Anda di halaman 1dari 12

MACAM-MACAM KEDHOIFAN HADITS BERDASARKAN SEBABNYA

MAKALAH ULUMUL HADITS


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits

Dosen pengampu :

Oleh Mahasiswa :
Amalia Ahdiatul Kamalyah

1214070008

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT.
Sehingga makalah ini bisa tersusun sampai dengan selesai. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan makalah ini dari berbagai sumber yang telah saya gunakan sebagai
sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Makalah ini diketik sesuai dengan yang saya pelajari dan fahami, bilamana ada
kesalahan kata atau penjelasan yang akan saya paparkan di makalah ini saya
memohon permohonan maaf, karena saya manusia yang memiliki keterbatasan
dalam beberapa hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pun dengan makalah ini yang saya kerjakan.

Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Saya
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah yang saya buat dimasa mendatang.

Dengan menyelesaikan makalah ini saya banyak mengharapkan banyak manfaat


yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini
pula dapat menambah wawasan kedudukan dan fungsi Manajemen.

Bandung, __ Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

1.2. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ...................................................................................... 2

2.2. MACAM-MACAM HADITS DHOIF ................................................... 3

2.3. SILSILAH HADITS DHOIF ................................................................. 7

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN ..................................................................................... iv

DAFTAR PUSAKA ....................................................................................... iv

ii
BAB II PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Banyak umat yang belum mengenal tentang Ilmu Hadits pada masa permulaan
Islam. Hal ini disebabkan fokus perhatian umat Islam pada waktu itu masih terpecah
antar dakwah, jihad dan pendalaman Al-Qur’an, sehingga perhatian terhadap hadits
walaupun sudah cukup intens namun belum segencar pada masa-masa berikutnya.
Sepeninggalnya nabi, terutama setelah bermunculan hadits-hadits palsu barulah
perhatian umat Islam terhadap hadits nabi meningkat pesat. Ini ditandai dengan
munculnya beberapa ulama yang mulai melakukan penghimpunan hadits serta mulai
merintis ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadits. Ilmu ini kemudian terus berkembang
dari masa ke masa sampai zaman sekarang.
Hadits mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembinaan hukum Islam,
sebab disamping berfungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat yang masih samar dan
global dalam al Qur’an Hadits berfungsi menetapkan hukum (Bayan Syar’i) terhadap
suatu perkara yang belum ada dalam al qur’an.
Besarnya peranan Hadits ini harus disertai dengan kecermatan dalam memilah dan
memilih Hadits yang benar-benar dari Rasulullah. Sebab suatu hadits yang diragukan
berasal dari Nabi maka akan sulit dipertanggung jawabkan untuk dijadikan sebagai
sumber hukum kedua setelah al qur’an. Maka jika tersebarnya hadits-hadits semacam
itu dapat menimbulkan dampak negatif yang luar biasa. Di makalah ini akan dibahas
mangenai Hadits dhaif yang tidak mempunyai legitimasi yang kuat dibanding Hadits
shahih dan hasan. Bahkan sebagian ulama ada yang melarang Hadits ini dijadikan
sumber hukum. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :


1. Apakah pengertian Hadits Dhaif dan bagaimana klasifikasi Hadits Dhaif?
2. Apa saja macam-macam Hadits dhaif yang disebabkan gugurnya rawi dan
cacat pada rawi atau matan ?
3. Bagaimana silsilah Hadits Dhaif ?

1
BAB IV PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Hadits Dhaif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah, hadit yang tidak kuat.
Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam
mendefinisikan hadits dhaif ini akan tetapi pada dasarnya, isi, dan maksudnya tidak
berbeda. Beberapa definisi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan


syarat-syarat hadits hasan.
2) Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul
(hadits shahih atau yang hasan).
3) Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas, bahwa Hadits dhaif
adalah hadits yang salah satu syaratnya hilang.

Para ulama memberikan batasan bagi hadits dhaif yaitu :

‫الحديث الضعيف هو الحديث الذي لم يجمع صفات الحديث الصحيح و ال صفات الحديث‬

Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits. Adapun
menurut Muhaditsin, mendefinisikan:

‫ وقال اكثر العلماء هو ما لم يجمع صفتالصحيح و الحسن‬.‫هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول‬.

Hadits dhoif adalah semua hadits yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi
hadits yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadits dhoif adalah
yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.

Adapun pengertian lain yaitu:

‫ث ْال َم ْقب ُْو ِل‬


ِ ْ‫َمافَ ِقدَ ش َْرطا ً ِم ْن شُ ُر ْو ِط الْ َح ِدي‬

Hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang dapat
diterima). Adapun syarat-syarat hadits maqbul ada enam, yaitu:

i. Rawinya adil.
ii. Rawinya dhabith, meskipun tidak sempurna.
iii. Sanadnya bersambung.
iv. Padanya tidak terdapat suatu kerancuan.
v. Padanya tidak terdapat ‘illat yang merusak.

2
Pada saat dibutuhkan, hadits yang bersangkutan menguntungkan (tidak
mencelakakan). Demikian, Al-Biqa’i dan Al-Suyuthi serta yang lainnya menghitung
syarat-syarat diterimanya hadits tersebut. Akan tetapi sehubungan dengan kriteria
yang kedua mereka tidak menambahkan kata-kata “meskipun tidak sempurna”. Ini
adalah suatu masalah, sebab bila seorang rawi tidak sempurna ke-dhabith-annya,
maka haditsnya adalah hadits hasan, bukan dha’if. Oleh karena itu ungkapan untuk
kriteria yang kedua ini adalah dengan “menambahkan kata-kata “meskipun tidak
sempurna”.

Alasan pemberian predikat dhaif kepada hadits yang tidak memenuhi salah satu
syarat diterimanya sebuah hadits adalah apabila pada suatu hadits telah terpenuhi
syarat-syarat di atas, maka hal itu menunjukan bahwa hadits tersebut telah
diriwayatkan sesuai dengan keadaan semula dan sebaliknya bila salah satu syarat
tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada yang menunjukan demikian.

2.2 MACAM-MACAM HADITS DHOIF.

Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadist dari dua


jurusan, yakni dari jurusan sanad dan dari jurusan matan.

Sebab-sebab tertolaknya hadits dari jurusan sanad adalah:


1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun
tentang kedhabitannya.
2. Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seseorang rawi
atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain.

Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu:
Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal, Menyalahi
riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui identitasnya, Penganud
bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.

A. Hadits Dha’if Berdasarkan Cacat Pada Keadilannya dan Kedhabitan Rawi.

a. Hadits Maudhu’

‫هو المختلع المصنوع المنسوب الي رسول هللا ص م زورا وبهتان سواء كان ذالك عمدا امخطآ‬

3
Hadits yang dicipta serta dibuat oleh seorang (pendusta), yang ciptaan itu
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik di sengaja maupun
tidak. Ciri-ciri hadis maudhu’ terdapat pada sanad dan matan hadis.
Ciri-ciri pada sanad hadis yaitu, adanya pengakuan dari si pembuat sendiri,
qarinah yang memperkuat adanya pengakuan dari si pembuat hadis maudhu’,
qarinah yang berpautan dengan tingkah laku.
Adapun ciri pada matan hadis ditinjau dari segi lafadz dan ma’na. Dari segi lafadz
yaitu, bila susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih. Sedangkan dari segi ma’na
yaitu, ketika hadis bertentangan dengan Alquran, hadis mutawattir, ijma’, dan logika
yang sehat.
Para Muhaddistin mengumpulkan hadis maudhu’ dalam sejumlah karya, di
antaranya :

 Al-Maudhu’at, karya Ibn Al-Jauzi.


 Al-La’ali Al-Mashnu’ah Al-Marfu’ah ‘an Al-Hadist As-Syani’ah Al-
Maudhu’ah, karya Ibnu ‘iraq Al’Kittani.
 Silsilah Al-Hadist Adh-Dha’ifah, karya Al-Albani.

b. Hadits Matruk

Hadis Matruk adalah;

‫هو الحديث الذي في اسناده راو متهم بالكذب‬.

Hadis yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta.

c. Hadits Mungkar.

Yaitu hadis yang sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahanya, banyak
kelengahan dan tampak kefasikanya. Lawanya dinamakan Ma’ruf.

d. Hadits Syadzdz.

Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul (menyalahi riwayat
yang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya yang lebih banyak atau daya
hapalnya yang lebih tinggi).

4
B. Hadits Berdasarkan Gugurnya Rawi.

a. Hadits Mu’allaq

Hadis yang kelihatanya tidak mengandung cacat, tapi setelah diteliti ternyata
mengandung cacat (sanad, matan, atau keduanya)

b. Hadits Mu’dhal

Menurut bahasa mu’dhal berarti sesuatu yang di buat lemah atau lebih. Adapun
menurut istilah Muhadditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang putus sanadnya dua
orang atau lebih secara berurutan.

c. Hadits Mursal

Menurut bahasa merupakan isim maf’ul yang mempunyai arti “yang dilepaskan”.
Sedangkan menurut istilahnya adalah hadis yang gugur rawi dari sanadnya setelah
tabi’in. Baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil.
Ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan, hadis mursal terbagi menjadi mursal
jail, mursalshahabi, dan mursal khafi.

1) Mursal Khafi, pengguguran yang dilakukan oleh para tabi’in jelas sekali,
bahwa orang yang menggugurkan tidak hidup sezaman dengan orang yang
digugurkan.
2) Mursal Shahabi, pemberitaan sahabat yang disandarkan pada Nabi
Muhammad SAW, tetapi tidak mendengar atau menyaksikan sendiri. Karena
ketika Rasulullah hidup, ia masih kecil tau sebagai orang yang terakhir
masuk islam.
3) Mursal Khafi, diriwayatkan oleh tabi’in, di mana tabi’in tersebut hidup pada
zaman sahabat, tetapi tidak pernah mendengar satu hadis pun dari sahabat.

d. Hadits Munqathi

Adalah hadis yang sanadnya terdapat salah seorang yang digugurkan, baik di
ujung maupun di pangkal.
Macam-macam munqothi’ sebagai berikut :

5
1) Inqitho’ dilakukan dengan jelas. Bahwa si rawi meriwayatkan hadis dapat
diketahui tidak sezaman dengan guru yang memberikan hadis padanya tadi.
2) Inqitha’ dilakukan dengan samar-samar. Hanya dapat diketahaui oleh orang-
orang yang mempunyai keahlian saja.
3) Diketahui dari pihak lain, dengan adanya kelebihan seorang rawi atau lebih
dalam hadis riwayat orang lain.

e. Hadits Mudhallas
Hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadis tidak
bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang diriwayatkanya
disebut mudallas, dan perbuatanya disebut tadlis.

C. Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi

a. Hadits Marfu’

Hadits Marfu’ menurut istilah adalah “sabda, atau perbuatan, atau taqrir
(penetapan), atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,
baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum (disebut marfu’ = marfu’ hukman),
baik yang menyandarkannya itu shahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil
(bersambung) atau munqathi’ (terputus).
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa hadits marfu’ ada 8 macam, yaitu : berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat. Masing-masing dari yang empat macam ini
mempunyai bagian lagi, yaitu : marfu’ secara tashrih (tegas dan jelas), dan marfu’
secara hukum.

b. Hadits Mauquf

Mauquf menurut bahasa berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-
akan perawi menghentikan sebuah hadis pada sahabat. Mauquf menurut pengertian
istilah ulama hadis adalah:

ِ َّ‫ص َحا ِب ْي ِم ْن قَ ْو ٍل أَ ْو فِعْ ٍل أَ ْو نَحْ ٍو ُمت‬


‫ص ًًل َكانَ ُم ْنقَ ِطعًا‬ َ ‫ْف ِإلَي ال‬ ِ ُ ‫َما ا‬
َ ‫ضي‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat, baik dari perkataan, perbuatan, atau
taqrir, baik bersambung sanadnya maupun terputus.”

6
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada seorang sahabat atau segolongan sahabat, baik perkataan,
perbuatan, atau persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut
dengan hadis mauquf. Sandaran hadis ini hanya sampai kepada sahabat, tidak
sampai kepada Rasulullah saw.

c. Hadits Maqthu’

ْ ‫ ) َق‬yang berarti
َّ ‫طعًا يُ َق ِط ُع َق‬
Menurut bahasa kata maqthu’ berasal dari akar kata ( ‫ط َع‬
terpotong atau teputus, lawan dari maushul yang berarti bersambung. Kata terputus
di sini dimaksudkan tidak sampai kepada Rasulullah saw, hanya sampai kepada
tabi’in saja.
Menurut istilah hadis maqthu‟ adalah

‫ْف إِلَيالتابعي أو من دونه من قول أو فعل‬ ِ ُ ‫َما ا‬


َ ‫ضي‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya


daripada Tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka, baik berupa perkataan atau
perbuatan dan sesamanya.
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada tabi‟in atau orang setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan hadis
maqthu’.

2.3. SILSILAH HADITS DHOIF

Hadits 1.

Yang artinya: “penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi-Nya. Allah akan
membalas kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dengan
mereka. Haram bagi kaum munafik untuk menggungguli kaum mukmin dan mereka
tidak akan mati kecuali dengan kesedihan dan kesengsaraan”.
Hadits tersebut dha’if. Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam
al-Kalir dari dua sanad, yaitu al-Mu’jam bin Muslim dari Muhammad lain Ayyub.
Memang sanadnya terlihat shahih. Barangkali karena itulah syekhul islam Ibnu
Thamiyah dengan berdasarkan riwayat tersebut menjadikan “keutamaan negeri

7
Syam” sebagai bab tersendiri dalam gurunnya, namun hakikatnya tidaklah demikian
dikarenakan dua sebab:

1. Riwayat ‘An ‘Anah (yakni menggunakan lafadz ‘An fullan ‘An fullan).
2. Sanad terhenti, yaitu telah diriwayatkan dengan sanad yang mauquf oleh
Haitsam bin Khatijah, ia berkata “riwayat ini sanadnya terhenti sampai
kepada Khatijah”

Hadits 2.

Yang artinya: “barang siapa yang melahap madu tiga hari setiap bulan pada pagi
hari, maka ia tidak akan tertimpa mushibah besar”
Hadits dha’if. Telah diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam at-Tarikh (11/55),
Ibnu Majad (11/343), ad-Daulabbi (1/185), al-Aqaili dalam kitab adh-Dhuha
(hlm.248) dan yang lainnya, dengan sanad dari Said bin Zakaria, dari Zubair bin
Said al-Hasyimi, dari Abd. Hamid bin Salim, dari Abu Hurairah r.a.. kemudian al-
Uqaili berkata, “imam Bukhari telah menyatakan bahwa Abd. Hamid bin Salim
tidak terbukti bertemu dan mendengar lansung dari Abu Hurairah r.a.”
Dengan demikian, saya berpendapat bahwa ia majhul, begitu pula yang
ditegaskan al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Tagrib, dengan menambahkan bahwa Zubair
bin Said juga termasuk deretan perawi sanad yang lunak (yakni tidak menatap)
dalam meriwayatkan hadits-haditsnya.

8
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi
hadis yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif adalah
yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.

Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu:
Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal, Menyalahi
riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui identitasnya, Penganud
bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.

Klasifikasi hadits dha’if berdasarkan cacat pada keadilannya dan kedhabitan


rawi itu dapat dibagikan atas hadits maudhu’, hadits matruk, hadits mungkar, dan
hadits syadzdz. Kemudian klasifikasi hadits berdasarkan gugurnya rawi dapat
dibagikan atas hadits mu’allaq, hadits mu’dhal, hadits mursal, hadits munqathi, dan
hadits mudhallas. Selanjutnya klasifikasi hadits berdasarkan kuantitas rawi terdiri
atas hadits marfu’, hadits mauquf, dan hadits maqthu’.

DAFTAR PUSAKA

Agus Solihin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008

Bani (al), Muhammad Nashiruddin, Silsilah Hadits Dha`if dan Maudhu’, Jakarta:
Gema Insani Press, 2012.

Maliki (al), Muhammad Alawy, al-Manha al-Lathif fi Usul al-Hadith al-Sharfi, Terj.
Adnan Qahar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Muhammad Ahmad, Mudzakir, Ulumul Hadits, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.

iv

Anda mungkin juga menyukai