DISUSUN OLEH:
Kelompok VI
Maulana Al Amin Hasibuan (0201181002)
Nurhaliza Hasibuan (0201183158)
Rizka Wahyu Arifah (0201182068)
Wanida Meisyah Khairana (0201183148)
AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang
mana limpahan nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya dengan judul “Etika Profesi Notaris” yang telah disusun dengan baik
meskipun jauh dari kesempurnaan.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Namun
berkat bimbingan, bantuan, nasehat, dan juga saran. Maka alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalahini.
Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan bagi yang membacanya. Selain
itu juga, sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah “Etika Profesi Hukum” Mudah–
mudahan makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kesempurnaan hanya milik Allah, kami menyadari bahwa pada makalah kami
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, maka saran yang membangun
akan disambut dengan senang hati dan penuh terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Notaris .................................................................................................. 3
B. Akta ..................................................................................................... 19
C. Organisasi Notaris dan Ketentuan Sanksi ............................................ 20
D. Notaris Sebagai Profesi ........................................................................ 23
E. Kode Etik Notaris ................................................................................. 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Tugas Notaris yaitu untuk mengatur secara tertulis dan otentik hubungan
hukum antara para pihak yang telah melakukan perjanjian secara mufakat
menggunakan jasa notaris, yang pada intinya memberikan kepastian hukum terhadap
perjanjian yang telah disepakatinya. Di sini jelas bahwa notaris merupakan jabatan
bebas dari pengaruh tekanan apapun, tetapi mempunyai kepastian hukum yang kuat,
karena itu dalam setiap membuat grosse akta tertentu selalu mencantumkan kalimat
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa akta notaris mempunyai kekuatan eksekutorial. Notaris didalam
profesinya bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh
pemerintah. Dalam pelayanannya Notaris terikat pada Peraturan Jabatan dan kode etik
profesi sebagai notaris.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Notaris?
2. Apa saja yang termasuk organisai Notaris?
3. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Notaris?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Notaris?
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk organisai Notaris?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kode Etik Notaris?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Notaris
A) Sejarah Notaris
3
Notarii untuk konselor raja dan kanselarij paus;
Tabelio dan clericus untuk gereja induk dan pejabat-pejabat agama yang
kedudukannya lebih rendah dari paus.
4
Jadi, walaupun tidak berpredikat sarjana hukum saat itu, mereka mengisi
kekosongan pejabat notaris di Indonesia.
Berjiwa pancasila;
Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik notaris;
Berbahasa Indonesia yang baik;
5
Memiliki perilaku notaris;
Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;
Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat.
Notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, kewenangan dan kewajiban
sebagaimana ditentukan di dalam undang-undang jabatan notaris.
B) Pengangkatan dan Pemberhentian Notaris
Pengangkatan Notaris
Pemberhentian Notaris
Pemberhentian dengan Hormat
Pemberhentian Sementara
Sumpah/Janji Notaris
a. Pengangkatan Notaris
6
Berumur paling sedikit dua puluh tujuh tahun.
Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan
sehat dari dokter dan psikiater.
Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan.
Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan notaris dalam waktu paling singkat dua puluh empat bulan
berturut-turut pada kantor notaris atas prakarsa sendiri atau
rekomendasi organisasi notaris setelah lulus strata dua kenotariatan.
Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau
tidak sedang sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang
dilarang untuk dirangkap sebagai jabatan notaris.
Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam pidana penjara lima tahun atau
lebih.
b. Pemberhentian Notaris
7
Permintaan sendiri.
Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan notaris secara terus menerus lebih dari tiga tahun.
Merangkap jabatan baik itu sebagai pegawai negeri, pejabat negara,
advokat, atau memangku jabtan lain yang oleh undang-undang dilarang
untuk dirangkap.
Pemberhentian notaris dengan alasan telah berumur enam puluh lima tahun,
dapat diperpanjang sampai enam puluh tujuh tahun dengan mempertimbangkan
kesehatan notaris yang bersangkutan, demikian ditegaskan dalam ketentuan
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
c. Pemberhentian Sementara
8
pelanggaran kewajiban, larangan, dan kode etik dapat diangkat kembali
menjadi notaris oleh menteri setelah masa pemberhentian sementara untuk
alasan tersebut berakhir, yaitu paling lama enam bulan.
d. Sumpah/Janji Notaris
Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia,
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia,
undang-undang tentang jabatan notaris serta peraturan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur,
saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai notaris.
Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.
Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabtan ini, baik secara
langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan
meberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun.”
9
dikehendaki oleh yang berkepentingan , untuk dinyatakan dalam akta
autentik, mejamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanta sepanjang
pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh undang - undang.
2. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
pembuatan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
(legalisasi).
10
b. Kewajiban Notaris Menurut Undang - Undang Jabatan Notaris Pasal 16
yaitu :
1. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam pembuatan hukum.
2. Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai
bagian dari protokol notaris, dan notaris menjamin kebenarannya.
Notaris tidak wajib menyimpan minuta akta apabila akta dibuat dalam
bentuk akta originali.
3. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta dan kutipan berdasarkan minuta
akta.
4. Wajib memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN,
kecuali ada alasan untuk menolaknya.
5. Yang di maksud dengan alasan menolaknya adalah alasan :
11
pengamanan baik terhadap aktanya sendiri maupun terhadap isinya
untuk mencegah penyalahgunaan secara tidak bertanggung jawab.
9. Membuat daftar dan akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak
diterimanya surat berharga.
10. Membuat daftar akta yang berkenan dengan wasiat menurut uraian
waktu pembuatan akta setiap bulan dan mengirimkan daftar akta yang
dimaksud atau daftar akta nihil ke daftar pusat wasiat departemen
Hukum dan HAM paling lambat tanggal 5 tiap bulannya dan
melaporkan ke majelis pengawas daerah selambat - lambatnya tanggal
15 tiap bulannya.
11. Mencatat dalam repotrorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada
setiap akhir bulan.
12. Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama jabatan
dan tempat kedudukan yang bersangkutan.
13. Membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri minimal dua
orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh para penghadap,
notaris, dan para saksi.
14. Menerima magang calon notaris.
c. Larangan jabatan Notaris Menurut Undang - Undang Jabatan Notaris Pasal
17 yaitu:
1. Menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya.
2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 hari kerja berturut - turut
tanpa alasan yang sah.
3. Merangkap sebagai pegawai negeri.
4. Merangkap sebagai pejabat negara.
5. Merangkap sebagai advokat.
6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai BUMN, BUMD,
atau badan usaha swasta.
12
7. Merangkap sebagai pejabat pembuat akta tanah diluar wilayah jabatan
notaris.
8. Menjadi notaris pengganti.
9. Melakukan profesi lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaaan atau kepatutan yang dapat memengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan notaris.
D) Tempat Kedudukan, Formasi dan Wilayah Jabatan Notaris1
a. Tempat Kedudukan
1
UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
13
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
b. Formasi Jabatan Notaris
Pasal 25
14
2. Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diambil setelah Notaris
menjalankan jabatan selama 2 (dua) tahun.
3. Selama menjalankan cuti, Notaris wajib menunjuk seorang Notaris Pengganti.
Pasal 26
1. Hak cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dapat diambil setiap
tahun atau sekaligus untuk beberapa tahun.
2. Setiap pengambilan cuti paling lama 5 (lima) tahun sudah termasuk
perpanjangannya.
3. Selama masa jabatan Notaris jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12
(dua belas) tahun.
Pasal 27
Pasal 28
15
Dalam keadaan mendesak, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis lurus dari
Notaris dapat mengajukan permohonan cuti kepada Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
Pasal 29
Pasal 30
16
Pasal 31
1. Permohonan cuti dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
2. Penolakan permohonan cuti harus disertai alasan penolakan.
3. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Daerah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Wilayah.
4. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Wilayah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Pusat.
Pasal 32
Pasal 33
1. Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara
Notaris adalah warga negara Indonesia yang berijazah sarjana hukum dan telah
bekerja sebagai karyawan kantor Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-
turut.
17
2. Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat
Sementara Notaris, kecuali Undang-Undang ini menentukan lain.
Pasal 35
1. Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis
lurus keturunan semenda sampai derajat kedua wajib memberitahukan kepada
Majelis Pengawas Daerah.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
3. Apabila Notaris meninggal dunia pada saat menjalankan cuti, tugas jabatan
Notaris dijalankan oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara Notaris
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal
dunia.
4. Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol Notaris dari Notaris yang
meninggal dunia kepada Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal dunia.
5. Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dapat membuat Akta atas namanya sendiri dan mempunyai Protokol Notaris.
F) Honorarium
Pasal 36
1. Notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada nilai
ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya.
18
3. Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan dari objek
setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen gram
emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5% (dua
koma lima persen);
b. di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima paling
besar 1,5 % (satu koma lima persen); atau
c. di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima
didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak
melebihi 1% (satu persen) dari objek yang dibuatkan aktanya.
4. Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta
dengan honorarium yang diterima paling besar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah).
B. Akta
Pasal 38 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris rinci menjelaskan mengenai Akta Notaris
Pasal 38
19
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
4. Akhir atau penutup Akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
penerjemahan Akta jika ada;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
5. Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara
Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan,
serta pejabat yang mengangkatnya.
C. Organisasi Notaris dan Ketentuan Sanksi
20
beberapa kekurangan sehingga sekalipun telah berbagai usaha dari organisasi notaris
untuk menegakkan kode etik profesi tetap saja masih ditemukan notaris yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi tersebut yang setidak-tidaknya
antara lain disebabkan kode etik tersebut kurang sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolofo serta kurang tegasnya organisasi notaris dalam menegakkan
kode etik kepada para anggotanya, terlebih banyak notaris yang menjalankan tugas
jabatannya tidak/belum menjadi anggota organisasi notaris sehingga penegakan kode
etik profesi menjadi kurang berjalan secara maksimal.
21
memberikan rekomendasi kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
mencabut izin operasionalnya. Kepada Notaris yang bersangkutan tidak tertutup
kemungkinan untuk dituntut ke pengadilan, baik dalam perkara pidana maupun perkara
perdata. Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 UUJN, dalam menjalankan tugasnya notaris wajib
untuk melakukan:
22
bmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5
(lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
11. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan
D. Notaris Sebagai Profesi
Keberadaan Notaris sebagai Pejabat Negara yang bertugas untuk membuat akta
tidak mendapatkan gaji dari Negara. Penghormatan Notaris melakukan profesi yang
mulia patut dihargai dengan honorarium. Notaris berhak menerima honorarium atas
jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya. Pengaturan honorarium
Notaris diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Namun,
meskipun telah diatur sedemikian rupa, nyatanya keberlakuan antara Undang-Undang
Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris masih menimbulkan kontroversi. Kontroversi
tersebut dikarekan adanya disharmonisasi pengaturan honorarium Notaris dalam
Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik.
Kode Etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan
Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan
keputusan Kongres Perkumpulan atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur.
Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh
Perkumpulan Organisasi Ikatan Notaris Indonesia (INI), dimana berlaku serta wajib
2
Supriadi, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, (Sinar Grafika : Jakarta,
2008), hl. 50.
23
ditaati dan dipatuhi oleh seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang
memangku jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Notaris sangat perlu untuk mengetahui dan memahami kode etik, di mana
mengatur perbuatan-perbuatan apa saja dapat dikatakan sebagai pelanggaran dari kode
etik dan sanksi yang dijatuhkan bila melanggar kode etik tersebut.
a. Kewajiban Notaris 3
Ikatan Notaris Indonesia menyusun kode etik notaris pada tahun 2005 dan
diperbarui pada tahun 2015. Dalam kode etik ini terdapat ketentuan tentang
tanggung jawab profesi notaris, antara lain kewajiban, larangan dan pengecualian
profesi notaris.
3
Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, Banten, 29-30
Mei 2015
24
Larangan etika bagi notaris diatur dalam pasal 4 Kode Etik Notaris tahun 2015
dan berikut ringkasannya.
1. Memiliki lebih dari satu kantor yaitu kantor cabang atau kantor perwakilan.
2. Mendirikan papan nama atau tulisan bertuliskan “Kantor Notaris” atau
“Notaris” di luar kantor.
3. Untuk mendapatkan klien, notaris bisa bekerja sama dengan biro jasa,
orang, atau badan hukum yang bertindak sebagai perantara.
4. Penandatanganan akta yang proses pembuatannya telah disiapkan oleh
pihak lain.
5. Kirim minuta klien untuk ditandatangani.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh
pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.
Kode Etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan keputusan
Kongres Perkumpulan atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur.
26
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, Banten,
29-30 Mei 2015
Supriadi. 2008. Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Sinar
Grafika : Jakarta
UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris
27