuk polio nonparalitik ini berkisar 3‒6 hari. Satu minggu
setelah onset gejala, jumlah virus polio pada orofaring makin berkurang.
Namun, virus polio ini akan terus diekskresikan melalui feses hingga
beberapa minggu kemudian, sekitar 3‒6 minggu.
Polio Abortif
Sekitar 24% kasus infeksi virus polio pada anak-anak bermanifestasi tidak
spesifik, seperti demam ringan dan sakit tenggorokan. Kondisi ini disebut polio
abortif. Pada polio abortif terdapat kemungkinan terjadinya invasi virus ke
dalam sistem saraf pusat tanpa manifestasi klinis atau laboratorium. Ciri khas
kasus ini adalah terjadi kesembuhan total dalam waktu kurang dari satu
minggu.
Meningitis Aseptik Nonparalitik
Sekitar 1‒5% infeksi virus polio pada anak-anak
menimbulkan meningitis aseptik nonparalitik setelah beberapa hari gejala
prodromal. Gejala yang dialami penderita berupa kekakuan leher, punggung,
dan/atau tungkai, dengan durasi sekitar 2‒10 hari, kemudian sembuh total.
Fase Neurologis
Pada fase ini, virus polio akan melanjutkan replikasi pada neuron motorik
kornu anterior dan batang otak, sehingga terjadi kerusakan pada lokasi
tersebut. Kerusakan sel-sel saraf motorik tersebut akan berdampak pada
manifestasi tipikal pada bagian tubuh yang dipersarafinya. Keadaan ini
berakibat terjadinya lumpuh layu akut, dikenal juga sebagai acute flaccid
paralysis (AFP) sehingga polio yang terjadi dikenal sebagai polio paralitik.

DIAGNOSIS
Pasien terinfeksi virus polio biasa datang dengan keluhan kaku punggung dan
leher. Gejala prodromal bifasik, terdiri dari gejala awal (minor) dan gejala
lanjutan (mayor).
Gejala Awal (Minor)
Gejala awal merupakan gejala nonparalitik yang berlangsung dalam waktu
seminggu, terjadi sekitar 1-3 hari sebelum onset paralisis. Gejala utama
berupa gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, diare, kram, atau
nyeri abdomen. Terdapat juga manifestasi sistemik, berupa demam, sakit
tenggorokan, malaise, atau sakit kepala, yang biasanya berlangsung 2‒3
minggu, tapi dapat berkelanjutan hingga 2 bulan lamanya. Pada gejala awal,
dapat juga terjadi spasme dan nyeri hebat dari otot ekstremitas dan
punggung. Nyeri otot menunjukkan bahwa stadium akut masih berlangsung.
Gejala Lanjutan (Mayor)
Gejala lanjutan berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat. Gejala ini
terbagi menjadi gejala meningitis aseptik nonparalitik dan gejala polio paralitik.
Gejala meningitis aseptik nonparalitik terdiri dari kaku leher, punggung,
dan/atau tungkai, serta muntah dan diare. Gejala umumnya berlangsung 2‒10
hari lalu sembuh total.[21,22]
PENULARAN
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi
virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang
biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia
dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi
kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan
mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio
dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses.
Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari
feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak
memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah
terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka
dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.
PENCEGAHAN
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio. Vaksin
polio mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan aman
diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes mulut (OPV).
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat
setelah lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis,
baik dalam bentuk suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV). Berikut adalah
jadwal pemberian keempat dosis vaksin polio tersebut:
Dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan.
Dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan.
Dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan.
Dosis terakhir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat.
Dalam tiga dosis pertama (polio-1 hingga polio-3), seorang bayi setidaknya
harus mendapat satu dosis vaksin polio dalam bentuk suntik (IPV).
Vaksin polio untuk dewasa
Vaksin polio juga diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah
melakukan vaksinasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan dalam bentuk
suntik (IPV) yang terbagi menjadi tiga dosis. Berikut adalah pembagian
dosisnya:
Dosis pertama dapat diberikan kapan saja.
Dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1-2 bulan.
Dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua.
Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga
dianjurkan untuk melakukan vaksinasi polio. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
pencegahan ketika berinteraksi dengan penderita atau orang yang diduga
menderita polio.
Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian suntikan polio adalah rasa
nyeri dan kemerahan pada area suntikan. Beberapa orang mungkin
mengalami alergi setelah vaksinasi, dengan gejala berupa:
Demam
Pusing
Tubuh terasa lemas
Muncul ruam
Jantung berdebar
Sesak napas

PENGOBATAN
Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan
gejala. terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic
diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas.
Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati
kelumpuhan polio permanen.
Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang dilakukan yaitu tatalaksana kasus
lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat,
sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin dan
penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita
melampaui masa akut.
Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan
mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan
di rumah, bila gejala klinis berat diruju ke RS.

SITUASI TERKINI
Indonesia masuk dalam kategori negara berisiko tinggi penyebaran polio.
Risiko penularan penularan penyakit ini semakin meningkat di masa pandemi
Covid-19 karena terbatasnya kegiatan imunisasi.
Berdasarkan Polio Risk Assessment WHO yang baru saja dirilis pada bulan
oktober 2020, 23 provinsi di Indonesia masuk dalam kategori daerah dengan
risiko tinggi transmisi polio.

Sepuluh provinsi tergolong risiko sedang dan hanya satu provinsi saja, yakni
DI Yogyakarta yang masuk kategori risiko rendah.
Secara rinci, 298 kabupaten/kota di Indonesia atau sekitar 58 persen
tergolong berisiko tinggi.

Anda mungkin juga menyukai