Anda di halaman 1dari 9

Journal of Env. Engineering & Waste Management, Vol. 2, No.

2, Oktober 2017: 51-59

ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN


KHUSUS
(Studi Kasus Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat)
Alfian Fandi Nugroho 1, Iin Ichwandi2 and Nandi Kosmaryandi3
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Padjajaran, Bogor 16144
Email: 1alfandy.nugroho@gmail.com, 2iichwandi@yahoo.com, 3pak.nandi@gmail.com

Abstrak: Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan kawasan hutan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, dan religi
dan budaya yang pengelolaannya diberikan kepada masyarakat hukum adat, lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga sosial dan keagamaan. Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat (HPGW) merupakan
salah satu KHDTK yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah dengan pengelolaan oleh Fakultas Kehutanan
IPB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pengelolaan KHDTK
serta merumuskan konsep solusi pengelolaan KHDTK oleh Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil identifikasi
diketahui bahwa Fakultas Kehutanan IPB belum dapat melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan yang
terintegrasi terutama dalam pemanfaatan potensi hasil hutan yang ada di dalam kawasan. Hal tersebut
dikarenakan diberlakukannya norma atau aturan umum perizinan usaha pemanfaatan atau pemungutan dan
peredaran hasil hutan berbagai komoditas kehutanan yang berlaku umum bagi entitas usaha yang terkadang
tidak relevan dengan tujuan pengelolaan HPGW. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya menyusun
kebijakan pengelolaan KHDTK agar tujuan KHDTK dapat tercapai dengan kepastian pendanaan.

Kata Kunci: KHDTK, masalah, pengelolaan hutan, solusi

Abstract: Forest Area with Special Purposes (KHDTK) is a forest area designated by the government for public
purpose such as research and development, education and training, and religion and culture. The management
of KHDTK is given to customary community, education agencies, research agencies, social and religious
agencies. Gunung Walat Education of Forest (HPGW) is one of the KHDTK appointed and established by the
government with the management by the Faculty of Forestry IPB. This study aims to identify problems of
implementation of KHDTK magement and formulate the concept of KHDTK management by College. Based on
the results of identification is known that the Faculty of Forestry IPB has difficulty in the utilization of the
existing potential in HPGW. Faculty of Forestry as management authority is required to follow the norm or
general rules of business licensing the utilization and distribution of forest products of various forest
commodities that are generally accepted for bussines entities that are sometimes not relevant to the purpose of
HPGW management.

Keywords: KHDTK, problem, forest management, solution

PENDAHULUAN Beberapa Perguruan Tinggi telah


Perguruan Tinggi dibidang kehutanan memperoleh hak pengelolaan KHDTK
memiliki peran penting dalam untuk kepentingan pendidikan dan latihan
mengembangkan IPTEK dan mencetak serta penelitian dan pengembangan.
lulusan yang kompeten di bidang KHDTK yang dikelola oleh
kehutanan. Dalam rangka menjalankan Perguruan Tinggi mempunyai nilai
peran tersebut, perguruan tinggi kehutanan strategis dikarenakan berperan penting
perlu didukung oleh hutan pendidikan sebagai media pembelajaran untuk
sebagai sarana penyelenggaraan kegiatan berlangsungnya riset-riset dan inovasi
pendidikan, penelitian dan pengembangan kehutanan yang menjadi sumber atau
inovasi kehutanan yang memadai. Melalui bahan pengambil keputusan pemerintah
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang yang berbasis riset. HPGW merupakan
Kehutanan Pemerintah dapat menetapkan salah satu hutan pendidikan yang ditunjuk
KHDTK untuk kepentingan umum seperti dan ditetapkan sebagai KHDTK oleh
penelitian dan pengembangan, pendidikan Menteri Kehutanan melalui SK.
dan latihan, serta religi dan budaya. 188/MENHUT-II/2005 jo. SK.

51
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

702/MENHUT-II/2009 dengan penelitian ini meliputi observasi lapangan


pengelolaan diserahkan kepada Fakultas dan wawancara terhadap pengelola
Kehutanan IPB. HPGW. Teknik wawancara yang
Dalam melakukan pengelolaan dilakukan adalah dengan indepth interview
HPGW, Fakultas Kehutanan IPB sebagai (wawancara mendalam). Boyce dan Neale
pemegang mandat hak pengelolaan IPB (2006) menyatakan bahwa wawancara
berpedoman pada Keputusan Dekan mendalam merupakan teknik penelitian
Fakultas Kehutanan IPB Nomor: kualitatif dengan melakukan wawancara
35/I3.5/KP/2008 tentang Garis-Garis Besar kepada individu secara intensif dengan
Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan jumlah responden yang kecil untuk
Gunung Walat 2009-2020. Dengan mekeksplorasi perspektif individu pada
pedoman tersebut, HPGW menjadi salah khususnya mengenai ide, program dan
satu KHDTK yang dikelola oleh perguruan situasi untuk mengetahui informasi rinci
tinggi yang telah berhasil dalam mengenai pemikiran dan perilaku
melakukan pengelolaan hutan dengan seseorang atau ingin mengeksplorasi isu-
pendanaan yang mandiri. Dalam isu baru secara mendalam.
melakukan kegiatan pengelolaan, tidak
semua kegiatan untuk menunjang kegiatan
pendidikan dan latihan serta penelitian dan
pengembangan kehutanan dapat dilakukan
dengan terintegrasi khususnya yang
berhubungan dengan kegiatan pemanfaatan
hutan. Saat ini dalam melakukan
pemanfaatan hutan, pengelola dihadapkan
pada aturan umum perizinan usaha
pemanfaatan atau pemungutan dan
peredaran hasil hutan berbagai komoditas
kehutanan (Hasil Hutan Kayu, Hasil Hutan Gambar 1 Lokasi Penelitian
Bukan Kayu, dan Jasa Lingkungan) yang
berlaku umum bagi entitas usaha Data sekunder dalam penelitian ini antara
pemanfaatan atau pemungutan berbagai lain berupa: peraturan perundang-
komoditas kehutanan. Hal tersebut undangan terkait pengelolaan KHDTK dan
mengakibatkan pengelolaan KHDTK pemenfaatan hutan, data dan informasi
belum dapat dilaksanakan dengan tentang kondisi HPGW serta dokumen lain
maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk yang mendukung penelitian.
mengidentifikasi permasalahan- Penelitian ini menggunakan dua
permasalahan yang muncul dalam tingkat analisis yaitu: (1) analisis deskriptif
pengelolaan KHDTK serta merumuskan kualitatif terhadap pengelolaan HPGW,
konsep solusi pengelolaan KHDTK oleh dan (2) Analisis isi (content analysis)
perguruan tinggi. peraturan perundangan terkait dengan
KHDTK. Analisis deskriptif pengelolaan
METODE PENELITIAN HPGW diperoleh berdasarkan hasil
Penelitian dilaksanakan di Hutan observasi, indepth interview, data sekunder
Pendididikan Gunung Walat, Kabupaten dokumen pengelolaan HPGW. Teknik
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar analisis ini bertujuan untuk mengetahui
1). Waktu penelitian berkisar antara bulam karakteristik kegiatan pengelolaan HPGW
Maret 2016 sampai dengan Mei 2017. Data serta permasalahan regulasi dilapangan
yang digunakan dalam penelitian ini yang diperoleh dari content analysis aturan
merupakan data primer dan data sekunder. perundangan terkait KHDTK. Content
Data primer yang digunakan dalam analysis merupakan metoda penelitian

52
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

yang digunakan untuk menganalisis termasuk dalam sumber daya hutan.


dokumen tertulis seperti laporan, surat, Sedangkan kegiatan pengelolaan hutan
transkrip wawancara dan bentuk tertulis menurut UU Nomor 41 Tahun 1999
lainnya yang bersifat fleksibel dan dapat meliputi: a) tata hutan dan penyusunan
diterapkan untuk banyak persoalan rencana pengelolaan hutan, b)
didalam informasi penelitian, baik sebagai pemanfaatan hutan dan penggunaan
metode yang berdiri sendiri maupun kawasan, c) rehabilitasi dan reklamasi
bersama dengan metode lain (Mash dan hutan, dan d) perlindungan hutan dan
White 2006). Jenis data yang dikumpulkan konservasi alam.
berdasarkan metoda analisis ini adalah
kata, kalimat, paragraf, sub-bagian, bagian Kondisi Eksisting Pengelolaan HPGW
dan buku (Borg et al. 1989 dan Henderson Analisis deskriptif kualitatif digunakan
1991, diacu dalam Pratiwi 2008). untuk mengetahui kondisi eksisting
Berdasarkan karakteristik pengelolaan pengelolaan HPGW. Berdasarkan hasil
HPGW dan permasalahan yang ada, analisis tersebut, Fakultas Kehutanan IPB
disusun konsep solusi dalam pengelolaan dalam melaksanakan tugas pengelolaan
KHDTK hutan pendidikan. KHDTK membentuk Badan Pengelola
yang merupakan badan yang mewakili
HASIL DAN PEMBAHASAN Fakultas Kehutanan IPB dalam melakukan
Berdasarkan content analysis terhadap UU penyelenggaraan pengelolaan HPGW.
Nomor 41 Tahun 1999, KHDTK Berbagai kegiatan pengelolaan hutan yang
merupakan kawasan hutan yang ditetapkan telah dilaksanakan meliputi: pembinaan
oleh pemerintah untuk kepentingan umum lingkungan, pembinaan hutan, pengelolaan
seperti: penelitian dan pengembangan, sumberdaya hutan, pelayanan tridharma
pendidikan dan latihan, religi dan budaya (pendidikan, penelitian dan pengabdian
dengan tidak mengubah fungsi pokok kepada masyarakat), dan pengembangan
kawasan hutan (fungsi produksi, fungsi sumberdaya pendanaan.
lindung, dan fungsi konservasi) yang
pengelolaannya dapat diberikan kepada a. Pembinaan Lingkungan
masyarakat hukum adat, lembaga Kegiatan pembinaan lingkungan
pendidikan, lembaga penelitian, lembaga merupakan wujud sumbangsih KHDTK
sosial dan keagamaan. HPGW kepada masyarakat. Kegiatan yang
Menurut Helms (1998) pengelolaan dilaksanakan antara lain dengan
hutan (forest management) merupakan melibatkan masyarakat dalam penyadapan
penerapan prinsip-prinsip dalam bidang getah pinus dan kopal, agroforestri,
biologi, fisika, kimia, analisis kuantitatif, pemanfaatan kayu bakar dan pemanfaatan
manajemen, ekonomi, sosial dan analisa sumber air untuk keperluan rumah tangga.
kebijakan dalam rangkaian kegiatan Menurut laporan HPGW (2017)
membangun atau meregenerasikan, masyarakat yang terlibat dalam
membina, memanfaatkan dan penyadapan getah pinus sebanyak 28
mengkonservasikan hutan untuk orang dan 14 orang untuk penyadapan
mendapatkan tujuan dan sasaran yang kopal. Konsumsi kayu bakar rumah tangga
telah ditetapkan dengan tetap di desa sekitar HPGW sebesar 110,57
mempertahankan produktivitas dan m3/bulan (Adirianto 2012). Jamil (2016)
kualitas hutan. Pengelolaan hutan melaporkan bahwa sebanyak 12 kepala
mencakup pengelolaan terhadap keluarga telah berpartisipasi dalam
keindahan, ikan, fauna air lain pada kegiatan agroforestri didalam kawasan
sungai-sungai di dalam hutan, air, HPGW dengan luas total 5,58 ha yang
kehidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan memberikan kontribusi ekonomi
kayu, serta berbagai nilai lain yang penggarap sebesar 13,04%. Agroforestri

53
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

merupakan obyek strategis, baik dari segi Program perlindungan hutan yang
manfaatnya bagi masyarakat, maupun bagi dilaksanakan pengelola HPGW antara lain
HPGW sebagai hutan pendidikan. Setiap perlindungan terhadap kesehatan tegakan,
kunjungan field trip mahasiswa perlindungan terhadap kebakaran hutan,
asing/dalam negeri selalu menempatkan dan patroli kebakaran hutan. Kegiatan
agroforestri sebagai topik dan obyek perlindungan kesehatan hutan dilakukan
menarik untuk dikunjungi dan dipelajari. berupa pemantauan pohon-pohon yang
Masyarakat sekitar HPGW dinilai membahayakan yaitu pohon mati
memanfaatkan air dari sumber HPGW dan terserang hama atau penyakit sehingga
untuk kegiatan rumah tangga seperti rawan tumbang baik bagi masyarakat,
memasak, mandi, cuci, dan kakus. Selain pengunjung maupun fasilitas bangunan
itu masyarakat juga menggunakan untuk yang ada. Saat ini sebagian besar tegakan
pertanian. Menurut Mutasodirin (2014) di HPGW telah melebihi umur daur yang
HPGW telah berkontribusi menyediakan menyebabkan rentan terhadap penyakit.
air bersih kepada masyarakat sekitar Menurut penelitian Permatasari (2015)
dengan potensi nilai ekonomi air yang telah ditemukan adanya serangan
terhitung dari sumber air sebesar Rp Ganoderma sp. sebagai penyebab penyakit
120.803.468/ bulan. Sedangkan nilai akar merah pada HPGW. Serangan
ekonomi air yang terhitung dari konsumsi tersebut telah menyebar dan mampu
masyarakat sekitar sebesar Rp membuat tanaman mengalami gejala sakit
5.584.480/bulan. yang cukup parah hingga mengalami
kematian. Lebih lanjut Permatasari (2015)
b. Pembinaan Hutan telah mengidentifikasi secara visual
Kegiatan pembinaan hutan yang adanya 7 jenis Ganoderma sp. yang
dilaksanakan HPGW antara lain menyerang tegakan Agathis sp. dan Pinus
pelaksanaan program penanaman dan sp. dengan karakteristik berbeda. Diduga
pemeliharaan tegakan serta program serangan ini akan terus berlanjut ke
perlindungan hutan. Program penanaman tanaman bahkan ke tegakan lainnya jika
dan pemeliharaan hutan untuk kegiatan tidak segera dikendalikan.
rehabilitasi dilaksanakan melalui
kerjasama dengan mitra menggunakan c. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
skema perdagangan karbon secara sukarela Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan
(voluntary) untuk peningkatan serapan Badan Pengelola HPGW adalah
karbon dalam durasi waktu tertentu. pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu
Skema kerjasama yang dilakukan adalah (HHBK) yaitu pemungutan getah pinus
dengan menyediakan lahan dan jasa dalam dan kopal. Dalam upaya pemungutan
pengelolaan tegakan sedangkan mitra HHBK tersebut, pengelola dihadapkan
menyediakan dana penanaman dan pada norma perizinan umum yang
pemeliharaan selama jangka waktu diberikan kepada entitas usaha yaitu
tertentu. Dari aspek ekologi, program ini dengan mengacu pada beberapa aturan
bertujuan untuk menambah tutupan lahan perundangan, antara lain:
yang terdapat dalam KHDTK HPGW. Dari  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
aspek sosial, program ini memberikan dan Kehutanan Nomor:
company image branding sebagai green P.54/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016
company bagi mitra yang telah tentang Tata Cara Pemberian dan
berkontribusi terhadap penyerapan karbon Perpanjangan Izin Pemungutan Hasil
dan lapangan kerja bagi masyarakat Hutan Kayu atau Hasil Hutan Bukan
sekitar. Sedangkan dari aspek sosial, Kayu pada Hutan Negara,
program ini memberikan pendanaan bagi  Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
kegiatan pengelolaan. P.91/Menhut-II/2014 tentang

54
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

Penatausahaan Hasil Hutan Bukan okupasi lahan, kebakaran dan lain


Kayu yang Berasal dari Hutan Negara; lain.
sebagaimana telah diubah terakhir  Dari aspek ekonomi, kegiatan ini akan
dengan Peraturan Menteri Lingkungan menghasilkan pemasukan yang
Hidup dan Kehutanan Nomor: digunakan untuk memfasilitasi
P.27/MenLHK-Setjen/2015, dan kegiatan pengelolaan HPGW.
 Peraturan Direktur Jenderal Bina  Sebagai KHDTK hutan pendidikan,
Usaha Kehutanan Nomor: P.15/VI- KHDTK HPGW telah menjadi obyek
BIKPHH/2014 tentang Pedoman percontohan pelaksanaan penyadapan
Pelaksanaan Penatausahaan Hasil getah pinus dan kopal yang didasarkan
Hutan Bukan Kayu yang Berasal dari pada konsep kelestarian. Selain itu
Hutan Negara HPGW juga menjadi contoh
pengelolaan hutan skala kecil (Small
Berdasarkan hasil content analysis, Scale Forest Management) yang tidak
pemegang izin pemungutan HHBK adalah bergantung pada hasil hutan berupa
perseorangan atau koperasi. Selain itu, kayu namun didasarkan pada getah
menurut Peraturan Direktur Jenderal Bina pinus dan kopal sebagai produk
Usaha Kehutanan Nomor: P.15/VI- utama.
BIKPHH/2014, potensi HHBK pada
KHDTK hutan alam maupun hutan d. Pelayanan Tridharma
tanaman dapat diberikan izin pemungutan Kegiatan pelayanan Tridharma Fakultas
HHBK kepada perorangan atau koperasi Kehutanan IPB meliputi pelayanan
setelah mendapat persetujuan pengelola pendidikan dan penelitian serta pengabdian
KHDTK. Berdasarkan aturan tersebut, kepada masyarakat. Selain itu kegiatan
Badan Pengelola HPGW tidak dapat Pelayanan Tridharma yang dilakukan yaitu
langsung melaksanakan kegiatan dengan pengelolaan fasilitas untuk
dimaksud. Untuk menjembatani menunjang pengelolaan HPGW. Badan
permasalahan tersebut, Badan Pengelola Pengelola HPGW menyelenggarakan
HPGW dalam pengambilan getah pinus program-program pendidikan di bidang
dan kopal bekerjasama dengan Koperasi kehutanan dan lingkungan bagi berbagai
Gema Wana Sejahtera (KGWS) yang kalangan (mahasiswa, pelajar, dan
merupakan koperasi karyawan HPGW masyarakat umum), baik dari dalam
dengan melibatkan masyarakat dari desa maupun luar negeri. Jumlah pengunjung
sekitar dalam kegiatan penyadapannya. yang datang ke HPGW setiap tahun
Kerjasama penyadapan dengan KGWS cenderung mengalami kenaikan dengan
merupakan upaya sementara untuk berbagai aktivitas seperti yang dapat
memenuhi aspek legalitas izin dilihat pada Tabel 1.
pemanfaatan. Manfaat yang diperoleh dari Fungsi dan potensi KHDTK
penyadapan getah pinus dan getah kopal HPGW yang tinggi menarik minat peneliti
antara lain: untuk melaksanakan penelitian. Peneliti
 Dalam aspek sosial terjadi keselarasan yang melakukan penelitian sebagian besar
hubungan antara pengelola HPGW masih berstatus mahasiswa baik sarjana
dengan masyarakat sekitar hutan maupun pascasarjana. Menurut HPGW
sehingga terbinanya hubungan baik (2017) tercatat sebanyak 318 judul
dan terbentuknya rasa saling memiliki. penelitian yang hasilnya telah dimuat
Selain itu, pelibatan masyarakat juga dalam berbagai media publikasi dengan
memberikan dampak terhadap topik yang beragam. Topik penelitian yang
terjaganya keamanan dan paling banyak adalah terkait dengan
perlindungan baik dari pencurian, silvikultur, fauna, getah, agroforestry, dan
hidrologi. Potensi penelitian yang tinggi

55
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

tersebut dikarenakan KHDTK HPGW dari getah relatif fluktuatif dan tergantung
mampu menyediakan tempat praktek pada harga pasar. Pada Gambar 2 dapat
dengan berbagai fasilitas penelitian yang diketahui bahwa penerimaan pada tahun
menunjang serta hutan yang lestari. Badan 2015 dan 2016 mengalami penurunan
Pengelola HPGW memberikan subsidi dibanding tahun 2014 yang terutama
bagi mahasiswa yang sedang melakukan dipengaruhi oleh penurunan harga
penelitian di HPGW baik berupa biaya komoditi (getah) dan izin penjualan getah
konsumsi, penginapan, atau biaya yang belum bisa diselesaikan pada tahun
penggunaan fasilitas. Total subsidi yang 2016, sehingga dana pemeliharaan
diberikan KHDTK HPGW pada tahun tanaman dari KGWS ke HPGW menurun.
2016 sebesar Rp 216.381.600 (HPGW Namun terdapat peningkatan penerimaan
2017). yang bersumber dari pelayanan jasa dan
barang.
Tabel 1 Jumah pengunjung HPGW
Jumlah pengunjung 2,500,000,000
Kegiatan
2014 2015 2016
Praktik lapang 733 1.151 1.467 2,000,000,000
Diklat 447 142 907
Penelitian 22 23 46 1,500,000,000
Rupiah
Fieldtrip dan 41 592 103
PLH 1,000,000,000
Summer course 64 163 -
Kegiatan lain 1.069 688 1.785 500,000,000
Jumlah 2.376 2.799 4.308
Sumber: HPGW (2017) -
20 20 20
14 15 16
e. Pengembangan Sumberdaya penerimaan 1,198,2 922,554 294,708

Pendanaan penerimaan 983,489 1,206,7 1,427,9


penerimaan 2,181,7 2,129,2 1,722,6
Sumber daya pendanaan yang diupayakan
pengeluaran total 1,942,3 2,018,9 1,943,9
HPGW melalui pemanfaatan sumber daya
hutan dan jasa lingkungan. Pendanaan penerimaan penerimaan
HPGW diperoleh dari beberapa sumber penerimaan pengeluaran total
antara lain:
 Pendapatan dari penjualan getah pinus Gambar 2 Aktivitas Keuangan HPGW
dan kopal melalui koperasi
 Pendapatan dari aktivitas pelayanan
tamu: field trip, pelatihan, penyewaan Permasalahan Pengelolaan HPGW
fasilitas dan ekowisata. Menurut hasil analisis deskriptif kualitatif
serta content analisis yang telah dilakukan,
 Pendapatan kerjasama program
diketahui bahwa kegiatan pengelolaan
penanaman pohon dalam rangka
KHDTK sampai saat ini belum diatur oleh
peningkatan serapan karbon: TOSO
pemerintah. Hal ini membuat pengelola
Industry Indonesia, TOSO Company
KHDTK dalam menjalankan kegiatan
Limited - Japan, Conoco Phillips,
pengelolaan mengacu kepada peraturan
NYK Group.
perundangan umum yang terkadang tidak
 Pendapatan dari usaha lain, seperti
relevan dengan pengelolaan KHDTK
penjualan kaos dan souvenir.
hutan pendidikan dan latihan yang
memiliki beberapa karakteristik antara
Pendapatan yang berasal dari kerjasama
lain:
terus diupayakan dan dikembangkan
dikarenakan pendapatan yang bersumber

56
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

 Menyelenggarakan fungsi dan tujuan  KHDTK tidak dapat melaksanakan


khusus KHDTK sebagai hutan kegiatan pengelolaan hutan secara
tridharma Fakultas Kehutanan IPB terintegrasi khususnya yang
yang meliputi kegiatan pendidikan, berhubungan dengan kegiatan
penelitian, dan pengabdian kepada pemanfaatan hutan dikarenakan belum
masyarakat yang terintegrasi dengan didukung dengan peraturan
pengelolaan hutan lestari. perundang-undangan.
 Menyelenggarakan dan mewujudkan  Peraturan pemanfaatan hutan yang
pengelolaan hutan lestari yang umum bagi private sector
mencakup aspek ekonomi, sosial dan membutuhkan persyaratan yang rumit,
ekologi. modal yang banyak, dan tidak dapat
 Memanfaatkan potensi sumberdaya langsung melakukan perizinan tanpa
hutan secara berkelanjutan untuk melibatkan badan usaha.
tujuan pendidikan dan penelitian  Untuk dapat memanfaatkan berbagai
pemanfaatan hutan harus
Dalam melakukan aktivitas pengelolaan, menggunakan izin disetiap usaha
seringkali pengelola mengalami beberapa pemanfaatan hutan.
hambatan sehingga kegiatan yang  Sumber pendanaan dalam kegiatan
dilakukan belum dapat terintegrasi dengan pengelolaan KHDTK belum diatur
baik. Sebagai contoh, dalam upaya sehingga pengelola mengalami
perlindungan kesehatan hutan. Tegakan keragu-raguan dalam mencari inisiatif
HPGW yang ditanam pada tahun 1970-an sumber pendanaan yang baru.
mengakibatkan sebagian besar tegakan
telah melebihi umur daur. Selain itu, KHDTK HPGW membawa misi publik
menurut penelitian Permatasari (2015) dalam kegiatan pengelolaannya yaitu
telah ditemukan adanya serangan untuk keperluan penelitian dan
Ganoderma sp. sebagai penyebab penyakit pengembangan serta pendidikan dan
akar merah yang menyerang tegakan latihan. Akan tetapi, aturan main yang
Agathis sp. dan Pinus sp. dengan berjalan seperli langkah-langkah private
karakteristik berbeda. Diduga serangan ini sector sebagai pemegang izin pemanfaatan
akan terus berlanjut ke tanaman bahkan ke atau pemungutan hutan dalam melakukan
tegakan lainnya jika tidak segera kegiatan pemanfaatan atau pemungutan
dikendalikan. Hal ini mengakibatkan hutan yang dilakukan murni untuk
banyak tegakan HPGW yang roboh dan kepentingan bisnis hasil hutan dan
terkena serangan jamur. Dalam diperuntukkan untuk memperoleh
pengelolaan hutan lestari kegiatan keuntungan. Pengelolaan KHDTK yang
penebangan dan peremajaan tegakan dapat dihadapkan pada berbagai perizinan
menghasilkan kesehatan hutan dan pemanfaatan hutan sejalan dengan konsep
perlindungan terhadap kualitas air yang Land Management Grant College
juga dapat menghasilkan pendapatan yang (LMGC). Pada tahun 1999 sampai 2004,
diperlukan dalam mendukung IPB memperoleh hak pengelolaan kawasan
keberlanjutan operasional pengelolaan. hutan Lembaga Pendidikan Land Grant
Dengan keterbatasan regulasi saat ini, College melalui Pengelola Lapangan
Perguruan Tinggi sebagai pengelola LMGC IPB. Dalam melakukan kegiatan
KHDTK belum dapat melaksanakan pemanfaatan, LMGC IPB dihadapkan
aktivitas tersebut. dengan berbagai perizinan umum sehingga
Permasalahan yang dihadapi inovasi kebijakan LGC gagal diwujudkan
Perguruan Tinggi dalam pengelolaan dan membuat LMGC IPB tidak mampu
KHDTK saat ini antara lain: survive mengurus berbagai macam
perizinan yang ada dikarenakan

57
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Pengelolaan KHDTK yang


Pada tahun 2004, Menteri Kehutanan berkelanjutan adalah integrasi antara
mencabut hak pengelolaan tersebut melalui penyelenggaraan fungsi khusus hutan
Surat Menteri Kehutanan Nomor pendidikan dengan pengelolaan hutan
99/Menhut-II/2004 dan Nomor lestari.
100/Menhut-II/2004 dikarenakan LMGC  Pemegang hak pengelolaan KHDTK
IPB dipandang tidak sesuai dengan melakukan kegiatan pengelolaan
KHDTK namun sesuai dengan Hutan berdasarkan rencana pengelolaan
Tanaman Industri (Hero 2012). KHDTK yang disusun berdasarkan
Berdasarkan proses bagaimana prinsip-prinsip keberlanjutan.
kebijakan ditetapkan dan kegiatan yang  Pemegang hak pengelolaan dapat
telah dilaksanakan di lapangan melakukan berbagai aktivitas
sebagaimana telah diuraikan, menunjukkan pengelolaan hutan yang terintegrasi
bahwa aspek legalitas belum mampu untuk seperti kegiatan pemanfaatan
menjadi pegangan dikarenakan adanya sumberdaya hutan, pemasaran
kevakuman kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan, perlindungan
KHDTK yang pada ranah satwa, fasilitasi rekreasi dengan aturan
implementasinya tidak mampu yang khusus yang berbeda dengan
mengarahkan kegiatan pengelolaan di ketentuan yang berlaku umum pada
lapangan. Melihat fakta tersebut perlu perizinan usaha pemanfaatan hasil
kepastian hak dan kewajiban pengelola hutan.
KHDTK yang mestinya telah ada  Hasil dari pemanfaatan sumber daya
sebelumnya. hutan dapat digunakan secara
langsung untuk membiayai
Konsep Solusi Pengelolaan KHDTK pengelolaan KHDTK yang meliputi
Kegiatan pengelolaan KHDTK oleh pengelolaan hutan dan peningkatan
Perguruan Tinggi tidak dapat dilakukan fungsi pelayanan publik untuk tujuan
secara terintegrasi khususnya yang khusus KHDTK HPGW. Kebijakan
berhubungan dengan kegiatan pendanaan pengelolaan KHDTK harus
pemanfaatan hutan sehingga tujuan jelas, tidak rumit dan fleksibel serta
KHDTK sebagai hutan pendidikan dan dapat dipertanggungjawabkan.
latihan dengan pengelolaan hutan lestari  Terdapat kriteria dan indikator dalam
serta kepastian pendanaan belum dapat menilai keberhasilan pengelolaan
diwujudkan secara maksimal. Pengelolaan KHDTK yang berkelanjutan
KHDTK berpeluang dikelola secara
maksimal secara lestari. Hal ini didasarkan KESIMPULAN
pada beberapa keunggulan pengelola Berdasarkan hasil penelitian diketahui
KHDTK yang merupakan lembaga yang bahwa permasalahan utama pengelolaan
berkompeten dibidang kehutanan. KHDTK oleh Perguruan Tinggi adalah
Konsep solusi pengelolaan belum terdapatnya peraturan perundangan
KHDTK pendidikan dan penelitian yang yang secara khusus mengatur pengelolaan
ideal dengan kondisi saat ini antara lain KHDTK sebagai obyek pengelolaan hutan
sebagai berikut: lestari yang keberadaannya harus ada
 Lembaga Pendidikan ataupun dalam mendukung kegiatan pendidikan
Lembaga Penelitian sebagai dan latihan serta penelitian dan
pemegang mandat hak pengelolaan pengembangan. Pemerintah sebagai
KHDTK dapat secara tuntas regulator perlu segera menyusun peraturan
menyelenggarakan kegiatan perundangan tentang pengelolaan KHDTK
pengelolaan KHDTK secara yang memuat beberapa aspek antara lain:
berkelanjutan dan dapat dikontrol. aspek kelestarian kawasan, aspek

58
JENV, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 51-59

pendanaan serta kriteria indikator sebagai Latihan Gunung Walat Fakultas Kehutanan
acuan dasar pengelolaan KHDTK. Institut Pertanian Bogor. Jakarta (ID)
[KLHK 2015] Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor:
DAFTAR PUSTAKA P.27/MenLHK-Setjen/2015 tentang
Adirianto, A. (2012) Potensi Nilai Ekonomi Total Perubahan atas Peraturan Menteri
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Kehutanan Nomor P.91/Menhut-II/2014
Jawa Barat. Bogor (ID) tentang Penatausahaan Hasil Hutan Bukan
Boyce, C., & Neale, P. (2006) Conducting in-depth Kayu yang Berasal dari Hutan Negara.
interviews: A guide for designing and Jakarta (ID)
conducting in-depth interviews for [KLHK 2016a] Peraturan Menteri Lingkungan
evaluation input (pp. 3-7). Watertown, MA: Hidup dan Kehutanan Nomor:
Pathfinder International. P.54/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016
[Fahutan IPB] Fakultas Kehutanan IPB (2008) tentang Tata Cara Pemberian dan
Keputusan Dekan Fakultas Kehutanan IPB Perpanjangan Izin Pemungutan Hasil Hutan
Nomor: 35/13.5/KP/2008 tentang Garis- Kayu atau Hasil Hutan Bukan Kayu pada
Garis Besar Kebijakan Pengelolaan Hutan Hutan Negara. Jakarta (ID)
Pendidikan Gunung Walat. Bogor (ID) [KLHK 2016b] Surat Edaran Nomor:
[HPGW] Hutan Pendidikan Gunung Walat (2017) SE.15/PHPL/JASLING/HPL.2/9/2016
Kinerja Pengelolaan Kepengurusan Periode tentang Pemanfaatan dan Penatausahaan
Tahun 2013-2016. Bogor (ID) Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada
Helms, JA. (1998) The Dictionary of Forestry. IUPHHK-HA/HTI/RE, Kesatuan
Society of American Foresters. Amerika Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),
Serikat (US) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Hero Y, Rudy C Tarumingkeng, Dudung D, dan (KPHL) dan Kawasan Hutan Dengan
Hariadi K. (2012) Institutional Role in Tujuan Khusus (KHDTK). Jakarta (ID)
Gunung Walat Educational Forest Policy: Marsh, E. E., & White, M. D. (2006) Content
Discourse and Historical Approaches. analysis: A flexible methodology.Library
JMHT Vol. XVIII. (2): 94-99, Agustus trends, 55(1), 22-45
2012. Mutasodirin, Halim Amran (2014) Nilai Ekonomi
Hero (2012) Peran Kelembagaan dalam Proses Air Hutan Pendidikan Gunung Walat dan
Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Kontribusinya Terhadap Masyarakat
Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Sekitar. Bogor (ID)
Pendekatan Diskursus dan Sejarah. Bogor Permatasari, Deasy Putri (2014) Serangan
(ID) Ganoderma sp. Penyebab Penyakit Akar
Jamil, M. (2016) Evaluasi Kegiatan Agroforestri di Merah di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Hutan Pendidikan Gunung Walat. Bogor Sukabumi, Jawa Barat. Bogor (ID)
(ID) Pratiwi, S. (2008) Model Pengembangan Institusi
[Kemenhut 2005] Keputusan Menteri Kehutanan Ekowisata Untuk Menyelesaikan Konflik Di
Republik Indonesia SK.188/Menhut-II/2005 Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
tentang Penunjukan dan Penetapan Kawasan Bogor (ID)
Hutan Produksi Terbatas Komplek Hutan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41
Gunung Walat Seluas 359 (Tiga Ratus Lima Tahun 1999 tentang Kehutanan. Lembaran
Puluh Sembilan) Hektar di Keccamatan Negara RI Tahun 1999 no 167. Jakarta (ID)
Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat sebagai Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus untuk Hutan Pendidikan dan
Latihan Gunung Walat Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Jakarta (ID)
[Kemenhut 2009] Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia SK. 702/Menhut-
II/2009 tentang Perubahan Keputusan
Menteri Kehutanan No SK. 188/Menhut-
II/2005 Tanggal 8 Juli 2005 tentang
Penunjukan dan Penetapan Kawasan Hutan
Produksi Terbatas Kelompok Hutan Gunung
Walat Seluas 359 Hektar di Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat Sebagai Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus untuk Hutan Pendidikan dan

59

Anda mungkin juga menyukai