Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pembimbing : Neti Mustikawati, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Disusun oleh:

Arina Fitriani (202102040066)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
1. Pengertian
Kebutuhan dasar nyaman adalah keadaan ketika individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam merespons
terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif
(Tety, 2015).
Kebutuhan dasar kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu :
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga,
dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna
kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan
unsur alamiah lainnya (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat


lebih memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan
dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan
tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan
tanda pada pasien (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2. Tinjauan Anatomis dan Fisiologi
Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju
kebatang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi
sebagai bagian dari respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada
sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.

3. Tinjauan Medis
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang
g. Post operasi

4. Faktor Yang Mempengaruhi


a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury.
c. Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
f. Gangguan tingkat pengetahuan.
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.

5. Mekanisme / Proses Kerja


a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi
pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan
dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien
dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya
tekanan darah.Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi
nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan dapat mengurangi
ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau
mencegah stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap
nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu
ditraksi visual (melihat pertandingan, menonton televise,dll),
distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik air),
distraksi pernafasan( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen
nyeri seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin,
ibuprofen) yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan
menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid (morfin,
kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien
menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah
terjadinya penyakit baru seperti decubitus.

6. Keluhan-Keluhan yang Sering Muncul


a. Mengeluh nyeri
b. Merasa depresi atau tertekan
c. Merasa takut mengalami cedera berulang
d. Gangguan pola tidur
e. Posisi menghindar nyeri
f. Gerakan menghindar nyeri
g. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
h. Perubahan nafsu makan
i. Tekanan darah meningkat
j. Pernapasan meningkat
k. Frekuensi nadi meningkat
l. Tidak mampu menuntaskan aktivitas

7. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak
trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran, salah satunya
nyeri (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung
ke kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran
menurun (GCS < 15), konklusi, muntah, takipnea/dispnea, sakit
kepala, wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala, paralisis,
akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari
hidung dan telinga, serta kejang (Muttaqin, 2011).

4) Riwayat penyakit dahulu


Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi
pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang, riwayat cedera
kepala sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi,
anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, konsumsi alkohol berlebihan
(Muttaqin, 2011).
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai
adanya penyakit keturunan yang menular dalam keluarga
(Muttaqin, 2011).
6) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai proses emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat (Muttaqin, 2011).
7) Pengkajian nyeri
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif. Data yang
terkumpul secara komprehensif dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan manajemen nyeri yang tepat. Komponen
Pengkajian Nyeri :
P (provoking incident) 1. Faktor pencetus atau penyebab
2. Faktor yang meringankan:
teknik atau keadaan yang dapat
menurunkan nyeri
3. Faktor yang memperberat:
teknik atau keadaan yang dapat
meningkatkan nyeri
Q (Quality/Quantity) Deskripsi nyeri yang dirasakan
seseorang, karakteristik nyeri.
R (Region/Relief) Regio yang mengalami nyeri,
dapat ditunjukkan dengan
gambar.
S (Severity) Kekuatan dari nyeri dengan
menggunakan skala nyeri
T(Time) Waktu timbul nyeri, periode
(durasi) nyeri dirasakan.
Penatalaksanaan nyeri saat ini Penatalaksanaan yang digunakan
untuk mengontrol nyeri, hasil,
dan keefektifan.
Riwayat penatalaksanaan nyeri Riwayat penatalaksanaan nyeri,
sebelumnya baik intervensi medis maupun
nonmedis.
Dampak nyeri Perubahan gaya hidup seperti
tidur, nutrisi, dan sebagainya.
Tujuan mengontrol nyeri Harapan tentang tingkat nyeri,
toleransi, dan pemulihan.

Skala penilaian numerik Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri


dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik.

Skala Nyeri Grade Interpretasi


1-3 Nyeri ringan Nyeri bisa ditoleransi
dengan baik/tidak
mengganggu aktivitas
4-6 Nyeri sedang Mengganggu aktivitas
fisik
7-9 Nyeri berat Tidak mampu
melakukan aktivitas
secara mandiri
10 Nyeri sangat berat Malignan/nyeri sangat
hebat dan tidak
berkurang dengan
terapi/obat-obatan
pereda nyeri dan tidak
dapat melakukan
aktivitas.

Sumber: (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

b. Pemeriksaan fisik: data fokus


1) Ekspresi wajah
2) Verbal
3) Tanda-tanda vital
4) Ekstermitas
5) Pengukuran skala nyeri
c. Pemeriksaan penunjang
1) USG
2) RONGEN

8. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ansietas
b. Nyeri akut
c. Gangguan rasa nyaman

9. Intervensi
Perencanaan Diagnosa 1: Ansietas
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya
ringan sampai sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas, konsentrasi dan koping
2) Pasien menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu)
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Intervensi : Lakukan bimbingan antisipasi
Rasional : Agar pasien mampu menghadapi kemungkinan krisis
perkembangan dan situasional
2) Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri
Rasional : Untuk meredakan kecemasan.

Perencanaan Diagnosa 2: nyeri akut

a. Tujuan dan kriteria hasil:


1) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, seringa tau selalu).
2) Mengenali awitan nyeri
3) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Intervensi keperawatan dan rasional:
1) Intervensi : ajarkan manajemen nyeri
Rasional: untuk menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri
ketingkat yang lebih nyaman yang dapat ditolerasi oleh pasien
2) Intervensi : Ajarkan manajemen alam perasaan
Rasional : Untuk memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan
dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan.

Perencanaan Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman.

a. Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria):


1) Ansiety
2) Fear leavel
3) Sleep deprivation
4) Comfort
b. Kriteria hasil:
1) Mampu menongtrol kecemasan
2) Status lingkungan yang nyaman
3) Kontrol gejala
4) Status kesehatan meningkat
c. Intervensi keperawatan dan rasional:
a. Intervensi : Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Untuk menjalin hubungan saling percaya
b. Intervensi : Ajarkan teknik menenangkan diri
Rasional : Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami
distres akut
c. Intervensi : Ajarkan cara peningkatan koping
Rasional : Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
bedah. Jakarta : Salemba medika.
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifi kasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Tetty S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Sakit. Jakarta : EGC

Wahyudi, A. S. & Wahid, A. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Medika
Zakiyah Ana. (2015). Nyeri Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik
Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai