Anda di halaman 1dari 30

Etika Profesi Notaris

Makalah Ini Dibuat Sebagai Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Etika Profesi Hukum

DISUSUN OLEH:

Kelompok VI
Maulana Al Amin Hasibuan (0201181002)
Nurhaliza Hasibuan (0201183158)
Rizka Wahyu Arifah (0201182068)
Wanida Meisyah Khairana (0201183148)

Dosen Pengampu: Faisal Amri, M.Ag

AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang
mana limpahan nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya dengan judul “Etika Profesi Notaris” yang telah disusun dengan baik
meskipun jauh dari kesempurnaan.

Sholawat bertangkaikan salam marilah sama-sama kita hadiahkan kepada


junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga dengan memperbanyak bersholawat
kepadanya, dan melaksanakan segala sunnah-sunnahnya kita termasuk ummatnya
yang mendapat syafaat di hari akhir kelak.

Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Namun
berkat bimbingan, bantuan, nasehat, dan juga saran. Maka alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalahini.

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan bagi yang membacanya. Selain
itu juga, sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah “Etika Profesi Hukum” Mudah–
mudahan makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kesempurnaan hanya milik Allah, kami menyadari bahwa pada makalah kami
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, maka saran yang membangun
akan disambut dengan senang hati dan penuh terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Medan, 22 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA ENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Notaris .................................................................................................. 3
B. Akta ..................................................................................................... 19
C. Organisasi Notaris dan Ketentuan Sanksi ............................................ 20
D. Notaris Sebagai Profesi ........................................................................ 23
E. Kode Etik Notaris ................................................................................. 23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.

Tugas Notaris yaitu untuk mengatur secara tertulis dan otentik hubungan
hukum antara para pihak yang telah melakukan perjanjian secara mufakat
menggunakan jasa notaris, yang pada intinya memberikan kepastian hukum terhadap
perjanjian yang telah disepakatinya. Di sini jelas bahwa notaris merupakan jabatan
bebas dari pengaruh tekanan apapun, tetapi mempunyai kepastian hukum yang kuat,
karena itu dalam setiap membuat grosse akta tertentu selalu mencantumkan kalimat
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa akta notaris mempunyai kekuatan eksekutorial. Notaris didalam
profesinya bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh
pemerintah. Dalam pelayanannya Notaris terikat pada Peraturan Jabatan dan kode etik
profesi sebagai notaris.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Notaris?
2. Apa saja yang termasuk organisai Notaris?
3. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Notaris?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Notaris?
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk organisai Notaris?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kode Etik Notaris?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Notaris
A) Sejarah Notaris

Sekitar abad ke 5, notaris dianggap sebagai pejabat istana. Di Italia utara


sebagai daerah perdagangan utama pada abad ke 11 – 12, dikenal Latijnse Notariat,
yaitu orang yang diangkat oleh penguasa umum, dengan tujuan melayani kepentingan
masyarakat umum, dan boleh mendapatkan honorarium atas jasanya oleh masyarakat
umum. Latijnse notariat ini murni berasal dari Italia Utara, bukan sebagai pengaruh
hukum romawi kuno. Pada tahun 1888, terbitlah buku Formularium Tabellionum oleh
Imerius, pendiri sekolah Bologna, dalam rangka peringatan 8 abad sekolah hukum
Bologna. Berturut-turut seratus tahun kemudian diterbitkan Summa Artis Notariae oleh
Rantero dari Perugia, kemudian pada abad ke 13 buku dengan judul yang sama
diterbitkan oleh Rolandinus Passegeri. Ronaldinus Passegeri kemudian juga
menerbitkan Flos Tamentorum. Buku-buku tersebut menjelaskan definisi notaris,
fungsi, kewenangan dan kewajiban-kewajibannya.

Empat istilah notaris pada zaman Italia Utara:

 Notarii: pejabat istana melakukan pekerjaan administratif;


 Tabeliones: sekelompok orang yang melakukan pekerjaan tulis menulis,
mereka diangkat tidak sebagai pemerintah/kekaisaran dan diatur oleh
undang-undang tersebut;
 Tabularii: pegawai negeri, ditugaskan untuk memelihara pembukuan
keuangan kota dan diberi kewenangan untuk membuat akta;Ketiganya
belum membentuk sebuah bentuk akta otentik,
 Notaris: pejabat yang membuat akta otentik.

Karel de Grote mengadakan perubahan-perubahan dalam hukum peradilan


notaris, dia membagi notaris menjadi:

3
 Notarii untuk konselor raja dan kanselarij paus;
 Tabelio dan clericus untuk gereja induk dan pejabat-pejabat agama yang
kedudukannya lebih rendah dari paus.

Pada abad ke 14, profesi notaris mengalami kemunduran dikarenakan penjualan


jabatan notaris oleh penguasa demi uang di mana ketidaksiapan notaris dadakan
tersebut mengakibatkan kerugian kepada masyarakat banyak. Sementara itu,
kebutuhan atas profesi notaris telah sampai di Perancis. Pada abad ke 13, terbitlah buku
Les Trois Notaires oleh Papon. Pada 6 Oktober 1791, pertama kali diundangkan
undang-undang di bidang notariat, yang hanya mengenal 1 macam notaris. Pada
tanggal 16 Maret 1803 diganti dengan Ventosewet yang memperkenalkan
pelembagaan notaris yang bertujuan memberikan jaminan yang lebih baik bagi
kepentingan masyarakat umum. Pada abad itu penjajahan pemerintah kolonial Belanda
telah dimulai di Indonesia. Secara bersamaan pula, Belanda mengadaptasi Ventosewet
dari Perancis dan menamainya Notariswet. Dan sesuai dengan asas konkordasi,
undang-undang itu juga berlaku di Hindia Belanda/ Indonesia.

Notaris pertama yang diangkat di Indonesia adalah Melchior Kelchem,


sekretaris dari College van Schenpenen di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1620.
Selanjutnya berturut turut diangkat beberapa notaris lainnya, yang kebanyakan adalah
keturunan Belanda atau timur asing lainnya.

Pada tanggal 26 Januari 1860, diterbitkannya peraturan Notaris Reglement


yang selanjutnya dikenal sebagai Peraturan Jabatan Notaris. Reglement atau ketentuan
ini bisa dibilang adalah kopian dari Notariswet yang berlaku di Belanda. Peraturan
jabatan notaris terdiri dari 66 pasal. Peraturan jabatan notaris ini masih berlaku sampai
dengan diundangkannya undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris.

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi kekosongan


pejabat notaris dikarenakan mereka memilih untuk pulang ke negeri Belanda. Untuk
mengisi kekosongan ini, pemerintah menyelenggarakan kursus-kursus bagi warga
negara Indonesia yang memiliki pengalaman di bidang hukum (biasanya wakil notaris).

4
Jadi, walaupun tidak berpredikat sarjana hukum saat itu, mereka mengisi
kekosongan pejabat notaris di Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 1954, diadakan kursus-kursus independen di


universitas Indonesia. Dilanjutkan dengan kursus notariat dengan menempel di fakultas
hukum, sampai tahun 1970 diadakan program studi spesialis notariat, sebuah program
yang mengajarkan keterampilan (membuat perjanjian, kontrak dll) yang memberikan
gelar sarjana hukum (bukan CN – candidate notaris/calon notaris) pada lulusannya.

Pada tahun 2000, dikeluarkan sebuah peraturan pemerintah nomor 60 yang


membolehkan penyelenggaraan spesialis notariat. PP ini mengubah program studi
spesialis notamen menjadi program magister yang bersifat keilmuan, dengan gelar
akhir magister kenotariatan.

Yang menghendaki profesi notaris di Indonesia adalah pasal 1868 Kitab


undang-undang hukum perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta di
dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, yang dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat di mana akta dibuatnya.”
Sebagai pelaksanaan pasal tersebut, diundangkanlah undang-undang nomor 30 tahun
2004 tentang jabatan notaris (sebagai pengganti statbald 1860 nomor 30).

Menurut pengertian Undang-Undang No. 30 tahun 2004 dalam pasal 1


disebutkan definisi notaris, yaitu: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana maksud dalam
undang-undang ini.” Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi
publik dari negara, khususnya di bidang hukum perdata.

Sebagai pejabat umum notaris adalah:

 Berjiwa pancasila;
 Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik notaris;
 Berbahasa Indonesia yang baik;

Sebagai profesional notaris:

5
 Memiliki perilaku notaris;
 Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;
 Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat.
 Notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, kewenangan dan kewajiban
sebagaimana ditentukan di dalam undang-undang jabatan notaris.
B) Pengangkatan dan Pemberhentian Notaris

Pengangkatan dan pemberhentian notaris diatur dalam ketentuan Pasal 2 –


Pasal 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Dalam hal
pengangkatan dan pemberhentian notaris dilakukan oleh menteri yang bidang tugas
dan tanggung jawabnya meliputi meliputi bidang kenotariatan.

Dalam uraian ini disampaikan mengenai:

 Pengangkatan Notaris
 Pemberhentian Notaris
 Pemberhentian dengan Hormat
 Pemberhentian Sementara
 Sumpah/Janji Notaris
a. Pengangkatan Notaris

Pengangkatan notaris diatur dalam ketentuan Pasal 3Undang-Undang


Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dengan syarat
pengangkatan sebagai berikut:

 Warga negara Indonesia.


 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6
 Berumur paling sedikit dua puluh tujuh tahun.
 Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan
sehat dari dokter dan psikiater.
 Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan.
 Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan notaris dalam waktu paling singkat dua puluh empat bulan
berturut-turut pada kantor notaris atas prakarsa sendiri atau
rekomendasi organisasi notaris setelah lulus strata dua kenotariatan.
 Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau
tidak sedang sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang
dilarang untuk dirangkap sebagai jabatan notaris.
 Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam pidana penjara lima tahun atau
lebih.
b. Pemberhentian Notaris

Pemberhentian notaris diatur dalam ketentuan Pasal 8 – Pasal 14 Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Pemberhentian notaris dapat dibedakan menjadi:


 Pemberhentian dengan hormat.
 Pemberhentian sementara.
 Pemberhentian dengan Hormat

Notaris diberhentikan dari jabatannya dengan hormat disebabkan hal-hal


sebgai berikut:
 Meninggal dunia.
 Telah berumur enam puluh lima tahun.

7
 Permintaan sendiri.
 Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan notaris secara terus menerus lebih dari tiga tahun.
 Merangkap jabatan baik itu sebagai pegawai negeri, pejabat negara,
advokat, atau memangku jabtan lain yang oleh undang-undang dilarang
untuk dirangkap.
Pemberhentian notaris dengan alasan telah berumur enam puluh lima tahun,
dapat diperpanjang sampai enam puluh tujuh tahun dengan mempertimbangkan
kesehatan notaris yang bersangkutan, demikian ditegaskan dalam ketentuan
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
c. Pemberhentian Sementara

Pemberhentian sementara notaris diatur dalam ketentuan Pasal 9 Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Alasan
pemberhentian sementara notaris dari jabatannya adalah sebagai berikut:

 Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang.


 Berada di bawah pengampuan.
 Melakukan perbuatan tercela.
 Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan serta
kode etik notaris.
 Sedang menjalani masa penahanan.
Sebelum dilakukan pemberhentian sementara terhadap notaris oleh menteri
melalui majelis pengawas pusat, yang bersangkutan diberi kesempatan untuk
melakukan pembelaan diri dihadapan majelis pengawas secara berjenjang.
Notaris yang telah diberhentikan sementara dikarenakan dalam proses pailit
dan berada dalam pengampuan dapat diangkat kembali menjadi notaris oleh
menteri setelah dipuluhkan haknya. Demikian juga notaris yang alasan
pemberhentian sementaranya berdasarkan melakukan perbuatan tercela dan

8
pelanggaran kewajiban, larangan, dan kode etik dapat diangkat kembali
menjadi notaris oleh menteri setelah masa pemberhentian sementara untuk
alasan tersebut berakhir, yaitu paling lama enam bulan.

d. Sumpah/Janji Notaris

Sumpah/janji notaris sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 4 ayat


(2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah
sebagai berikut: “saya bersumpah/berjanji:

 Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia,
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia,
undang-undang tentang jabatan notaris serta peraturan peraturan
perundang-undangan lainnya.
 Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur,
saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
 Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai notaris.
 Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.
 Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabtan ini, baik secara
langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan
meberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun.”

Pengucapan sumpah/janji tersebut dilakukan dalam waktu paling lama dua


bulan sejak tanggal keputusan pengangkatan sebagai notaris.

C) Kewenangan, Kewajiban dan Larangan


a. Kewenangan Notaris Menurut Undang - Undang Jabataan Notaris Pasal 15:
1. Membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetepan yang diharuskan oleh peraturan perundangan dan atau yang

9
dikehendaki oleh yang berkepentingan , untuk dinyatakan dalam akta
autentik, mejamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanta sepanjang
pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh undang - undang.
2. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
pembuatan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
(legalisasi).

Pengertian dari Legalisasi adalah tindakan mengesahkan tanda tangan


dan menetapkam kepastian tanggal surat di bawah tangan yang dibuat sendiri
oleh orang perseorangan atau oleh para pihak diatas kertas yang bermaterai.
Cukup yang ditandatangani dihadapan notaris dan didaftarkan dalam buku
khusus yang disediakan oleh notaris.

1. Membukukan surat - surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam


buku khusus (waarmerking)
2. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan di gambarkan dalam surat
bersangkutan.
3. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya
(legalisir)
4. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta
5. Membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan.
6. Membuat akta risalah lelang.
7. Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat
pada minuta akta yang telah ditanda tangan, dengan membuat berita
acara (BA) dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada minuta
akta asli yang menyebutkan tanggal dan Nomor BA pembetulan, dan
salinan tersebut dikirimkan ke para pihak (Pasal 51 UUJN).

10
b. Kewajiban Notaris Menurut Undang - Undang Jabatan Notaris Pasal 16
yaitu :
1. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam pembuatan hukum.
2. Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai
bagian dari protokol notaris, dan notaris menjamin kebenarannya.
Notaris tidak wajib menyimpan minuta akta apabila akta dibuat dalam
bentuk akta originali.
3. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta dan kutipan berdasarkan minuta
akta.
4. Wajib memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN,
kecuali ada alasan untuk menolaknya.
5. Yang di maksud dengan alasan menolaknya adalah alasan :

 Yang membuat notaris berpihak


 Yang membuat notaris mendapat keuntungan dari isi akta.
 Notaris memiliki hubungan darah dengan para pihak
 Akta yang dimintakan para pihak melanggar asusila atau moral.

6. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala


keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah
jabatan.
7. Kewajiban merahasiakan yaitu merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk
melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
8. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 bulan menjadi 1 buku / bundelan
yang memuat tidak lebih dari 50 akta, dan jika jumlahnya lebih maka
dapat di jilid dalam buku lainnya, mencatat jumlah minuta akta, bulan
dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku, hal ini dimaksudkan
bahwa dokumen-dokumen resmi bersifat autentik tersebut memerlukan

11
pengamanan baik terhadap aktanya sendiri maupun terhadap isinya
untuk mencegah penyalahgunaan secara tidak bertanggung jawab.
9. Membuat daftar dan akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak
diterimanya surat berharga.
10. Membuat daftar akta yang berkenan dengan wasiat menurut uraian
waktu pembuatan akta setiap bulan dan mengirimkan daftar akta yang
dimaksud atau daftar akta nihil ke daftar pusat wasiat departemen
Hukum dan HAM paling lambat tanggal 5 tiap bulannya dan
melaporkan ke majelis pengawas daerah selambat - lambatnya tanggal
15 tiap bulannya.
11. Mencatat dalam repotrorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada
setiap akhir bulan.
12. Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama jabatan
dan tempat kedudukan yang bersangkutan.
13. Membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri minimal dua
orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh para penghadap,
notaris, dan para saksi.
14. Menerima magang calon notaris.
c. Larangan jabatan Notaris Menurut Undang - Undang Jabatan Notaris Pasal
17 yaitu:
1. Menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya.
2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 hari kerja berturut - turut
tanpa alasan yang sah.
3. Merangkap sebagai pegawai negeri.
4. Merangkap sebagai pejabat negara.
5. Merangkap sebagai advokat.
6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai BUMN, BUMD,
atau badan usaha swasta.

12
7. Merangkap sebagai pejabat pembuat akta tanah diluar wilayah jabatan
notaris.
8. Menjadi notaris pengganti.
9. Melakukan profesi lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaaan atau kepatutan yang dapat memengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan notaris.
D) Tempat Kedudukan, Formasi dan Wilayah Jabatan Notaris1
a. Tempat Kedudukan

Pasal 18 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris dijelaskan.

1. Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota.


2. Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi
dari tempat kedudukannya.

Pasal 19 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris dijelaskan.

1. Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat


kedudukannya.
2. Tempat kedudukan Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib
mengikuti tempat kedudukan Notaris.
3. Notaris tidak berwenang secara berturut-turut dengan tetap
menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya.
4. Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau

1
UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

13
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
b. Formasi Jabatan Notaris

Pasal 21 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris dijelaskan.

“Menteri berwenang menentukan Formasi Jabatan Notaris pada daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dengan mempertimbangkan
usul dari Organisasi Notaris.”

Pasal 22 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris dijelaskan.

1. Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan:


a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah Akta yang dibuat oleh dan/atau di hadapan
d. Notaris setiap bulan.
2. Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pedoman untuk menentukan kategori daerah.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan Notaris dan
penentuan kategori daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
E) Cuti dan Notaris Pengganti
a. Cuti

Pasal 25-32 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun


2004 tentang Jabatan Notaris rinci menjelaskan mengenai Cuti Notaris

Pasal 25

1. Notaris mempunyai hak cuti.

14
2. Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diambil setelah Notaris
menjalankan jabatan selama 2 (dua) tahun.
3. Selama menjalankan cuti, Notaris wajib menunjuk seorang Notaris Pengganti.

Pasal 26

1. Hak cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dapat diambil setiap
tahun atau sekaligus untuk beberapa tahun.
2. Setiap pengambilan cuti paling lama 5 (lima) tahun sudah termasuk
perpanjangannya.
3. Selama masa jabatan Notaris jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12
(dua belas) tahun.

Pasal 27

1. Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis disertai usulan penunjukan


Notaris Pengganti.
2. Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada pejabat
yang berwenang, yaitu:
a. Majelis Pengawas Daerah, dalam hal jangka waktu cuti tidak lebih dari 6
(enam) bulan;
b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam hal jangka waktu cuti lebih dari 6 (enam)
bulan sampai dengan 1 (satu) tahun; atau
c. Majelis Pengawas Pusat, dalam jangka waktu cuti lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Permohonan cuti dapat diterima atau ditolak oleh pejabat yang berwenang
memberikan izin cuti.
4. Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat.
5. Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 28

15
Dalam keadaan mendesak, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis lurus dari
Notaris dapat mengajukan permohonan cuti kepada Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).

Pasal 29

1. Surat keterangan izin cuti paling sedikit memuat:


a. nama Notaris;
b. tanggal mulai dan berakhirnya cuti; dan
c. nama Notaris Pengganti disertai dokumen yang mendukung Notaris
Pengganti tersebut sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
2. Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas Daerah
disampaikan kepada Menteri, Majelis Pengawas Pusat, dan Majelis Pengawas
Wilayah.
3. Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas Wilayah
disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas Pusat.
4. Tembusan surat keterangan izin cuti dari Menteri disampaikan kepada Majelis
Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas Daerah.

Pasal 30

1. Menteri atau pejabat yang ditunjuk berwenang mengeluarkan sertifikat cuti.


2. Sertifikat cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data pengambilan
cuti.
3. Data pengambilan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat oleh
Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
4. Pada setiap permohonan cuti dilampirkan sertifikat cuti sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
5. Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat mengeluarkan duplikat sertifikat cuti
atas sertifikat cuti yang sudah tidak dapat digunakan atau hilang, dengan
permohonan Notaris yang bersangkutan.

16
Pasal 31

1. Permohonan cuti dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
2. Penolakan permohonan cuti harus disertai alasan penolakan.
3. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Daerah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Wilayah.
4. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Wilayah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 32

1. Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan Protokol Notaris kepada


Notaris Pengganti.
2. Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol Notaris kepada Notaris
setelah cuti berakhir.
3. Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan
berita acara dan disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.
4. Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
b. Notaris Pengganti

Pasal 33 dan 35 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun


2004 tentang Jabatan Notaris rinci menjelaskan mengenai Notaris Pengganti

Pasal 33

1. Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara
Notaris adalah warga negara Indonesia yang berijazah sarjana hukum dan telah
bekerja sebagai karyawan kantor Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-
turut.

17
2. Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat
Sementara Notaris, kecuali Undang-Undang ini menentukan lain.

Pasal 35

1. Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis
lurus keturunan semenda sampai derajat kedua wajib memberitahukan kepada
Majelis Pengawas Daerah.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
3. Apabila Notaris meninggal dunia pada saat menjalankan cuti, tugas jabatan
Notaris dijalankan oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara Notaris
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal
dunia.
4. Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol Notaris dari Notaris yang
meninggal dunia kepada Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal dunia.
5. Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dapat membuat Akta atas namanya sendiri dan mempunyai Protokol Notaris.
F) Honorarium

Pasal 36 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris rinci menjelaskan mengenai honorarium seorang
notaris

Pasal 36

1. Notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada nilai
ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya.

18
3. Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan dari objek
setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen gram
emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah 2,5% (dua
koma lima persen);
b. di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima paling
besar 1,5 % (satu koma lima persen); atau
c. di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima
didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para pihak, tetapi tidak
melebihi 1% (satu persen) dari objek yang dibuatkan aktanya.
4. Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap akta
dengan honorarium yang diterima paling besar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah).
B. Akta

Pasal 38 UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris rinci menjelaskan mengenai Akta Notaris

Pasal 38

1. Setiap Akta terdiri atas:


a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
2. Awal Akta atau kepala Akta memuat:
a. judul Akta;
b. nomor Akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
3. Badan Akta memuat:

19
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
4. Akhir atau penutup Akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
penerjemahan Akta jika ada;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
5. Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara
Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan,
serta pejabat yang mengangkatnya.
C. Organisasi Notaris dan Ketentuan Sanksi

Negara Indonesia telah mempunyai organisasi profesi di bidang notariat yakni


Ikatan Notaris Indonesia yang mulai disahkan tanggal 1 Juli 1906. Namun Sekalipun
INI merupakan satu-satunya organisasi profesi yang mengatur dan menegakkan kode
etik profesi di kalangan para anggotanya tetapi pada kenyataannya telah berdiri pula
organisasi notaris yang lain yaitu HNI, Pernori dan ANI dengan kode etik profesi
masing-masing yang belum tentu sama. Selanjutnya mencermati praktek penerapan
kode etik profesi yang sekarang berlaku dan telah berlangsung, ternyata diketemukan

20
beberapa kekurangan sehingga sekalipun telah berbagai usaha dari organisasi notaris
untuk menegakkan kode etik profesi tetap saja masih ditemukan notaris yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi tersebut yang setidak-tidaknya
antara lain disebabkan kode etik tersebut kurang sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolofo serta kurang tegasnya organisasi notaris dalam menegakkan
kode etik kepada para anggotanya, terlebih banyak notaris yang menjalankan tugas
jabatannya tidak/belum menjadi anggota organisasi notaris sehingga penegakan kode
etik profesi menjadi kurang berjalan secara maksimal.

Tentang adanya lebih dari satu organisasi notaris, pejabat di kalangan


organisasi profesi masing-masing tersebut harus dapat menyatukan pendapat dan
pemikiran dalam rangka pencapaian kesepakatan bahwa hanya ada satu organisasi
notaris agar dapat terciptanya secara terlaksananya penegakan kode etik profesi.
Sehubungan dengan hal tersebut kembali dituntut moral dan integritas dari seorang
pejabat notaris untuk menjalankan tugas dan jabatannya sesuai dengan kode etik
profesi yang ditetapkan oleh organisasi notaris dibawah naungan organisasi yang sah
dan diakui oleh undang-undang. Sehingga sangat diharapkan terwujudnya satu
organisasi notaris yang mampu mengkonsultatir menurut kode etik profesi sejauh mana
pelaksanaan terhadap pengawasan notaris tersebut diterapkan, apakah telah mencapai
sasaran dan tujuan kedudukan, fungsi dan wewenang dari organisasi notaris itu sendiri,
termasuk upaya-upaya apa yang dapat ditempuh untuk tercapainya profesionalitas
notaris itu sendiri dalam menjalankan tugas dan jabatannya berdasarkan kode etik
profesi yang sesuai dengan yang diharapkan

Notaris yang melanggar hukum dalam melaksanakan jabatannya baik disengaja


ataupun kelalaian kini tidak bisa tenang lagi. Pihak-pihak yang merasa dirugikan dapat
membuat pengaduan ke pihak Majelis Pengawas Notaris dan Kepolisian. Apabila
Notaris mengabaikan tugas jabatannya dan keluhuran dari martabatnya dan melakukan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku maka
Majelis bukanPengawas dapat bertindak tegas mengenakan sanksi. Bahkan dapat

21
memberikan rekomendasi kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
mencabut izin operasionalnya. Kepada Notaris yang bersangkutan tidak tertutup
kemungkinan untuk dituntut ke pengadilan, baik dalam perkara pidana maupun perkara
perdata. Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 UUJN, dalam menjalankan tugasnya notaris wajib
untuk melakukan:

1. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga


kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
2. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian
dari Protokol Notaris;
3. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;
4. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan
Minuta Akta;
5. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini,
kecuali ada alasan untuk menolaknya;
6. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji
jabatan, kecuali Undang-undang menentukan lain;
7. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat
tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat
dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul
setiap buku;
8. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya
surat berharga;
9. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
pembuatan Akta setiap bulan;
10. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil
yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang

22
bmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5
(lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
11. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan
D. Notaris Sebagai Profesi

Profesi Notaris merupakan profesi mulia yang dikarenakan tugas dan


jabatannya untuk melayani kepentingan masyarakat khususnya dibidang hukum
perdata. Untuk itu, seorang Notaris harus senantiasa menjaga harkat dan martabat
profesi Notaris. Hal tersebut disebabkan karena keberadaan notaris adalah membuat
alat bukti tertulis yang mempunyai kekuatan pembuktian. 2

Keberadaan Notaris sebagai Pejabat Negara yang bertugas untuk membuat akta
tidak mendapatkan gaji dari Negara. Penghormatan Notaris melakukan profesi yang
mulia patut dihargai dengan honorarium. Notaris berhak menerima honorarium atas
jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya. Pengaturan honorarium
Notaris diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Namun,
meskipun telah diatur sedemikian rupa, nyatanya keberlakuan antara Undang-Undang
Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris masih menimbulkan kontroversi. Kontroversi
tersebut dikarekan adanya disharmonisasi pengaturan honorarium Notaris dalam
Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik.

E. Kode Etik Notaris

Kode Etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan
Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan
keputusan Kongres Perkumpulan atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur.

Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh
Perkumpulan Organisasi Ikatan Notaris Indonesia (INI), dimana berlaku serta wajib

2
Supriadi, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, (Sinar Grafika : Jakarta,
2008), hl. 50.

23
ditaati dan dipatuhi oleh seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang
memangku jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Notaris sangat perlu untuk mengetahui dan memahami kode etik, di mana
mengatur perbuatan-perbuatan apa saja dapat dikatakan sebagai pelanggaran dari kode
etik dan sanksi yang dijatuhkan bila melanggar kode etik tersebut.

a. Kewajiban Notaris 3

Ikatan Notaris Indonesia menyusun kode etik notaris pada tahun 2005 dan
diperbarui pada tahun 2015. Dalam kode etik ini terdapat ketentuan tentang
tanggung jawab profesi notaris, antara lain kewajiban, larangan dan pengecualian
profesi notaris.

Berikut secara ringkas kewajiban notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 3


Kode Etik Notaris.

1. Memiliki akhlak, akhlak, dan kepribadian yang baik.


2. Menghormati dan menjunjung tinggi martabat kantor notaris.
3. Menjaga dan mempertahankan kehormatan asosiasi.
4. Bersikap jujur, independen, tidak memihak, dapat dipercaya, dan penuh
tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi
sumpah jabatan notaris.
5. Mengutamakan pelayanan untuk kepentingan masyarakat dan Negara.
6. Memberikan jasa pembuatan akta bagi yang tidak mampu tanpa memungut
honorarium.
7. Mendirikan satu kantor di daerah domisili, dan menggunakan kantor
tersebut sebagai satu-satunya kantor notaris yang bersangkutan dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari.
b. Larangan-larangan Kode Etik Notaris

3
Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, Banten, 29-30
Mei 2015

24
Larangan etika bagi notaris diatur dalam pasal 4 Kode Etik Notaris tahun 2015
dan berikut ringkasannya.

1. Memiliki lebih dari satu kantor yaitu kantor cabang atau kantor perwakilan.
2. Mendirikan papan nama atau tulisan bertuliskan “Kantor Notaris” atau
“Notaris” di luar kantor.
3. Untuk mendapatkan klien, notaris bisa bekerja sama dengan biro jasa,
orang, atau badan hukum yang bertindak sebagai perantara.
4. Penandatanganan akta yang proses pembuatannya telah disiapkan oleh
pihak lain.
5. Kirim minuta klien untuk ditandatangani.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh
pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta
otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.

Negara Indonesia telah mempunyai organisasi profesi di bidang notariat yakni


Ikatan Notaris Indonesia yang mulai disahkan tanggal 1 Juli 1906. Namun Sekalipun
INI merupakan satu-satunya organisasi profesi yang mengatur dan menegakkan kode
etik profesi di kalangan para anggotanya tetapi pada kenyataannya telah berdiri pula
organisasi notaris yang lain yaitu HNI, Pernori dan ANI dengan kode etik profesi
masing-masing yang belum tentu sama.

Kode Etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan keputusan
Kongres Perkumpulan atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur.

26
DAFTAR PUSTAKA

Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, Banten,
29-30 Mei 2015
Supriadi. 2008. Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Sinar
Grafika : Jakarta
UU No. 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris

27

Anda mungkin juga menyukai