Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH TANAH ASAM DALAM BIDANG AKUAKULTUR


Dosen pengampu : Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Mohammad Thoriqul Azis 205080500111002
Muhammad Rifqi Musyaffa 205080500111003
Albazi Achmad Amrulloh 205080500111028
Devi Nilam Arum Ningtyas 205080500111030
Novia Shely Meilinda 205080500111032
Rinata Entonnia Putri 205080500111038

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul ‘Pengaruh Tanah Asam Dalam Bidang Akuakultur’ sebagai salah
satu prasyarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tanah tepat pada waktunya
dan dengan sebaik-baiknya. Melalui penyusunan tugas makalah ini, kami berharap
para pembaca dapat menambah wawasan serta pengetahuan terkait pembelajaran
mata kuliah Ilmu Tanah. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya

Sebagai penyusun, kami sepenuhnya sadar bahwa makalah yang telah kami
susun ini masih jauh dari kata sempurna. maka dari itu, dengan segala kerendahan
hati kami sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik. Adapun saran dan kritik
dari pembaca akan sangat membantu untuk menyempurnakan makalah ini.

Malang, 8 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1 Pengertian Tanah Asam.......................................................................................3

2.2 Studi Kasus Pengaplikasian Tanah Asam Dalam Akuakultur.............................4

2.3 Dampak yang Ditimbulkan Tanah Asam.............................................................6

2.4 Solusi Untuk Permasalahan yang Ditimbulkan Tanah Asam..............................7

BAB III. PENUTUP....................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................8

3.1 Saran....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah asam merupakan tanah yang memiliki kadar pH kurang dari 6,5.
Sekitar 60% tanah asam berada pada daerah tropis dan subtropis serta sebagian
besar terletak pada negara berkembang seperti Indonesia. Kemasaman dalam
tanah terjadi karena tanah kekurangan Kalsium (CaO) dan magnesium (MgO)
yang disebabkan oleh curah hujan tinggi sehingga dapat menghilangkan unsur
hara tanah. Hilangnya unsur hara dalam tanah mengakibatkan tanah asam
memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Selain itu, penyebab tanah asam
dapat terjadi karena pelapukan mineral dan batuan. Pelapukan tersebut
mengakibatkan unsur hara dalam tanah menghilang dan hanya menyisakan
produk akhir pelapukan dan mineral-mineral tahan lapuk (Abdilah, et al., 2018).
Keberadaan tanah asam telah menjadi komponen penting baik dalam bidang
pertanian maupun perikanan akuakultur karena akan berpengaruh terhadap
produktivitas hasil panen. Beberapa studi terkait tentang keberadaan tanah asam
dalam akuakultur menunjukan bahwa tanah yang asam menjadi permasalahan
yang cukup serius karena akan berakibat kepada buruknya kualitas air. Tanah
asam memiliki ciri-ciri pH yang tergolong rendah dengan kandungan ion logam
seperti AI yang tinggi sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup hewan
akuakultur karena bersifat toksik . Selain itu, kolam yang bertekstur tanah asam
memiliki beberapa kekurangan seperti rendahnya konsentrasi bikarbonat,
karbonat, kalsium serta magnesium yang mengakibatkan rendahnya alkalinitas
dan kesadahan (Ummari, et al., 2017). Pada mata kuliah Ilmu Tanah, perlu
mempelajari tentang tanah asam karena tanah asam memiliki peranan dan dampak
yang sangat penting dalam bidang akuakultur. Oleh karena itu pada kesempatan
kali ini kelompok kami akan membahas mengenai pengaruh tanah asam dalam
bidang akuakultur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi mengenai tanah asam?

1
2. Bagaimana aplikasi tanah asam dalam bidang akuakultur?
3. Bagaimana dampak keberadaan tanah asam dalam akuakultur?
4. Bagaimana cara mengatasi kandungan tanah asam yang berlebihan dalam
akuakultur?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi tanah asam.
2. Mengetahui aplikasi tanah asam dalam bidang akuakultur.
3. Mengetahui dampak keberadaan tanah asam dalam akuakultur.
4. Mengetahui cara mengatasi kandungan tanah asam yang berlebihan dalam
akuakultur.

2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanah Asam
Menurut He et al., (2021), tanah asam merupakan tanah yang memiliki
kandungan pH rendah. pH tanah merupakan nilai aktivitas ion H + atau OH- dalam
larutan air tanah. Nilai pH pada tanah asam yakni kurang dari 7. Selain itu, tanah
asam juga memiliki kandungan FE dan Al yang tinggi sehingga menghambat
ketersediaan unsur hara.

Menurut (Prabowo dan Subantoro (2018), tanah asam dapat terjadi akibat
faktor faktor yang mempengaruhinya. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya tanah asam, antara lain:

1. Bahan organik
Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah yang tercampur dengan
mineral lainnya akan menyebabkan proses penguraian oleh mikroba. Proses
tersebut menyebabkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat sehingga
menyebabkan keasaman pada tanah.

2. Jumlah ion H+ dan OH-


Jumlah ion H+ dan OH- juga mempengaruhi kemasaman tanah. Jumlah ion H+
yang lebih tinggi daripada jumlah ion OH- menjadikan tanah bersifat asam.

3. Kandungan fosfor
Kandungan fosfor yang rendah mengakibatkan susahnya terjadi pertukaran ion
yang didominasi oleh kation-kation basa sehingga pertukaran unsur hara tidak
cukup efektif yang mengakibatkan pH menjadi rendah sehingga menyebabkan
keasaman tanah.

Menurut Kasno (2019), tanah asam memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki pH rendah

3
pH yang terkandung pada tanah asam adalah kurang dari 7. Hal tersebut
dikaenakan umlah ion H+ yang lebih tinggi daripada jumlah ion OH- .

2. Kandungan C-Organik rendah


Kandungan C-Organik yang rendah diakibatkan karena tanah asam memiliki
kandungan liat yang tinggi sehingga demineralisasi C juga rendah.

3. Kandungan hara N, P, K yang rendah


Kandungan hara N, P, K yang rendah menandakan adanya tingkat pelapukan
tanah yang intensif sehingga mengurangi kesuburan tanah.

4. Kandungan Al dan Fe yang tinggi


Kandungan Al dan Fe yang tinggi menyebabkan keracunan pada organisme
yang ada.

5. Berwarna kuning sampai merah


Tanah asam cenderung memiliki warna kuning sampai merah. Warna kuning
menandakan adanya pelapukan dengan kandungan fraksi pasir dan fraksi liat.
Warna merah menandakan adanya kandungan Fe yang tinggi.

2.2 Studi Kasus Pengaplikasian Tanah Asam Dalam Akuakultur


a. Penentuan Kategori Kualiatas Tanah di Kolam Payau Pulau Jawa
Tanah memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan keberhasilan pada kolam. Hal ini disebabkan sedimen
permukaan kolam memiliki dampak pada kualitas air. Apabila tanah masam
(anaerob) terjadi pada suatu tambak, maka dapat menyebabkan rendahnya
tingkat kelangsung hidup organisme akuakultur, misalnya pada budidaya
udang, dan lainnya. Beberapa variabel untuk menentukan kualtias tanah terdiri
dari pHH2O (pH tanah yang direaksikan dengan H 2O), pHF (pH yang diukur
langsung/fresh), pHFOX (pH tanah yang diekstraksi sebesar 30% dari H 2O2)
dengan menggunakan metode spektrofotometri. Dari studi kasus tersebut
didapatkan jenis tanah di Pulau Jawa didominasi oleh tanah vulkanik. Di
mana tanah vulkanik merupakan tanah yang memiliki masam. Liming

4
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH
tanah. Dengan dilakukannya liming pada suatu kolam dapat meningkatkan
nilai pH dan akan berdampak positif dalam proses budidaya (Mustafa, et al.,
2017).

b. Pengaruh Kualitas Tanah pada Produksi Polikultur Udang Vanname dan Ikan
Bandeng di Lamongan
Keberhasilan dalam budidaya polikultur ikan bandeng dan udang
bergantung pada lingkungan yang baik. Salah satunya yaitu faktor kondisi
tanah. Hal tersebut disebabkan tanah berperan sebagai sumber dan
penyimpanan unsur-unsur serta oksigen terlarut di dalam tambak. Pada
penentuan kualitas tanah pada tambak ikan bandeng dan udang vanname
menggunakan pHF dan pHFO. Apabila selisih antara pHF dengan pHFO melebihi
5 maka tanah tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi tingkat
kemasamannya (Hendrajat, et al., 2018).

Tambak yang dijadikan sampel di Lamongan didapatkan nilai yang tidak


melebihi 5, sehingga aman untuk budidaya polikultur ikan bandeng dan udang
vanname. Apabila nilai melebihi 5 akan menyebabkan hal buruk terjadi pada
organisme akuatik yang dibudidayakan. Hal ini karena pada kondisi tersebut
kelarutan aluminium tinggi dan akan bersifat racun bagi insang organisme
akuatik. Ketika itu terjadi, maka tingkat kelangsung hidup organisme tersebut
akan rendah (Hendrajat, et al., 2018).

c. Hubungan Kualitas Tanah dan Air terhadap keberadaan stok pakan alami dan
kehidupan ikan bandeng di Sidoarjo
Dalam budidaya ikan bandeng pada kolam, tanah memiliki peranan
penting dalam menumbuhkan pakan alami dan kehidupan ikan. Tingkat
keberhasilan budidaya sangat ditentukan oleh kualitas tanah dan air. Tanah
berperan dalam menentukan tingkat kesuburan air kolam pada proses
budidaya. Pada kolam ikan bandeng di Sidoarjo ditemukan air kolam yang
sangat masam dan anaerobik berbanding terbalik dengan kondisi air di

5
atasnya yang bersifat basa dan aerobik. Hal tersebut terjadi karena adanya
perubahan air kolam, seperti karbon dioksida, fosfor, suhu, dan cahaya tinggi
sehingga memicu pertumbuhan cyanophyta yang dapat mengikat nitrogen
lebih cepat dan akan terjadi aktivitas fotosintesis yang tinggi. Apabila terjadi
secara terus-menerus dapat menyebabkan penurunan nutrisi sehingga dapat
membuat air kolam perairan menjadi masam dan anaerobik. Pada kondisi
tanah yang masam, nutrisi fosfor tidak dapat dimanfaatkan karena terikat oleh
unsur Al dan Fe. Hal ini akan menyebabkan kematian massal fitoplankton dan
akan mengancam tingkat kehidupan ikan. Berdasarkan hal tersebut terlihat
jelas bahwasannya kualitas air dan tanah memiliki pengaruh nyata pada
keberadaan stok pakan alami dan kelangsungan hidup ikan bandeng pada
kolam tersebut (Musa, et al., 2016).

2.3 Dampak yang Ditimbulkan Tanah Asam


Permasalahan kualitas air seringkali bermula dari kondisi tanah dasar.
Rendahnya alkalinitas perairan terjadi pada tanah yang asam (Mulyawan, 2020).
Kemasaman tanah menjadi ciri umum lahan kritis atau tingkat produktivitasnya
rendah (Suwahyono, 2016). Pantjara (2016) menyatakan pada kawasan pesisir
lahan tanah sulfat masam sering dijumpai dan dimanfaatkan untuk pengembangan
budidaya tambak karena lahannya didukung oleh sumber air payau. Namun
demikian, ada beberapa kendala yang sering dihadapi bagi pengelola tambak di
lahan tanah sulfat masam yaitu tingkat kemasaman tanah yang sangat tinggi
(pH<3,5). Lahan semacam ini bila dibangun tambak dan tanahnya digunakan
untuk pembuatan pematang diperkirakan tambaknya tidak berproduksi (gagal
panen), sehingga banyak pembudidaya yang mengalami kerugian karena kurang
pengetahuan mengenai kondisi tanahnya dan lambat laun lahan ini menjadi lahan
tidur (bongkor) karena kurang termanfaatkan. Kemasaman tanah, erosi pematang,
dan kekeruhan dalam air tambak tanah sulfat masam akan menurunkan produksi
budidaya bila tambaknya tidak dikelola dengan tepat. Smith (1993) menyatakan
bahwa pada pH tanah masam ketersediaan Mn dapat meningkat sampai arah
toksik atau keracunan.

6
2.4 Solusi Untuk Permasalahan yang Ditimbulkan Tanah Asam
Kalsium (Ca) dapat digunakan untuk meningkatkan pH tanah asam.
Penggunaannya yaitu dengan cara menggiling kapur atau domolit. Kapur atau
dolomite ini digunakan untuk meningkatkan pH. Di tanah, kalsium biasanya
cukup tersedia, sehingga jarang ditambahkan sebagai hara untuk tanah
(Purbajanti, et al., 2017). Tujuan utama pengapuran adalah meningkatkan
tersedianya zat hara di perairan. Pengapuran tanah kolam dimaksudkan dengan
menebar kapur hingga merata keseluruh bagian dalam kolam (tanah dasar dan
pematang). Pengapuran ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
derajat keasaman (pH) tanah bagian dalam kolam hingga pada kisaran nilai pH
normal (berkisar 7-8) (Akbar, 2016). Jenis kapur yang digunakan di tanah sulfat
masam adalah kapur dolomite (CaMg(CO3)2, karena kapur ini memiliki
pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan residu, dan kecepatan
reaksinya lebih lambat, serta juga mengandung Mg selain Ca (Akbar, 2020).

7
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut He et al., (2021), tanah asam merupakan tanah yang memiliki
kandungan pH rendah yaitu kurang dari 7. Tanah asam juga memiliki kandungan
FE dan Al yang tinggi sehingga berdampak kepada pengikatan nutrisi fosfor . Hal
tersebut menyebabkan nutrisi fosfor tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan
mengakibatkan kematian masal fitoplankton di dalam air. Apabila tanah asam
terjadi pada suatu tambak maka dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup
organisme akuakultur karena tanah asam cenderung bersifat toksik atau racun
sehingga produktivitas hasil panen juga menurun. Kemasaman tanah dapat diatasi
dengan cara meningkatkan pH tanah. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tesebut salah satunya yaitu pengapuran. Pengapuran
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan serta mempertahankan pH tanah
menjadi normal sehingga ketersediaan unsur hara di dalam tanah juga meningkat.
Pengapuran dapat dilakukan dengan cara menebar kapur ke seluruh bagian dalam
kolam.
3.1 Saran
Pengaruh tanah asam dalam akuakultur telah ditinjau dari beberapa penelitian,
namun sangat sedikit penekanan yang diberikan pada langkah-langkah
perbaikannya untuk pengelolaan akuakultur dan produksi yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
khususnya Budidaya Perairan sudah sewajarnya dapat berfikir kritis serta
berinovasi dalam rangkat mengatasi permasalahan tanah asam dalam bidang
akuakultur.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, A., Lubis, K. S. Dan Mukhlis. 2018. Perubahan beberapa sifat kimia tanah
dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) akibat pemberian limbah
kertas rokok dan pupuk kandang ayam di tanah ultisol. Jurnal Agroeteknologi
FP USU, 6(3), 442-447.
Akbar, J. (2016). Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budi Daya Perairan).
Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press. 2-3.
Akbar, J. (2020). Pemeliharaan Ikan Gabus Channa striata dalam Kolam Tanah Sulfat
Masam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press. 56-57
He, L. L, Huang, D. Y., Zhang, Q., Zhu, H. H., Xu, C., Li, B., & Zhu, Q. H. (2021).
Meta-analysis of the effects of liming on soil ph and cadmium accumulation
in crops. Ecotoxicology and Enviromental Savety. 223, 1-8.
Hendrajat, E. A., Ratnawati, E., & Mustafa, A. (2018). Penentuan pengaruh kualitas
tanah dan air terhadap produksi total tambak polikultur udang vaname dan
ikan bandeng di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur melalui aplikasi
analisis jalur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(1), 179-195.
Mulyawan, A. E. (2020). Pengaruh Penggunaan Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera)
Terhadap Kualitas Kimia Air Tambak Budidaya. SIGANUS: Journal of
Fisheries and Marine Science, 2(1), 80-86.
Musa, M., Mahmudi, M., Arsad, S., & Buwono, N. R. (2020). Feasibility study and
potential of pond as silvofishery in coastal area: Local case study in Situbondo
Indonesia. Regional Studies in Marine Science, 12(1), 40-47.
Mustafa, A., & Undu, M. C. (2017). Study on determination of categories of soil
quality variable concentrations in brackish water ponds of Java Island,
Indonesia. Journal of FisheriesSciences. com, 11(3), 71.
Kasno, A. (2019). Perbaikan tanah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pemupukan berimbang dan produktivitas lahan kering masam. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 13(1), 27-40.
Pantjara, B., Nessa, M. N., Monoarfa, W., & Djawad, I. (2016). Upaya Peningkatan
Produktivitas Tambak di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur
Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur, 2(2), 257-269.
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2018). Analisis tanah sebagai indikator tingkat
kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. Cendekia
Eksakta, 2(2), 59-64.
Purbajanti, E. D., Slamet, W., & Kusmiyati, F. (2017). HYDROPONIC bertanam
tanpa tanah. Semarang: EF Press Digimedia. 29-30.

9
Smith, D.H, Wells, M.A, Porter, D.M dan Cox, F.R. (1993.) Peanuts dalam Nutrient
Deficiencies and Toxicities in Crop Plant. Edited by Bennet, W.F. The
American Phytopathological Society. St. Paul Minnesota: 109.
Suwahyono, U. (2016). Prospek teknologi remediasi lahan kritis dengan asam humat
(humic acid). Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(1), 55-65.
Ummari, Z., Marsi dan Jubaedah, D. 2017. Penggunaan kapur dolomit
[CAMG(CO3)2] pada dasar kolam tanah sulfat masam terhadap perbaikan
kualitas air pada pemeliharaan benih ikan patin (Pangasius sp.). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 5(2), 195-208.

10

Anda mungkin juga menyukai